Anda di halaman 1dari 16

IMPLEMENTASI TOTAL QUALITY

MANAGEMENT IN EDUCATION (TQME)


SEBAGAI SUATU UPAYA UNTUK MENINGKATKAN
DAYA SAING LULUSAN PERGURUAN TINGGI
Y.M.V. Mudayen

Abstrak
Keluhan yang sering muncul di kalangan pengguna lulusan
perguruan tinggi adalah ketidakmampuan lulusan untuk cepat
beradaptasi dengan kebutuhan dunia industri modern. Hal ini
membawa akibat ganda. Di satu pihak, tingkat pengangguran
lulusan perguruan tinggi di Indonesia dari waktu ke waktu terus
meningkat. Di lain pihak, tenaga-tenaga kerja asing yang berasal
dari perguruan tinggi luar negeri terus berdatangan ke Indonesia
untuk memasuki pasar tenaga kerja di Indonesia.
Kondisi ini terjadi karena ada kesenjangan persepsi antara
pengelola perguruan tinggi dalam menghasilkan lulusannya dan
pengelola industri untuk menggunakan lulusan perguruan tinggi di
Indonesia. Untuk mengurangi kesenjangan persepsi tersebut maka
perlu dicari alternatif pemecahan masalah. Salah satu alternatif
pemecahan masalah tersebut adalah melalui penerapan TQM (total
quality management) pada sistem pendidikan yang sering disebut
sebagai: Total Quality Management in Education (TQME). Salah
satu instrumen yang dapat digunakan untuk melaksanakan TQM
adalah patok duga (bench marking). Untuk melaksanakan patok
duga (bench marking), ada empat faktor yang harus diperhatikan
yaitu: pengetahuan, dorongan untuk berbuat, peluang untuk berbuat
dan kemauan untuk berkembang.
Penerapan TQME pada perguruan tinggi di Indonesia harus
dijalankan atas dasar pengertian dan tanggung jawab bersama
untuk mengutamakan efisiensi pendidikan tinggi dan peningkatan

Arah Reformasi Indonesia


kualitas dari proses pendidikan tinggi. Dengan demikian, penerapan
TQME diharapkan dapat meningkatkan daya saing lulusan
perguruan tinggi di pasar global sekaligus dapat memenuhi
kebutuhan sistem industri modern.
Kata kunci: Total quality management in education, pengelola
perguruan tinggi, pengelola dunia kerja, kebutuhan
dunia industri modern.

1.1 Pendahuluan
Total Quality Management (TQM) merupakan suatu pendekatan
dalam menjalankan usaha yang mencoba memaksimalkan daya saing
organisasi melalui perbaikan ter us-mener us terhadap produk
jasa, sumber daya manusia, proses dan lingkungannya. Hal ini sejalan
dengan definisi TQM yang dikemukakan oleh Inter national
Organization for Standardization: TQM is a management approach
for an organization, centered on quality, based on the par ticipation of
all its members and aiming at long-term success through customer
satisfaction, and benefits to all members of the organization and to
society (Abrahamson,1996: 254-285). Dari definisi di atas dapat kita
ketahui bahwa TQM mer upakan suatu manajemen strategik yang
dapat diterapkan dalam bidang industri manufaktur, pendidikan,
pemerintahan, dan industri jasa.
Berdasarkan TQM, tolok ukur keberhasilan usaha ber tumpu
pada kepuasan pelanggan (orang lain merasa puas) atas barang/jasa
yang diterimanya. Untuk mengupayakan kepuasan pelanggan,
diperlukan SDM yang berkualitas, kerangka berpikir jangka panjang,
dan kerja sama yang sinergis antar pihak-pihak terkait. Kerja sama
yang sinergis antar pihak-pihak terkait menjadi modal utama untuk
menerapkan TQM.
Penerapan TQM memerlukan instr umen yang akurat. Salah
satu instr umen yang dapat digunakan untuk melaksanakan TQM
adalah patok duga (bench marking) atau proses perbandingan,
pengukuran terus-menerus menyangkut barang/jasa yang dihasilkan,
baik secara perseorangan ataupun secara organisasi, dengan produk
dan jasa orang lain atau dengan organisasi sejenis yang terkait. Untuk
melaksanakan patok duga (bench marking), dalam TQM ada empat
2

