Anda di halaman 1dari 59

Indonesia memiliki potensi sebagai daerah yang mengandung cadangan mineral emas

dan sulfida yang besar. Dimana potensi ini dibuktikan para peneliti dari DEM (De
vision Of Exploration and Mining) yang melakukan penelitian pada daerah minerali
sasi berkaitan dengan unsur vulkanik. Selain itu Indonesia adalah daerah yang be
rada pada jalur pegunungan aktif. Oleh karena itu Negara kita banyak terdapat su
mber daya mineral, semua mineral mineral yang ada dapat di eksplorasi menggunaka
n metode geofisika yang tujuannya adalah mendapatkan mineral ekonomis, mineral t
ersebut dapat berupa mineral logam, misalnya emas, perak, tembaga, timah dan seb
againya.Sedangkan pengukuran IP frequency domain/kawasan frekuensi adalah penguk
uran nilai resistivity batuan dengan menggunakan frekuensi yang berbeda. Frekuen
si yang digunakan biasanya disebut frekuensi DC untuk frekuensi rendah dan freku
ensi AC untuk frekuensi tinggi. Frekuensi efek ini dapat didefenisikan sebagai b
erikut:
FE=((?_dc-?_ac ))/?_ac =(?_dc/?_ac )-1
(14)
PFE=100 ((?_dc-?_ac ))/?_ac
(15)
rdasarkan pengalaman AGA ketika bekerja di sebuah kontraktor nasional, banyak me
njumpai gambar yang menggunakan koordinat, entah itu koordinat titik pancang mau
pun koordinat tepi bangunan. Jika koordinat yang digambar hanya 10 titik mungkin
masih bisa menggunakan cara manual (diketik satu persatu), namun jika titik sud
ah mencapai ratusan bahkan ribuan, kalau diketik satu-satu ya capek deh dan mema
kan akan waktu yang lama, padahal terus dikejar deadline.
Kali ini AGA akan berbagload operation can continue to process the remaining hal
f. with outages that occur for any reason can continue where it left off with a
smart resume feature. IDM, easy to use interface and is the most popular downloa
d manager with integrated work with all browsers.
Internet Download Manager, the file is downloaded during the download process Un
like other download managers to dynamically partition separates and
1.3 Definisi Integral Tentu
Andaikan
f(x)
didefinisikan dalam selang Selang ini dibagi menjadi n bagian yang sama panjang
, yaitu . Maka integral tentu dari
f(x)
antara x = a dan x =b didefinisikan sebagai berikut: Limit ini pasti ada jika
f(x)
kontinu sepotong demi sepotong jika maka menurut dalil pokok dari kalkulus integ
ral, integral tentu diatas dapat dihitung dengan rumus : 1.4 Rumus-rumus Integra
l tentu dengan k sebagai konstanta sembarang.
1.5 Integral Parsial Prinsip dasar integral parsial : Salah satunya dimisalkan
U Sisinya yang lain (termasuk dx) dianggap sebagai dv Sehingga bentuk integral p
arsial adalah sebagai berikut : 1.1 Beberapa Aplikasi dari Integral a. Perhitung
an Luas suatu kurva terhadap sumbu x
pengetahuan tentang bagaimana cara import / plotting / menggambar titik koordin
at dari Excel ke dalam AutoCAD, cara ini mempermudah drafter dalam penggambaran
titik koordinat.
Dimana:
setSkip to navigation
Skip to main content
Skip to primary sidebar
Skip to secondary sidebar
Skip to footer
Fisika Memang AsyikSitus Pembelajaran Fisika Dwibahasa
HOME

#1568 (NO TITLE)


FISIKA 1
FISIKA 2
FISIKA 3
TENTANG KAMI
BANTUAN
A. Polarisasi Cahaya
Versi Bahasa Inggris (klik disini)
Sebagai gelombang transversal, cahaya dapat mengalami polarisasi. Polarisasi cah
aya dapat disebabkan oleh empat cara, yaitu refleksi (pemantulan), absorbsi (pen
yerapan), pembiasan (refraksi) ganda dan hamburan.
1. Polarisasi karena refleksi
Pemantulan akan menghasilkan cahaya terpolarisasi jika sinar pantul dan sinar bi
asnya membentuk sudut 90o. Arah getar sinar pantul yang terpolarisasi akan sejaj
ar dengan bidang pantul. Oleh karena itu sinar pantul tegak lurus sinar bias, be
rlaku ip + r = 90 atau r = 90
ip . Dengan demikian, berlaku pula

Jadi, diperoleh persamaan

Dengan n2 adalah indeks bias medium tempat cahaya datang n1 adalah medium tempat
cahaya terbiaskan, sedangkan ip adalah sudut pantul yang merupakan sudut terpol
arisasi. Persamaan di atas merupakan bentuk matematis dari Hukum Brewster.
Gambar 1. Polarisasi karena refleksi
Gambar 1. Polarisasi karena refleksi
2. Polarisasi karena absorbsi selektif
Gambar 2. Skema polarisasi selektif menggunakan filter polaroid. Hanya cahaya de
ngan orientasi sejajar sumbu polarisasi polaroid yang diteruskan.
Gambar 2. Skema polarisasi selektif menggunakan filter polaroid. Hanya cahaya de
ngan orientasi sejajar sumbu polarisasi polaroid yang diteruskan.
Polarisasi jenis ini dapat terjadi dengan bantuan kristal polaroid. Bahan polaro
id bersifat meneruskan cahaya dengan arah getar tertentu dan menyerap cahaya den
gan arah getar yang lain. Cahaya yang diteruskan adalah cahaya yang arah getarny
a sejajar dengan sumbu polarisasi polaroid.
Gambar 3. Dua buah polaroid, polaroid pertama disebut polarisator dan polaroid k
edua disebut analisator dengan sumbu transmisi membentuk sudut ?
Gambar 3. Dua buah polaroid, polaroid pertama disebut polarisator dan polaroid k
edua disebut analisator dengan sumbu transmisi membentuk sudut ?
Seberkas cahaya alami menuju ke polarisator. Di sini cahaya dipolarisasi secara
vertikal yaitu hanya komponen medan listrik E yang sejajar sumbu transmisi. Sela
njutnya cahaya terpolarisasi menuju analisator. Di analisator, semua komponen E
yang tegak lurus sumbu transmisi analisator diserap, hanya komponen E yang sejaj
ar sumbu analisator diteruskan. Sehingga kuat medan listrik yang diteruskan anal
isator menjadi:
E2 = E cos ?
Jika cahaya alami tidak terpolarisasi yang jatuh pada polaroid pertama (polarisa
tor) memiliki intensitas I0, maka cahaya terpolarisasi yang melewati polarisator
adalah:

I1 = I0
Cahaya dengan intensitas I1 ini kemudian menuju analisator dan akan keluar denga
n intensitas menjadi:
I2 = I1 cos2? = I0 cos2?

3. Polarisasi karena pembiasan ganda


Jika berkas kaca dilewatkan pada kaca, kelajuan cahaya yang keluar akan sama ke
segala arah. Hal ini karena kaca bersifat homogen, indeks biasnya hanya memiliki
satu nilai. Namun, pada bahan-bahan kristal tertentu misalnya kalsit dan kuarsa
, kelajuan cahaya di dalamnya tidak seragam karena bahan-bahan itu memiliki dua
nilai indeks bias (birefringence).
Cahaya yang melalui bahan dengan indeks bias ganda akan mengalami pembiasan dala
m dua arah yang berbeda. Sebagian berkas akan memenuhi hukum Snellius (disebut b
erkas sinar biasa), sedangkan sebagian yang lain tidak memenuhi hukum Snellius (
disebut berkas sinar istimewa).
Gambar 3. Skema polarisasi akibat pembiasan ganda.
Gambar 4. Skema polarisasi akibat pembiasan ganda.
4. Polarisasi karena hamburan
Jika cahaya dilewatkan pada suatu medium, partikel-partikel medium akan menyerap
dan memancarkan kembali sebagian cahaya itu. Penyerapan dan pemancaran kembali
cahaya oleh partikel-partikel medium ini dikenal sebagai fenomena hamburan.
Pada peristiwa hamburan, cahaya yang panjang gelombangnya lebih pendek cenderung
mengalami hamburan dengan intensitas yang besar. Hamburan ini dapat diamati pad
a warna biru yang ada di langit kita.
Gambar 4. Warna biru langit akibat fenomena polarisasi karena hamburan
Gambar 5. Warna biru langit akibat fenomena polarisasi karena hamburan
Sebelum sampai ke bumi, cahaya matahari telah melalui partikel-partikel udara di
atmosfer sehingga mengalami hamburan oleh partikel-partikel di atmosfer itu. Ol
eh karena cahaya biru memiliki panjang gelombang lebih pendek daripada cahaya me
rah, maka cahaya itulah yang lebih banyak dihamburkan dan warna itulah yang samp
ai ke mata kita.
Soal:
Suatu cahaya tak terpolarisasi mengenai polaroid pertama dengan intensitas I0. T
entukan intensitas cahaya yang keluar dari sistem polaroid, yang terdiri dari du
a buah polaroid, jika kedua sudut antara kedua sumbu transmisi adalah 30o! (kunc
i jawaban)
Suatu sumber cahaya terang dipandang melalui dua lembar polaroid yang arah sumbu
polarisasinya mula-mula sejajar. Jika : a) Melalui sudut berapakah salah satu p
olaroid harus diputar untuk mengurangi amplitudo getaran medan listrik yang diam
ati menjadi setengah dari nilainya semula. b) Apakah pengaruh sudut salah satu p
olaroid terhadap intensitas cahaya yang diteruskan. c) Melalui sudut berapakah s
alah satu polaroid harus diputar untuk mengurangi intensitas cahaya yang diterus
kan menjadi setengah dari nilainya semula.
Suatu berkas cahaya monokromatis tak terpolarisasi dating pada bidang batas udar
a-kaca dengan indeks bias relative 1,50. Hitung sinus sudut dating yang menghasi
lkan sinar pantul terpolarisasi linier!
Ketika cahaya dating dari udara ke kaca, sudut polarisasi adalah 57o. berapakah

besar sudut polarisasi untuk bidang batas yang sama tetapi cahaya dari kaca ke u
dara?
Materi Selanjutnya >>
Share this:
TwitterFacebook11
LEAVE A COMMENT
COMMENTS 13
endah | October 10, 2011 at 5:18 am
no 4. 33 derajat
ayip miftah ad-durach | October 13, 2011 at 5:36 pm
siph jawabanya benar. tapi kalau di beri langkahnya, pasti lebih baik.
endah | October 23, 2011 at 2:48 pm
90-ip >> 90
57= 33
gatoddd | October 10, 2011 at 5:22 am
Mengapa langit berwarna biru?
Sebuah berawan hari waktu yang jelas langit adalah biru karena molekul-molekul d
i udara menyebarkan cahaya biru dari matahari lebih dari yang mereka menghamburk
an cahaya merah. Ketika kita melihat ke arah matahari saat matahari terbenam, ki
ta melihat warna merah dan oranye karena cahaya biru telah tersebar dan jauh dar
i garis pandang.
Cahaya putih dari matahari adalah campuran dari semua warna pelangi. Hal ini dit
unjukkan oleh Isaac Newton, yang menggunakan prisma untuk memisahkan berbagai wa
rna dan berbagai bentuk spektrum. Warna cahaya dibedakan oleh panjang gelombang
yang berbeda mereka. Bagian terlihat dari spektrum berkisar antara lampu merah d
engan panjang gelombang sekitar 720 nm, untuk ungu dengan panjang gelombang seki
tar 380 nm, dengan oranye, kuning, hijau, biru dan nila antara. Ketiga jenis res
eptor warna dalam retina mata manusia merespon paling kuat untuk merah, hijau da
n biru panjang gelombang, memberikan kita penglihatan warna kita.
ayip miftah ad-durach | October 13, 2011 at 5:52 pm
Ok jawabannya benar.
Molekul-molekul di udara di atas bumi lebih banyak menyebarkan cahaya biru darip
ada cahaya merah.
Kita pun diingatkan kembali dengan materi sebelumnya ya.
Itu lho, materi dispersi cahaya.
Terimakasih jawabannya.
presario | October 10, 2011 at 5:24 am
apa hayoooo ..!!!!!!!
ayip miftah ad-durach | October 13, 2011 at 5:53 pm
Lho kok malah balik tanya ..???
alx | October 10, 2011 at 5:28 am
mata kita begitu lemah,padahal langit itu hitam jadi kita semua tak mampu kuat u
ntuk liat langit
ayip miftah ad-durach | October 13, 2011 at 5:47 pm
???
bisma | October 10, 2011 at 5:29 am
kenapa langit warnanya biru?soalnya di bumi kita ini gas yang paling banyak adal
ah oksigen sama nitrogen. sedangkan kedua gas ini sangat efektif dalam menghambu

