dan sulfida yang besar. Dimana potensi ini dibuktikan para peneliti dari DEM (De
vision Of Exploration and Mining) yang melakukan penelitian pada daerah minerali
sasi berkaitan dengan unsur vulkanik. Selain itu Indonesia adalah daerah yang be
rada pada jalur pegunungan aktif. Oleh karena itu Negara kita banyak terdapat su
mber daya mineral, semua mineral mineral yang ada dapat di eksplorasi menggunaka
n metode geofisika yang tujuannya adalah mendapatkan mineral ekonomis, mineral t
ersebut dapat berupa mineral logam, misalnya emas, perak, tembaga, timah dan seb
againya.Sedangkan pengukuran IP frequency domain/kawasan frekuensi adalah penguk
uran nilai resistivity batuan dengan menggunakan frekuensi yang berbeda. Frekuen
si yang digunakan biasanya disebut frekuensi DC untuk frekuensi rendah dan freku
ensi AC untuk frekuensi tinggi. Frekuensi efek ini dapat didefenisikan sebagai b
erikut:
FE=((?_dc-?_ac ))/?_ac =(?_dc/?_ac )-1
(14)
PFE=100 ((?_dc-?_ac ))/?_ac
(15)
Dimana:
setan kuning
Rabu, 28 Januari 2009
Konfigurasi Elektroda dalam Metode Resistivitas
Metode resistivitas dapat dibedakan dengan menggunakan beberapa susunan konfigur
asi elektrodanya yaitu:
1. Metode Schlumberger
Faktor geometri untuk setiap konfigurasi eleksuatu perairan sangat ditentukan ol
eh intensitas cahaya matahari yang
diterima, hal ini bisa kita liat secara kontras dimana daerah tropis memiliki su
hu
perairan yang lebih hangat dibandingan dengan daerah kutub. Intensitas penyinara
n
matahari ini juga akan sangat mepengaruhi aktivitas penguapan yang terjadi pada
suatu daerah, yang nantinya aktivitas penguapan ini akan mempengaruhi salinitas
suatu perairan. Selain penguapan, salintas juga sangat dipengaruhi oleh curah hu
jan
QURNIA'S LIFE IS MY ADVENTURE
?????????-MAKA NIKMAT TUHANMU YANG MANAKAH YANG KAMU DUSTAKAN
SKIP TO CONTENT
HOME
WATASHIWA QURNIA DESU
BELAJAR BAHASA
GEOPHYSIC ZONE
ISLAM KNOWLEDGE
NGAKAKMANIA
SOFTWARE
CALENDER
SEPTEMBER 2016
M
T
W
MAY
1
2
5
6
7
12
13
14
19
20
21
26
27
28
QURNIA S GALLERY
3
8
15
22
29
4
9
16
23
30
10
17
24
11
18
25
Hidup penuh warna dan cerita yang nantinya akan menorehkan kesan untuk setiap ba
giannya.
jadilah menginspirasi dan berbuat baik untuk semua.
YOGYAXMARTCITY
YogyaXmartcity.com Pendapat wanita jogja mengenai teknologi di bidang telekomuni
kasi 4G hubungannya dengan kemajuan wanita jogja
4G SAHABAT BARU WANITA JOGJA PAGE CONTENTS
REGISTER
LOG IN
ENTRIES RSS
COMMENTS RSS
WORDPRESS.COM
Facebook LinkedIn
Create a free website or blog at WordPress.com.
GEOLISTRIK ZONE
Geolistrik Method
MODUL GEOLISTRIK
Standard
Modul pratikum ini akan menjelaskan dan membahas tentang cara pengukuran dan pen
golahan data geofisika dengan menggunakan metoda geolistrik. Metoda ini adalah s
alah satu metoda yang ada dalam bidang geofisika yang mempelajari sifat aliran l
istrik di dalam bumi. Sifat ini dipelajari dengan melakukan pengukuran di atas d
an di bawah (logging) permukaan bumi yang meliputi pengukuran medan potensial da
n arus, baik yang terjadi baik secara alamiah maupun akibat penginjeksian arus k
e dalam bumi. Metoda geolistrik ini terdiri dari metoda tahanan jenis (Resistivi
ty), potensial diri (Self Potential) dan polarisasi terinduksi (Induced Polariza
tion).
Di dalam modul pratikum ini, metoda yang digunakan dibatasi pada metoda taha
nan jenis dan potensial diri yang pengukurannya dilakukan di permukaan, kemudian
dilanjutkan dengan pengukuran yang dilakukan di bawah permukaan dalam lubang bo
r (logging). Untuk metoda polarisasi terinduksi dikarenakan peralatan yang memad
ai belum ada, maka metoda ini belum dapat dipratikumkan.
Pengukuran di atas permukaan terdiri dari enam modul, yaitu metoda tahanan j
enis empat modul (modul metoda tahanan jenis 1D, 2D, 3D dan Mise-a-la-masse) dan
metoda potensial diri dua modul (modul metoda mapping dan gridding). Sedangkan
pengukuran di dalam lubang bor terdiri dari dua modul, yaitu modul penentuan sat
urasi air formasi dan penentuan porositas batuan formasi.
Dalam satu kegiatan modul pratikum, pratikan diwajibkan mengikuti tes pendah
uluan yang dilakukan sebelum pratikum dimulai, membuat laporan pendahuluan yang
dikumpulkan sebelum pratikum dimulai, mengikuti pratikum dan membuat laporan akh
ir dari kegiatan pratikum. Laporan akhir dikumpulkan paling lambat satu minggu d
ari kegiatan pratikum.
Di akhir modul pratikum ini dilampirkan prosedur penggunaan alat Resistiviti
meter dan Mini data logger. Dengan demikian sebelum pratikum dimulai pratikan da
pat mempelajari terlebih dahulu peralatan yang akan digunakan. Sehingga kesalaha
n prosedur pengukuran seminimal mungkin dapat dihindarkan.
KONSEP DASAR
METODA TAHANAN JENIS
A. Pengertian Metoda Tahanan Jenis
Metoda tahanan jenis merupakan salah satu metoda geolistrik yang mempelajari
sifat-sifat aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya di pe
rmukaan bumi. Besaran fisis yang dipelajari adalah tahanan jenis batuan akibat a
danya medan potensial dan arus yang terjadi di bawah permukaan bumi. Pada dasarn
ya metode ini didekati menggunakan konsep perambatan arus listrik di dalam mediu
m yang homogen isotropis, dimana arus listrik bergerak ke segala arah dengan nil
ai sama besar. Sehingga jika terjadi penyimpangan dari kondisi ideal (homogen is
otropis), maka penyimpangan ini (anomali) yang justru yang diamati. Nilai tahana
n jenis bawah permukaan ini berhubungan dengan sifat fisis batuan (antara lain d
erajat saturasi air, porositas dan permeabilitas formasi batuan) dan sejarah geo
logi batuan tersebut terbentuk.
Prinsip kerja dari metoda tahanan jenis ini adalah arus listrik diinjeksikan
ke dalam bumi melalui dua buah buah elektoda arus. Beda potensial yang terjadi
diukur melalui dua buah elektroda potensial, dari hasil pengukuran arus dan beda
potensial untuk setiap jarak elektroda tertentu, dapat ditentukan variasi harga
tahanan jenis masing-masing lapisan di bawah titik ukur.
Umumnya, metode ini hanya baik untuk ekplorasi dangkal dengan kedalaman maks
imuk sekitar 100 meter. Jika kedalaman lapisan lebih dari harga tersebut, maka i
nformasi yang diperoleh kurang akurat, hal ini disebabkan dengan bentangan yang
yang besar dengan maksud mendapatkan penetrasi kedalaman di atas 100 m, maka aru
s yang mengalir akan semakin lemah dan tidak stabil akibat perubahan bentangan y
ang semakin besar. Karena itu, metode ini jarang digunakan untuk eksplorasi dala
m, sebagai contoh untuk eksplorasi minyak. Metode tahanan jenis inu banyak digun
akan di dalam pencarian air tanah, memonitor pencemaran air dan tanah, eksploras
i geotermal, aplikasi geoteknik, pencarian bahan tambang, dan untuk penyelidikan
dibidang arkeologi.