Implementasi Total Quality Management in Education (TQME) ....


faktor yang harus diperhatikan yaitu: pengetahuan, dorongan untuk
berbuat, peluang untuk berbuat dan kemauan untuk berkembang
(http://www.nanampek.nagari.org /b341.html).
TQM berhubungan erat dengan upaya suatu organisasi untuk
meningkatkan kualitas jasa atau pelayanan. Sehubungan dengan
kualitas jasa atau pelayanan, banyak usaha telah dirumuskan oleh
para ahli manajemen kualitas untuk mendefinisikan kualitas jasa atau
pelayanan, agar dapat didesain (designable), dikendalikan (controllable),
dan dikelola (manageable), sebagaimana halnya dengan kualitas barang
(Gaspersz, 2008). Secara konseptual, manajemen kualitas dapat
diterapkan baik pada barang maupun jasa, karena yang menjadi fokus
dalam penerapan manajemen kualitas adalah peningkatan sistem
kualitas. Dengan demikian, yang perlu diperhatikan dalam
pengembangan manajemen kualitas adalah pengembangan sistem
kualitas yang terdiri dari: perencanaan sistem kualitas, pengendalian
sistem kualitas, dan peningkatan sistem kualitas.

1.2 Arti Penting dari Total Quality Management


Total Quality Management (TQM) sebagai suatu konsep
manajemen telah dikembangkan sejak lima puluh tahun lalu dari
berbagai praktik manajemen dan usaha peningkatan ser ta
pengembangan produktivitas. Di masa lampau, literatur manajemen
ber fokus pada fungsi-fungsi kontrol kelembagaan, ter masuk
perencanaan, pengorganisasian, perekrutan staf, pemberian arahan,
penugasan, strukturisasi dan penyusunan anggaran. Konsep manajemen
ini membuka jalan menuju paradigma berpikir baru yang memberi
penekanan pada kepuasan pelanggan, inovasi dan peningkatan mutu
pelayanan secara berkesinambungan. Faktor-faktor yang menyebabkan
lahirnya perubahan paradigma ini adalah peningkatan intensitas
persaingan, ketidak-puasan pelanggan terhadap mutu pelayanan dan
produk, pemotongan anggaran serta krisis ekonomi. Meskipun akar
TQM berasal dari model-model perusahaan dan industri, namun kini
penggunaannya telah merambah stur uktur manajemen, baik di
lembaga pemerintah, lembaga pendidikan maupun lembaga nirlaba.
TQM memperkenalkan pengembangan proses, produk dan
pelayanan sebuah organisasi secara sistematik dan berkesinambungan.
3

