3.1. Pengertian Filsafat Secara etimologis istilah filsafat berasal dari bahasa Yu
nani philer yan g artinya cinta dan sophos yang artinya hikmah atau kebijaksanaan at
dom (Nas 973).Jadi secara harfiah istilah filsafat mengandung makna cinta kebijak
sanaan. Filsafat dapat dikelompokan menjadi dua macam sebagai berikut: Pertama:
Filsafat sebagai produk yang mencakup pengertian. 1. Filsafat sebagai jenis peng
etahuan,ilmu,konsep,pemikiran-pemikiran dari para filsuf pada zaman dahulu yang
lazimnya merupakan suatu aliran atau sistem filsafat tertentu. 2. Filsafat sebag
ai suatu jenis problema yang dihadapi oleh manusia sebagai hasi l dari aktifitas
berfilsafat. Kedua: Filsafat sebagai suatu proses yang dalam hal ini filsafat d
iartikan dalam bentuk suatu aktifitas berfilsafat,dalam proses suatu pemecahan p
ermasalahan de ngan menggunakan suatu cara atau metode tertentu yang sesuai deng
an objeknya. Adapun cabang-cabang filsafat yang pokok adalah sebagai berikut: 1.
Metafisika, yang membahas tentang hal-hal yang bereksistensi di balik fisis, ya
ng meliputi bidang ontologi, kosmologi dan antropologi.
3.3 Kesatuan Sila-sila Pancasila sebagai Suatu Sistem Filsafat Secara filosofis
Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat memili ki dasar ontologis, dasa
r epistemologis dan dasar aksiologis sendiri yang berbed a dengan sistem filsafa
t yang lainnya misalnya matrealisme, liberalisme, pragmat isme, komunisme, ideal
isme dan lain paham filsafat di dunia. 3.3.1 Dasar Antropologis Sila-sila Pancas
ila Dasar ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia yang memiliki h aki
kat untuk monopluralis. Oleh karena itu hakikat dasar ini juga disebut sebaga i
dasar antropologis. Jikalau kita pahaami dari segi filsafat negara bahwa Panca s
ila adalah dasar filsafat negara, adapun pendukung pokok negara adalah rakyat d
an unsur rakyat adalah manusia itu sendiri, sehingga tepatlah jikalau dalam fils
afat Pancasila bahwa hakikat dasar antropologis sila-sila Pancasila adalah manu
s ia.
3.3.2 Dasar Epistemologis Sila-sila Pancasila Sebagai suatu ideologi maka Pancas
ila memiliki tiga unsur pokok agar dap at menarik loyalitas dari pendukungnya ya
itu : 1) logos yaitu rasionalitas atau penalarannya, 2) pathos yaitu penghayatan
nya dan 3) ethos yaitu kesusilaanya (Wi bisono, 1996:3). Sebagai suatu sistem fi
lsafat serta ideologi maka Pancasila har us memilki unsur rasional terutama dala
m kedudukannya sebagai suatu sistem penge tahuan. Dasar epistemologis Pancasila
pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan den gan dasar ontologisnya. Pancasila seb
agai suatu ideologi bersumber pada nilai-ni lai dasarnya yaitu filsafat Pancasil
a (Soeryanto, 1991:50). Oleh karena itu dasa r epistemologis Pancasila tidak dap
at dipisahkan dengan konsep dasarnya tentang hakikat manusia. Kalau manusia meru
pakan basis ontologis dari Pancasila, maka de ngan demikian mempunyai implikasi
terhadap bangunan epistemologi, yaitu bangunan epistemologi yang ditempatkan dal
am bangunan filsafat manusia (Pranarka, 1996:3 2). Terdapat tiga persoalan yang
mendasar dalam epistemologi yaitu pertama t entang sumber pengetahuan manusia, k
edua tentang teori kebenaran pengetahuan man usia, ketiga tentang watak pengetah
uan manusia (Titus, 1984 : 20). 3.3.3. Dasar Aksiologis Sila-sila Pancasila Sila
-sila sebagai suatu sistem filsafat juga memiliki satu kesatuan dasa r aksiologi
snya sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila pada hakika tnya juga
merupakan suatu kesatuan. Terdapat berbagai macam teori tentang nilai dan hal in
i sangat tergantung pada titik tolak dan sudut pandangnya masing-masin g dalam m
enentukan tentang pengertian nilai dan hierarkinya. Max Sscheler mengemukakan ba
hwa nilai yang ada tidak sama luhurnya dan t idak sama tingginya. Nilai-nilai it
u dalam kenyataanya ada yang lebih tinggi dan ada yang lebih rendah bilamana dib
andingkan satu dengan lainnya. Menurut tinggi rendahnya nilai dapat digolongkan
menjadi empat tingkatan sebagai berikut : 1) Nilai-nilai kenikmatan, nilai-nilai
ini berkaitan dengan indra manusia sesuatu y ang mengenakkan dan tidak mengenak
kan dalam kaitannya dengan indra manusia (die Wertreidhe des Angenehmen und Unan
gehmen), yang menyebabkan manusia senang atau menderita atau tidak enak. 2) Nila
i-nilai kehidupan, yaitu dalam tingkatan ini t erdapatlah nilai-nilai yang penti
ng bagi kehidupan manusia, misalnya kesegaran j asmani, kesehatan, serta kesejah
teraan umum. 3) Nilai-nilai kejiwaan, dalam ting katan ini terdapat nilai-nilai
kejiwaan yang sama sekali tidak tergantung dari k eadaan jasmani ataupun lingkun
gan. Nilai-nilai semacam ini antara lain nilai kei ndahan, kebenaran, dan penget