B. Sifat Kelistrikan Batuan dan Mineral
Aliran konduksi arus listrik didalam batuan/mineral digolongkan atas tiga macam
yaitu konduksi dielektrik, konduksi elektrolitik, dan konduksi elektronik. Kondu
ksi dielektrik terjadi jika batuan/mineral bersifat dielektrik terhadap aliran a
rus listrik (terjadi polarisasi muatan bahan saat bahan dialiri listrik). Konduk
si elektrolitik terjadi jika batuan/mineral bersifat porus dan pori-pori tersebu
t terisi cairan-cairan elektrolitik. Pada kondisi ini arus listrik dibawa oleh i
on-ion elektrolitik. Kondisi elektronik terjadi jika batuan/mineral mempunyai ba
nyak elektron bebas sehingga arus listrik dialirkan dalam batuan/mineral oleh el
ektron bebas.
Berdasarkan harga tahanan jenis (?) listriknya batuan/mineral digolongkan menjad
i tiga yaitu :
1. Konduktor baik
2. Konduktor buruk
3. Isolator
: ? > 107 O m
(1)
:
(2)
Konduktivitas
(3)
Dimana :
V
: medan listrik
Untuk silinder konduktor dengan panjang L dengan luas penampang A yang dialiri a
rus I, dapat dituliskan sebagai berikut :
(4)
.(10)
Apabila tidak ada sumber muatan yang terakumulasi pada daerah regional, maka:
atau
.(11)
Untuk ruang homogen isotropi maka adalah konstanta skalar dalam ruang vektor, se
hingga persamaan (11) menjadi:
.(12)
yang merupakan persamaan Laplace. Ini adalah bentuk fungsi potensial harmonik de
rajat dua. Persamaan tersebut juga berlaku pada kondisi batas dua medium yang me
miliki konduktivitas berbeda. Dengan menggunakan syarat batas misalnya dua mediu
m homogen isotropis dalam arah x dengan konduktivitas dan , berlaku:
.(13)
dengan: = komponen tangensial medan listrik dalam arah x
= komponen normal medan listrik dalam arah z
V1 dan V2 adalah potensial pada medium 1 dan 2
Karena simetri bola , potensial hanya sebagai fungsi jarak r dari sumber, selanj
utnya persamaan (12) dapat ditulis:
.(14)
atau
.(15)
Pemecahan persaman tersebut dapat dilakukan melalui integral atau dengan pemecah
an persamaan diferensial. Dengan mengintegralkan dua kali jawaban umum persamaan
Laplace untuk kasus ini adalah seperti persamaan (16) dibawah ini:
V =
.(16)
dengan A dan B adalah konstanta integrasi yang nilainya bergantung pada syarat b
atas. Untuk r, maka V= 0, sehingga diperoleh B=0, maka persaman (16) menjadi :
V =
.(17)
jadi beda potensial listrik (V) yang terjadi mempunyai nilai yang berbanding ter
balik dengan jari-jari atau jarak bidang eqipotensial dari titik sumber (r).
C.1.1. Elektroda Arus Tunggal di Permukaan
Misalkan titik elektroda C(0,0) terletak dipermukaan bumi homogen isotropis dan
udara diatasnya dianggap mempunyai konduktivits nol, kemudian diinjeksikan arus
I amper kedalam bumi. Secara geometris, persamaan Laplace dalam kordinat bola da
pat diterapkan pada kasus ini dan diperoleh kembali solusi yang diberikan oleh p
ersamaan (16) dengan konstanta B=0. Kondisi bidang batas pada z=0 dengan anggapa
n , maka: (Telford, 1990)
.(18)
,
..(19)
Dalam hal ini arus mengalir melalui permukaan setengah bola menjadi:
I = 2
.(20)
.(22)
Dengan J adalah rapat arus, s adalah konduktivitas, A adalah luas penampang bola
, V adalah potensial, I adalah arus listrik dan r adalah tahanan jenis.
Persamaan (22) merupakan persamaan equipotensial permukaan setengah bola yang be
rada di bawah permukaan tanah seperti pada Gambar 2 di bawah ini.
Gambar 2. Sumber arus berupa titik pada permukaan bumi homogen (Telford dkk., 19
90).
C.1.2. Dua Elektroda Arus di permukaan bumi
Apabila jarak antara dua elektroda arus tidak terlalu besar, potensial disetiap
titik dekat permukaan akan dipengaruhi oleh kedua elektroda arus tersebut (lihat
Gambar 3). Sehingga equipotensial yang dihasilkan dari kedua titik sumber ini b
ersifat lebih kompleks dibandingkan sumber arus tunggal, akan tetapi pada daerah
dekat sumber arus mendekati bola. Bila dibuat penampang melalui sumber C1 dan C
2, maka terlihat pola distribusi bidang equipotensial seperti pada Gambar 4.
Gambar 3. Skema dua elekektroda arus dan dua elektroda potensial dipermukaan tan
ah yang homogen isotropis (Telford dkk., 1990; Reynolds, 1997).
Perubahan potensial sangat drastis pada daerah dekat sumber arus, sedangkan pada
daerah antara C1 dan C2 gradien potensial kecil dan mendekati linier. Dari alas
an ini, pengukuran potensial paling baik dilakukan pada daerah diantara C1 dan C
2 yang mempunyai gradien potensial linier. Untuk menentukan perbedaan potensial
antara dua titik yang ditimbulkan oleh sumber arus listrik C1 dan C2, maka dua e
lektroda potensial misalnya P1 dan P2 ditempatkan di dekat sumber
seperti pada Gambar 3.
Gambar 4. Penampang tegak garis-garis equipotensial dan aliran arus untuk dua ti
tik sumber arus di permukaan tanah yang homogen (Telford dkk., 1990).
Dengan menerapkan persamaan (22), maka potensial pada pada titik P1 yang disebab
kan elektroda C1 adalah: (Telford dkk., 1990)
.(23)
Karena arus pada kedua elektroda sama besar tetapi berlawanan arah, maka potensi
al di titik P1 oleh elektroda C2 diperoleh:
.(24)
Sehingga potensial total pada titik P1 oleh C1 dan C2 dapat dituliskan sebagai:
.(25)
Dengan cara yang sama diperoleh potensial pada titik P2 oleh C1 dan C2 adalah;
.(26)
Akhirnya, diperoleh perbedaan potensial antara titik dan yaitu:
.(27)
Di mana r1, r2, r3 dan r4 adalah besaran jarak, seperti dapat dilihat pada Gamba
r 3 Susunan seperti ini berkaitan dengan empat elektroda yang terbentang secara
normal digunakan dalam pekerjaan medan tahanan jenis.
Pada beberapa literatur, penurunan persamaan (27) dapat juga dituliskan dari bed
a potensial pada elektroda M dan N yang terjadi akibat dua buah elektroda arus A
dan B dapat dilihat pada gambar 5 di bawah ini :
Gambar 5. Pasangan elektroda arus dan potensial yang umum digunakan dalam survei
tahanan jenis.
Dari gambar diatas, potensial pada elektroda M oleh karena arus pada elektroda A
dan B dapat dinyatakan dengan :
(28)
dan potensial di N akibat arus pada titik elektroda A dan B juga dapat dinyataka
n dengan
(29)
Beda potensial antara titik M dan N dapat dinyatakan :
.(30)
atau
.(31)
dengan
.(32)
Persamaan (27) dan persamaan (30) adalah sama. K disebut faktor geometri, yaitu
besaran koreksi letak kedua elektroda potensial terhadap letak kedua elektroda a
rus.Faktor geometri sangat penting dalam pendugaan tahanan jenis. A adalah elekt
roda arus 1 (C1), M adalah elektroda potensial 1 (P1), N adalah elektroda potens
ial 2 (P2) dan B adalah elektroda arus 2 (C2).
C.2. Konfigurasi Elektroda dan Faktor Geometri
Gambar 6 memperlihatkan beberapa konfigurasi elektroda dan faktor geometri y
ang dikenal dalam metoda tahanan jenis. (Loke, 2000).
Gambar 6. Beberapa konfigurasi elektroda yang digunakan dalam survei metoda geol
istrik tahanan jenis dan faktor geometrinya. (Loke, 2000)
Dengan C1 dan C2 adalah elektoda-elektroda arus, P1 dan P2 adalah elektroda-elek
troda potensial, a adalah spasi elektroda, n adalah perbandingan jarak antara el
ektroda C1 dan P1 dengan spasi a dipole C2-C1 atau P1-P2. L adalah panjang bentang
an maksimum. K adalah faktor geometri yaitu besaran koreksi letak kedua elektrod
a potensial terhadap letak kedua elektroda arus.