Arah Reformasi Indonesia


Pendekatan ini berusaha untuk melibatkan semua pihak terkait dan
memastikan bahwa pengalaman dan ide-ide mereka memiliki
sumbangan dalam pengembangan mutu. Ada beberapa prinsipprinsip fundamental yang mendasari pendekatan semacam itu, antara
lain mempromosikan lingkungan yang berfokus pada mutu (dengan
komunikasi yang terbuka dan rasa kepemilikan pegawai), penghargaan
dan pengakuan, pelatihan dan pendidikan ter us mener us, dan
pemberdayaan pegawai.
Di Indonesia, TQM per tama kali diperkenalkan pada tahun
1980-an dan sekarang cukup populer di sektor swasta khususnya
dengan adanya program ISO 9000. Banyak perusahaan terkemuka
dan perusahaan milik negara telah mengadopsi TQM sebagai bagian
dari strategi mereka untuk kompetitif baik di tingkat nasional mupun
internasional, tetapi TQM kurang begitu dikenal di sektor publik. Kini
keadaan sudah berubah, faktor-faktor yang mendorong sektor swasta
untuk beradaptasi dengan konsep ini, juga memiliki dampak terhadap
cara pemerintah menyediakan pelayanan.
Indonesia kini beranjak dari gaya pemerintahan otoriter yang
sangat sentralistik menuju ke gaya pemerintahan bottom-up yang
desentralistik. Perubahan gaya pemerintahan ini berlangsung dalam
masa krisis ekonomi dan restrukturasi yang memaksa pemerintah
untuk mengeksplorasi model-model pengadaan pelayanan alternatif.
Sebenarnya, UU No. 22/1999 (mencakup Pemerintahan Daerah)
memiliki potensi untuk mentransformasi cara pemberian pelayanan
oleh pemerintah secara dramatis. UU ini ber tujuan untuk
member dayakan pemerintah daerah, menguatkan masyarakat
lokal dan meningkatkan kualitas pelayanan publik. Dalam konteks
inilah terdapat peluang yang berharga untuk memperkenalkan dan
melaksanakan TQM.
Dalam pengalaman deliveri di sektor peternakan, TQM telah
memainkan peran penting dalam mer ubah perilaku dari tingkat
petani hingga tingkat manajemen senior. Evaluasi ter hadap
pelaksanaan TQM mengidentifikasi peningkatan tingkat kepuasan
pelanggan dan kualitas pelayanan pada program inseminasi buatan
di Kabupaten Bulukumba dan Barru. Di Minahasa, Juru Kesehatan
Hewan Masyarakat memenuhi kebutuhan para petani terhadap

Implementasi Total Quality Management in Education (TQME) ....


perawatan kesehatan hewan dengan biaya terjangkau (http://
www.deliveri.org/guidelines/policy/pg_6/pg_6_summar yi.htm).
Penerapan TQM adalah suatu proses jangka panjang dan
berlangsung terus menerus, karena budaya suatu organisasi sangatlah
sulit untuk dirubah. Faktor-faktor yang membentuk budaya organisasi
seper ti str uktur kekuasaan, sistem administrasi, proses kerja,
kepemimpinan, predisposisi pegawai dan praktik-praktik manajemen
berpotensi untuk menjadi penghambat per ubahan. Terkadang
kekuasaan paling penting di sektor publik tidak ditemukan dalam
organisasi, tetapi lebih sering terdapat pada sistem yang lebih besar.
Sebagai contoh, sistem pendidikan, personalia, peraturan dan anggaran
berada di luar kekuasaan organisasi sektor publik.
Selain hambatan-hambatan yang berada di luar ruang lingkup
sebuah organisasi, terdapat kendala lain yang khas di setiap organisasi,
seper ti kurangnya akuntabilitas terhadap pelanggan/pengguna
jasa, tidak jelasnya visi dan misi, penolakan terhadap perubahan dan
lemahnya komitmen di kalangan manajer senior untuk menerapkan
TQM. Meski demikian, potensi keberhasilan TQM sudah nampak dan
dampaknya pun bisa diperlihatkan, sekarang yang dibutuhkan adalah
keputusan untuk melaksanakan TQM. Hal ini mestinya menjadi bagian
dari suatu strategi untuk meningkatkan komitmen lembaga-lembaga
publik untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat
maupun di lembaga pendidikan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia. TQM juga dapat diterapkan untuk menjawab
kebutuhan manajemen Sistem Industri Modern.

1.3 Kebutuhan Manajemen Sistem Industri Modern


terhadap Lulusan Perguruan Tinggi
Manajemen perguruan tinggi di Indonesia seyogianya memahami
perkembangan manajemen sistem industri modern, sehingga mampu
mendesain, menerapkan, mengendalikan, dan meningkatkan kinerja
sistem pendidikan tinggi yang memenuhi kebutuhan manajemen
sistem industri modern. Hal ini dimaksudkan agar setiap lulusan dari
perguruan tinggi mampu dan cepat beradaptasi dengan kebutuhan
sistem industri modern. Dengan demikian sebelum membahas tentang