ahuan murni yang dicapai dalam filsafat. 4) Nilai-n ilai kerokhanian, yaitu dala
m tingkatan ini terdapatlah modalitas nilai dari yan g suci (Wer Modalitat der H
eiligen und Unbeilingen). Nilai-nilai semacam itu ter utama terdiri dari nilai-n
ilai pribadi (Driyarkara, 1978). Nilai-nilai Pancasila sebagai Suatu Sistem
Isi arti sila-sila Pancasila pada hakikatnya dapat dibedakan atas hakika t Panca
sila yang umum universal yang merupakan substansi sila-sila Pancasila, se bagai
pedoman pelaksanaan dan pennyelenggaraan negara yaitu sebagai dasar negara yang
bersifat umum kolektif serta realisasi pengamalan Pancasila yang bersifat khusus
dan kongkrit. Hakikat Pancasila adalah merupakan nilai, adapun sebagai pe doman
negara adalah merupakan norma adapun aktualisasi atau pengamalannya adalah meru
pakan realisasi kongkrit Pancasila. Nilai-nilai yang terkandung dalam sila satu
sampai dengan lima merupakan cita-cita harapan, dan dambaan bangsa Indonesia yan
g akan diwujudkannya dalam k ehidupannya. Pada hakikatnya Pancasila itu merupaka
n suatu sistem nilai, dalam a rtian bahwa bagian-bagian atau sila-silanya saling
berhubungan secara erat sehin gga membentuk suatu struktur yang menyeluruh. Nil
ai-nilai yang terkandung dalam Pancasila termasuk nilai kerohanian ya ng terting
gi adapun nilai-nilai tersebut berturut-turut nilai ketuhanan adalah t ermasuk n
ilai yang tertinggi karena nilai ketuhanan adalah bersifat mutlak. Sila kemanusi
aan, adalah sebagai pengkhususan nilai ketuhanan karena manusia adalah makhluk T
uhan Yang Maha Esa sedangkan manusia adalah sebagai makhluk Tuhan. Nila i ketuha
nan dan nilai kemanusiaan dilihat dari tingkatannya adalah lebih tinggi dari pad
a nilai-nilai kenegaraan yang terkandung dalam ketiga sila lainnya yaitu sila pe
rsatuan, sila kerakyatan dan sila keadilan. Adapun nilai-nilai kenegaraa n yang
terkandung dalam ketiga sila tersebut berturut-turut memiliki tingkatan y ang le
bih tinggi daripada nilai kerakyatan dan nilai keadilan sosial karena pers atuan
merupakan adalah merupakan syarat mutlak adanya rakyat dan terwujudnya kea dila
n. Berikutnya nilai kerakyatan yang didasari nilai Ketuhanan, kemanusiaan da n n
ilai persatuan lebih tinggi dan mendasari nilai keadilan sosial karena keraky at
an adalah sebagai sarana terwujudnya suatu keadilan sosial, barulah kemudian n i
lai keadilan sosial adalah sebagai tujuan dari keempat sial lainnya. Meskipun n
ilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila berbeda-beda dan memiliki t
ingkatan serta luas yang berbeda-beda pula namun keseluruhan nilai tersebut mer
u pakan suatu kesatuan dan tidak saling bertentangan. 3.4. Pancasila sebagai Nil
ai Dasar Fundamental bagi Bangsa dan Negara Republik Indonesia 3.4.1 Dasar Filos
ofis Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu nilai-nilai yang bersifat sist em
atis, fundamental dan menyeluruh. Maka sila-sila Pancasila merupakan suatu kes a
tuan yang bulat dan utuh, hierarkhis dan sistematis. Konsekuensinya kelima sila
bukan terpisah-pisah dan memiliki makna sendiri-sendiri, melainkan memiliki ese
nsi serta makna yang utuh. Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara Republik
Indonesia, mengand ung makna bahwa dalam setiap aspek kehidupan kebangsaan, kem
asyarakatan dan kene garaan harus berdasarkan nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusiaan
, Persatuan, Kerakyat an dan Keadilan. Pemikiran filsafat kenegaraan bertolak da
ri suatu pandanagan ba hwa negara adalah merupakan suatu persekutuan hidup manus
ia atau organisasi kem asyarakatan, yang merupakan masyarakat hukum (legal socie
ty). Adapun negara yang didirikan oleh manusia itu berdasarkan pada kodrat bahwa
manusia sebagai warga negara sebagai persekutuan hidup adalah berkedudukan kodr
at manusia sebagai makh luk Tuhan Yang Maha Esa (hakikat sila pertama). Negara y
ang merupakan persekutua n hidup manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, pa
da hakikatnya bertujuan u ntuk mewujudkan harkat dan martabat manusia sebagai ma
khluk yang berbudaya atau makhluk yang beradab (hakikat sila kedua). Untuk mewuj
udkan suatu negara sebagai suatu organisasi hidup manusia harus membentuk suatu
ikatan sebagai suatu bangs a (hakikat sila ketiga). Terwujudnya persatuan dalam
suatu negara akan melahirka n rakyat sebagai suatu bangsa yang hidup dalam suatu
wilayah negara tertentu. Ko nsekuensinya dalam hidup kenegaraan itu haruslah me
ndasarkan pada nilai bahwa ra kyat merupakan asal mula kekuasaan negara. Maka ne
gara harus bersifat demokratis , hak serta kekuasaan rakyat harus dijamin, baik
sebagai individu maupun secara bersamaan (hakikat sila keempat). Untuk mewujudka