rkan cahaya menjadi biru, ungu, dan nila. tapi kenapa yang kita liat warnanya bi
ru?soalnya mata kita lebih sensitif sama warna biru jadi langit yang kita liat a
dalah warna biru.
terus kenapa kalo sore atau pagi langitnya warna merah?soalnya cahaya matahari y
ang warna biru dan teman2nya sudah terhamburkan sebelumnya oleh belahan bumi yan
g lebih dekat dengan matahari sehingga sewaktu pagi dan sore hari warna yang ter
hamburkan adalah warna merah karena sudah nggak ada warna biru, nila, sama ungu.
kan jarak matahari waktu pagi sama sore kan lebih jauh. itu menurut ane. hehe kal
o nggak dong maap ye hehe
ayip miftah ad-durach | October 13, 2011 at 5:42 pm
jawabannya benar sekali.
Ternyata, belajar fisika tidak jauh dari keseharian kita, kan?
Hihihi.
SEMANGAT FISIKA.
presario | October 10, 2011 at 5:30 am
karena atmosfir bumi hanya dapat ditembus oleh spektrum warna biru ..
ayip miftah ad-durach | October 13, 2011 at 5:46 pm
Terima kasih jawabannya.
Terus semangat ya. Siap??
Leave a Reply
Enter your comment here...
Recent Comments
Popular Posts
Archives
Tags
Categories
endah
90-ip >> 90 - 57= 33
ayip miftah ad-durach
Lho kok malah balik tanya.....???
ayip miftah ad-durach
Ok jawabannya benar. Molekul-molekul di udara di atas bumi lebih banyak menyebar
kan cahaya biru dari
ayip miftah ad-durach
???
ayip miftah ad-durach
Terima kasih jawabannya. Terus semangat ya. Siap??
ayip miftah ad-durach
jawabannya benar sekali. Ternyata, belajar fisika tidak jauh dari keseharian kit
a, kan? Hihihi. SEMA
ayip miftah ad-durach
siph jawabanya benar. tapi kalau di beri langkahnya, pasti lebih baik.
presario
karena atmosfir bumi hanya dapat ditembus oleh spektrum warna biru.....
PENCARIAN

Search for:
GO
LINK
Versi Bahasa Inggris
BLOG STATS
1,494,168 hits
KALENDER
October 2016
M
T
W
T
F
S
May
1
2
3
4
5
6
7
8
10
11
12
13
14
15
17
18
19
20
21
22
24
25
26
27
28
29
31
Blog at WordPress.com.
Follow
:)
uk cara plotting Keterangan nomer titik ataupun
ting keterangan elevasi dari Excel ke AutoCAD

S
9
16
23
30

elevasi, silahkan buka Cara Plot

Kalau butuh contoh softcopy file excelnya silahkan buka link dibawah ini.
Download Softcopy Rumus Ploting Koordinat dari Excel ke AutoCAD
Demikianlah penjelasan panjang dan lebar tentang Cara Import / Plotting Koordina
t dari Excel ke dalam AutoCAD. Semoga informasi ini bermanfaat.an kuning
berkisar 6 ohm.m
40 ohm.m. Pada kisaran nilai resistivity 40 ohm.m - 257
ohm.m diduga mewakili medium bijih besi, namun kisaran nilai resistivity juga
mewakili medium lapukan batuan ultramafik-mafik, limonit dan batuan sedimen.
Kisaran nilai resistivity 40 ohm.m 257 ohm.m yang diinterpretasikan mewakili
medium bijih besi di daerah penelitian kurang memperlihatkan kontras resistivity
yang baik sehingga diperlukan dukungan data IP untuk membantu dalam
interpretasi endapan bijih besi di daerah penelitian.
Hasil pemodelan inversi data IP diperoleh kisaran nilai chargeability 0
100
msec. Pada model slice vertikal dan horizontal IP (Gambar 4.19, 4.23, 4.26 dan
4.28) dan model 3 dimensi IP (Gambar 4.20 dan 4.24) terdapat kontras nilai IP
dengan nilai chargeability berkisar 24 100 msec. Secara teoritis, mineralmineral
bijih oksida umumnya mempunyai kisaran nilai chargeability lebih
rendah dibandingkan dengan mineral-mineral bijih sulfida (Tabel 2
HOMEPOSTS RSSCOMMENTS RSSEDIT
Mengenai SayaSkip to content
HOME
SAYA
Search
sinurhasanah
MELIHAT, MENDENGAR, MENGAMATI, DAN MENARIK HIKMAH
SAYA DAN DUNIA FISIKA
METODE TAHANAN JENIS KONFIGURASI WENNER
FEBRUARY 29, 2012 SINULEAVE A COMMENT
Siti Nurhasanah, Pipit Fitriani, Dewi Kusuma Pratiwi, Ahmad Haris Muhtar, Iwan N
urfahrudin, Fanni Suyuti
10209067, 10209105, 10209106, 10209002, 10209047, 10209077
Program Studi Fisika, Institut Teknologi Bandung, Indonesia
E-mail: sinu_uneh@yahoo.co.id
Asisten: (Sandro Y. N/10208037)

(Almas Hilman Muhtadi/ 10208068)


Tanggal Praktikum: (25 -02- 2012)
Abstrak
Untuk mengetahui kondisi di bawah permukaan dapat digunakan metode geolistrik.
Salah satu metode dari geolistrik adalah metode tahanan jenis. Dengan mengetahui
nilai tahanan jenis (resistivitas) di bawah permukaan maka dapat ditentukan ban
yaknya lapisan penyusun dan jenis material penyusun.Metode resistivitas yang dig
unakan adalah konfigurasi Wenner. Arus diinjeksikan ke permukaan bawah bumi kemu
dian diukur nilai beda potensial listrik dan arus listrik. Sehingga dapat dipero
leh nilai resistivitas di bawah permukaan. Didapatkan bahwa semakin dalam permuk
aan maka semakin kecil nilai resitivitasnya dan semakin renggang jarak antar ele
ktroda maka semakin dalam permukaan yang dapat diukur resistivitasnya. Digunakan
software RES2DINV untuk melakukan inversi data
Kata Kunci : Konfigurasi Wenner, RES2DINV, Resistivitas
I. Pendahuluan
Praktikum ini dilakukan dengan tujuan untuk memahami konsep fisika yang terlibat
pada metode tahanan jenis bawah permukaan tanah, menentukan sebaran nilai tahan
an jenis, banyaknya lapisan batuan, dan material penyusun lapisan bawah permukaa
n tanah dan melakukan interpretasi dari data yang diperoleh.
Batuan dan mineral yang ada di bumi memiliki sifat-sifat listrik seperti; potens
ial listrik alami, konduktivitas listrik, dan konstanta dielektrik. Ada berbagai
metode yang dilakukan untuk mengetahui kondisi di bawah permukaan tanah. Salah
satunya adalah metode geolistrik. Metode ini dapat dijadikan cara untuk menyelid
iki sifat listrik di dalam bumi melaui respon yang ditangkap dari dalam tanah be
rupa beda potensial, arus listrik, dan medan elektromagnetik. Salah satu dari me
tode geolistrik ini adalah metode tahanan jenis.
Metode geolistrik resistivitas adalah salah satu metode yang cukup banyak diguna
kan dalam dunia eksplorasi khususnya eksplorasi air tanah karena resistivitas da
ri batuan sangat sensitif terhadap kandungan airnya dimana bumi dianggap sebagai
sebuah resistor. Metode geolistrik resistivitas atau tahanan jenis adalah salah
satu dari jenis metode geolistrik yang digunakan untuk mempelajari keadaan bawa
h permukaan dengan cara mempelajari sifat aliran listrik di dalam batuan di bawa
h permukaan bumi.
Metode resistivitas umumnya digunakan untuk eksplorasi dangkal, sekitar 300
500
m. Prinsip dalam metode ini yaitu arus listrik diinjeksikan ke alam bumi melalui
dua elektroda arus, sedangkan beda potensial yang terjadi diukur melalui dua el
ektroda potensial. Dari hasil pengukuran arus dan beda potensial listrik, dapat
diperoleh variasi harga resistivitas listrik pada lapisan di bawah titik ukur
Metode Geolistrik resistivitas dilakukan dengan cara menginjeksikan arus listrik
ke permukaan bumi yang kemudian diukur beda potensial diantara dua buah elektro
de potensial. Pada keadaan tertentu, pengukuran bawah permukaan dengan arus yang
tetap akan diperoleh suatu variasi beda tegangan yang berakibat akan terdapat v
ariasi resistansi yang akan membawa suatu informasi tentang struktur dan materia
l yang dilewatinya. Prinsip ini sama halnya dengan menganggap bahwa material bum
i memiliki sifat resistif atau seperti perilaku resistor, dimana material-materi
alnya memiliki kemampuan yang berbeda dalam menghantarkan arus listrik.
Ilustrasi garis ekipotensial yang terjadi akibat injeksi arus ditunjukkan pada d
ua titik arus yang berlawanan di permukaan bumi dapat dilihat pada gambar 1

Gambar 1. Pola aliran dan bidang ekipotensial [1]


Semakin besar jarak antar elektroda menyebabkan makin dalam tanah yang dapat diu
kur.
Ada beberapa konfigurasi untuk tahanan jenis dalam melakukan akuisisi data. Sala
h satunya adalah dengan menggunakan konfigurasi Wenner. Konfigurasi Wenner ditun
jukkan pada gambar2

Gambar 2. Konfigurasi Wenner [2]


II. Metode Percobaan
Alat yang dibutuhkan dalam praktikum diantaranya adalah:
Elektroda 20 buah
Naniura
Voltmeter
Amperemeter
Akumulator
Kabel penghubung
Cara pengambilan data adalah yang pertama tancapkan elektroda pada tempat yang a
kan diukur dengan jarak setiap elektroda satu meter. Lakukan pada dua titik peng
amatan. Setelah semua elektroda ditancapkan maka susun alat seperti pada gambar.
Amperemeter dan voltmeter dihubungkan dengan elektroda, dan amperemeter juga di
hubungkan dengan Naniura. Naniura dihubungkan dengan sumber tegangan DC (yang di
pakai pada praktikum adalah akumulator).
Untuk pengambilan data yang pertama adalah jarak setiap elektroda adalah 1 meter
. Apabila alat sudah siap dan voltmeter dipasang pada menu tegangan, tombol pada
Naniura ditekan sehingga arus mengalir melalui elektroda-elektroda. Setelah itu
geser ke elektroda berikutnya masih dengan jarak 1 meter dan lakukan cara yang
sama. Kombinasikan jarak elektroda dari mulai 1 meter hingga 5 meter untuk jarak
keseluruhan 15 meter. Maka akan didapatkan 34 titik pengamatan.
Lakukan inversi data dengan software RES2DINV. Sebelumnya lakukan dahulu pengola
han data dengan software spreadsheet seperti Ms. Excel. Save dalam format txt ke
mudian dikonversi ke format dat. Setelah itu jalankan software RES2DINV lakukan
buka menu File read data files , pilih nama file dengan ekstensi .dat. Setelah i
tu pilih menu Inversion Least-square inversion. Maka akan tampil gambar hasil in
versi.
Untuk melakukan koreksi data maka pilih menu Edit exterminate bad datum points.
Eliminasi data yang buruk, lalu save kembali data dengan nama yang berbeda. Sete
lah itu pilih menu Inversion inversion method and setting choose logarithm of ap
parent resistivity use apparent resistivity lalu tekan ok. Setelah itu pilih men
u Inversion Least-square inversion kembali.
Nilai resistivitas material-material bumi dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 1. Nilai resistivitas material-material bumi[5]
Material
Resistivity (Ohm-meter)
Air (Udara)
Pyrite (Pirit) 0.01-100