Arah Reformasi Indonesia


sistem pendidikan tinggi, perlu diketahui tentang konsep dasar
sistem industri modern yang akan dipergunakan sebagai landasan
utama untuk membahas penerapan Total Quality Management in
Education (TQME) pada sistem pendidikan tinggi modern di Indonesia.
Pada dasar nya pr oses industri har us dipandang sebagai
suatu peningkatan terus-mener us (continuous industrial process
improvement), yang dimulai dari sederet siklus sejak adanya ide-ide
untuk menghasilkan suatu produk, pengembangan produk, proses
produksi, sampai distribusi kepada konsumen. Seterusnya, berdasarkan
informasi sebagai umpan-balik yang dikumpulkan dari pengguna
produk (pelanggan) itu dapat dikembangkan ide-ide kreatif untuk
menciptakan produk baru atau memperbaiki produk lama beser ta
proses produksi yang ada saat ini.
Agar peningkatan proses industri dapat berjalan secara konsisten,
maka dibutuhkan manajemen sistem industri, yang pada umumnya
akan dikelola oleh lulusan perguruan tinggi. Konsep sistem industri
dan manajemen sistem industri ditunjukkan dalam Gambar 1.

Sumber: Gaspersz, 2008.

Gambar 1. Konsep Manajemen Sistem Industri Modern

Implementasi Total Quality Management in Education (TQME) ....


Dari Gambar 1 tampak bahwa manajemen sistem industri terdiri
dari dua konsep, yaitu: (1) konsep manajemen dan (2) konsep sistem
industri. Suatu sistem industri mengkonversi input yang berasal
dari pemasok menjadi output untuk digunakan oleh pelanggan,
sedangkan manajemen sistem industri memproses informasi yang
berasal dari sistem industri, pelanggan, dan lingkungan melalui proses
manajemen untuk menjadi keputusan atau tindakan manajemen guna
meningkatkan efektivitas dan efisiensi sistem industri.
Berdasarkan konsep manajemen sistem industri modern di
atas, maka setiap lulusan perguruan tinggi yang akan bekerja dalam
sistem industri harus memiliki kemampuan solusi masalah-masalah
industri yang berkaitan dengan bidang ilmu yang dikuasainya
berdasarkan informasi yang relevan agar menghasilkan keputusan
dan tindakan untuk meningkatkan kinerja sistem industri tersebut.
Kemenade and Garre (2000) mengidentifikasi delapan kategori
yang dibutuhkan dari lulusan pergur uan tinggi sehingga dapat
memenuhi permintaan bisnis dan industri di Belgia, Belanda, Finlandia,
dan Inggris, yaitu: (1) berorientasi pada pelanggan, (2) memiliki
pengetahuan praktis dan aplikasi alat-alat total quality management
(TQM), (3) mampu membuat keputusan berdasarkan fakta, (4) memiliki
pemahaman bahwa bekerja adalah suatu proses, (5) berorientasi
pada kelompok (teamwork), (6) memiliki komitmen untuk peningkatan
terus-menerus, (7) pembelajaran aktif (active learning), dan (8) memiliki
perspektif sistem.
Berdasarkan kenyataan di Indonesia, terdapat kesenjangan antara
lulusan pendidikan tinggi dan kebutuhan industri seperti ditunjukkan
pada tabel 1.

Arah Reformasi Indonesia


Tabel 1: Kesenjangan Lulusan Perguruan Tinggi
dengan Kebutuhan Industri di Indonesia
Lulusan Perguruan Tinggi

Kebutuhan Industri

Hanya memahami teori

Kemampuan solusi masalah berdasarkan


konsep ilmiah

Memiliki keterampilan individual

Memiliki keterampilan kelompok (teamwork)

Motivasi belajar hanya untuk lulus ujian Mempelajari bagaimana belajar yang
efektif
Hanya berorientasi pada pencapaian Berorientasi pada peningkatan terusgrade atau nilai tertentu (pembatasan
menerus. Setiap target yang tercapai
target)
akan terus-menerus ditingkatkan
Orientasi belajar hanya pada mata
kuliah individual secara terpisah

Membutuhkan pengetahuan terintegrasi


antardisiplin ilmu untuk solusi masalah
industri yang kompleks

Proses belajar bersifat pasif, hanya


menerima informasi dari dosen

Bekerja adalah suatu proses berinteraksi


dengan orang lain dan memproses
informasi secara aktif

Penggunaan teknologi
(misal: komputer) terpisah dari proses
belajar

Penggunaan teknologi merupakan bagian


integral dari proses belajar untuk solusi
masalah industri

Sumber: Gaspersz, 2008.