n tujuan negara sebagai tujuan bersama, maka dalam hidup kenegaraan harus mewuju
dkan jaminan perlindungan bagi
seluruh warga, sehingga untuk mewujudkan tujuan seluruh warganya harus dijamin b
erdasarkan suatu prinsip keadilan yang timbul dalam kehidupan bersama (kehidupa
n sosial) (hakikat sila kelima). Nilai-nilai inilah yang merupakan suatu nilai d
a sar bagi kehidupan kenegaraan, kebangsaan dan kemasyarakatan. 3.4.2 Nilai-nila
i Pancasila sebagai Nilai Fundamental Negara Nilai-nilai Pancasila terkandung da
lam Pembukaan UUD1945 secara yuridis memiliki kedudukan sebagai Pokok Kaidah Neg
ara yang Fundamental.Adapun Pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya memuat nilai-nil
ai Pancasila mengandung Empat Pokok P ikiran yang bilamana di dalamnya dianalisi
s makna yang terkandung di dalamnya ad alah derivasi atau penjabaran dari nilainilai Pancasila Pokok Pikiran pertama menyatakan bahwa negara Indonesia adalah n
ega ra persatuan,yaitu negara yang melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
dara h Indonesia,mengatasi segala paham golongan maupun perseorangan.Hal ini mer
upaka n penjabaran sila ketiga. Pokok pikiran kedua menyatakan bahwa negara hend
ak mewujudkan suat u keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam hal in
i negara berkewajib an mewujudkan kesejahteraan umum bagi seluruh warga negara.
Mencerdaskan kehidup an bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berd
asarkan perdamaian ab adi dan keadilan sosial. Pokok pikiran ini sebagai penjaba
ran sila kelima. Pokok Pikiran ketiga menyatakan bahwa negara berkedaulatan raky
at. Berda sarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan. Hal ini menunju
kkan bahwa negara Indonesia adalah negara demokrasi yaitu kedaulatan di tangan r
akyat. Hal ini merupakan penjabaran sila keempat. Pokok Pikiran keempat menyatak
an bahwa , negara berdasarkan atas Ketuhan an yang Maha Esa menurut dasar kemanu
siaan yang adil dan beradab. Hal ini mengan dung arti bahwa negara Indonesia men
jungjung tinggi keberadaban semua agama dala m pergaulan hidup negara. Hal ini m
erupakan penjabaran sila pertama dan kedua. Dalam pengertian seperti inilah maka
sebenarnya dapat disimpulkan bahwa Pancasil a merupakan dasar yang fundamental
bagi negara Indonesia terutama dalam pelaksan aan dan penyelenggaraan negara. 3.
5 Inti Isi Sila-sila Pancasila Nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila ada
lah sebagai berikut. 3.5.1 Sila Ketuhanan Yang Maha Esa Dalam sila Ketuhanan Yan
g Maha Esa terkandung nilai bahwa negara yang di dirikan adalah sebagai pengejaw
antahan tujuan manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa. Oleh karena itu sega
la hal yang berkaitan dengan pelaksanaan dan peny elenggaraan negara bahkan mora
l negara, moral penyelenggara negara, politik nega ra, pemerintahan negara, huku
m dan peraturan perundang-undangan negara, kebebasa n dan hak asasi warga negara
harus dijiwai nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. 3.5.2 Sila Kemanusiaan yang
Adil dan Beradab Dalam sila kemanusiaan terkandung nilai-nilai bahwa negara haru
s menjunj ung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang beradab. O
leh karena itu dalam peraturan perundang-undangan negara harus mewujudkan tercap
ainya tuju an ketinggian harkat dan martabat manusia, terutama hak-hak kodrat ma
nusia sebag ai hak dasar (hak asasi) harus dijamin dalam peratuiran perundang-un
dangan negar a. Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah mengandung nilai suatu
kesadaran sik ap moral dan tingkah laku manusia yang didasarkan pada potensi bud
i nurani manus ia dalam hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan pada umumnya
baik terhadap d iri sendiri, terhadap sesama manusia maupun terhadap lingkungann
ya. Nilai kemanu siaan yang beradab adalah perwujudan nilai kemanusiaan sebagai
makhluk yang berb udaya bermoral dan beragama. 3.5.3 Persatuan Indonesia Dalam s
ila ini terkandung nilai bahwa negara adalah sebagai penjelmaan s ifat kodrat ma
nusia monodualis yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk sosial . Negara adal
ah suatu persekutuan hidup bersama di antara elemen-elemen yang mem bentuk negar
a yang berupa, suku, ras, kelompok, golongan maupun kelompok agama. Tujuan negar
a dirumuskan untuk melindungi segenap warganya dan seluruh tumpah da rahnya, mem
ajukan kesejahteraan umum (kesejahteraan seluruh warganya) mencerdask an kehidup
an warganya serta dalam kaitannya dengan pergaulan dengan bangsa-bangs
a lain di dunia untuk mewujudkan suatu ketertiban dunia yang berdasarkan perdama
ian abadi dan keadilan sosial. Hal ini terkandung nilai bahwa nasionalisme Indo