Quartz (Kwarsa) 500-800000


Calcite (Kalsit)
11012-11013
Rock Salt (Garam Batu) 30-11013
Granite (Granit)
200-10000
Andesite (Andesit)
1.7102-45104
Basalt (Basal) 200-100000
Limestoes (Gamping)
500-10000
Sandstone (Batu Pasir) 200-8000
Shales (Batu Tulis)
20-2000
Sand (Pasir)
1-1000
Clay (Lempung) 1-100
Ground Water (Air Tanah)
0.5-300
Sea Water (Air Asin)
0.2
Magnetite (Magnetit)
0.01-1000
Dry Gravel (kerikil kering)
600-10000
Alluvium (Aluvium)
10-800
Gravel (Kerikil)
100-60
III. Pengolahan Data
Gambar 3. Hasil inversi data menggunakan software RES2DINV
IV.
Analisis dan Pembahasan
Resistivitas semu adalah nilai tahanan yang diperoleh dari pengukuran beda poten
sial di sekitar tempat arus diinjeksikan. Dalam kondiisi sesungguhnya, tanah tid
ak bersifat homogeny sehingga nilai resisitivitas yang diperoleh merupakan nilai
resistivitas yang mewakili nilai resisitivitas seluruh lapisan yang terlalui ga
ris ekipotensial. Garis garis ekipotensial sangat dipengaruhi jenis batuan yang
berada di bawah permukaan tanah. Jenis batuan bergantung pada material yang meny
usunnya, dan dapat dilihat nilai resisitivitasnya pada tabel 1. Pada batuan yang
berongga maka nilai resisitivitasnya lebih besar, sedangkan jika batuan lebih r
apat maka resisitivitasnya lebih kecil. Hal ini disebabkan pada batuan yang lebi
h padat, aliran listrik lebih mudah untuk mengalir daripada batuan yang berongga
.
Sebenarnya kita tidak dapat mengetahui secara langsung hubungan antara resistivi
tas semu dan kedalaman tanah, namun pada umumnua semakin dalam lapisan bumi men
uju pusat bumi maka laisan tanah atau batuanya akan lebih rapat sehingga nilai r
esisitivitasnya semakin rendah.
Hubungan antara jarak antar elektorda (a) dengan kedalaman dapat dilihat pada ga
mbar 3, hasil inversi semakin mengerucut ke bawah, karean pengamboilan data untu
k a yang lebih besat lebih sedikit dibandingkan dengan a yang lebih kecil. Bentu
k konfigurasi Wenner dapat dilihat pada gambar 2, dari gambar dapat diiambil int
erpretasi bahwa semakin lebar jarak a maka kedalaman yang dapat diukur pun semak
in dalam.
Pada gambar hasil inversi data, diperoleh beberapa lapisan yang kurang teratur,
hal ini bisa memang diakibatkan lapisan tanah yang tidak teratur dan berlapis la
pis atau adapun eror saat perhitungan dan pengambilan data. Kesalahan pada saat
pengambilan data mungkin terjadi terutama karena kurang stabilnya alat selama pr
aktikum berlangsung.
Kita asumsikan bahwa data yang diperoleh adalaha benar dengan tingkat kesalahan
38%.
Lapisan yang berwarna merah-ungu menunjukan nilai resistivitas yang tinggi. Sehi
ngga kemungkinan lapisan tanah terdiri dari kerikil atau tanah yang stukturnya m
emiliki banyak rongga. Selanjutnya warna kuning-merah menunjukan lapisan tanah y
ang gambut dan memiliki banyak kandungan air. Dapat dibuktikan juga bahwa di sek
itar lapangan sipil terdiri dari rumput rumput yang ditanam secara baik.
Untuk warna hijau, merupakan transisi dari tanah gambut ke tanah lempung. Tanah

lempung terdiri dari tanah lempung basah dan kering. Banyaknya komponen tanah le
mpung yang basah dipengaruhi oleh kadar air tanah. Hal ini disebabkan malam sebe
lum pengambilan data terjadi hujan yang cukup deras sehingga tanah banyak menyim
pan kandungan air tanah. Warna biru yang lebih muda menunjukkan adanya akar poho
n yang menyerap air sehingga tanah lempung menjadi lebih kering dibandingkan den
gan yang berada di sekitarnya.
Pengolahan data dengan menggunakan RES2DINV seperti ditunjukkan pada gambar 5, m
engindikasikan anomai resistivitas yang tinggi atau sebalikanya diabndingkan dae
rah sekitarnya. Secara umum, hal ini menunjukkan resistivitas yang tinggi di per
mukaan dan di beberapa tempat lain yang berarti bahwa material yang sama di temp
at yang berbeda.
II.
Simpulan
Dari percobaan di atas diperoleh kesimpulan:
Nilai resistivitas tanah dapat digunakan untuk mengetahui kondiisi di baw
ah permukaan tanah. Semakin besar nilai resisitivitasnya berarti kondisi batuan
atau tanah semakin berongga atau memang merupakan terdiri dari material yang sul
it dilewati listrik. Sedangkan untuk niali resisitivitas yang kecil menunjukkan
struktur tanah semakin padat dan dapat mengalirkan arus listrik dengan lebih bai
k.
Struktur tanah pada lapangan sipil ITB memiliki lapisan yang beramacam ma
cam, namun kebanyakan merupakan tanah lempung dan tanah gambut yang memiliki ban
yak kandungan air.
Resisistivitas bergantung terhadap jenis batuan atau amterial yang berada
di bawah permukaan. Semakin dalam permukaan berarti nilai resisitivitasnya sema
kin kecil.
Sedangkan untuk jarak antar elektroda, semakin renggang makan semakin dal
am resisitivitas yang dapat diukur di bawah permukaan tanah.
Daftar Pustaka
[1] http://aryanto.blog.uns.ac.id/files/2010/03/image013-300156.png
[2] http://ardandipoldipol.files.wordpress.com/2011/11/5.jpg
[3] Kanata, Bulkis dan Teti Zubaidah. 2008. Aplikasi Metode Geolistrik Jenis Kon
figurasi Wenner
Schlumberger untuk Survey Pipa bawah Permukaan.
Tersedia: http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/bulkis%20_7_(1).pdf (Tanggal akses
28 Februari 2012 pukul 12.14)
[4] Kaderie, Almuhran. 1990. Analisis Nilai Resistivitas Batuan dengan Sisitem S
chlumberger Di Daerah Air Tawar dan air Asin.
[5] http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/bulkis%20_7_(1).pdf
About these ads
Share this:
TwitterFacebook
Related
Linear Accelerator (LINAC)
In "Just Writing"
MODEL SEDERHANA DINAMIKA VIRUS DAN IMUN SISTEM TERHADAP INFEKSI VIRUS HUMAN IMMU

NODEFICIENCY VIRUS (HIV)


In "Saya dan Dunia Fisika"
Skenario Hidup Episode "Listrik Magnet"
In "Just Writing"
Post navigation
PREVIOUS POST
mens sana in corpore sano
NEXT POST
Konsep Islam Tentang Manusia, Ilmu, Alam dan Allah
Leave a Reply
Enter your comment here...
KATEGORI
Bukan Lagu Galau ! (9)
Dunia Mentoring (7)
Just Writing (26)
Karena Kita Keluarga (8)
Saya dan Dunia Fisika (15)
Status FB (1)
RECENT POSTS
30 Hari Mencari Cinta (Tamat)
30 Hari Mencari Cinta (Bag. 3)
30 Hari Mencari Cinta (Bag. 2)
CREATE A FREE WEBSITE OR BLOG AT WORDPRESS.COM.
Back to top
Foto saya
rizqi diaz
jember, jember, Indonesia
Alumni fisika MIPA Universitas Jember
Lihat profil lengkapku
METODE RESISTIVITAS SOUNDING 1 DIMENSI (1D) DENGAN KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTU
K MENCARI AIR TANAH
19.08 | 0 comments
Rizqi Dias Kurniawati
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Jembe
r
dieaz91@gmail.com
22 Maret 2012
ABSTRACT
The practicum is Resistivity Sounding's Method 1 dimension to look for ground wa
ter. Resistivity measurement a dot sounding done by way of change electrode's di
stance from beginning of electrode's distance little then dilates gradual's dist
ance. After been gotten data as current as and potential difference then at o ut
ilize ip2win's software. With ip2win's software output data will as graph 1 dime
nsion. Of data interpretation result points out to assess error data as big as 9
.01% by appreciative ranging resistivity among 16,4?m until 61,1?m preconceived
that largely type significant geological consisting of clay, sand and gravel. Bu
t if will do advisable ground water boring is done on depth 30 until 100m. On th
is depth is preconceived as streaked as water bearer with akuifer prospect local

production.
Key words: sounding, resistivity, akuifer

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Metode Geofisika merupakan ilmu yang mempelajari tentang bumi dengan menggunaan
pengukuran fisik pada permukaan atau bawah permukaan bumi. Metode geolistrik me
rupakan salah satu metode geofisika yang mempelajari sifat aliran listrik di dal
am bumi dan bagaimana cara mendeteksinya di permukaan bumi. Dalam hal ini melipu
ti pengukuran potensial dan arus listrik yang terjadi, baik secara alamiah maupu
n akibat injeksi arus di dalam bumi. Ada beberapa macam aturan / konfigurasi pen
dugaan lapisan bawah permukaan tanah dengan geolistrik ini, antara lain : Wenner
, Schlumberger, dipole-dipole dan lain sebagainya. Prosedur pengukuran untuk mas
ing-masing konfigurasi bergantung pada variasi resistivitas terhadap kedalaman y
aitu pada arah vertical (sounding) atau arah horizontal (mapping).
Praktikum kali ini adalah Metode Resistivitas Sounding 1 Dimensi untuk mencari a
ir tanah. Pengukuran resitivitas suatu titik sounding dilakukan dengan jalan men
gubah jarak electrode secara sembarang tetapi mulai dari jarak electrode kecil k
emudian membesar secara gradual. Jarak antar elektrode ini sebanding dengan keda
laman lapisan batuan yang terdeteksi. Makin besar jarak elektrode maka makin dal
am lapisan batuan yang dapat diselidiki. Interpretasi data resistivitas didasark
an pada asumsi bahwa bumi terdiri dari lapisan-lapisan tanah dengan ketebalan te
rtentu. Mengingat jarak antar elektroda untuk menentukan kedalaman investigasi m
aka pada teknik sounding pengukuran dilakukan dengan jarak elektroda bervariasi.
Metode resistivitas ini bisa digunakan dalam eksplorasi air tanah karena sifat
resistivitas batuan yang sangat dipengaruhi oleh kandungan airnya, dan resistivi
tas kandungan air ini berhubungan dengan kandungan ion-ionnya. Maka pada praktik
um kali ini menggunakan konfigurasi schlumberger sebagai pendugaan lokasi air ta
nah dengan pemodelan data berupa 1 dimensi.
Dalam praktikum ini, pemodelan fisis dilakukan dalam sebuah wadah kayu dengan pa
njang 1,85 m, lebar 8,5 m, dan tinggi 0,6 m. Sebagai media permukaan digunakan p
asir dan tanah liat. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan 4 buah elektroda, y
akni 2 elektroda arus dan 2 elektroda potensial. Pada media tersebut kemudian di
injeksikan arus dan diukur arus maupun potensialnya. Setelah didapat data berupa
arus dan beda potensial lalu diolah menggunakan software ip2win. Dengan softwar
e ip2win data keluaran akan berupa grafik 1 dimensi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, timbul rumusan masalah dalam praktikum ini ya
itu:
1)
Bagaimana hasil pengolahan data konfigurasi schlumberger dengan mengguna
kan software ip2win?
2)
Apa saja jenis material geologi berdasarkan nilai resistivitas yang dita
mpilkan pada software ip2win?
3)
Apa pengaruh nilai RMS (eror) terhadap keakuratan nilai resistivitas yan
g diperoleh?
4)
Berdasarkan nilai resistivitas yang diperoleh, pada kedalaman berapakah
air tanah akan terletak?
1.3 Tujuan
Praktikum ini bertujuan sebagai berikut :
1)
Mengetahui hasil pengolahan data konfigurasi schlumberger dengan mengg
unakan software ip2win
2)
Mengetahui jenis material geologi berdasarkan nilai resistivitas yang
ditampilkan pada software ip2win
3)
Mengetahui pengaruh nilai eror terhadap keakuratan nilai resistivitas

yang diperoleh
4)
Mengetahui letak air tanah berdasarkan nilai resistivitas yang diperol
eh
1.4 Manfaat
Setelah melakukan praktikum, maka manfaat yang diharapkan adalah dapat memberi i
nformasi tentang lokasi atau letak material geologi dalam hal ini berupa air tan
ah yang terkandung dalam suatu lintasan, mendapatkan model 1 dimensi dari data s
chlumberger dan mendapatkan nilai resistivitas dari suatu data. Sehingga nantiny
a dapat digunakan untuk penentuan berbagai kandungan material geologi bawah perm
ukaan bumi.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