1.4 Konsep Sistem Pendidikan Tinggi Modern


Berdasarkan konsep berpikir manajemen sistem industri modern,
maka manajemen pergur uan tinggi di Indonesia seyogianya
memandang bahwa Proses Pendidikan Tinggi adalah suatu peningkatan
terus-menerus (continuous educational process improvement), yang
dimulai dari sederet siklus sejak adanya ide-ide untuk menghasilkan
lulusan (output) yang berkualitas, pengembangan kurikulum, proses
pembelajaran, dan ikut ber tanggung jawab untuk memuaskan
pengguna lulusan pergur uan tinggi itu. Seterusnya, berdasarkan
informasi sebagai umpan-balik yang dikumpulkan dari pengguna
lulusan (external customers) itu dapat dikembangkan ide-ide kreatif
untuk mendesain ulang kurikulum atau memperbaiki proses
8

Implementasi Total Quality Management in Education (TQME) ....


pendidikan tinggi yang ada saat ini. Konsep pemikiran manajemen
sistem pendidikan tinggi ini dituangkan pada gambar 2.

Sumber: Gaspersz, 2008.

Gambar 2. Manajemen Sistem Pendidikan Tinggi Modern

Selanjutnya, dapat dikembangkan pula model manajemen


operasional perguruan tinggi di Indonesia seperti pada gambar 3.
Tahap Kedua:
Desain Proses
Pendidikan
Berorientasi Pasar
Tenaga Kerja

Tahap Pertama:
Reset Pasar
Untuk Mengetahui
Kebutuhan Pasar
Tenaga Kerja

Manajemen
Perguruan
Tinggi

Tahap Ketiga:
Menjalankan Proses
Belajar Mengajar
Secara Efektif
dan Efiktif

Tahap Keempat:
Menyerahkan
Lulusan yang
Kompetitif dan
Berkualitas Baik

Sumber: Gaspersz, 2008.

Gambar 3. Roda Deming dalam Manajemen Pendidikan Tinggi Modern

Pada gambar 3, menunjukkan bahwa penerapan roda Deming


dalam manajemen pendidikan tinggi di Indonesia akan terdiri dari
9

Arah Reformasi Indonesia


empat komponen utama, yaitu: riset pasar tenaga kerja, desain proses
pendidikan tinggi, operasional proses pendidikan tinggi, dan
penyerahan lulusan yang kompetitif dan berkualitas ke pasar tenaga
kerja. Dalam hal ini diperlukan suatu interaksi tetap antara riset
pasar tenaga kerja, desain proses pendidikan tinggi, operasional proses
pendidikan tinggi, dan ber tanggung jawab menghasilkan lulusan
yang kompetitif dan berkualitas ke pasar tenaga kerja, agar perguruan
tinggi di Indonesia mampu berkompetisi dalam persaingan global tahun
2003 dan seter usnya. Berkaitan dengan hal ini, sudah saatnya
perguruan tinggi di Indonesia melakukan reorientasi dan redefinisi
tujuan dari pendidikan tinggi, bukan sekedar menghasilkan lulusan
sebanyak-banyaknya tanpa peduli akan kepuasan pengguna lulusan
itu, melainkan juga harus bertanggung jawab untuk menghasilkan
output (lulusan) yang kompetitif dan berkualitas agar memuaskan
kebutuhan pengguna tenaga kerja terampil berpendidikan tinggi.
Konsekuensi dari pemikiran ini adalah penerapan TQME pada
perguruan tinggi di Indonesia harus dijalankan atas dasar pengertian
dan tanggung jawab bersama untuk mengutamakan efisiensi
pendidikan tinggi dan peningkatan kualitas dari proses pendidikan
tinggi itu. Melalui penerapan roda Deming dalam sistem pendidikan
tinggi yang dijalankan secara konsisten, maka pergur uan tinggi
di Indonesia akan mampu memenangkan persaingan global yang
amat sangat kompetitif dan memperoleh manfaat (ekonomis maupun
nonekonomis) yang dapat dipergunakan untuk pengembangan
pergur uan tinggi itu dan peningkatan kesejahteraan pegawai yang
terlibat di pergur uan tinggi itu.