nesia adalah nasionalism e religius. Yaitu nasionalisme yang bermoral Ketuhanan
yang Maha Esa, nasionalis me yang humanistik yang menjunjung tinggi harkat dan m
artabat manusia sebagai na khluk Tuhan. 3.5.4. Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hik
mat Kebijaksanaa dalam Permusyawaratan/Perwakilan Nilai filosofis yang terkandun
g di dalamnya adalah bahwa hakikat negara adalah sebagai penjelmaan sifat kodrat
manusia sebagai makhluk individu dan makh luk sosial. Hakikat rakyat adalah mer
upakan sekelompok manusia sebagai makhluk T uhan yang Maha Esa yang bersatu yang
bertujuan mewujudkan harkat dan martabat ma nusia dalam suatu wilayah negara. R
akyat adalah subjek pendukung pokok negara. N egara adalah dari oleh dan untuk r
akyat, oleh karena itu rakyat merupakan asal m ula kekuasaan negara. Dalam sila
kerakyatan terkandung nilai demokrasi yang seca ra mutlak harus dilaksanakan dal
am hidup negara, maka nilai-nilai demokrasi yang terkandung dalam sila keempat a
dalah (1) adanya kebebasan yang harus disertai d engan tanggung jawab baik terha
dap masyarakat bangsa maupun secara moral terhada p Tuhan yang Maha Esa. (2) Men
junjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan. (3 ) Menjamin dan memperkokoh pe
rsatuan dan kesatuan dalam hidup bersama. (4) Menga kui atas perbedaan individu,
kelompok, ras, suku, agama, karena perbedaan merupa kan suatu bawaan kodrat man
usia. (5) Mengakui adanya persamaan hak yang melekat pada setiap individu, kelom
pok, ras, suku, maupun agama. (6) Mengarahkan perbeda an dalam suatu kerja sama
kemanusiaan yang beradab. (7) Menjunjung tinggi asas m usyawarah sebagai moral k
emanusiaan yang beradab. (8) Mewujudkan dan mendasarkan suatu keadilan dalam keh
idupan sosial agar tercapainya tujuan bersama. 3.5.5. Keadilan sosial bagi Selur
uh Rakyat Indonesia Dalam sila kelima tersebut terkandung nilai-nilai yang merup
akan tujuan negara sebagai tujuan dalam hidup bersama. Maka di dalam sila kelima
tersebut te rkandung nilai keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan bersama
(kehidupan s osial). Keadilan yang harus terwujud dalam hidup bersama adalah me
liputi (1) kea dilan distributif, yaitu suatu hubungan keadilan antara negara te
rhadap warganya , dalam arti pihak negaralah yang wajib memenuhi keadilan dalam
bentuk keadilan membagi, dalam bentuk kesejahteraan, bantuan, subsidi serta kese
mpatan dalam hid up bersama yang didasarkan atas hak dan kewajiban. (2) keadilan
legal (keadilan bertaat), yaitu suatu hubungan keadilan antara warga negara ter
hadap negara dan dalam masalah ini pihak wargalah yang wajib memenuhi keadilan d
alam bentuk menta ati peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam negara. (3
) keadilan komutat if, yaitu suatu hubungan keadilan antara warga satu dengan la
innya secara timbal balik.
BAB IV
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL 4.1 Pengertian Asal Mula Pancasila Pancasila
sebagai dasar filsafat serta ideologi bangsa dan negara Indone sia, bukan terbe
ntuk secara mendadak serta bukan hanya diciptakan oleh seseorang sebagaimana yan
g terjadi pada ideologi-ideologi lain di dunia, namun terbentukn ya Pancasila me
lalui prose yang cukup panjang dalam sejarah bangsa Indonesia. 4.1.1. Asal Mula
yang Langsung Secara ilmiah filsafati dibedakan atas empat macam yaitu: Kausa Ma
terial is, Kausa Effisien, dan Kausa Finalis (Bagus, 1991 : 158). Adapun rincian
asal m ula langsung Pancasila menurut Notonagoro adalah sebagi berikut: (a) Asa
l mula bahan (Kausa Materialis) Asal bahan Pancasila adalah pada bangsa Indonesi
a sendiri yang terdapat dalam ke pribadian dan pandangan hidup. (b) Asal mula be
ntuk (Kausa Formalis) Asal mula bentuk Pancasila adalah Ir. Soekarno bersama-sam
a Drs. Moh. Hatta sert a anggota BPUPKI lainnya merumuskan dan membahas Pancasil
a terutama dalam hal be ntuk, rumusan serta nama Pancasila. (c) Asal mula karya
(Kausa Effisien) Yaitu PPKI sebagai pembentuk negara dan atas kuasa pembentuk ne
gara yang mengesa hkan Pancasila menjadi dasar negara yang sah, setelah dilakuka
n pembahasan baik dalam sidang-sidang BPUPKI, Panitia Sembilan. (d) Asal mula tu
juan (Kausa Finalis) Tujuan perumusan Pancasila adalah untuk dijadikan sebagai d
asar negara yang diba has dalam sidang-sidang para pendiri negara, yang mana par
a pendiri negara terse but berfungsi sebagai kausa sambungan karena yang merumus
kan dasar filsafat nega ra. 4.1.2. Asal Mula yang Tidak Langsung Secara kausalit
as asal mula yang tidak langsung Pancasila adalah asal mu la sebelum proklamsai
kemerdekaan.Berarti bahwa asal mula nilai-nilai Pancasila yang terdapat dalam ad
at-istiadat,dalam kebudayaan serta dalam nilai-nilai agama bangsa Indonesia, seh