Penggunaan geolistrik pertama kali dilakukan oleh Conrad Schlumberger pada tahun
1912. Geolistrik merupakan salah satu metoda geofisika untuk mengetahui perubah
an tahanan jenis lapisan batuan di bawah permukaan tanah dengan cara mengalirkan
arus listrik DC ( Direct Current ) yang mempunyai tegangan tinggi ke dalam tanah. I
njeksi arus listrik ini menggunakan Elektroda Arus yang ditancapkan ke dalam tanah
pada jarak tertentu. Semakin panjang jarak elektroda arus , akan menyebabkan al
iran arus listrik bisa menembus lapisan batuan lebih dalam. Dengan adanya aliran
arus listrik tersebut maka akan menimbulkan tegangan listrik di dalam tanah. Te
gangan listrik yang terjadi di permukaan tanah diukur dengan penggunakan multim
eter yang terhubung melalui Elektroda Tegangan yang jaraknya lebih pendek dari pad
a jarak elektroda arus. Bila posisi jarak elektroda arus diubah menjadi lebih be
sar maka tegangan listrik yang terjadi pada elektroda potensial ikut berubah ses
uai dengan informasi jenis batuan yang ikut terinjeksi arus listrik pada kedalam
an yang lebih besar (Anonim1, 2010).
Umumnya metoda geolistrik yang sering digunakan adalah yang menggunakan 4 buah e
lektroda yang terletak dalamsatu garis lurus serta simetris terhadap titik tenga
h, yaitu 2 buah elektroda arus (AB) di bagian luar dan 2 buah elektroda tegangan
(MN) di bagian dalam. Dengan asumsi bahwa kedalaman lapisan batuan yang bisa di
tembus oleh arus listrik ini sama dengan separuh dari jarak elektroda arus (yang
dimisalkan dengan elektroda arus A dan elektroda arus B) dapat bernilai AB/2 (a
pabila digunakan arus listrik DC murni). Sehingga dapat diperkirakan pengaruh da
ri injeksi aliran arus listrik ini berbentuk setengah bola dengan jari-jari AB/2
(Azhar, 2004) .
Kombinasi dari jarak AB/2, jarak MN/2, besarnya arus listrik yang dialirkan sert
a tegangan listrik yang terjadi akan didapat suatu harga tahanan jenis semu ( Appa
rent Resistivity ). Disebut tahanan jenis semu karena tahanan jenis yang terhitung
tersebut merupakan gabungan dari banyak lapisan batuan di bawah permukaan yang
dilalui arus listrik. Bila satu set hasil pengukuran tahanan jenis semu dari jar
ak AB terpendek sampai yang terpanjang tersebut digambarkan pada grafik logaritm
a ganda dengan jarak AB/2 sebagai sumbu-X dan tahanan jenis semu sebagai sumbu Y
, maka akan didapat suatu bentuk kurva data geolistrik. Dari kurva data tersebut
bisa dihitung dan diduga sifat lapisan batuan di bawah permukaan. dan kurva ban
tu sebagai acuan untuk mencari resisitivitas dan kedalaman daerah penelitian .
Tabel 1. Nilai resistivitas dari material Geologi
(Telford, 1990)
Pada konfigurasi Schlumberger idealnya jarak MN dibuat sekecil-kecilnya, sehingg
a jarak MN secara teoritis tidak berubah. Tetapi karena keterbatasan kepekaan al
at ukur, maka ketika jarak AB sudah relatif besar maka jarak MN hendaknya diruba
h. Perubahan jarak MN hendaknya tidak lebih besar dari 1/5 jarak AB. Kelebihan d
ari konfigurasi Schlumberger ini adalah kemampuan untuk mendeteksi adanya non-ho
mogenitas lapisan batuan pada permukaan, yaitu dengan membandingkan nilai resist
ivitas semu ketika terjadi perubahan jarak elektroda MN/2. Agar pembacaan tegang
an pada elektroda MN bisa dipercaya, maka ketika jarak AB relatif besar hendakny
a jarak elektroda MN juga diperbesar (Bisri, 1991).
Gambar 1. Konfigurasi Schlumberger

IPI2win adalah program komputer yang berfungsi sama seperti kurva matching, yait
u mencocokan data yang didapat dari lapangan dengan kurva induk dan kurva bantu
sebagai acuan untuk mencari resisitivitas dan kedalaman daerah penelitian. Cara
kerja IPI2win adalah sebagai berikut, buka file > New VES point, kemudian masukan
nilai AB/2, MN, dan resisitivitas semu yang didapat dari hasil penelitian di la
pangan, kemudian klik ok, setelah hasilnya terlihat kemudian matchingkan dengan
cara menarik garis yang terdapat pada kurva hingga mendapatkan nilai error yang
terkecil. Data hasil olahan IP2 win berupa data resistivity layer, grafik log re
sistivity terhadap AB/2, resistivity cross Section, serta pseudo cross section.
Data hasil olahan dapat di export dalam berbagai macam pilihan data. Dari hasil
pengolahan dengan IPI2win maka akan didapat nilai resistivitas (?), kedalaman (h
), ketebalan (d), dan nilai presentase kesalahan. Kelemahan yang paling mendasar
dalam IP2Win adalah bahwa software ini banyak terdapat bug atau error-error keci
l sehingga dalam tahapan pengolahan tertentu, program harus di restart (Nostrand
, 1966).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim1. 2010. Metode Geolisrik. http://aboutlovecampus.blogspot.com
/2010/05/metode-geolistrik- adalahmetoda. Diakses 20 Maret 2012.
Azhar dan Gunawan Handayani, 2004. Penerapan Metode Geolistrik Konfigurasi
Schlumberger untuk Penentuan Tahanan Jenis Batubara. Bandung : ITB.
Bisri. 1991. Aliran Air Tanah. Universitas Brawijaya.
Nostrand. 1966. Interpretation of Resistivity Data. Washington: Geological
Survey.
Telford. 1990. Applied Geophysics. Second Edition. Cambridge University Press.

0 komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Subscribe RSS
Search
Search
rizqi diaz
http://alistiqomahfm.com/
Archives
? 2016 (8)
? 2015 (4)
? 2014 (57)
? 2013 (27)
? 2012 (70)
? November (3)
? Oktober (15)
? September (1)
? Mei (22)

? April (17)
Frequency Counter
Multimeter
Function Generator
Osiloskop
Polemik Bangsa Indonesia
Pengertian Norma
STATISTIK FERMI-DIRAC
STATISTIK BOSE-EINSTEIN
Spektrometer Kisi
Struktur Inti Atom
Fenomena Medan Magnet
METODE RESISTIVITAS SOUNDING 1 DIMENSI (1D) DENGAN...
METODE SEISMIK
Magnetostatik
elektrodinamika
ALAT PENDETEKSI KEBOCORAN ELPIJI DALAM RUANGAN MEN...
FOTOSINTESIS
? Maret (6)
? Februari (2)
? Januari (4)
? 2011 (13)
? 2010 (7)
Blogroll
aplikasi integral
dioda
molecullar
noninersia
piranti keluaran
struktur sel
unsur-unsur kebudayaan
Popular Posts
PENGERTIAN BUDAYA ,KEBUDAYAAN,ADAT ISTIADAT,DAN KEBIASAAN
Apakah Perbedaan Antara Kebudayaan , Budaya , Adat Istiadat ,dan Kebiasaan ?
Sebelum kita mencari perbedaan diantara keempatnya maka kit...
Cita - Cita dan Tujuan Bangsa Indonesia
Cita-cita bangsa Indonesia sangat sederhana. Bangsa Indonesia hanya ingin mewuju
dkan suatu negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil ...
Kreativitas Dalam Wirausaha
BAB 2 2.1 Kreativitas Dalam Wirausaha Seorang wirausaha adalah seorang yang memi
liki jiwa dan kemamp...
Mekanisme Transport Pada Tumbuhan
Tumbuhan memerlukan air dan mineral. Air dan mineral ini diserap dari dalam tana
h menggunakan akar. Pengambilan zat-zat ini dilakukan se...
Penerapan Konsep Reaksi Redoks Dalam Kehidupan Sehari-Hari
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jika kita mengamati sungai di daerah perkot
aan, seringkali koto...
landasan pendidikan pancasila
landasan pendidikan MKU ( Pancasila ) dan jelaskan sa
1.
Jelaskan landasan
tu persatu serta berikut contohnya! Landasan
...
FOTOSINTESIS
Proses Fotosintesis terdiri dari dua tahap yang disebut reaksi terang, yang memb
utuhkan cahaya dan melibatkan pemecahan air serta ...
aplikasi gerak lurus , melingkar dan parabola
1.
APLIKASI GERAK LURUS Gerak lurus adalah gerak suatu obyek yang lintasannya
berupa garis lurus. Dapat pula jenis gerak ini d...
Hak dan Kewajiban Negara dan Warga Negara
****Beberapa contoh kewajiban negara adalah kewajiban negara untuk menjamin sist
em hukum yang adil, kewajiban negara untuk menjamin hak asas...
Sekilas tentang Fisika Statistik

Mengenai persamaan kajian dari Termodinamika dan Fisika Statistika yakni Termodi
namika adalah contoh ...
Pengikut
Diberdayakan oleh Blogger.
My Blog List
About
Copyright 2008 rizqi diaz. All Rights Reserved.
Design by Padd IT Solutions - Blogger Notes Template by Blogger Templates
Distributed by Deluxe Templates
Rabu, 28 Januari 2009
Konfigurasi Elektroda dalam Metode Resistivitas
Metode resistivitas dapat dibedakan dengan menggunakan beberapa susunan konfigur
asi elektrodanya yaitu:
1. Metode Schlumberger
Faktor geometri untuk setiap konfigurasi eleksuatu perairan sangat ditentukan ol
eh intensitas cahaya matahari yang
diterima, hal ini bisa kita liat secara kontras dimana daerah tropis memiliki su
hu
perairan yang lebih hangat dibandingan dengan daerah kutub. Intensitas penyinara
n
matahari ini juga akan sangat mepengaruhi aktivitas penguapan yang terjadi pada
suatu daerah, yang nantinya aktivitas penguapan ini akan mempengaruhi salinitas
suatu perairan. Selain penguapan, salintas juga sangat dipengaruhi oleh curah hu
jan
QURNIA'S LIFE IS MY ADVENTURE
?????????-MAKA NIKMAT TUHANMU YANG MANAKAH YANG KAMU DUSTAKAN
SKIP TO CONTENT
HOME
WATASHIWA QURNIA DESU
BELAJAR BAHASA
GEOPHYSIC ZONE
ISLAM KNOWLEDGE
NGAKAKMANIA
SOFTWARE
CALENDER
SEPTEMBER 2016
M
T
W
MAY
1
2
5
6
7
12
13
14
19
20
21
26
27
28
QURNIA S GALLERY

3
8
15
22
29

4
9
16
23
30

10
17
24

11
18
25

Hidup penuh warna dan cerita yang nantinya akan menorehkan kesan untuk setiap ba
giannya.
jadilah menginspirasi dan berbuat baik untuk semua.
YOGYAXMARTCITY
YogyaXmartcity.com Pendapat wanita jogja mengenai teknologi di bidang telekomuni
kasi 4G hubungannya dengan kemajuan wanita jogja
4G SAHABAT BARU WANITA JOGJA PAGE CONTENTS