1.5 Desain TQME untuk Perguruan Tinggi di Indonesia


Sebelum TQME didesain untuk perguruan tinggi di Indonesia,
stakeholders dari perguruan tinggi harus memiliki kesamaan persepsi
tentang manajemen kualitas. Dalam konsep manajemen kualitas
modern, kualitas suatu perguruan tinggi antara lain ditentukan oleh
kelengkapan fasilitas atau reputasi institusional. Kualitas adalah sesuatu
standar minimum yang har us dipenuhi agar mampu memuaskan
pelanggan yang menggunakan output (lulusan) dari sistem pendidikan
tinggi itu, ser ta harus terus-menerus ditingkatkan sejalan dengan
10

Implementasi Total Quality Management in Education (TQME) ....


tuntutan pasar tenaga kerja yang semakin kompetitif. Berkaitan dengan
hal ini, Spanbauer (1992) menyatakan bahwa manajemen perguruan tinggi
har us mengadopsi paradigma bar u tentang manajemen kualitas
modern. Paradigma bar u dan paradigma lama yang dianut oleh
manajemen pergur uan tinggi dicantumkan pada tabel 2.
Tabel 2. Paradigma Baru dan Paradigma Lama
dari Manajemen Perguruan Tinggi
Paradigma Baru

Paradigma Lama

Mahasiswa menerima hasil ujian,


pembimbingan, dan nasehat agar
membuat pilihan-pilihan yang sesuai

Hasil ujian tidak digunakan sebagai informasi


untuk memberikan bimbingan dan nasehat
kepada mahasiswa

Mahasiswa diperlakukan sebagai


pelanggan

Mahasiswa tidak diperlakukan sebagai


pelanggan

Keluhan mahasiswa ditangani secara


cepat dan efisien

Keluhan mahasiswa ditangani dalam bentuk


defensif dan dengan cara negatif

Terdapat sistem saran aktif dari


mahasiswa

Mahasiswa tidak didorong untuk memberikan


saran atau keluhan

Setiap departemen pelayanan


menetapkan kepuasan pelanggan
sesuai kebutuhan

Mahasiswa tidak didorong untuk memberikan


saran atau keluhan

Terdapat rencana tindak-lanjut untuk


penempatan lulusan dan peningkatan
pekerjaan

Tidak ada sistem tindak-lanjut yang cukup


atau tepat untuk mahasiswa dan alumni

Mahasiswa diperlakukan dengan sopan, Mahasiswa dipandang sebagai inferior, tidak


rasa hormat, akrab, penuh
diperlakukan dengan rasa hormat, cara yang
pertimbangan
akrab dan penuh pertimbangan
Fokus manajemen pada keterampilan
kepemimpinan kualitas seperti:
pemberdayaan dan partisipasi aktif
karyawan

Fokus manajemen pada pengawasan


karyawan, sistem, dan operasional

Manajemen secara aktif


mempromosikan kerjasama dan solusi
masalah dalam unit kerja

Banyak keputusan manajemen dibuat tanpa


masukan informasi dari karyawan dan
mahasiswa

11

Arah Reformasi Indonesia


Sistem informasi memberikan laporan
yang berguna untuk membantu
manajemen dan dosen

Sistem informasi usang dan tidak membantu


manajemen sistem kualitas

Staf administrasi bertanggung jawab


dan siap memberikan pelayanan
dengan cara yang mudah dan cepat
guna memenuhi kebutuhan mahasiswa

Staf administrasi kurang memiliki tanggung


jawab dan kesiapan untuk memberikan
pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan
mahasiswa

Sumber: Spanbauer, 1992.