ingga dengan demikian asal mula tidak langsung Pancasila a dalah terdapat pada k
epribadian serta dalam pandangan hidup sehari-hari bangsa I ndonesia. 4.1.3. Ban
gsa Indonesia ber-Pancasila dalam Tri Prakara Pada hakikatnya bangsa Indonesia ber
-Pancasila dalam tiga asas atau Tr i Prakara yang rinciannya adalah sebagai beriku
t: Pertama : Bahwa unsur-unsur Pancasila sebelum disahkan menjadi dasar filsafat
ne gara secara yuridis sudah dimiliki oleh bangsa Indonesia sebagai asas-asas d
alam adat-istiadat dan kebudayaan dalam arti luas (Pancasila Asas Kebudayaan). K
edua : Demikian juga unsur-unsur Pancasila telah terdapat pada bangsa Ind onesia
sebagai asas-asas dalam agama-agama (nilai-nilai religius) (Pancasila Asa s Rel
igius). Ketiga : Unsur-unsur tadi kemudian diolah, dibahas dan dirumuskan secara
saksa ma oleh para pendiri negara dalam sidang-sidang BPUPKI, Panitia Sembilan. S
etelah bangsa Indonesia merdeka rumusan Pancasila calon dasar negara tersebut ke
mudian disahkan oleh PPKI sebagai Dasar Filsafat Negara Indonesia dan terwujudla
h panca sila sebagai asas kenegaraan (Pancasila asas kenegaraan). 4.2 Kedudukan
dan Fungsi Pancasila Dari berbagai macam kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai
titik sentral pembahasan adalah kedudukan dan fungsi pancasila sebagai dasar neg
ara Republik Indonesia, hal ini sesuai dengan kausa finalis Pancasila yang dirum
uskan oleh pe mbentuk negara pada hakikatnya adalah sebagai dasar negara Republi
k Indonesia. N amun hendaklah dipahami bahwa asal mula Pancasila sebagai dasar n
egara Republik Indonesia, adalah digali dari unsur-unsur yang berupa nilai-nilai
yang terdapat pada bangsa Indonesia sendiri yang berupa pandangan hidup bangsa
Indonesia. Oleh karena itu dari berbagai macam kedudukan dan fungsi Pancasila da
pat dikembalika n pada dua macam kedudukan dan fungsi Pancasila yang pokok yaitu
sebagai Dasar N
egara Republik Indonesia dan sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia. 4.2.1. Pa
ncasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Bangsa Indonesia dalam hidup bernegara te
lah memiliki suatu pandangan hi dup bersama yang bersumber pada akar budayanya d
an nilai-nilai religiusnya. Panc asila sebagai pandangan hidup bangsa terkandung
di dalamnya konsepsi dasar menge nai kehidupan yang dicita-citakan, terkandung
dasar pikiran terdalam dan gagasan mengenai wujud kehidupan yang yang dianggap b
aik. Pandangan hidup Pancasila bag i bangsa Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika
harus merupakan asas pemersatu bang sa sehingga tidak boleh mematikan keanekarag
aman. Sebagai intisari dari nilai budaya masyarakat Indonesia, maka Pancasila me
rupakan cita-cita moral bangsa yang memberikan pedoman dan kekuatan rohaniah b a
gi bangsa untuk berprilaku luhur dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyaraka
t, berbangsa dan bernegara. 4.2.2 Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indone
sia Pancasila merupakan suatu dasar nilai serta norma untuk mengatur pemerin tah
an negara atau Pancasila merupakan suatu dasar untuk mengatur penyelenggaraan ne
gara. Pancasila merupakan Sumber dari Segala sumber hukum, Pancasila merupaka n
sumber kaidah hukum negara yang secara konstitusional mengatur negara Republik I
ndonesia beserta seluruh unsur-unsurnya yaitu rakyat, wilayah, serta pemerinta h
an negara. Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian yang
mel iputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum, sehingga merupakan suatu sumbe
r ni lai, norma serta kaidah, baik moral maupun hukum negara, dan menguasai yang
tida k tertulis atau convensi. Dalam kedudukannya sebagai dasar negara, Pancasi
la mem punyai kekuatan mengikat secara hukum. Kedudukan Pancasila sebagai dasar
negara dapat dirinci sebagai berikut : a) Pancasila sebagai dasar negara adalah
merupakan sumber dari segala sumbe r hukum (sumber tertib hukum) Indonesia. Deng
an demikian Pancasila merupakan asa s kerohanian tertib hukum Indonesia yang dal
am Pembukaan UUD 1945 dijelmakan leb ih lanjut ke dalam empat pokok pikiran. b)
Meliputi suasana kebatinan (Geistlichenhintergrund) dari UUD 1945. c) Mewujudkan
cita-cita hukum bagi hukum dasar negara (baik hukum dasar ter tulis maupun tida
k tertulis) d) Mengandung norma yang mengharuskan UUD mengandung isi yang mewaji
bkan pe merintah dan lain-lain penyelenggara negara (termasuk para penyelenggara
partai dan golongan fungsional) memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhu
r. e) Merupakan sumber semangat bagi UUD 1945, bagi penyelenggara negara, para p
elaksana pemerintahan (juga para penyelenggara partai dan golongan fungsional) .