C.3. Konsep Resistivitas Semu
Bumi diasumsikan mempunyai sifat homogen isotropis. Dengan asumsi ini, resistivi
tas yang terukur merupakan resistivitas sebenarnya dan tidak tergantung atas spa
si elektroda. Pada kenyataannya, bumi terdiri dari lapisan-lapisan dengan ? yang
berbeda-beda, sehingga potensial yang terukur merupakan pengaruh dari lapisan-l
apisan tersebut. Maka harga resistivitas yang terukur bukan merupakan harga resi
stivitas untuk satu lapisan saja, hal ini terutama untuk spasi elektroda yang le
bar.
Resistivitas semu ini dirumuskan dengan :
.(33)
Dengan resistivitas semu (Apparent Resistivity) yang bergantung pada spasi elek
troda. Untuk kasus tak homogen, bumi diasumsikan berlapis-lapis dengan masing-ma
sing lapisan mempunyai harga resistivitas yang berbeda. Resistivitas semu merupa
kan resistivitas dari suatu medium fiktif homogen yang ekivalen dengan medium be
rlapis yang ditinjau. Sebagai contoh medium berlapis yang ditinjau misalnya terd
iri dari dua lapis yang mempunyai resistivitas berbeda (?1 dan ?2) dianggap seba
gai medium satu lapis homogen yang mempunyai satu harga resistivitas semu ?a, de
ngan konduktansi lapisan fiktif sama dengan jumlah konduktansi masimg-masing lap
isan sa = s1 + s2.
Gambar 9. Contoh distribusi nilai tahanan jenis dari hasil pengolahan data metod
a 1-D (Virgo, 2007)
E.2. Metoda Tahanan Jenis 2-D
Metode ini disebut juga dengan metoda mapping, digunakan untuk menentukan di
stribusi tahanan jenis semu secara vertikal per kedalaman. Pengukurannya dilakuk
an dengan cara memasang elektroda arus dan potensial pada satu garis lurus denga
n spasi tetap, kemudian semua elektroda dipindahkan atau digeser sepanjang permu
kaan sesuai dengan arah yang telah ditentukan sebelumnya (Gambar 10). Untuk seti
ap posisi elektroda akan didapatkan harga tahanan jenis semu. Dengan membuat pet
a kontur tahanan jenis semu akan diperoleh pola kontur yang menggambarkan adanya
tahanan jenis yang sama (Loke, 2000). Konfigurasi elektroda yang dipakai pada m
etoda ini adalah konfigurasi Wenner, Wenner-Schlumbeger dan Dipole-Dipole. Sedan
gkan hasil pengolahan data metoda 1-D ini dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 10. Susunan elektroda dan urutan pengukuran geolistrik tahanan jenis 2-D
(Loke, 2000)
Gambar 11. Contoh distribusi nilai tahanan jenis dari hasil pengolahan data meto
da 2-D (Virgo, 2007)
E.3. Metoda Tahanan Jenis 3-D
Teknik ini sering disebut juga dengan metoda imaging, digunakan untuk menentukan
distribusi tahanan jenis semu secara vertikal dan lateral per kedalaman. Penguk
urannya dilakukan dengan cara membuat grid pada luas area yang akan diukur, kemu
dian semua elektroda digerakkan sepanjang lintasan yang dibentuk oleh grid terse
but. Salah satu cara pengukuran dapat dilihat pada Gambar 12. Penampang tahanan
jenis semu yang dihasilkan akan menggambarkan distribusi tahanan jenis dalam ara
h vertikal dan lateral per kedalaman.
Dari nilai arus (I) dan tegangan (V) yang dirukur dapat dihitung nilai tahanan j
enis semu (ra) untuk masing-masing kedalaman. Kemudian nilai ra ini untuk masing
-masing posisi-XC dan posisi-YC untuk elektroda arus, serta posisi-XP dan posisi
-YP untuk elektroda tegangan nantinya digunakan sebagai parameter input dalam pe
ngolahan data. Hasil pengolahan data berupa penampang vertikal dan lateral dari
nilai tahanan jenis sebenarnya (r) terhadap kedalaman. Konfigurasi elektroda yan
g dipakai pada metoda ini adalah konfigurasi pole-pole, pole-dipole dan dipole-d
ipole. Contoh distribusi nilai tahanan jenis dari hasil pengolahan data metoda 3
-D dapat dilihat pada Gambar 13 di bawah ini.
Gambar 12. Teknik pengukuran metoda tahanan jenis 3-D untuk gris 5 x 5 (Loke, 19
99)
Gambar 13.a. Contoh distribusi nilai tahanan jenis dari hasil pengolahan data me
toda 3-D untuk irisan horizontal (Virgo, 200X).
Gambar 13.b. Contoh distibusi nilai tahanan jenis dari hasil pengolahan data met
oda 3-D untuk irisan vertikal (Virgo, 200X).
E.4. Teknik Survei Mise-a-la-masse
Menurut Reynold (1997) bahwa Mise-a-la-masse atau metode potensial benda ber
muatan (charge-body potential method) merupakan pengembangan dari metoda tahanan
jenis, yaitu suatu teknik pemetaan lateral atau disebut juga constan-separation
traversing (CST).
Pada metode ini, tekhnik yang digunakan adalah dengan menggunakan suatu pasa
ngan massa yang bersifat konduktif bawah permukaan itu sendiri sebagai satu elek
troda arus (C1), dan menghubungkannya secara langsung pada satu kutub (pole) dar
i sumber voltase (P1). Elektroda arus kedua (C2) ditempatkan pada permukaan tana
h pada jarak yang cukup jauh dan dihubungkan dengan kutub voltase lainnya (P2).
Tegangan antara sepasang elektroda potensial diukur dengan koreksi tertentu untu
k setiap potensial diri.
Gambar 14. Contoh distribusi nilai tahanan jenis dari hasil pengolahan data meto
da Mise-a-la-masse (Virgo, 2007).
F. Pemodelan Ke Depan (Forward) dan Inversi (Inverse)
Pemodelan data geofisika terdiri dari dua, yaitu pemodelan ke depan (forward) da
n pemodelan inversi. Pemodelan ini dilakukan untuk menggambarkan data geofisika
berdasarkan fungsi matematis yang berhubungan dengan struktur dan sifat fisika b
umi.
Pemodelan ke depan adalah pemodelan yang dilakukan untuk menghitung respon (data
) pengukuran jika sifat fisika dan struktur geologi bumi diketahui (lihat Gambar
15). Untuk metoda tahanan jenis, pemodelan forward digunakan untuk menggambarka
n nilai potensial pada tiap titik sebagai fungsi dari konduktivitas, geometri da
n arus listrik (Oldenburg, 1998).
(a)
(b)
Gambar 15. (a) Ilustrasi pemodelan ke depan. F adalah operator pemetaan, m adala
h fungsi yang menggambarkan model bumi, dan d adalah data pengukuran (Oldenburg,
1998). (b) Diagram alir proses pemodelan ke depan.
Jika data dan model masing-masing dinyatakan oleh vektor berikut, (Menke, 19
89)
d = [d1, d2, d3, ., dN]T ; m = [m1, m2, m3, ., mM]T
(35)
maka secara umum hubungan antara data dan model dapat dinyatakan oleh,
d = g(m)
.(36)
dimana g merupakan fungsi pemodelan ke depan yang memetakan model menjadi besara
n dalam domain data. N adalah jumlah data dan M adalah jumlah parameter model, T
menyatakan transposisi karena besaran dengan beberapa komponen tersebut umumnya
dinyatakan dalam matriks kolom.
Untuk kasus dimana fungsi yang menghubungkan data dengan parameter model ada
lah suatu fungsi linier, maka persamaan (36) dapat dinyatkan oleh;
d = G m atau =
.(37)
dimana G adalah matriks (NxM) yang sering disebut sebagai matriks Kernel, yang j
uga berfungsi untuk menghitung respon (data) dari suatu model. Parameter model m
tidak dapat diperoleh dengan melakukan inversi matriks G, karena matriks Kernel
ini bukan matriks bujursangkar.
Pemodelan invesi adalah pemodelan yang dilakukan untuk merekonstruksi model bumi
(distribusi parameter fisika) berdasarkan data hasil pengukuran (lihat Gambar 1
6). Pemodelan inversi dapat dilakukan jika telebih dahulu telah dibuat pemodelan
ke depannya. (Oldenburg, 1998).
Model Space
Data space
(a)
(b)
Gambar 16. (a) Ilustrasi pemodelan inversi. F adalah operator pemetaan ke depan,
m adalah fungsi yang menggambarkan model bumi, dan d adalah data pengukuran (Ol
denburg, 1998; 6). (b) Diagram alir proses pemodelan inversi.