Agar pemahaman dan adopsi paradigma baru pada tabel 2 dapat


berhasil, dibutuhkan suatu sistem pelatihan kepada pengelola
perguruan tinggi di Indonesia. Pelatihan TQME yang penting bagi
pengelola pergur uan tinggi di Indonesia ditunjukkan pada tabel 3.
Tabel 3. Desain Sistem Pelatihan TQME
bagi Pengelola Perguruan Tinggi di Indonesia
Jenis Pelatihan

Waktu
Minimum

Materi Pelatihan

Peserta

1. Pelatihan
Manajemen
Puncak

36 jam

Proses, Statistical Thinking,


Pelayanan Pelanggan,
Pembentukan Kelompok,
dan Solusi Masalah
Manajemen

Rektor, Pembantu Rektor,


Dekan, Pembantu
Dekan, dan Ketua
Jurusan/ Program Studi

2. Pelatihan Dosen

36 jam

Efektivitas dan Metode


Pengajaran, Statistical
Thinking, Pelayanan
Pelanggan, Pembentukan
Kelompok, dan Solusi
Masalah

Dosen Tetap,
Dosen Tidak Tetap,
dan Asisten Dosen

3. Pelatihan Staf
Pendukung

36 jam

Pelayanan Pelanggan,
Semua Staf Pendukung
Pembentukan Kelompok,
Solusi Masalah, Manajemen
Waktu, Keterampilan
Bertelepon, dan
Pengendalian Diri

Sumber: Gaspersz, 2008.

12

Implementasi Total Quality Management in Education (TQME) ....


Setelah memperoleh pelatihan dan siap menerima paradigma
bar u tentang manajemen perguruan tinggi yang berorientasi pada
peningkatan kualitas dan kepuasan pelanggan, sistem TQME secara
lengkap dapat didesain, diimplementasikan, dan ditingkatkan
ter us-menerus pada perguruan tinggi itu seperti ditunjukkan pada
Gambar 4.

Sumber: Gaspersz, 2008.


Gambar 4. Penerapan Total Quality Management
in Education (TQME) pada Perguruan Tinggi

13

Arah Reformasi Indonesia


1.6 Penutup
Total Quality Management (TQM) merupakan suatu pendekatan
dalam menjalankan usaha yang mencoba memaksimalkan daya saing
organisasi melalui perbaikan terus-menerus terhadap produk jasa,
sumber daya manusia, proses dan lingkungannya. Penerapan TQM
memerlukan instrumen yang akurat. Salah satu instrumen yang dapat
digunakan untuk melaksanakan TQM adalah patok duga (bench
marking) atau proses perbandingan, pengukuran ter us-menerus
menyangkut barang/jasa yang dihasilkan, baik secara perseorangan
ataupun secara organisasi, dengan produk dan jasa orang lain atau
dengan organisasi sejenis yang terkait. Untuk melaksanakan patok
duga (bench marking), ada empat faktor yang harus diperhatikan
yaitu: pengetahuan, dorongan untuk berbuat, peluang untuk berbuat
dan kemauan untuk berkembang.
Implementasi total quality management in education (TQME)
pada pergur uan tinggi di Indonesia har us dijalankan atas dasar
pemahaman dan tanggung jawab bersama dengan mengutamakan
efisiensi pendidikan tinggi dan peningkatan kualitas dari proses
pendidikan tinggi. Melalui penerapan TQME dalam sistem pendidikan
tinggi yang dijalankan secara terus-menerus dan konsisten, maka
perguruan tinggi di Indonesia akan mampu memenangkan persaingan
global yang amat sangat kompetitif dan memperoleh manfaat (ekonomis
maupun non-ekonomis) yang dapat dipergunakan untuk pengembangan
perguruan tinggi dan peningkatan kesejahteraan personel yang terlibat
di perguruan tinggi itu. Upaya ini juga akan mengurangi kesenjangan
persepsi yang terjadi antara perguruan tinggi dan industri di Indonesia.
Untuk itu, perlu direfleksikan secara mendalam, mengapa tingkat
pengangguran lulusan perguruan tinggi di Indonesia dari waktu ke
waktu terus bertambah, sedangkan di satu pihak tenaga kerja asing
yang nota bene adalah lulusan perguruan tinggi luar negeri terus
berdatangan ke Indonesia dan merebut posisi manajemen dalam
industri? Hal ini membawa konsekuensi ekonomi yaitu semakin banyak
devisa yang tersedot untuk membayar upah tenaga kerja asing itu.
Solusi untuk memecahkan persoalan ini adalah secepatnya
menerapkan TQME pada perguruan tinggi di Indonesia, agar lulusan
perguruan tinggi di Indonesia mampu bersaing di pasar tenaga kerja
14