Dengan semangat yang bersumber pada asas kerohanian negara sebagai pandangan h
idup bangsa, maka dinamika masyarakat dan negara akan tetap diliputi dan diarahk
an asas kerohanian negara. 4.2.3. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara
Indonesia Pancasila bukan hasil pemikiran dari seseorang atau sekelompok orang,
na mun Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat-istiadat, nilai-nilai kebudayaan
se rta nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia
sebe lum membentuk negara. Dengan demikian Pancasila sebagai ideologi bangsa dan
nega ra Indonesia berakar pada pandangan hidup dan budaya bangsa, dan bukannya
mengan gkat atau mengambil ideologi dari bangsa lain. Pancasila berasal dari nil
ai-nila i yang dimiliki oleh bangsa sehingga Pancasila pada hakikatnya untuk sel
uruh lap isan serta unsur-unsur bangsa secara komperhensif. Oleh karena ciri kha
s Pancasi la itu maka memiliki kesesuaian dengan bangsa Indonesia. a. Pengertian
Ideologi Istilah ideologi bersal dari kata idea yang berarti gagasan, konsep, peng
er tian dasar , cita-cita dan logos yang berarti ilmu. Kata idea berasal dari kata bah
Yunani eidos yang artinya bentuk. Di samping itu ada kata idein yang artinya melihat
a secara harafiah, ideologi berarti ilmu pengertian-pengertian dasar. Dalam pen
gertian sehari-hari, idea disamakan artinya dengan cita-cita. Cita-cita yang dimaksu
d adalah cita-cita yang bersifat tetap yang harus dicapai, sehingga cita-cita y
a ng bersifat tetap itu sekaligus merupakan dasar, pandangan atau faham. Pada ha
ki katnya, antara dasar dan cita-cita itu sebenarnya dapat merupakan satu kesatu
an.
Dasar ditetapkan karena atas suatu landasan, asas atau dasar yang telah ditetap
kan pula. Dengan demikian ideologi mencakup pengertian tentang idea-idea, penger
tian dasar, gagasan dan cita-cita. Pengertian ideologi secara umum dapat dikataka
n sebagai kumpulan gagasan-g agasan, ide-ide, keyakinan-keyakinan, kepercayaan-k
epercayaan, yang menyeluruh d an sistematis yang menyangkut: a. Bidang politik (
termasuk di dalamnya bidang pertahanan dan keamanan) b. Bidang sosial c. Bidang
kebudayaan d. Bidang keagamaan (Soejono Soemargono, Ideologi Pancasila sebagai P
enjelm aan Filsafat Pancasila dan pelaksanaanya dalam masyarakat Kita Dewasa ini
, suatu makalah diskusi dosen Fakultas Filsafat, hal 8). b. Ideologi Terbuka dan
Ideologi Tertutup Ideologi sebagai suatu sistem pemikiran (system of thought),
maka ideolo gi terbuka itu merupakan suatu sistem pemikiran terbuka. Sedangkan i
deologi tert utup itu merupakan suatu sistem pemikiran tertutup. Suatu ideologi
tertutup dapa t dikenali dari beberapa ciri khas. Ideologi itu bukan cita-cita y
ang sudah hidu p dalam masyarakat, melainkan merupakan cita-cita satu kelompok o
rang yang menda sari suatu program untuk mengubah dan membaharui masyarakat. Den
gan demikian ada lah menjadi ciri ideologi tertutup bahwa atas nama ideologi dib
enarkan pengorban an-pengorbanan yang dibebankan kepada masyarakat. Demi ideolog
i masyarakat harus berkorban, dan kesediaan untuk menilai kepercayaan ideologis
para warga masyara kat serta kesetiaannya masing-masing sebagai warga masyarakat
. Isi dari ideologi tertutup bukan hanya berupa nilai-nilai dan cita-cita terten
tu, melainkan intinya terdiri dari tuntutan-tuntutan konkret dan operasion al ya
ng keras, yang diajukan dengan mutlak. Jadi ciri khas ideologi tertutup ada lah
bahwa betapapun besarnya perbedaan antara tuntutan berbagai ideologi yang me mun
gkinkan hidup dalam masyarakat itu, akan selalu ada tuntutan mutlak bahwa ora ng
harus taat terhadap ideologi tersebut. Hal itu juga berarti orang harus taat te
rhadap elite yang mengembannya, taat terhadap tuntutan ideologis dan tuntutan ke
taatan itu mutlak dari nuraninya, tanggung jawabnya atas hak-hak asasinya. Kek u
asaannya selalu condong ke arah total, jadi bersifat totaliter dan akan menyang
kut segala segi kehidupan. Yang berlaku bagi ideologi tertutup, tidak berlaku ba
gi ideologi terbuka . Ciri khas ideologi terbuka adalah bahwa nilai-nilai dan ci
ta-citanya tidak dip aksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari harta
kekayaan rohani, mora l dan budaya masyarakat itu sendiri. Dasarnya bukan keyaki
nan ideologis sekelomp ok orang, melainkan hasil musyawarah dan konsensus dari m
asyarakat tersebut. Ide ologi terbuka tidak diciptakan oleh negara, melainkan di
gali dan ditemukan dalam masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, ideologi terbu
ka adalah milik seluruh rakyat, dan masyarakat dalam menemukan dirinya, kepribadian