Perkalian matriks pada persamaan (37) dapat dinyatakan dalam bentuk komponen
-komponennya menggunakan notasi:
di = Gij mj ; i = 1, 2, ., N
.(38)
di ) 2
E = ( Gij mj
di ) ( Gik mk
atau
E = ei2 = eTe = [ d
E = dT d
dT G m
.(39)
di )
G m ]T [ d
G m ]
.(40)
[G m]T d + [G m]T G m
.(41)
Berdasarkan prinsip kalkulus, jika suatu fungsi bernilai minimum maka turuna
n terhadap variabel bebasnya akan berharga nol (meskipun tidak semua turunan fun
gsi berharga nol selalu berkaitan dengan harga minimum fungsi tersebut).
Untuk mencari solusi dari persamaan (40), maka persamaan ini harus diturunkan te
rlebih dahulu terhadap parameter model m, yaitu:
dT G
GT d +GT G m + [G m]T G
= 2 (-GT d + GT G m )
.(42)
Persamaan (42) adalah persamaan matriks dengan vektor parameter model m seba
gai variabel yang tidak diketahui/dicari. Estimasi model m sebagai solusi invers
i linier adalah:
m = [GT G ]-1 GT d
.(43)
Baris 2 :
Baris 3 :
le-
Baris 5 :
elektroda
Baris 7 :
ahanan
kedua.
Baris 9 :
Dan seterusnya.
Untuk mengakhiri input data, ketikkan 4 angka 0 pada empat baris terakhir.
G.2. Format Input Data Program Res3Dinv
Baris 1 :
Baris 2 :
Ukurun grid X
Baris 3 :
Ukuran grid Y
Baris 4 :
Baris 5 :
Baris 6 :
Line 7 :
Baris 8 :
si x
Untuk mengakhiri input data, ketikkan 4 angka 0 pada empat baris terakhir.
MODUL 1
PRATIKUM METODA TAHANAN JENIS 1-D
A. Tujuan Pratikum
Dengan melakukan pengukuran menggunakan metoda tahanan jenis 1-D, maka distribus
i nilai tahanan jenis secara vertikal yang berubah terhadap kedalaman dapat dike
tahui. Dengan demikian informasi litologi batuan atau anomali yang menjadi targe
t pengukuran juga dapat diketahui.
SHARE THIS:
TwitterFacebookGoogle
DATENOVEMBER 16, 2013
COMMENTS2 COMMENTS
GEOLISTRIC INTRODUCTION
Standard
1. PENDAHULUAN
Geolistrik merupakan salah satu metoda geofisika yang mempelajari sifat aliran l
istrik di dalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya di dalam bumi dan bagaiman
cara mendeteksinya di permukaan bumi. Dalam hal ini meliputi pengukuran potensi
al, arus dan medan elektromagnetik yang terjadi baik secara alamiah ataupun akib
at injeksi arus ke dalam bumi. Ada beberapa macam metoda geolistrik, antara lain
: metoda potensial diri, arus telluric, magnetotelluric, IP (Induced Polarizati
on), resistivitas (tahanan jenis) dan lain- lain. Dalam praktikum kali ini, diba
has khusus metoda geolistrik tahanan jenis.
Pada metoda geolistrik tahanan jenis ini, arus listrik diinjeksikan ke dalam bum
i melalui dua elektroda arus. Kemudian beda potensial yang terjadi diukur melalu
i dua elektroda potensial. Dari hasil pengukuran arus dan beda potensial untuk s
etiap jarak elektroda yang berbeda kemudian dapat diturunkan variasi harga hamba
tan jenis masing-masing lapisan dibawah titik ukur (sounding point).
Gb. 1 Konfigurasi pengukuran geolistrik tahanan jenis
Metoda ini lebih efektif jika digunakan untuk eksplorasi yang sifatnya dangkal,
jarang memberikan informasi lapisan di kedalaman lebih dari 1000 feet atau 1500
feet. Oleh karena itu metoda ini jarang digunakan untuk eksplorasi minyak tetapi
lebih banyak digunakan dalam bidang engineering geology seperti penentuan kedal
aman batuan dasar, pencarian reservoar air, juga digunakan dalam eksplorasi geot
hermal. Berdasarkan letak (konfigurasi) elektroda-elektroda potensial dan elektr
oda-elektroda arus, dikenal beberapa jenis metoda resistivitas tahanan jenis, an
tara lain :
t Source (pembangkit arus) yang terdapat pada G-Sound menjadikannya handal, berp
engaman sistem anti short circuit, dimana kondisi hubungan singkat sering terjad
i pada saat spasi AB (arus) terlalu dekat atau pada lapisan berimpedansi rendah.
G-Sound AG adalah upgrading resistivity G-Sound sehingga akuisisi bisa dilakukan
melalui laptop dan langsung tersimpan dalam format ASCII
Spek Alat
High voltage transmitter Power : 75 W by 2 x 12 V NiCad S-Field
Battery (low power Consumption) AB voltage : Automatic
500 V (100mA) 1000 V (50mA) AB current : 100mA current source transmitter with a
nti short circuit Injection time : 2
5s
Data acquisition Resolution : Auto range 5 x 12 bit DVM impedance : 10 M? Sampli
ng rate : 250 ms Kedalaman penetrasi : > 200 m (moist soil) PC controller Type :
IBM compatible Operating system : Microsoft Windows XP
G-Sound
3. PERALATAN LAPANGAN
3.1 PERALATAN YANG DIGUNAKAN
a. Resistivity meter S-Field/G-Sound b. Accu d. Elektroda arus dan potensial e.
Kabel-kabel penghubung f. Meteran
3.2 PRINSIP KERJA ALAT
Pada dasarnya alat ukur resistivitas ini terdiri dari dua bagian utama, yaitu ba
gian komutator dan potensiometer. a. Bagian Komutator mengubah isyarat arus sear
ah menjadi arus bolak-balik
yang kemudian diinjeksikan ke dalam bumi. b. Bagian potensiometer berfungsi untu
k mengukur besar potensial yang
terjadi di permukaan tanah.
METODA GEOLISTRIK TAHANAN JENIS (RESISTIVITY)
Tegangan : 400 V (100mA)
Tegangan Max : 500 V (50mA)
Arus : 100 mA (Rab < 4k ohm
) constant current Daya : 45 W by 2 x 12 V NiCad Battery
Kedalaman analisa: > 15
0 m (moist soil) TIDAK UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL
Geolistrik Tahanan Jenis 3 (GEOCIS) Geophysical Consulting and Instrument Servic
es http://www.geocis.net ; http://geocis.indonetwork.co.id
Arus dari sumber DC dimasukkan ke dalam bagian komutator, untuk diubah menjadi a
rus bolak-balik dengan frekuensi yang bisa diatur. Kemudian arus ini diinjeksika
n ke dalam bumi melalui elektroda-elektroda arus . Tanggapan tegangan sebagai ak
ibat dari injeksi arus, diukur melalui elektroda potensial oleh bagian potensiom
eter.
4. TEORI
4.1 SIFAT LISTRIK BATUAN
Aliran arus listrik didalam batuan/mineral dapat digolongkan menjadi tiga macam,
konduksi batuan/mineral dialirkan Konduksi KEPENTINGAN yaitu dalam elektrolitik
secara konduksi mempunyai batuan/mineral dielektrik. terjadi TIDAK secara jika
banyak Konduksi elektronik, batuan/mineral tersebut UNTUK
< ? < 1 O m Konduktor pertengahan : 1 < ? < 107 O m Isolator : ? > 10 7 O m
4.2 RUMUS DASAR LISTRIK
Dalam metoda geolistrik ini digunakan definisi-definisi :
1. Resistansi : R = V / I ohm (O ) 2. Resistivitas : ? = E / J O m 3. Konduktivi
tas : s = 1 /? (O m)-1
dengan V : beda potensial 2 buah titik
SHARE THIS:
TwitterFacebookGoogle
DATENOVEMBER 16, 2013
COMMENTSLEAVE A COMMENT
Follow
Follow Qurnia's life is my adventure
Get every new post delivered to your Inbox.