REGISTER
LOG IN
ENTRIES RSS
COMMENTS RSS
WORDPRESS.COM
Facebook LinkedIn
Create a free website or blog at WordPress.com.
GEOLISTRIK ZONE
Geolistrik Method
MODUL GEOLISTRIK
Standard
Modul pratikum ini akan menjelaskan dan membahas tentang cara pengukuran dan pen
golahan data geofisika dengan menggunakan metoda geolistrik. Metoda ini adalah s
alah satu metoda yang ada dalam bidang geofisika yang mempelajari sifat aliran l
istrik di dalam bumi. Sifat ini dipelajari dengan melakukan pengukuran di atas d
an di bawah (logging) permukaan bumi yang meliputi pengukuran medan potensial da
n arus, baik yang terjadi baik secara alamiah maupun akibat penginjeksian arus k
e dalam bumi. Metoda geolistrik ini terdiri dari metoda tahanan jenis (Resistivi
ty), potensial diri (Self Potential) dan polarisasi terinduksi (Induced Polariza
tion).
Di dalam modul pratikum ini, metoda yang digunakan dibatasi pada metoda taha
nan jenis dan potensial diri yang pengukurannya dilakukan di permukaan, kemudian
dilanjutkan dengan pengukuran yang dilakukan di bawah permukaan dalam lubang bo
r (logging). Untuk metoda polarisasi terinduksi dikarenakan peralatan yang memad
ai belum ada, maka metoda ini belum dapat dipratikumkan.
Pengukuran di atas permukaan terdiri dari enam modul, yaitu metoda tahanan j
enis empat modul (modul metoda tahanan jenis 1D, 2D, 3D dan Mise-a-la-masse) dan
metoda potensial diri dua modul (modul metoda mapping dan gridding). Sedangkan
pengukuran di dalam lubang bor terdiri dari dua modul, yaitu modul penentuan sat
urasi air formasi dan penentuan porositas batuan formasi.
Dalam satu kegiatan modul pratikum, pratikan diwajibkan mengikuti tes pendah
uluan yang dilakukan sebelum pratikum dimulai, membuat laporan pendahuluan yang
dikumpulkan sebelum pratikum dimulai, mengikuti pratikum dan membuat laporan akh
ir dari kegiatan pratikum. Laporan akhir dikumpulkan paling lambat satu minggu d
ari kegiatan pratikum.
Di akhir modul pratikum ini dilampirkan prosedur penggunaan alat Resistiviti
meter dan Mini data logger. Dengan demikian sebelum pratikum dimulai pratikan da
pat mempelajari terlebih dahulu peralatan yang akan digunakan. Sehingga kesalaha
n prosedur pengukuran seminimal mungkin dapat dihindarkan.
KONSEP DASAR
METODA TAHANAN JENIS
A. Pengertian Metoda Tahanan Jenis
Metoda tahanan jenis merupakan salah satu metoda geolistrik yang mempelajari
sifat-sifat aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya di pe
rmukaan bumi. Besaran fisis yang dipelajari adalah tahanan jenis batuan akibat a
danya medan potensial dan arus yang terjadi di bawah permukaan bumi. Pada dasarn
ya metode ini didekati menggunakan konsep perambatan arus listrik di dalam mediu
m yang homogen isotropis, dimana arus listrik bergerak ke segala arah dengan nil
ai sama besar. Sehingga jika terjadi penyimpangan dari kondisi ideal (homogen is

otropis), maka penyimpangan ini (anomali) yang justru yang diamati. Nilai tahana
n jenis bawah permukaan ini berhubungan dengan sifat fisis batuan (antara lain d
erajat saturasi air, porositas dan permeabilitas formasi batuan) dan sejarah geo
logi batuan tersebut terbentuk.
Prinsip kerja dari metoda tahanan jenis ini adalah arus listrik diinjeksikan
ke dalam bumi melalui dua buah buah elektoda arus. Beda potensial yang terjadi
diukur melalui dua buah elektroda potensial, dari hasil pengukuran arus dan beda
potensial untuk setiap jarak elektroda tertentu, dapat ditentukan variasi harga
tahanan jenis masing-masing lapisan di bawah titik ukur.
Umumnya, metode ini hanya baik untuk ekplorasi dangkal dengan kedalaman maks
imuk sekitar 100 meter. Jika kedalaman lapisan lebih dari harga tersebut, maka i
nformasi yang diperoleh kurang akurat, hal ini disebabkan dengan bentangan yang
yang besar dengan maksud mendapatkan penetrasi kedalaman di atas 100 m, maka aru
s yang mengalir akan semakin lemah dan tidak stabil akibat perubahan bentangan y
ang semakin besar. Karena itu, metode ini jarang digunakan untuk eksplorasi dala
m, sebagai contoh untuk eksplorasi minyak. Metode tahanan jenis inu banyak digun
akan di dalam pencarian air tanah, memonitor pencemaran air dan tanah, eksploras
i geotermal, aplikasi geoteknik, pencarian bahan tambang, dan untuk penyelidikan
dibidang arkeologi.
B. Sifat Kelistrikan Batuan dan Mineral
Aliran konduksi arus listrik didalam batuan/mineral digolongkan atas tiga macam
yaitu konduksi dielektrik, konduksi elektrolitik, dan konduksi elektronik. Kondu
ksi dielektrik terjadi jika batuan/mineral bersifat dielektrik terhadap aliran a
rus listrik (terjadi polarisasi muatan bahan saat bahan dialiri listrik). Konduk
si elektrolitik terjadi jika batuan/mineral bersifat porus dan pori-pori tersebu
t terisi cairan-cairan elektrolitik. Pada kondisi ini arus listrik dibawa oleh i
on-ion elektrolitik. Kondisi elektronik terjadi jika batuan/mineral mempunyai ba
nyak elektron bebas sehingga arus listrik dialirkan dalam batuan/mineral oleh el
ektron bebas.
Berdasarkan harga tahanan jenis (?) listriknya batuan/mineral digolongkan menjad
i tiga yaitu :
1. Konduktor baik

: 10-8 < ? < 1 O m

2. Konduktor buruk

: 1 < ? < 107 O m

3. Isolator

: ? > 107 O m

C. Perumusan Dasar Metoda Tahanan Jenis


Dalam metode geolistrik tahanan jenis ini digunakan definisi-definisi dasar list
rik berdasarkan hukum Ohm, secara umum adalah sebagai berikut:
Resistansi

Resistivitas
Konduktivitas

(1)
:

Dimana :
V

: beda potensial antara dua buah titik

: besar arus listrik yang mengalir

(2)
(3)

: medan listrik

: rapat arus listrik (arus listrik persatuan luas)

Untuk silinder konduktor dengan panjang L dengan luas penampang A yang dialiri a
rus I, dapat dituliskan sebagai berikut :

Gambar 1. Konduktor Dengan Panjang L dan Luas A (Lilik. H, 1998)


Medan listrik E menimbulkan beda tegangan V yang dirumuskan
..

(4)

Tahanan yang muncul dirumuskan dengan


(5)
dari kedua persamaan di atas diperoleh persamaan tahanan jenis yaitu
(6)
Dengan demikian dapat digarisbawahi bahwa yang dimaksud dengan resistansi atau t
ahanan adalah besarnya hambatan yang dihasilkan oleh arus listrik yang mengalir,
resistivitas atau tahanan jenis adalah kemampuan bahan untuk menghambat arus li
trik yang mengalir padanya. Sedangkan konduktivitas adalah kebalikan dari resist
ivitas atau kemampuan bahan untuk mengalirkan arus yang melewatinya.
C.1. Aliran Arus Listrik Di Dalam Bumi
Pendekatan yang paling sederhana untuk mempelajari secara teoritis tentang a
liran listrik di dalam bumi adalah dengan menganggap bumi sebagai medium yang ho
mogen dan isotropis. Jika medium tersebut tersebut dialiri arus listrik searah (
diberi medan listrik E) maka elemen arus dI yang melewati elemen luas dA dengan
kerapatan arus J adalah : (Telfold dkk., 1990)
(7)
Berdasarkan hukum Ohm, hubungan antara kerapatan arus listrik J dengan medan lis
trik E dan konduktifitas medium dapat dinyatakan sebagai:
(8)
Apabila E adalah medan konservatif, maka dapat dinyatakan dalam bentuk gradien p
otensial V sebagai:
.(9)
Subsitusiskan persamaan (8) ke persamaan (9), sehingga diperoleh kerapatan arus
J sebagai berikut
.(10)
Apabila tidak ada sumber muatan yang terakumulasi pada daerah regional, maka:

atau

.(11)

Untuk ruang homogen isotropi maka adalah konstanta skalar dalam ruang vektor, se
hingga persamaan (11) menjadi:
.(12)
yang merupakan persamaan Laplace. Ini adalah bentuk fungsi potensial harmonik de
rajat dua. Persamaan tersebut juga berlaku pada kondisi batas dua medium yang me
miliki konduktivitas berbeda. Dengan menggunakan syarat batas misalnya dua mediu
m homogen isotropis dalam arah x dengan konduktivitas dan , berlaku:
.(13)
dengan: = komponen tangensial medan listrik dalam arah x
= komponen normal medan listrik dalam arah z
V1 dan V2 adalah potensial pada medium 1 dan 2
Karena simetri bola , potensial hanya sebagai fungsi jarak r dari sumber, selanj
utnya persamaan (12) dapat ditulis:
.(14)
atau

.(15)

Pemecahan persaman tersebut dapat dilakukan melalui integral atau dengan pemecah
an persamaan diferensial. Dengan mengintegralkan dua kali jawaban umum persamaan
Laplace untuk kasus ini adalah seperti persamaan (16) dibawah ini:
V =

.(16)

dengan A dan B adalah konstanta integrasi yang nilainya bergantung pada syarat b
atas. Untuk r, maka V= 0, sehingga diperoleh B=0, maka persaman (16) menjadi :
V =

.(17)

jadi beda potensial listrik (V) yang terjadi mempunyai nilai yang berbanding ter
balik dengan jari-jari atau jarak bidang eqipotensial dari titik sumber (r).
C.1.1. Elektroda Arus Tunggal di Permukaan
Misalkan titik elektroda C(0,0) terletak dipermukaan bumi homogen isotropis dan
udara diatasnya dianggap mempunyai konduktivits nol, kemudian diinjeksikan arus
I amper kedalam bumi. Secara geometris, persamaan Laplace dalam kordinat bola da
pat diterapkan pada kasus ini dan diperoleh kembali solusi yang diberikan oleh p
ersamaan (16) dengan konstanta B=0. Kondisi bidang batas pada z=0 dengan anggapa
n , maka: (Telford, 1990)
.(18)
,

..(19)

Dalam hal ini arus mengalir melalui permukaan setengah bola menjadi:
I = 2

.(20)

dengan demikian konstanta integrasi A untuk setengah bola yaitu:


.(21)

Sehingga diperoleh:
atau

.(22)

Dengan J adalah rapat arus, s adalah konduktivitas, A adalah luas penampang bola
, V adalah potensial, I adalah arus listrik dan r adalah tahanan jenis.
Persamaan (22) merupakan persamaan equipotensial permukaan setengah bola yang be
rada di bawah permukaan tanah seperti pada Gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2. Sumber arus berupa titik pada permukaan bumi homogen (Telford dkk., 19
90).
C.1.2. Dua Elektroda Arus di permukaan bumi
Apabila jarak antara dua elektroda arus tidak terlalu besar, potensial disetiap
titik dekat permukaan akan dipengaruhi oleh kedua elektroda arus tersebut (lihat
Gambar 3). Sehingga equipotensial yang dihasilkan dari kedua titik sumber ini b
ersifat lebih kompleks dibandingkan sumber arus tunggal, akan tetapi pada daerah
dekat sumber arus mendekati bola. Bila dibuat penampang melalui sumber C1 dan C
2, maka terlihat pola distribusi bidang equipotensial seperti pada Gambar 4.

Gambar 3. Skema dua elekektroda arus dan dua elektroda potensial dipermukaan tan
ah yang homogen isotropis (Telford dkk., 1990; Reynolds, 1997).
Perubahan potensial sangat drastis pada daerah dekat sumber arus, sedangkan pada
daerah antara C1 dan C2 gradien potensial kecil dan mendekati linier. Dari alas
an ini, pengukuran potensial paling baik dilakukan pada daerah diantara C1 dan C
2 yang mempunyai gradien potensial linier. Untuk menentukan perbedaan potensial
antara dua titik yang ditimbulkan oleh sumber arus listrik C1 dan C2, maka dua e
lektroda potensial misalnya P1 dan P2 ditempatkan di dekat sumber
seperti pada Gambar 3.

Gambar 4. Penampang tegak garis-garis equipotensial dan aliran arus untuk dua ti
tik sumber arus di permukaan tanah yang homogen (Telford dkk., 1990).
Dengan menerapkan persamaan (22), maka potensial pada pada titik P1 yang disebab
kan elektroda C1 adalah: (Telford dkk., 1990)
.(23)
Karena arus pada kedua elektroda sama besar tetapi berlawanan arah, maka potensi
al di titik P1 oleh elektroda C2 diperoleh:
.(24)
Sehingga potensial total pada titik P1 oleh C1 dan C2 dapat dituliskan sebagai:
.(25)
Dengan cara yang sama diperoleh potensial pada titik P2 oleh C1 dan C2 adalah;

.(26)
Akhirnya, diperoleh perbedaan potensial antara titik dan yaitu:
.(27)
Di mana r1, r2, r3 dan r4 adalah besaran jarak, seperti dapat dilihat pada Gamba
r 3 Susunan seperti ini berkaitan dengan empat elektroda yang terbentang secara
normal digunakan dalam pekerjaan medan tahanan jenis.
Pada beberapa literatur, penurunan persamaan (27) dapat juga dituliskan dari bed
a potensial pada elektroda M dan N yang terjadi akibat dua buah elektroda arus A
dan B dapat dilihat pada gambar 5 di bawah ini :

Gambar 5. Pasangan elektroda arus dan potensial yang umum digunakan dalam survei
tahanan jenis.
Dari gambar diatas, potensial pada elektroda M oleh karena arus pada elektroda A
dan B dapat dinyatakan dengan :
(28)
dan potensial di N akibat arus pada titik elektroda A dan B juga dapat dinyataka
n dengan
(29)
Beda potensial antara titik M dan N dapat dinyatakan :
.(30)
atau
.(31)
dengan
.(32)
Persamaan (27) dan persamaan (30) adalah sama. K disebut faktor geometri, yaitu
besaran koreksi letak kedua elektroda potensial terhadap letak kedua elektroda a
rus.Faktor geometri sangat penting dalam pendugaan tahanan jenis. A adalah elekt
roda arus 1 (C1), M adalah elektroda potensial 1 (P1), N adalah elektroda potens
ial 2 (P2) dan B adalah elektroda arus 2 (C2).
C.2. Konfigurasi Elektroda dan Faktor Geometri
Gambar 6 memperlihatkan beberapa konfigurasi elektroda dan faktor geometri y
ang dikenal dalam metoda tahanan jenis. (Loke, 2000).