nya di dalam ideologi ter sebut. c. Ideologi Partikular dan Ideologi Komprehensif
Dari segi sosiologis pengetahuan mengenai ideologi dikembangkan oleh Kar l Mann
heim yang beraliran Marx. Mannheim membedakan dua macam kategori ideologi secara
sosiologis, yaitu ideologi yang bersifat partikular dan ideologi yang ber sifat
komprehensif. Kategori pertama diartikan sebagai suatu keyakinan-keyakinan yang
tersusun secara sistematis dan terkait erat dengan kepentingan suatu kelas sosi
al tertentu dalam masyarakat (Mahendra, 1999). Berdasarkan tipologi ideolog i me
nurut Mannheim inilah maka ideologi komunis yang membela kelas proletar dan ideo
logi liberalis yang memperjuangkan hanya kebebasan individu saja termasuk ti pe
ideologi partikular. Kategori kedua diartikan sebagai suatu sistem pemikiran men
yeluruh mengenai semua aspek kehidupan sosial. Ideologi dalam kategori kedua ini
bercita-cita melakukan transformasi sosial secara besar-besran menuju bentuk te
rtentu. Menurut Mannheim ideologi kategori kedua ini tetap berada dalam batas an
-batasan yang realistis dan berbeda dengan ideologi utopia yang hanya berisi gag a
san-gagasan besar namun hampir tidak mungkin dapat ditrasnsformasikan dalam keh
idupan praktis. d. Hubungan antara Filsafat dan Ideologi Filsafat sebagai pandan
gan hidup pada hakikatnya merupakan sistem nilai
s yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. 4.3. Perbandingan Ideologi Pancasi
la dengan Paham Ideologi Besar lainnya di Dun ia Ideologi Pancasila Nilai-nilai
pancasila berasal dari nilai-nilai pandangan hidup bangsa te lah diyakini kebena
rannya kemudian diangkat oleh bangsa Indonesia sebagai dasar filsafat negara dan
kemudian menjadi ideologi bangsa dan negara. Oleh karena itu , ideologi Pancasi
la ada pada kehidupan bangsa dan terlekat pada kelangsungan hi dup bangsa dalam
rangka bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Ideologi Pancasila mendasarkan pa
da haikat sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Dala
m ideologi Pancasila mengakui atas kebe saran dan kemerdekaan individu, namun da
lam hidup bersama juga harus mengakui ha k dan kebebasan orang lain secara bersa
ma sehingga harus mengakui hak-hak masyar akat. Negara Pancasila Bangsa Indonesi
a dalam panggung sejarah berdirinya negara di dunia memil iki suatu ciri khas ya
itu dengan mengangkat nilai-nilai yang telah dimilikinya s ebelum membentuk suat
u negara modern. Nilai-nilai tersebut adalah berupa nilai-n ilai adat-istiadat k
ebudayaan, serta nilai religius yang kemudian dikristalisasi kan menjadi suatu s
istem nilai yang disebut Pancasila. Dalam upayanya untuk memb entuk suatu persek
utuan yang disebut negara maka bangsa Indonesia mendasarkan pa da suatu pandanga
n hidup yang telah dimilikinya yaitu Pancasila. Bangsa ini mend irikan suatu neg
ara berdasarkan Filsafat Pancasila, yaitu suatu Negara Persatuan , Negara Kebang
saan serta Negara yang bersifat Integralistik. 4.3.1. Paham Negara Persatuan Ban
gsa dan negara Indonesia terdiri atas berbagai macam unsur yang membe ntuknya ya
itu suku bangsa, kepulauan, kebudayaan, golongan serta agama yang seca ra keselu
ruhan merupakan suatu kesatuan. Hakikat negara persatuan dalam pengerti an ini a
dalah negara yang merupakan suatu kesatuan dari unsur-unsur yang membent uknya,
yaitu rakyat yang terdiri atas berbagai macam etnis suku bangsa, golongan , kebu
dayaan serta agama. Wilayah, yang terdiri atas beribu-ibu pulau yang sekal igus
juga memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda pula. Oleh karena itu ne gara
persatuan adalah merupakan satu negara, satu rakyat, satu wilayah dan tidak ter
bagi-bagi misalnya seperti negara serikat, satu pemerintahan, satu tertib hu kum
yaitu tertib hukum nasional, satu bahasa serta satu bangsa yaitu Indonesia. Bhi
nneka Tunggal Ika Hakikat makna Bhinneka Tunggal Ika yang memberikan suatu penge
rtian bahw a meskipun bangsa dan negara Indonesia terdiri atas bermaca-macam suk
u bangsa ya ng memiliki adat-istiadat, kebudayaan serta karakter yang berbeda-be
da, memiliki agama yang berbeda-beda dan terdiri atas beribu-ribu kepulauan wila
yah nusantar a Indonesia, namun keseluruhannya adalah merupakan suatu persatuan
yaitu persatu an bangsa dan negara Indonesia. Perbedaan itu adalah merupakan sua
tu bawaan kodr at manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa, namun perbedaan i
tu untuk dipers atukan disintesakan dalam suatu sintesa yang positif dalam suatu
negara kebersam aan, negara persatuan Indonesia (Notonagoro, 1975:106). 4.3.2.