Implementasi Total Quality Management in Education (TQME) ....


global. Pengetahuan yang dapat diaplikasikan dalam sistem industri
akan menjadi sumber daya nasional yang paling efektif untuk membawa
bangsa Indonesia menuju kemajuan dan mampu berkompetisi dengan
bangsa-bangsa lain di dunia. Lulusan perguruan tinggi di Indonesia
perlu dibekali juga dengan beberapa kemampuan tambahan seperti:
bekerja sama dan berinteraksi dengan orang lain, berkomunikasi,
berpikir berdasarkan logika, solusi masalah dan pembuatan keputusan,
melihat sesuatu secara komprehensif dalam konteks sistem,
pengendalian diri, dan lain-lain. Untuk hal ini, beberapa mata kuliah
seper ti Manajemen Proses, Manajemen Strategik, Dasar-dasar Teori
dan Analisis Sistem, teori manajemen kualitas, statistical thinking,
statistical process control, analisis masalah dan pembuatan keputusan
akan sangat bermanfaat apabila diajarkan pada pergur uan tinggi
di Indonesia. Dengan demikian, penerapan TQME di pergur uan
tinggi dapat meningkatkan daya saing lulusan Perguruan Tinggi di
pasar global.

15

Arah Reformasi Indonesia


Daftar Pustaka
Anonim. 2007. Total Quality Management (TQM) Ringkasan, diakses
dari: http://www.deliveri.org/guidelines/policy/pg_6/
pg_6_summar yi.htm, 8 Juni 2007.
. 2006. TQM, Six Sigma and Balanced Scorecard, diakses
dari: http://kucingkumeong.multiply.com/journal/item/86/
Artikel_TQM_Six_Sigma_Dan_Balanced_Scorecard, 12 April
2007.
Abrahamson, E. 1996. Management Fashion, Academy of Management
Review. 21(1):254-285.
Deming, W. E. 1986. Out of the Crisis, Massachusetts Institute of
Technology, Massachusetts.
Gaspersz, Vincent. 1997. Manajemen Kualitas untuk Industri Jasa,
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
. 2008. Penerapan Total Quality Management in Education
(TQME) pada Perguruan Tinggi di Indonesia: Suatu Upaya
untuk Memenuhi Kebutuhan Sistem Industri Modern, diakses
dari: Education.htm, tanggal 4 April 2007.
Harrington, J. H. and James S. Harrington. 1993. Total Improvement
Management. McGraw-Hill, Inc., New York.
Kemenade, E. V. and Paul Garre. 2000. Teach What You PreachHigher
Education and Business: Partners and Route to Quality. Quality
Progress Vol. 39, No. 9, September 2000, pp. 33-39.
Nugroho, Bashoro Agung. 2006. Hubungan HRD dan TQM Untuk
Peningkatan Produktivitas. Diakses dari: http://chamotidea.blogspot.com/2007/04/total-quality-management-tqmringkasan.html, tanggal 6 Mei 2007.
Spanbauer, S. J. 1992. A Quality System for Education, ASQC Quality
Press, Milwaukee, Wisconsin.
http://www.nanampek.nagari.org /b341.html

16

Anda mungkin juga menyukai