Gambar 6. Beberapa konfigurasi elektroda yang digunakan dalam survei metoda geol
istrik tahanan jenis dan faktor geometrinya. (Loke, 2000)
Dengan C1 dan C2 adalah elektoda-elektroda arus, P1 dan P2 adalah elektroda-elek
troda potensial, a adalah spasi elektroda, n adalah perbandingan jarak antara el
ektroda C1 dan P1 dengan spasi a dipole C2-C1 atau P1-P2. L adalah panjang bentang

an maksimum. K adalah faktor geometri yaitu besaran koreksi letak kedua elektrod
a potensial terhadap letak kedua elektroda arus.
C.3. Konsep Resistivitas Semu
Bumi diasumsikan mempunyai sifat homogen isotropis. Dengan asumsi ini, resistivi
tas yang terukur merupakan resistivitas sebenarnya dan tidak tergantung atas spa
si elektroda. Pada kenyataannya, bumi terdiri dari lapisan-lapisan dengan ? yang
berbeda-beda, sehingga potensial yang terukur merupakan pengaruh dari lapisan-l
apisan tersebut. Maka harga resistivitas yang terukur bukan merupakan harga resi
stivitas untuk satu lapisan saja, hal ini terutama untuk spasi elektroda yang le
bar.
Resistivitas semu ini dirumuskan dengan :
.(33)
Dengan resistivitas semu (Apparent Resistivity) yang bergantung pada spasi elek
troda. Untuk kasus tak homogen, bumi diasumsikan berlapis-lapis dengan masing-ma
sing lapisan mempunyai harga resistivitas yang berbeda. Resistivitas semu merupa
kan resistivitas dari suatu medium fiktif homogen yang ekivalen dengan medium be
rlapis yang ditinjau. Sebagai contoh medium berlapis yang ditinjau misalnya terd
iri dari dua lapis yang mempunyai resistivitas berbeda (?1 dan ?2) dianggap seba
gai medium satu lapis homogen yang mempunyai satu harga resistivitas semu ?a, de
ngan konduktansi lapisan fiktif sama dengan jumlah konduktansi masimg-masing lap
isan sa = s1 + s2.

Gambar 7. Konsep Resistivitas Semu Pada Medium Berlapis


Pemilihan Konfigurasi Elektroda
Pemilihan konfigurasi elektroda bergantung pada tipe struktur yang akan dipetaka
n, sensitivitas alat tahanan jenis dan tingkat noise yang ada. Masing-masing kon
figurasi elektroda diatas mempunyai kelebihan dan kekurangan. Suatu permasalahan
mungkin lebih baik dilakukan dengan suatu jenis konfigurasi elektroda, tetapi b
elum tentu permasalahan tersebut dapat dipecahkan jika digunakan jenis konfigura
si lainnya. Oleh karena itu, sebelum dilakukan pengukuran, harus diketahui denga
n jelas tujuannya sehingga kita dapat memilih jenis konfigurasi yang mana yang a
kan dipakai. Karakteristik yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan konfiguras
i elektroda adalah sensitivitas konfigurasi terhadap perubahan nilai tahanan jen
is bawah permukaan secara vertikal dan horizontal, kedalaman investigasi, cakupa
n data horizontal dan kuat sinyal.
Sensitivitas konfigurasi adalah suatu koefisien yang menggambarkan tingkat perub
ahan nilai tahanan jenis bawah permukaan yang akan mempengaruhi potensial yang t
erukur. Koefisien sensitivitas juga bergantung pada faktor geometri elektroda ya
ng akan digunakan.
Kedalaman investigasi adalah kemampuan konfigurasi elektroda dalam memetakan ked
alaman maksimum yang dapat ditembus. Untuk memperoleh kedalaman maksimum yang da
pat dipetakan, kalikan spasi elektroda a maksimum atau panjang bentangan maksimum
dengan faktor kedalaman.
Cakupan data horizontal adalah kemampuan konfigurasi elektroda untuk menghasilka
n banyaknya data dalam arah lateral/horizontal, kemampuan ini sangat berguna dal
am survei 2D (Loke, 1999). Sedangkan yang dimaksud dengan kuat sinyal adalah tin
gkat stabilitas tegangan yang dihasilkan oleh alat ukur tahanan jenis terhadap p
eningkatan faktor geometri elektroda. Besarnya adalah berbanding terbalik dengan
faktor geometri yang digunakan.

E. Teknik Survei Metoda Tahanan Jenis


E.1. Metoda Tahanan Jenis 1-D
Teknik ini disebut juga dengan metoda sounding, biasanya digunakan untuk men
entukan perubahan atau distribusi tahahan jenis kearah vertikal medium bawah per
mukaan dibawah suatu titik sounding. Pengukurannya adalah dengan cara memasang e
lektroda arus dan potensial yang diletakkan dalam satu garis lurus dengan spasi
tertentu. Kemudian spasi elektroda ini diperbesar secara gradual (Gambar 8). Sel
anjutnya memplot harga tahanan jenis semu hasil pengukuran versus spasi elektrod
a pada grafik log-log. Survei ini berguna untuk menentukan letak dan posisi keda
laman benda anomali di bawah permukaan. (Virgo, 2003). Konfigurasi elektroda yan
g dipakai pada metoda ini adalah konfigurasi Wenner, Wenner-Schlumbeger dan Dipo
le-Dipole. Sedangkan hasil pengolahan data metoda 1-D ini dapat dilihat pada Gam
bar 9.

Gambar 8. Teknik pengukuran metoda tahanan jenis 1-D (Virgo, 2003)

Gambar 9. Contoh distribusi nilai tahanan jenis dari hasil pengolahan data metod
a 1-D (Virgo, 2007)
E.2. Metoda Tahanan Jenis 2-D
Metode ini disebut juga dengan metoda mapping, digunakan untuk menentukan di
stribusi tahanan jenis semu secara vertikal per kedalaman. Pengukurannya dilakuk
an dengan cara memasang elektroda arus dan potensial pada satu garis lurus denga
n spasi tetap, kemudian semua elektroda dipindahkan atau digeser sepanjang permu
kaan sesuai dengan arah yang telah ditentukan sebelumnya (Gambar 10). Untuk seti
ap posisi elektroda akan didapatkan harga tahanan jenis semu. Dengan membuat pet
a kontur tahanan jenis semu akan diperoleh pola kontur yang menggambarkan adanya
tahanan jenis yang sama (Loke, 2000). Konfigurasi elektroda yang dipakai pada m
etoda ini adalah konfigurasi Wenner, Wenner-Schlumbeger dan Dipole-Dipole. Sedan
gkan hasil pengolahan data metoda 1-D ini dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 10. Susunan elektroda dan urutan pengukuran geolistrik tahanan jenis 2-D
(Loke, 2000)

Gambar 11. Contoh distribusi nilai tahanan jenis dari hasil pengolahan data meto
da 2-D (Virgo, 2007)
E.3. Metoda Tahanan Jenis 3-D
Teknik ini sering disebut juga dengan metoda imaging, digunakan untuk menentukan
distribusi tahanan jenis semu secara vertikal dan lateral per kedalaman. Penguk
urannya dilakukan dengan cara membuat grid pada luas area yang akan diukur, kemu
dian semua elektroda digerakkan sepanjang lintasan yang dibentuk oleh grid terse
but. Salah satu cara pengukuran dapat dilihat pada Gambar 12. Penampang tahanan
jenis semu yang dihasilkan akan menggambarkan distribusi tahanan jenis dalam ara
h vertikal dan lateral per kedalaman.
Dari nilai arus (I) dan tegangan (V) yang dirukur dapat dihitung nilai tahanan j

enis semu (ra) untuk masing-masing kedalaman. Kemudian nilai ra ini untuk masing
-masing posisi-XC dan posisi-YC untuk elektroda arus, serta posisi-XP dan posisi
-YP untuk elektroda tegangan nantinya digunakan sebagai parameter input dalam pe
ngolahan data. Hasil pengolahan data berupa penampang vertikal dan lateral dari
nilai tahanan jenis sebenarnya (r) terhadap kedalaman. Konfigurasi elektroda yan
g dipakai pada metoda ini adalah konfigurasi pole-pole, pole-dipole dan dipole-d
ipole. Contoh distribusi nilai tahanan jenis dari hasil pengolahan data metoda 3
-D dapat dilihat pada Gambar 13 di bawah ini.

Gambar 12. Teknik pengukuran metoda tahanan jenis 3-D untuk gris 5 x 5 (Loke, 19
99)

Gambar 13.a. Contoh distribusi nilai tahanan jenis dari hasil pengolahan data me
toda 3-D untuk irisan horizontal (Virgo, 200X).

Gambar 13.b. Contoh distibusi nilai tahanan jenis dari hasil pengolahan data met
oda 3-D untuk irisan vertikal (Virgo, 200X).
E.4. Teknik Survei Mise-a-la-masse
Menurut Reynold (1997) bahwa Mise-a-la-masse atau metode potensial benda ber
muatan (charge-body potential method) merupakan pengembangan dari metoda tahanan
jenis, yaitu suatu teknik pemetaan lateral atau disebut juga constan-separation
traversing (CST).
Pada metode ini, tekhnik yang digunakan adalah dengan menggunakan suatu pasa
ngan massa yang bersifat konduktif bawah permukaan itu sendiri sebagai satu elek
troda arus (C1), dan menghubungkannya secara langsung pada satu kutub (pole) dar
i sumber voltase (P1). Elektroda arus kedua (C2) ditempatkan pada permukaan tana
h pada jarak yang cukup jauh dan dihubungkan dengan kutub voltase lainnya (P2).
Tegangan antara sepasang elektroda potensial diukur dengan koreksi tertentu untu
k setiap potensial diri.

Gambar 14. Metode Mise-a-la-masse (Reynold, 1997 dalam Virgo, 2005)


Arus yang diberikan dan voltase yang terbentuk pada titik-titik di permukaan
tanah dipetakan dengan memakai voltmeter sesuai dengan stasiun referensi. Distr
ibusi potensial ini akan merefleksikan geometri dari massa (tubuh anomali), sehi
ngga diharapkan dapat menghasilkan beberapa informasi mengenai bentuk dari tubuh
massa.
Pada medium homogen yang ditutupi oleh konduktor, garis eqipotensial akan te
rkonsentrasi disekitar konduktor (Gambar 14.A). Namun pada kenyataannya, garis e
qipotensial akan berbelok disekitar badan bijih konduktif yang bentuknya tak ber
aturan (Gambar 14.B)
dan dapat
digunakan untuk membatasi ruang yang luas untuk melihat gambaran yang lebih efek
tif daripada menggunakan metode pemetaan lateral. Metode Mise-a-la-masse khususn
ya digunakan dalam mengecek apakah mineral konduktif tertentu diisolasi oleh mas
sa tertentu. Pada daerah yang topografinya kasar akan dibutuhkan koreksi topogra
fi (terrain corrections).