Paham Negara Kebangsaan Dalam upaya untuk merealisasikan harkat dan martabatnya
secara sempurna maka manusia membntuk suatu persekutuan hidup dalam suatu wilaya
h tertentu serta memiliki suatu tujuan tertentu. Dalam pengertian inilah maka ma
nusia membentuk suatu persekutuan hidup yang disebut sebagai bangsa, dan bangsa
yang hidup dalam suatu wilayah tertentu serta memiliki tujuan tertentu maka peng
ertian ini diseb ut negara. a. Hakikat Bangsa Manusia sebagai makhluk Tuhan pada
hakikatnya memiliki sifat kodrat seba gai makhluk individu dan makhluk sosial.
Suatu bangsa bukanlah merupakan suatu m anifestasi kepentingan individu saja yan
g diikat secara imperatif dengan suatu p
(2). Hubungan Negara dengan Agama menurut Paham Theokrasi Hubungan tersebut meny
atakan bahwa negara dan agama tidak dapat dipisahk an. Pemerintahan , segala tat
a kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara did asarkan atas firman-firman T
uhan. Terdapat dua macam pengertian negara Theokrasi , yaitu Negara Theokrasi La
ngsung dan Negara Theokrasi tidak Langsung. (a) Negara Theokrasi Langsung Kekuas
aan adalah langsung merupakan otoritas Tuhan. Adanya negara diduni a ini adalah
atas kehendak Tuhan, dan yang memerintah adalah Tuhan. Dalam sejara h Perang Dun
ia II, rakyat Jepang rela mati berperang demi Kaisarnya, karena menu rut keperca
yaannya Kaisar adalah sebagai anak Tuhan. (b) Negara Theokrasi Tidak Langsung Ne
gara theokrasi tidak langsung bukan Tuhan sendiri yang memerintah dala m negara,
melainkan Kepala Negara atau Raja, yang memiliki otoritas atas nama Tu han. Dal
am sejarah kenegaraan kerajaan Belanda, raja mengemban tugas suci yaitu kekuasaa
n yang merupakan amanat dari Tuhan (mission sacre). (3) Hubungan Negara denagn A
gama menurut Sekulerisme Paham sekulerisme membedakan dan memisahkan antara agam
a dan negara. Dal am negara yang berpaham sekulerisme bentuk, sistem, serta sega
la aspek kenegaraa n tidak ada hubungannya dengan agama. sekulerisme berpandanga
n bahwa negara adal ah masalah-masalah keduniawian hubungan manusia dengan manus
ia, adapun agama ada lah urusan akherat yang menyangkut hubungan manusia dengan
Tuhan. 5. Negara Pancasila Adalah Negara Kebangsaan Yang Berkemanusiaan yang Adi
l dan Beradab Negara pada hakikatnya menurut pandangan filsafat pancasila adalah
merup akan suatu persekutuan hidup manusia, yang merupakan penjelmaan sifat kod
rat man usia sebagai makhluk sosial serta manusia sebagai makhluk Tuhan yang Mah
a Esa. N egara adalah lembaga kemanusiaan, lembaga kemasyarakatan yang bertujuan
demi ter capainya harkat dan martabat manusia serta kesejahteraan lahir maupun
batin. Seh ingga tidak mengherankan jikalau manusia adalah merupakan subjek pend
ukung pokok negara. Oleh karena itu negara adalah suatu negara Kebangsaan yang B
erketuhanan yang Maha Esa, dan Berkemanusiaan yang adil dan Beradab. 6. Negara P
ancasila adalah Negara Kebangsaan Yang Berkerakyatan Negara kebangsaan yang berk
edaulatan rakyat berarti bahwa kekuasaan tert inggi adalah di tangan rakyat dan
dalam sistem kenegaraan dilakukan oleh suatu m ajelis yaitu Majelis Permusyawara
tan Rakyat (MPR) dalam kata lain negara tersebu t adalah suatu negara demokrasi.
Rakyat adalah merupakan suatu penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai individu
dan makhluk sosial. Oleh karena itu demokrasi me nurut kerakyatan adalah demokra
si monodualis artinya sebagai makhluk individu memi liki hak dan sebagai makhluk s
osial harus disertai tanggung jawab. Oleh karena i tu dalam menggunakan hak-hak
demokrasi yang (1) disertai tanggung jawab kepada T uhan yang Maha Esa, (2) menj
unjung dan memperkokoh pesatuan dan kesatuan bangsa, serta (3) disertai dengan t
ujuan untuk mewujudkan suatu keadilan sosial,yaitu ke sejahteraan dalam hidup be
rsama. 7. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan Yang Berkeadilan Sosial Nega
ra Pancasila adalah negara kebangsaan yang berkeadilan sosial yang m ana keadila
n sosial tersebut didasari dan dijiwai oleh hakikat keadilan manusia sebagai mak
hluk yang beradab (sila II). Keadilan sosial meliputi tiga hal yaitu: (1) keadil
an distributif (keadilan membagi), yaitu negara terhadap warganya, (2 ) keadilan
legal (keadilan bertaat), yaitu warga terhadap negaranya untuk mentaa ti peratu
ran perundangan, dan (3) keadilan komutatif (keadilan antar sesama warg a negara
), yaitu hubungan keadilan antara warga satu dengan lainnya secara timba l balik
(Notonagoro, 1975).