Join 1,196 other followers
Enter your email address
SIGN ME UP
Build a website with WordPress.com
:)
dan jumlah sungai yang bermuara di laut tersebut. Selain mempengaruhi suhu dan
salinitas perairan, matahari juga akan sangat mepengaruhi pergerakan arus
permuakaan di laut. Adanya pergerakan semu matahari setiap tahun dari 22,5 LU ke
22,5 LS membuat terjadinya perbedaan tekanan antara belahan bumi utara (BBU)
dan belahan bumi selatan (BBS) yang akan sangat mempengaruhi pergerakan angin
pada suatu wilayah. Indonesia merupakan salah satu daerah tropis yang dinamika
suhu, sainitas dan arus lautnya sangat dipengaruhi oleh posisi matahari yang
nantinya akan menyebabkan terbentuknya fenomena musim barat dan musim titroda me
mpunyai harga yang berbeda. Dalam Konfigurasi Schlumberger,
2. Konfigurasi Wenner
Jarak C1 P1 = P1 P2 = P2 C2 = a. Bertujuan untuk mencatat perbedaan potensial de
ngan elektroda pengukur yang berjarak panjang. Dalam konfigurasi ini keempat ele
ktroda dipasang segaris dengan interval yang sama (a) dan elektroda arus C1 dan
C2 berada diluar elektroda potensial P1 dan P2....
Metode resistivitas dapat dibedakan dengan menggunakan beberapa susunan konfigur
asi elektrodanya yaitu:
1. Metode Schlumberger
Faktor geometri untuk setiap konfigurasi elektroda mempunyai harga yang berbeda.
Dalam Konfigurasi Schlumberger, jarak titik tengah O terhadap elektroda arus (C
1) sama dengan jarak titik tengah ke elektroda (C2), dengan panjang a. Sedangkan
elektroda potensial (P1) dan (P2) terletak didalam kedua elektroda arus dan mas
ing masing elektroda tersebut berjarak b dari titik tengah O, dimana b jaul lebi
h kecil dari a. Harga faktor geometri untuk konfigurasi Schlumberger adalah :
k=pi(a^2)/2b
2. Konfigurasi Wenner
Jarak C1 P1 = P1 P2 = P2 C2 = a. Bertujuan untuk mencatat perbedaan potensial de
ngan elektroda pengukur yang berjarak panjang. Dalam konfigurasi ini keempat ele
ktroda dipasang segaris dengan interval yang sama (a) dan elektroda arus C1 dan
C2 berada diluar elektroda potensial P1 dan P2. Susunan ini digunakan sebagian b
esar untuk pengukuran profiling untuk mengetahui kontak batuan (kontras resisiti
vitas) secara vertikal. Berdasarkan tata letak elektrodanya, faktor geometri unt
uk konfigurasi Wenner adalah :
k=2a(pi)
3. Konfigurasi Dipole-dipole
Pada konfigurasi elektroda Dipole-dipole , kedua elektroda potensial diletakkan
di luar elektroda arus. Jarak antara elektroda arus sama dengan jarak antara ked
ua elektroda potensial sebesar a. Sedangkan elektroda arus dan elektroda potensi
al bagian dalam (P1 dan C2) berjarak na. Faktor geometri untuk konfigurasi Dipol
e-dipole adalah:
k=na(pi)(n+1)(n+2)
Diposkan oleh Panca Samudra di 14.26
Label: Geofisika
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Sahabat
*_*Rahadiyan
*_*Azis
*_*Jabrix
*_*Distro N Clothing
*_*Tutorial Blog
*_*Sastra
Melihat Warna
ui
Antara Kita
Jiwaku Merindumu . . .
Labels
Bisnis (1)
Geofisika (8)
Info (1)
KKN UM PAIT (18)
Pendidikan (10)
Resep (5)
Soul (7)
___________----------------------________________
Pertama kali bayangmu jatuh tepat di fokus hatiku
Nyata, tegak, diperbesar dengan kekuatan lensa maksimum
Bagai tetes minyak milikan jatuh di ruang hampa
Cintaku lebih besar dari bilangan avogadro
Walau jarak kita bagai matahari dan Pluto saat aphelium
Amplitudo gelombang hatimu berinterfensi dengan hatiku
Seindah gerak harmonik sempurna tanpa gaya pemulih
Bagai kopel gaya dengan kecepatan angular yang tak terbatas
***********____________************
Maaf jika vulnus ictum et causa keraguanku
Menembus cavum thorax dan bersarang tepat di cardia-mu
Menciptakan internal bleeding profuse yang mungkin membunuhmu
Menjadikan kolaps semua asa yang pernah kausemaikan
Tapi jika tanda-tanda vital cinta itu masih positif
Selamatkan ia dengan oksigenasi 2 liter/menit
Basahi cinta yang tersisa dengan cairan infus ringer laktat
Teteskan anti-koagulan agar tak terjadi proses pembekuan
Kata Mencari makna
Koran
Jawapos
Surya
Kompas
Suara Rakyat
Bisnis Indonesia
Sahabat
*_*Genuine Clothing
*_*Grosir Pulsa Elekrik
*_*Toyib Blogspot
*_*Toyib Wordpress
*_*seelvee
*_*Mita FE
Template Awesome Inc.. Gambar template oleh molotovcoketail. Diberdayakan oleh B
logger.
?dc = resistivity yang terukur pada frekuensi rendah (ohm-m)
?ac = resistivity yang terukur pada frekuensi tinggi (ohm-m)
PFE = Percent Frequency Effect (%)
Frequency Effect didefenisikan sebagai perbandingan antara selisih tegangan pada
frekuensi rendah dengan tegangan pada frekuensi tinggi, yang terukur pada elekt
roda tegangan. Nilai FE atau PFE merupakan respon dari keberadaan mineral yang t
erdapat dalam pori-pori batuan. Semakin tinggi konsentrasi mineral dalam batuan
semakin besar nilai PFE. Sehingga diharapkan dengan mengukur berapa besar nilai
PFE pada suatu lapisan batuan dapat diketahui persentasi jumlah mineral yang ter
kandung di dalamnya.
https://www.scribd.com/upload-document?archive_doc=137503638&escape=false&metada
ta=%7B%22context%22%3A%22archive%22%2C%22page%22%3A%22read%22%2C%22action%22%3A%
22toolbar_download%22%2C%22logged_in%22%3Afalse%2C%22platform%22%3A%22web%22%7D
https://www.scribd.com/upload-document?archive_doc=137241023&escape=false&metada
ta=%7B%22context%22%3A%22archive_view_restricted%22%2C%22page%22%3A%22read%22%2C
%22action%22%3A%22toolbar_download%22%2C%22logged_in%22%3Afalse%2C%22platform%22
%3A%22web%22%7D
sama dengan biasa tapi ini lebih expert dan lebih berkarya tentu ini lebih mudah
bagi untuk melakukannya disisi lain kita belum bisa bertaruh untuk dia tapi kit
a bisa memperbaikinya aga dapat lebih baik lagi
sama juga bila kita memasukkan kata kata didalamya
Among other requirements, you should upload something that is not already on Scr
ibd and that you have permission to use. The best way to make sure what you are
uploading will meet our quality standards is to upload something you wrote yours
elf, which will always be accepted.
Friday, May 13, 2016 |Online : 91 Guests, 19 MembersHi, Dimas Sukadi Putra UPLOA
D LOGOUT
DistroDoc
HomeEntertainmentNewsLifestyleTechnologyBusinessEducationBooksSocialAll Categori
es
UPLOAD DOCUMENTS
Search Documents, Skripsi, Thesis...
SEARCH
USER NAVIGATION
Thanks for uploading your file.
Please select files which you want to download
Document's Files :
349022801201403361.pdf (683 KB)
Related Docs
No related Docs
ST JUNARI
Google+ Badge
BERANDARPPGAMBARAIKFISIKAVideo
Home / FISIKA / SUMBER MEDAN MAGNET DAN INDUKSI MAGNET
SUMBER MEDAN MAGNET DAN INDUKSI MAGNET
Posted by Junari SapeSabtu, 30 Maret 2013 3 komentar
SUMBER MEDAN MAGNET
DAN
INDUKSI MAGNET
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA MUHAMMADIYAH MAKASSAR
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke
idayahnyalah sehingga makalah
Makalah ini berisikan tentang
et merupakan gaya yang berada
C.
D.
Rumusan Masalah
Apakah pengertian medan magnet ?
Apa sajakah sumber medan magnet ?
Bagaimanakah induksi magnetik pada medan magnet ?
Bagaimanakah penerapan induksi magnetik ?
Tujuan
Untuk mengetahui pengertian medan magnet
Untuk mengetahui sumber medan magnet
Untuk mengetahui induksi magnetik pada medan magnet
Untuk mengetahui penerapan induksi magnetik
Manfaat
Dapat mengetahui pengertian medan magnet
Dapat mengetahui sumber medan magnet
Dapat mengetahui induksi magnetik pada medan magnet
Dapat mengetahui penerapan induksi magnetik
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian medan magnet
Seperti halnya listrik, magnet juga dapat menimbulkan suatu medan yang disebut m
edan magnet, yaitu suatu ruang di sekitar magnet yang masih terpengaruh gaya mag
netik. Pada tahun 1269, berdasarkan hasil eksperimen, Pierre de Maricourt menyim
pulkan bahwa semua magnet bagaimanapun bentuknya terdiri dari dua kutub yaitu ku
tub utara dan kutub selatan. Kutub-kutub magnet ini memiliki efek kemagnetan pal
ing kuat dibandingkan bagian magnet lainnya.