Gambar 14. (A) Distribusi garis eqipotensial disekitar elektroda arus,


(B) Pembelokan garis ekipotensial oleh badan bijih(Reynold, 1997 dalam Virgo, 20
05)
Metode interpretasi yang digunakan dalam metode Mise-a-la-masse dapat dikelompok
kan menjadi dua, yaitu: (1) hanya menggunakan variabel potensial, dan (2) menggu
nakan nilai maksimum yang menunjukkan benda konduktif. Dalam kedua tekhnik terse
but akan dikonversikan data potensial kedalam tahanan jenis semu dan tegangan pe
rmukaan yang besar merupakan manifestasi dirinya sendiri yang menggambarkan taha
nan jenis yang tinggi. Secara matematis, hubungan tahanan jenis semu dengan tega
ngan dapat dinyatakan dalam persamaan di bawah ini. Sedangkan hasil pengolahan d
ata metoda 1-D ini dapat dilihat pada Gambar 14.
..(34)
Dimana :
?a
x
V
I

= Tahanan jenis semu


= Jarak antara C1 dan P1
= Tegangan
= Arus listrik

Gambar 14. Contoh distribusi nilai tahanan jenis dari hasil pengolahan data meto
da Mise-a-la-masse (Virgo, 2007).
F. Pemodelan Ke Depan (Forward) dan Inversi (Inverse)
Pemodelan data geofisika terdiri dari dua, yaitu pemodelan ke depan (forward) da
n pemodelan inversi. Pemodelan ini dilakukan untuk menggambarkan data geofisika
berdasarkan fungsi matematis yang berhubungan dengan struktur dan sifat fisika b
umi.
Pemodelan ke depan adalah pemodelan yang dilakukan untuk menghitung respon (data
) pengukuran jika sifat fisika dan struktur geologi bumi diketahui (lihat Gambar
15). Untuk metoda tahanan jenis, pemodelan forward digunakan untuk menggambarka
n nilai potensial pada tiap titik sebagai fungsi dari konduktivitas, geometri da
n arus listrik (Oldenburg, 1998).

(a)

(b)
Gambar 15. (a) Ilustrasi pemodelan ke depan. F adalah operator pemetaan, m adala
h fungsi yang menggambarkan model bumi, dan d adalah data pengukuran (Oldenburg,
1998). (b) Diagram alir proses pemodelan ke depan.

Jika data dan model masing-masing dinyatakan oleh vektor berikut, (Menke, 19
89)
d = [d1, d2, d3, ., dN]T ; m = [m1, m2, m3, ., mM]T

(35)

maka secara umum hubungan antara data dan model dapat dinyatakan oleh,
d = g(m)

.(36)

dimana g merupakan fungsi pemodelan ke depan yang memetakan model menjadi besara
n dalam domain data. N adalah jumlah data dan M adalah jumlah parameter model, T
menyatakan transposisi karena besaran dengan beberapa komponen tersebut umumnya
dinyatakan dalam matriks kolom.
Untuk kasus dimana fungsi yang menghubungkan data dengan parameter model ada
lah suatu fungsi linier, maka persamaan (36) dapat dinyatkan oleh;
d = G m atau =

.(37)

dimana G adalah matriks (NxM) yang sering disebut sebagai matriks Kernel, yang j
uga berfungsi untuk menghitung respon (data) dari suatu model. Parameter model m
tidak dapat diperoleh dengan melakukan inversi matriks G, karena matriks Kernel
ini bukan matriks bujursangkar.
Pemodelan invesi adalah pemodelan yang dilakukan untuk merekonstruksi model bumi
(distribusi parameter fisika) berdasarkan data hasil pengukuran (lihat Gambar 1
6). Pemodelan inversi dapat dilakukan jika telebih dahulu telah dibuat pemodelan
ke depannya. (Oldenburg, 1998).

Model Space
Data space
(a)

(b)
Gambar 16. (a) Ilustrasi pemodelan inversi. F adalah operator pemetaan ke depan,
m adalah fungsi yang menggambarkan model bumi, dan d adalah data pengukuran (Ol
denburg, 1998; 6). (b) Diagram alir proses pemodelan inversi.
Perkalian matriks pada persamaan (37) dapat dinyatakan dalam bentuk komponen
-komponennya menggunakan notasi:
di = Gij mj ; i = 1, 2, ., N

.(38)

Penyelesaian permasalahan inversi adalah memperkirakan parameter model m yan


g memiliki respon (data terhitung) cocok dengan data lapangan. Untuk itu kriteri
a jumlah kuadrat kesalahan terkecil (least-square) direapkan untuk memperoleh so
lusi atau model m. Dengan menggunakan notasi di sebagai data hasil pengamatan da
n data hasil perhitungan dinyatakan oleh persamaan (2.56), maka jumlah kuadrat k
esalahan terkecil adalah sebagai berikut:
E = ( Gij mj

di ) 2

E = ( Gij mj

di ) ( Gik mk

.(39)
di )

atau

E = ei2 = eTe = [ d

E = dT d

dT G m

G m ]T [ d

G m ]

.(40)

[G m]T d + [G m]T G m

.(41)

Berdasarkan prinsip kalkulus, jika suatu fungsi bernilai minimum maka turuna
n terhadap variabel bebasnya akan berharga nol (meskipun tidak semua turunan fun
gsi berharga nol selalu berkaitan dengan harga minimum fungsi tersebut).
Untuk mencari solusi dari persamaan (40), maka persamaan ini harus diturunkan te
rlebih dahulu terhadap parameter model m, yaitu:
dT G

GT d +GT G m + [G m]T G

= 2 (-GT d + GT G m )

.(42)

Persamaan (42) adalah persamaan matriks dengan vektor parameter model m seba
gai variabel yang tidak diketahui/dicari. Estimasi model m sebagai solusi invers
i linier adalah:
m = [GT G ]-1 GT d

.(43)

Matriks GT G adalah matriks bujur-sangkar berukuran (MxM) sesuai dengan jumlah p


arameter model yang dicari. Jika matriks GT G bukan merupakan matriks singular,
mak inversi matriks tersebut dapat dihitung menggunakan inversi matriks yang umu
m, misalnya eliminasi Gauss-Jordan dan sebagainya. Untuk kasus di mana matriks G
T G mendekati matirks singular, maka penyelesainya memerlukan teknik dekomposisi
nilai singular (Singular Value Decomposition atau SVD).
G. Perangkat Lunak Res2dinv dan Res3dinv
Perangkat lunak Res2dinv dan Res3dinv adalah sebuah perangkat lunak komputer
yang secara otomatis menentukan model tahnan jenis 2-D dan 3-D untuk bawah perm
ukaan dari hasil pengukuran metoda tahanan jenis. Model 2-D dan 3-D menggunakan
program inversi yang terdiri dari kotak persegi. Susunan kotak persegi ini terik
at oleh distribusi titik datum dalam psuedosection. Subrutin dari pemodelan ke d
epan digunakan untuk menghitung nilai tahanan jenis semu dan teknik optimasi lea
st-square non linier digunakan untuk rutin inversi. Format inputan ke dalam pera
ngkat lunak di atas harus dalam notepad atau wordpad.
G.1.Format Input Data Program Res2Dinv
Baris 1 :

Nama lintasan pengukuran.

Baris 2 :

Spasi elektroda terkecil

Baris 3 :
le-

Jenis konfigurasi (Wenner = 1, Pole-pole = 2, Dipole-dipole = 3, Po

dipole = 6, Wenner Schlumberger = 7).


Baris 4 :

Jumlah total titik data.

Baris 5 :
elektroda

Jenis lokasi-x untuk titik-titik data. Masukan angka 0 jika lokasi

pertama dalam konfigurasi digunakan untuk mengukur titik data.


Masukkan 1 jika titik data terletak pada titik tengah konfigurasi.

Baris 6 :

Tanda untuk data IP (masukan 0 untuk data tahanan jenis)

Baris 7 :
ahanan

Lokasi-x, spasi elektroda, faktor seperasi elektorada n dan nilai t

jenis pada titik data pertama.


Baris 8 :
ata

Lokasi-x, spasi elektroda, n, nilai tahanan jenis semu pada titik d

kedua.
Baris 9 :

Dan seterusnya.

Untuk mengakhiri input data, ketikkan 4 angka 0 pada empat baris terakhir.
G.2. Format Input Data Program Res3Dinv
Baris 1 :

Nama lintasan pengukuran.

Baris 2 :

Ukurun grid X

Baris 3 :

Ukuran grid Y

Baris 4 :

Unit spasi elektroda arah X

Baris 5 :

Unit spasi elektroda arah Y

Baris 6 :

Tipe konfigurasi, masukan 2 untuk konfigurasi Pole-pole

Line 7 :
Baris 8 :
si x

Jumlah titik datum


Untuk tiap datum, masukan :lokasi x dan y dari elektroda arus, loka

dan y dari elektroda tegangan, dan nilai tahanan jenisnya.


Baris 9 :

Dan seterusnya. Ulangi untuk tiap datum.

Untuk mengakhiri input data, ketikkan 4 angka 0 pada empat baris terakhir.
MODUL 1
PRATIKUM METODA TAHANAN JENIS 1-D
A. Tujuan Pratikum
Dengan melakukan pengukuran menggunakan metoda tahanan jenis 1-D, maka distribus
i nilai tahanan jenis secara vertikal yang berubah terhadap kedalaman dapat dike
tahui. Dengan demikian informasi litologi batuan atau anomali yang menjadi targe
t pengukuran juga dapat diketahui.
Dalam pratikum ke-1 ini, pratikan diharapkan dapat/mampu :
Mengenal dan memahami fenomena kelistrikan di bawah permukaan bumi.
Mengenal dan memahami prinsip kerja alat ukur metoda tahanan jenis.
Melakukan pengukuran metoda tahanan jenis 1-D dengan menggunakan konfigurasi ele
ktroda yang berbeda, yaitu Wenner, Wenner-Schlumberger dan dipole-dipole.
Melakukan pengolahan dan analisis data metoda tahanan jenis 1-D dengan menggunak
an teknik kurva matching atau dengan menggunakan perangkat lunak 1-D.

Melakukan interpretasi dan memberikan rekomendasi dari hasil pengukuran dengan m


etoda tahanan jenis 2-D.
Menerapkan pengukuran metoda tahanan jenis 1-D untuk menyelesaikan kasus-kasus e
ksplorasi dangkal sederhana.
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam pratikum ini adalah:
Alat ukur metoda tahanan jenis yaitu resistivity meter merk Naniura.
Accu sebagai sumber arus DC.
Batang elektroda arus dan potensial.
Kabel penghubung.
Meteran
Multitester
Kurva standar Schlumberger
Kertas millimeter blok dan semilog atau bilog
C. Prosedur Pratikum
Rangkai peralatan sesuai dengan ketentuan dan petunjuk asisten.
Pasang elektroda potensial dan arus dengan spasi minimum (a) 2 m. Dengan demikia
n panjang bentangan pertama adalah 9 m. Titik tengah bentangan pada 4.5 m diguna
kan sebagai posisi datum (posisi datum adalah tetap secara horizontal dan beruba
h terhadap kedalaman), tepatnya posisi datum berada di tengah-tengah elektroda P
1 dan P2. Kemudian tandai posisi datum ini agar tidak berubah. Untuk yang pertam
a gunakan konfigurasi elektroda Wenner. Layout konfigurasi dapat dilihat pada ga
mbar di bawah ini
Hubungkan kabel penghubung ke masing-masing elektroda (lihat panel kabel yang ad
a di alat).
Setelah semua kabel terhubung, atur beda potensial menjadi 0 V dengan memutar pa
nel kompensator (hal ini dilakukan untuk meniadakan pengaruh potensial diri bumi
yang ada di bawah permukaan), kemudian lakukan penginjeksian arus dengan meneka
n tombol start, selanjutnya amati perubahan arus ke arah konstan, jika arus suda
h konstan tekan tombol Hold untuk melihat nilai beda potensial yang terjadi. Cat
at arus dan beda potensial yang terjadi.
Ulangi prosedur 2 untuk spasi elektroda 2a (jarak antar elektroda menjadi 6 m).
Posisi datum berada pada jarak 9 m dari titik awal bentangan (elektroda C1) dan
tetap terletak di antara elektroda P1 dan P2. Kemudian lakukan prosedur 3 dan 4
untuk mendapatkan nilai arus dan beda potensial yang terjadi pada penginjeksian
arus yang kedua.
Ulangi prosedur 2 sampai 5 untuk mendapatkan nilai arus dan beda potensial untuk
spasi elektroda 3a. Lakukan langkah ini sampai dengan spasi elektroda 10a.
Kemudian lakukan pengukuran menggunakan konfigurasi elektroda Wenner-Schlumbeger
dengan spasi elektroda minimum tetap 3 m. Untuk penginjeksian arus yang pertama
lanLayout konfigurasi dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Hubungkan kabel penghubung ke masing-masing elektroda (lihat panel kabel yang ad
a di alat).
Lateral Mapping (1D)
Cara ini dilakukan untuk mengetahui kecenderungan harga resistivitas di suatu ar
eal tertentu. Setiap titik target akan dilalui beberapa titik pengukuran. Ilustr
asi ini dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar 7. Teknik Akuisisi Lateral Mapping
Untuk group pertama (n=1), spasi dibuat bernilai a. setelah pengukuran pertama d
ilakukan, elektroda selanjutnya digeser ke kanan sejauh a (C1 dipindah ke P1, P1

dipindah ke P2, dan P2 ke C2) sampai jarak maksimum yang diinginkan.