Medan magnet dapat digambarkan dengan garis-garis gaya magnet yang selalu keluar
dari kutub utara magnet dan masuk ke kutub selatan magnet. Sementara di dalam m
agnet , garis-garis gaya magnet memiliki arah dari kutub selatan magnet ke kutub
utara magnet. Garis-garis tersebut tidak pernah saling berpotongan. Kerapatan g
aris-garis gaya magnet menunjukkan kekuatan medan magnet.
Jika dua kutub yang tidak sejenis saling berhadapan, akan diperoleh garis-garis
gaya magnet yang saling berhubungan. Jika dua kutub yang sejenis yang saling ber
hadapan, akan diperoleh garis-garis gaya magnet yang menekan dan saling menjauhi
.
Kutub-kutub yang tidak sejenis ( utara-selatan ) jika didekatkan akan tarik mena
rik, sedangkan kutub-kutub yang sejenis ( utara-utara atau selatan-selatan ), ap
abila didekatkan akan tolak menolak.
B. Sumber medan magnet
1.
Medan Magnetik dari Muatan Titik yang Bergerak
Apabila muatan titik q bergerak dengan kecepatan v, muatan ini akan menghasilkan
medan magnet B dalam ruang yang diberikan oleh
Dengan r merupakan vektor satuan yang mengarah dari muatan q ketitik m
edan P, dan merupakan konstanta kesebandingan yang disebut permeabilitas ruang b
ebas, yang memiliki nilai
Satuan sedemikian rupa sehingga B dalam tesla apabila q dalam coulomb, v dalam
meter/detik, dan r dalam meter. Satuan N/A2 berasal dari pernyataan bahwa 1 T =
1 N/A.m. konstanta 1/4p secara bebas dicakupkan dalam persamaan
Sehingga faktor 4p tidak muncul dalam hukum Ampere. Untu medan magnetik akibat m
uatan titik yang bergerak ini analog dengan hukum coulomb untuk medan listrik ak
ibat muatan titik :
Ket : (a) Penampang irisan membujur solenoida dengan lintasan tertutup PQRS
berupa segi empat
(b) Bentuk geometri untuk menentukan induksi mahnetik di titik P di dalam sole
noida
Penampang irisan membujur solenoida dengan N lilitan dan dialiri arus listrik I
tampak pada gambar a. Untuk solenoida ideal, induksi magnetik B di dalam solenoi
da arahnya sesuai dengan aturan tangan kanan sedangkan aturan tangan kanan sedan
gkan diluar solenoida adalah nol.
Perhatikan lintasan tertutup PQRS ! sudut ? yang dibentuk oleh induksi magnetik
B dengan lintasan tidak sama untuk seluruh lintasan. Untuk lintasan PQ, sudut ?
= 0o, untuk lintasan QR dan SP, sudut ? = 900, sedangkan untuk lintasan RS, indu
ksi magnetik B = 0. Dengan demikian persamaan:
Dapat ditulis
Di ujung solenoida
6.
Toroida adalah kumparan yang ditekuk sehingga berbentuk lingkaran. Jika toroida
dialiri arus listrik, akan timbul garis-garis medan magnetik yang berbentuk ling
karan di dalam toroida. Salah satu garis medan ini kita andaikan memiliki jari-j
ari a seperti gambar berikut
I
I
kita akan menentukan besar induksi magnetik di sumbu toroida dengan menggunakan
hukum Ampere. Pilih suatu lintasan tertutup garis medan yang memiliki jari-jari
a pada gambar diatas. Pada setiap titik sepanjang garis medan magnetik itu induk
si magnetik B sama besar, dan arahnya merupakan garis singgung pada lingkaran. P
ada setiap panjang dl dari lintasan tertutup, induksi magnetik B berimpit dengan
dl sehingga sudut antara dl dengan B adalah ? yang besarnya 0o. Jika banyak lil
itan toroida adalah N, arus listrik total didalam lintasan tertutup menjadi NI.
Dengan demikian,
Perhatikan bahwa induksi magnetik diluar lilitan toroida sama dengan nol. Dengan
perkataan lain, induksi magnetik di titik P dan Q adalah nol.
7.
Hukum Ampere
Metode lain untuk menghitung induksi magnetik yang dihasilkan oleh arus listrik
adalah dengan menggunakan hukum Ampere, yang menyatakan bahwa :
Untuk semua bentuk lintasan tertutup yang mengelilingi penghantar berarus I di d
alam vakum, medan magnetik yang ditimbulkan selalu memenuhi hubungan
Dengan dl adalah elemen panjang lintasan tertutup, ? adalah sudut antara arah in
duksi magnetik B dengan dl, dan I adalah kuat arus listrik total yang dilingkupi
oleh lintasan tertutup.
C. Induksi magnetik pada medan magnet
Fluks Magnetik ( ? )
Konsep fluks magnetik untuk pertama kali dikemukakan oleh Michael Faraday untuk
menyatakan medan magnetik. Ia menggambarkan medan magnetik sebagai garis-garis y
ang disebut garis medan atau garis gaya. Garis-garis medan yang semakin rapat me
nunjukkan medan magnetik yang semakin kuat.
Untuk menyatakan kuat medan magnetik, digunakan induksi magnetik. Induksi magnet
Jika perubahan fluks magnetik terjadi dalam waktu singkat ( ?t ? 0 ), maka GGL i
nduksi diberikan oleh
Dengan :
e = GGL induksi antara ujung-ujung penghantar ( volt )
N = banyak lilitan kumparan
?? = perubahan fluks magnetik ( Wb )
?t = selang waktu untuk perubahan fluks magnetik (s)
d?/d? = turunan pertama fungsi fluks magnetik terhadap waktu
Hukum Lenz
Telah kita ketahui bahwa beda potensial yang terjadi akibat perubahan fluks magn
etik disebut GGL induksi. Apabila GGL induksi dihubungkan dengan suatu rangkaian
tertutup dengan hambatan tertentu, maka mengalirlah arus listrik. Arus ini dina
makan arus induksi. GGL induksi dan arus induksi hanya ada selama perubahan fluk
s magnetik terjadi.
Arah arus induksi dapat ditentukan dengan hukum Lenz. Bunyi hukum Lenz adalah se
bagai berikut
Jika GGL induksi timbul pada suatu rangkaian, maka arah arus induksi yang dihasi
lkan mempunyai arah sedemikian rupa sehingga menimbulkan medan magnet induksi ya
ng menentang perubahan medan maget (arus induksi berusaha mempertahankan fluks m
agnet totalnya konstan).
Beberapa faktor yang dapat mengakibatkan fluks magneti
X
D
luas bidang kumparan yang melingkupi garis medan magnet
kawat CD yang panjangnya l seperti tampak pada gambar d
ke kanan dengan kecepatan v yang mengakibatkan terjadi
waktu sebesar
Kemudian untuk kumparan yang terdiri dari satu lilitan ( N = 1), berlaku huubung
an:
e = B l v
Perhatikan bahwa persamaan di atas hanya berlaku untuk B tegak lurus v. Apabila
B dan v membentuk sudut ?, maka:
e = B l v sin ?
Dengan:
Vs = Tegangan sekunder atau sisi beban (V)
Vp = Tegangan primer atau sisi sumber (V)
Ns= Jumlah lilitan kumparan sekunder
Np= Jumlah lilitan kumparan primer
Kenyataan menunjukkan bahwa pada trafo selalu ada daya yang hilang sehingga daya
sekunder Ps selalu lebih kecil dari daya primer Pp. Jika efisiensi trafo adalah
?, dapat ditulis:
2)
Transformator
Alat yang berfungsi untuk menaikkan atau menurunkan tegangan listrik AC ini dise
but transformator. Transformator terdiri atas dua kumparan primer dan kumparan s
ekunder yang bekerja berdasarkan induksi elektromagnetik.
Pada transformator terdapat hubungan antara jumlah lilitan kedua kumparan dengan
tegangan listriknya. Jika jumlah lilitan primer = N1, jumlah lilitan sekunder N
2, tegangan primer = V1, dan tegangan sekunder V2, pada transformator akan berla
ku persamaan
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Medan magnet dapat digambarkan dengan garis-garis gaya magnet yang selalu keluar
dari kutub utara magnet dan masuk ke kutub selatan magnet. Sementara di dalam m
agnet , garis-garis gaya magnet memiliki arah dari kutub selatan magnet ke kutub
utara magnet. Garis-garis tersebut tidak pernah saling berpotongan. Kerapatan g
aris-garis gaya magnet menunjukkan kekuatan medan magnet.
Sumber medan magnet
Hukum Ampere
Induksi magnetik pada medan magnet
~
Fluks Magnetik ( ? )
~
Hukum Faraday
~
Hukum Lenz
~
Beberapa faktor yang dapat mengakibatkan fluks magnetik
Daftar Pustaka
Kata Pengantar
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan nikmat-Nya sehin
gga laporan Workshop Geofisika Metode Seismik ini dapat diselesaikan tepat waktu
. Pembuatan laporan ini merupakan pemenuhan tugas mata kuliah Workshop Geofisika
di Prodi Geofisika Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
. Diharapkan laporan ini dapat memberikan manfaat bagi praktikan dan pembaca la
innya dalam memberikan wawasan dan ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan de
ngan survey bawah permukaan dengan menggunakan metode seismik. Karena terwujudny
a laporan ini tak lepas dari bantuan, bimbingan, dan arahan beberapa pihak yang
telah membantu, maka penulis mengucapkan terimakasih kepada
Related Thesis
1
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah
Saat ini sebagian besar tambang yang ada di Indonesia adalah tambang terbuka. Ak
an tetapi endapan bahan galian yang keberadaannya dekat dengan permukaan bumi s
emakin lama akan berkurang karena telah habis ditambang. Sedangkan jumlah cadang
an dan kadar yang semakin menipis untuk ditambang secara tambang terbuka, maka d
i masa yang akan datang kebutuhan akan bahan galian ini akan dipasok dengan sist
em tambang bawah tanah. Endapan bahan galian emas yang ada di Indonesia keberada
annya cukup banyak di Indonesia, namun emas yang ada dalam bentuk urat (vein) l
ebih cocok menggunakan metode tambang bawah tanah.Di bandingkan dengan tambang t
erbuka yang memerlukan biaya rendah untuk
l
ebih rendah dibandingan dengan tambang bawah tanah. Namun ketika jumlah tanah p
enutup yang harus dikupas pada tambang terbuka semakin meningkat seiring dengan
kedalaman lubang bukaan tambang, maka biaya penambangan juga akan semakin bertam
bah. Dengan melihat kondisi tersebut dapat ditentukan bahwa metoda tambang bawa
h tanah akan lebih menguntungkan dibandingkan tambang terbuka
Search
UPLOADLIBRARY
BooksAudiobooksComicsSheet Music
Search document
3
of 9
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 3, No. 5, Januari 2010
1
MINERALISASI EMAS DAN MINERAL PENGIKUTNYADI DAERAH NIRMALA, BOGOR, JAWA-BARAT
Heru Sigit Purwanto
Staf Pengajar Magister Teknik Geologi, UPN
Veteran
Yogyakarta
ABSTRAK
Penelitian terletak di Dusun Nirmala, Desa Malasari, Kecamatan Nanggung,Kabupate
n Bogor, Propinsi Jawa Barat. Litologi daerah telitian tersusun atas duasatuan b
atuan yaitu satuan tuf lapili dan satuan breksi tuf dengan dua bentukanlahan geo
morfik yaitu perbukitan vulkanik bergelombang kuat dan perbukitanbergelombang se
dang. Alterasi hidrotermal yang terbentuk di daerah telitiandikelompokkan menjad
et al.
, 2003). Urat-urat ini mempunyaipanjang antara 700 sampai 2500 m, tebal beberapa
meter dan dalam lebih dari200 m yang memotong satuan batuan volkanik.
3. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan beberapa tahapan pendekatan, yaitu tahap pendahuluan,ta
hap pengumpulan data, analisis dan interpretasi, dan tahap penyelesaianserta pen
yajian data.Metode penlitian dengan pemetaan permukaan dengan pengamatan dandisk
ripsi batuan, pengukuran lintasan-lintasan struktur geologi rinci danpengambilan
contoh batuan dan urat kuarsa. Selanjutnya dengan mengolah danmenganalisis data
-data geologi diantaranya analisis petrografi sayatan batuan,analisis AAS (
Atomic Absorbtion Spectophotometric
) batuan termineralisasi danurat kuarsa, analisis XRD (
X-Ray Defraction
), analisis stereografis data struktur geologi, analisis kemenerusan urat-urat k
uarsa dan tipe deposit emas.Data yang diperoleh akan dianalisis, diinterpretasik
an dan disajikan dalambentuk peta ataupun interpretasi pembahasan masalah. Peta
yang akandihasilkan yaitu Peta Lokasi Pengamatan, Peta Geologi, Peta Geomorfolog
i,Peta Alterasi, Peta Struktur Geologi dan Lintasan Terukur Semi-Detil. Interpre
tasipembahasan mengenai alterasi, mineralisasi dan karakteristik model depositda
erah telitian.Hasil analisis laboratorium akan disajikan dalam bentuk tabel, dia
gram dangrafik. Hasil analisis tersebut diantaranya, hasil analisis sayatan tipi
s batuan,data pengukuran kekar di lapangan dan gambar stereografis hasil analisa
struktur geologi dan uratan kuarsa (
veinlets
), tabel hasil analisis AAS (
Atomic Absorbtion Spectophotometric
), dan hasil analisi X-RD (
X-Ray Defraction
).
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 3, No. 5, Januari 2010
4
4. Hasil Dan Pembahasan4.1. Lintasan Rinci
Berdasarkan lintasan-lintasan terpilih secara umum di daerah Nirmaladan sekitarn
ya di jumpai tuf, lapili tuf, breksi tuf, batupasir, napal lempungan danbasal an
desitik. Hasil pengukuran dan analisis unsur struktur kekar dan uratkuarsa daera
h Nirmala didapatkan arah umum NW
SE (baratlaut
tenggara)dan NE
SW (timurlaut
baratdaya).Lintasan detail Sungai Cileles dominan satuan batuan tuf, warna abu-a
bu keputihan, gelas, klorit dan mineral lempung, kadang terdapat pirit,dibeberap
a tempat dijumpai urat-urat kuarsa ukuran kecil (
quartz veinlet
) antara0.2
1 cm. Alterasi pada lintasan Sungai Cileles secara umum adalah argilisasidan klo
ritisasi. Argilisasi hadir mineral lempung, sedikit kuarsa, warna putihkekuninga
n, dijumpai pada zona rekahan dan banyak dijumpai urat-urat kuarsakecil. Kloriti
sasi hadir mineral klorit, kalsit, beberapa tempat hadir epidot (Tabel1&2). Mine
ralisasi dijumpai pirit, beberapa kalkopirit. Urat kuarsa yang berukuran1-4 cm,
biasanya mengisi atau bersamaan dengan kekar tension dan kekar kompresi (
quartz breccia
). Berdasarkan hasil analisis struktur didapatkan arahumum kekar dan urat kuarsa
di lintasan Sungai Cileles adalah NW
SE(baratlaut
tenggara) dan beberapa ada yang berarah NE
SW dan E
W.Kedudukan urat kuarsa kompresi N 235
O
E/75
O
dan N 170
O
E/80
O
, tebal 2
5 cm,warna putih kekuningan, dijumpai pirit, kalkopirit. Kedudukan urat kuarsate
nsional mempunyai kedudukan N 220
O
E/80
O
dan N 280
O
E/80
O
, terdapat jugasesar mendatar kiri naik N 210
O
E/65
O
dan beberapa
stockwork
dengan
quartz veinlets
di bagian hilir sungai Cileles.Lintasan detail cabang Sungai Cisahibah dijumpai
batuan tuf breksi, litiktuf, dan tuf. Litologi breksi tuf dominan, warna abu-abu
keputihan, fragmenbatuan andesit dan basalt, dijumpai klorit dan mineral lempun
g, kadang terdapatpirit pada matriknya, dibeberapa tempat dijumpai urat-urat kua
rsa ukuran kecil(q
uartz veinlet
) antara 0.2
1 cm. Alterasi pada lintasan Sungai Cisahibahadalah kloritisasi dan argilisasi.
Kloritisasi umumnya hadir mineral klorit, sedikitkalsit dan beberapa dijumpai ep
idot, biasanya pada batuan litik tuf dan breksi tuf,sedikit mineral lempung, war
na abu-abu kehuijauan dan hijau keputihan,dibeberapa tempat hadir mineral pirit
dan kalkopirit. Argilisasi umumnya hadir mineral lempung (kaolinit), sedikit kua
rsa, warna putih kekuningan, dijumpaipada zona rekahan dekat zone sesar dan urat
kuarsa dan banyak dijumpai urat-urat kuarsa kecil (
quartz veinlets
). Mineralisasi pada lintasan ini dijumpai secaraumum hadirnya pirit, beberapa k
alkopirit. Urat kuarsa yang berukuran 15
30 cmmengisi atau bersamaan dengan
sheared fractures
(
quartz breccia
), warna putihkekuningan-kecoklatan, manganis, umumnya hancur dijumpai pirit, li
monitik,kedudukan N 240- 250 E/80
O
. Berdasarkan hasil analisis struktur didapatkanarah umum kekar dan urat kuarsa
di lintasan cabang Sungai Cisahibah adalahdominan E
W dan berarah NE
SW dan beberapa berarah NW
SE dan N
S.Lintasan detail cabang Sungai Cibedok batuan breksi tuf dominan,warna abu-abu
keputihan, fragmen batuan andesit dan basalt, lapuk danmengalami alterasi, dijum
pai klorit dan mineral lempung, kadang terdapat piritpada matriknya, dibeberapa
tempat dijumpai urat-urat kuarsa ukuran kecil(
Quartz veinlet
) antara 1-2 cm. Berdasarkan hasil analisis struktur didapatkanarah umum kekar d
an urat kuarsa di lintasan Sungai Cibedok adalah dominanE
W dan berarah NE
SW yang merupakan kekar-kekar kompresi,sedangkan beberapa berarah NW
SE dan N
S secara umum merupakan
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 3, No. 5, Januari 2010
5
kekar-kekar tension. Dijumpai bidang sesar dengan kedudukan N 010
O
-015
O
E/75
O
, pitch 10
O
-15
O
, merupakan sesar mendatar kiri naik. Alterasi pada lintasanSungai Cibedok adala
h kloritisasi dan argilisasi. Kloritisasi hadir mineral klorit,sedikit kalsit da
n beberapa dijumpai epidot, pada batuan litik tuf dan breksi tuf,sedikit mineral
lempung, warna abu-abu kehuijauan dan hijau keputihan,dibeberapa tempat hadir m
ineral pirit dan kalkopirit. Argilisasi hadir minerallempung (kaolinit), sedikit
kuarsa, warna putih kekuningan, dijumpai pada zonarekahan dekat zone sesar dan
urat kuarsa dan banyak dijumpai urat-urat kuarsakecil (
quartz veinlets
). Mineralisasi pada lintasan ini dijumpai secara umumhadirnya pirit, beberapa k
alkopirit. Urat kuarsa yang berukuran 05
20 cmmengisi atau bersamaan dengan
sheared fractures
(
quartz breccia
), warna putihkekuningan-kecoklatan, manganese, umumnya hancur dijumpai pirit, l
imonitik,kedudukan N 240- 250 E/80
O
.Lintasan detail Sungai Cirabok batuan lapili tuf dominan, warna abu-abukehijaua
n, rounded
subrounded, mineral glas dan sedikit kuarsa, limonitik,kadang terdapat pirit, se
Album Minop
Sutikno-bronto
14. Arifudin Idrus Dkk
Skripsi TA Kontrol Struktur Terhadap Mineralisasi
Basic Knowledge
Zona Mineralisasi
greisen
formasi-geologi-sulawesi
aplikasi metode induksi polarisasi
Geokimia Isotop
Metode Induced Polarization
FASIES METAMORFISME
Geologi Regional Pulau Jawa
JENIS INTERAKSI LEMPENG
Foram Bentonik Dan Planktonik
Buku Van Juidam Komplit
MANGAN
Skripsi Tambang Emas Gorontalo
Mikro Makro Paleontologi Selesai
Geologi Daerah Kulonprogo
Tugas Paper Mineralisasi
Bab_10 Analisa Cekungan
Foraminifera Bentos
Metoda IP
Struktur Bidang Dan Struktur Garis
More From This User
Heru sigit purwanto & Herry riswandi - Jenis deposit massive sulphide Pb-Zn di d
aerah Riamkusik Ketapang Kalbar
Heru sigit purwanto - Struktur geologi mempengaruhi peningkatan kalori batubara
di daerah Bintuni Papua Barat
Heru sigit purwanto - Penyebaran cebakan timah sekunder di daerah Airgegas Bangk
a selatan
Heru sigit purwanto, Listyani, Isjudarto & Sari bahagiarti - Mewaspadai morfolog
iteluk sebagai zona bahaya tsunami
Heru sigit purwanto & Herry riswandi - Interpretasi zona struktur dan alterasi b
erdasarkan geofisika IP daerah nirmala bogor jabar
Heru sigit purwanto, Herian sudarman & Barlian dwinagara - Analisis beban materi
al filling dalam penentuan tebal sill pillar berdasarkan nilai faktor keamanan T
ambang Ciurug Pongkor Jabar
heru sigit purwanto - mineralisasi lead zinc daerah riamkusik kec marau, ketapan
g kal-bar
Heru sigit purwanto - Kontrol struktur jalur mineralisasi emas pada urat kuarsa
di pertambangan emas Pongkor
Heru sigit purwanto & Aris luppa - Potensi mineral Au-Cu Porphyry, prospek siluk
, Kab Pinrang Sul-sel
Heru sigit purwanto & Rinhard sinaga - Kemenerusan urat-urat kuarsa yang mengand
ung mineral emas dan mineral pengikutnya berdasarkan kontrol struktur di daerah
Malasari kab Bogor
Heru sigit purwanto & Herry sulistiyo - Penentuan teras pantai purba berdasarkan
pola penyebaran bijih timah di p bangka
Heru sigit purwanto - Mineralisasi emas dan mineral pengikutnya di daerah Nirmal
a Bogor jawa barat
Apr 29, 2013 by Dedi Fatchurohman
(0 ratings)
258 views
EMBED
DOWNLOAD
ADD TO LIBRARY
DESCRIPTION
Penelitian terletak di Dusun Nirmala, Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupat
en Bogor, Propinsi Jawa Barat. Litologi daerah telitian tersusun atas dua satuan
batuan yaitu satuan tuf lapili dan s...
Show more
RELATED
Mineralisasi Bijih
by rahmanto98
ALTERASI HIDROTERMAL
by Aga Makassar
mklah
by Yusuf Efendi
jurnal20060304
by Rifki Asrul Sani
PreviousNext
Page 1 of 7
ABOUT
Browse books
Site directory
About Scribd
Comics
Resumes
Get Started.
Select files from your computer or simply drag and drop.
SELECT FILES TO UPLOAD
For multiple files hold down the shift key when selecting.
Drag files here from your computer.
Supported File Types: pdf, txt, ps, rtf, epub, key, odt, odp, ods, odg, odf, sxw
, sxc, sxi, sxd, doc, ppt, pps, xls, docx, pptx, ppsx, xlsx
By uploading, you agree to the Scribd Uploader Agreement.
ABOUT
Browse books
Site directory
About Scribd
Meet the team
Our blog
Join our team!
Contact Us
SUPPORT
Help
FAQ
Accessibility
Press
Purchase help
AdChoices
PARTNERS
Publishers
Developers / API
LEGAL
Terms
Privacy
Copyright
MEMBERSHIPS
Join today
Invite Friends
Gifts
STAY CONNECTED
Scribd on Appstore
Scribd on Google Play
Copyright 2016 Scribd Inc. .Terms of service.Accessibility.Privacy.Mobile Site.S
ite Language:
identifikasi-zona-prospek-mineral-logam-menggunakan-metode
Identifikasi Zona Prospek Mineral Logam Menggunakan Metode Induksi Polarisasi Da
erah Fatunisuan Kecamatan Miomaffo Barat Nusa Tenggara ...
in
identifikasi-zona-alterasi-menggunakan-metode-magnetik-di
Identifikasi Zona Alterasi Menggunakan Metode Magnetik Di Daerah Bunikasih, Keca
matan Talegong, Kabupaten Garut, Jawa Barat
in
mineralisasi-emas-dan-mineral-pengikutnya-di-daerah-nirmala-2
Mineralisasi Emas Dan Mineral Pengikutnya Di Daerah Nirmala, Bogor, Jawa-Barat
in
mineralisasi-emas-dan-mineral-pengikutnya-di-daerah-nirmala