Vertikal Sounding (1D)
Cara ini digunakan untuk mengetahui distribusi harga resistivitas pada suatu tit
ik target sounding di bawah permukaan bumi. Cara ini sering dinamakan Sounding 1
D sebab resolusi yang dihasilkan hanya bersifat vertikal.

Gambar 8. Teknik Akuisisi Vertikal Sounding


Pada gambar diatas, konfigurasi yang digunakan adalah Schlumberger. Pengukuran p
ertama dilakukan dengan membuat jarak spasi a. Dari pengukuran ini diperoleh sat
u titik pengukuran. Pengukuran kedua dilakukan dengan membuat jarak spasi antara
C1
P1 dan P2
C2 menjadi 2a dan diperolah titik pengukuran berikutnya. Pengukura
n terus dilakukan hingga area survei telah terlingkupi.
Resistivity 2D
Metode ini merupakan gabungan dari lateral mapping dan vertikal sounding, diguna
kan untuk menentukan distribusi tahanan jenis semu secara vertikal per kedalaman
. Pengukurannya dilakukan dengan cara memasang elektroda arus dan potensial pada
satu garis lurus dengan spasi tetap, kemudian semua elektroda dipindahkan atau
digeser sepanjang permukaan sesuai dengan arah yang telah ditentukan sebelumnya.
Untuk setiap posisi elektroda akan didapatkan harga tahanan jenis semu. Dengan
membuat peta kontur tahanan jenis semu akan diperoleh pola kontur yang menggamba
rkan adanya tahanan jenis yang sama. (Loke, 1999).

SHARE THIS:
TwitterFacebookGoogle
DATENOVEMBER 16, 2013
COMMENTS2 COMMENTS
GEOLISTRIC INTRODUCTION
Standard

METODA GEOLISTRIK TAHANAN JENIS


1. PENDAHULUAN
Geolistrik merupakan salah satu metoda geofisika yang mempelajari sifat aliran l
istrik di dalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya di dalam bumi dan bagaiman
cara mendeteksinya di permukaan bumi. Dalam hal ini meliputi pengukuran potensi
al, arus dan medan elektromagnetik yang terjadi baik secara alamiah ataupun akib
at injeksi arus ke dalam bumi. Ada beberapa macam metoda geolistrik, antara lain

: metoda potensial diri, arus telluric, magnetotelluric, IP (Induced Polarizati


on), resistivitas (tahanan jenis) dan lain- lain. Dalam praktikum kali ini, diba
has khusus metoda geolistrik tahanan jenis.
Pada metoda geolistrik tahanan jenis ini, arus listrik diinjeksikan ke dalam bum
i melalui dua elektroda arus. Kemudian beda potensial yang terjadi diukur melalu
i dua elektroda potensial. Dari hasil pengukuran arus dan beda potensial untuk s
etiap jarak elektroda yang berbeda kemudian dapat diturunkan variasi harga hamba
tan jenis masing-masing lapisan dibawah titik ukur (sounding point).
Gb. 1 Konfigurasi pengukuran geolistrik tahanan jenis
Metoda ini lebih efektif jika digunakan untuk eksplorasi yang sifatnya dangkal,
jarang memberikan informasi lapisan di kedalaman lebih dari 1000 feet atau 1500
feet. Oleh karena itu metoda ini jarang digunakan untuk eksplorasi minyak tetapi
lebih banyak digunakan dalam bidang engineering geology seperti penentuan kedal
aman batuan dasar, pencarian reservoar air, juga digunakan dalam eksplorasi geot
hermal. Berdasarkan letak (konfigurasi) elektroda-elektroda potensial dan elektr
oda-elektroda arus, dikenal beberapa jenis metoda resistivitas tahanan jenis, an
tara lain :

1. Metoda Schlumberger 2. Metoda Wenner 3. Metoda Dipole Sounding


2. DESKRIPSI ALAT UKUR
Multichannel Resistivity (S-Field)
S-Field adalah alat ukur resistivity dengan sentuhan teknologi terdepan. Instrum
en didesain dengan sistem pengukuran elektroda banyak channel (multichannel), fu
ll automatis dengan sampling arus injeksi dilakukan setiap 2-5 detik. Alat ini m
emberikan hasil dengan tingkat akurasi tinggi dan bising yang rendah. Dengan had
irnya alat ini pengukuran resistivitas bisa dilakukan secara simultan sampai 16
elektroda, dan dapat pula di-upgrade menjadi 32, 64, 128 elekroda atau lebih (ma
x 1000 channel). Dengan demikian akan menghemat waktu dan tenaga dalam pengukura
n resistivitas bawah permukaan. Melalui instrumen resistivity multichannel pengu
kuran data resistivitas 2D dan 3D menjadi lebih efisian. Teknologi Curent Source
(pembangkit arus) yang terdapat pada S-Field menjadikannya handal, berpengaman
sistem anti short circuit, sehingga aman digunakan pada saat jarak elektroda aru
s terlalu rapat atau impedansi sangat rendah. Output format file hasil pengukura
n 2D sesuai (compatible) dengan format software Res2Dinv
Twin Probe Resistivity (G-Sound)
G-Sound dibuat untuk menjawab kebutuhan akan alat ukur resistivitas (geolistrik)
yang murah dan handal. Instrumen geolistrik ini di desain untuk pengukuran berg
erak (portable) dengan kedalaman penetrasi arus mencapai 100 m s.d 150 m. Pada G
-Sound tidak diperlukan adjusting SP dengan rumit, melalui tombol adjusting maka
nilai SP terkoreksi secara otomatik. Hal ini sangat membantu untuk operator ala
t yang belum berpengalaman Dengan berat sekitar 1 kg menjadikan pekerjaan akuisi
si data resistivity profiling ataupun sounding bertambah ringan. Teknologi Curen
t Source (pembangkit arus) yang terdapat pada G-Sound menjadikannya handal, berp
engaman sistem anti short circuit, dimana kondisi hubungan singkat sering terjad
i pada saat spasi AB (arus) terlalu dekat atau pada lapisan berimpedansi rendah.
G-Sound AG adalah upgrading resistivity G-Sound sehingga akuisisi bisa dilakukan
melalui laptop dan langsung tersimpan dalam format ASCII

Spek Alat
High voltage transmitter Power : 75 W by 2 x 12 V NiCad S-Field
Battery (low power Consumption) AB voltage : Automatic
500 V (100mA) 1000 V (50mA) AB current : 100mA current source transmitter with a
nti short circuit Injection time : 2
5s
Data acquisition Resolution : Auto range 5 x 12 bit DVM impedance : 10 M? Sampli
ng rate : 250 ms Kedalaman penetrasi : > 200 m (moist soil) PC controller Type :
IBM compatible Operating system : Microsoft Windows XP
G-Sound

3. PERALATAN LAPANGAN
3.1 PERALATAN YANG DIGUNAKAN
a. Resistivity meter S-Field/G-Sound b. Accu d. Elektroda arus dan potensial e.
Kabel-kabel penghubung f. Meteran
3.2 PRINSIP KERJA ALAT
Pada dasarnya alat ukur resistivitas ini terdiri dari dua bagian utama, yaitu ba
gian komutator dan potensiometer. a. Bagian Komutator mengubah isyarat arus sear
ah menjadi arus bolak-balik
yang kemudian diinjeksikan ke dalam bumi. b. Bagian potensiometer berfungsi untu
k mengukur besar potensial yang
terjadi di permukaan tanah.
METODA GEOLISTRIK TAHANAN JENIS (RESISTIVITY)
Tegangan : 400 V (100mA)
Tegangan Max : 500 V (50mA)
Arus : 100 mA (Rab < 4k ohm
) constant current Daya : 45 W by 2 x 12 V NiCad Battery
Kedalaman analisa: > 15
0 m (moist soil) TIDAK UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL
Geolistrik Tahanan Jenis 3 (GEOCIS) Geophysical Consulting and Instrument Servic
es http://www.geocis.net ; http://geocis.indonetwork.co.id

Arus dari sumber DC dimasukkan ke dalam bagian komutator, untuk diubah menjadi a
rus bolak-balik dengan frekuensi yang bisa diatur. Kemudian arus ini diinjeksika
n ke dalam bumi melalui elektroda-elektroda arus . Tanggapan tegangan sebagai ak
ibat dari injeksi arus, diukur melalui elektroda potensial oleh bagian potensiom
eter.
4. TEORI
4.1 SIFAT LISTRIK BATUAN
Aliran arus listrik didalam batuan/mineral dapat digolongkan menjadi tiga macam,

konduksi batuan/mineral dialirkan Konduksi KEPENTINGAN yaitu dalam elektrolitik


secara konduksi mempunyai batuan/mineral dielektrik. terjadi TIDAK secara jika
banyak Konduksi elektronik, batuan/mineral tersebut UNTUK
< ? < 1 O m Konduktor pertengahan : 1 < ? < 107 O m Isolator : ? > 10 7 O m
4.2 RUMUS DASAR LISTRIK
Dalam metoda geolistrik ini digunakan definisi-definisi :
1. Resistansi : R = V / I ohm (O ) 2. Resistivitas : ? = E / J O m 3. Konduktivi
tas : s = 1 /? (O m)-1
dengan V : beda potensial 2 buah titik

SHARE THIS:
TwitterFacebookGoogle
DATENOVEMBER 16, 2013
COMMENTSLEAVE A COMMENT
Follow
Follow Qurnia's life is my adventure
Get every new post delivered to your Inbox.
Join 1,196 other followers
Enter your email address
SIGN ME UP
Build a website with WordPress.com
:)
dan jumlah sungai yang bermuara di laut tersebut. Selain mempengaruhi suhu dan
salinitas perairan, matahari juga akan sangat mepengaruhi pergerakan arus
permuakaan di laut. Adanya pergerakan semu matahari setiap tahun dari 22,5 LU ke
22,5 LS membuat terjadinya perbedaan tekanan antara belahan bumi utara (BBU)
dan belahan bumi selatan (BBS) yang akan sangat mempengaruhi pergerakan angin
pada suatu wilayah. Indonesia merupakan salah satu daerah tropis yang dinamika
suhu, sainitas dan arus lautnya sangat dipengaruhi oleh posisi matahari yang
nantinya akan menyebabkan terbentuknya fenomena musim barat dan musim titroda me
mpunyai harga yang berbeda. Dalam Konfigurasi Schlumberger,
2. Konfigurasi Wenner

Jarak C1 P1 = P1 P2 = P2 C2 = a. Bertujuan untuk mencatat perbedaan potensial de


ngan elektroda pengukur yang berjarak panjang. Dalam konfigurasi ini keempat ele
ktroda dipasang segaris dengan interval yang sama (a) dan elektroda arus C1 dan
C2 berada diluar elektroda potensial P1 dan P2....
Metode resistivitas dapat dibedakan dengan menggunakan beberapa susunan konfigur
asi elektrodanya yaitu:
1. Metode Schlumberger
Faktor geometri untuk setiap konfigurasi elektroda mempunyai harga yang berbeda.
Dalam Konfigurasi Schlumberger, jarak titik tengah O terhadap elektroda arus (C
1) sama dengan jarak titik tengah ke elektroda (C2), dengan panjang a. Sedangkan
elektroda potensial (P1) dan (P2) terletak didalam kedua elektroda arus dan mas
ing masing elektroda tersebut berjarak b dari titik tengah O, dimana b jaul lebi
h kecil dari a. Harga faktor geometri untuk konfigurasi Schlumberger adalah :
k=pi(a^2)/2b
2. Konfigurasi Wenner
Jarak C1 P1 = P1 P2 = P2 C2 = a. Bertujuan untuk mencatat perbedaan potensial de
ngan elektroda pengukur yang berjarak panjang. Dalam konfigurasi ini keempat ele
ktroda dipasang segaris dengan interval yang sama (a) dan elektroda arus C1 dan
C2 berada diluar elektroda potensial P1 dan P2. Susunan ini digunakan sebagian b
esar untuk pengukuran profiling untuk mengetahui kontak batuan (kontras resisiti
vitas) secara vertikal. Berdasarkan tata letak elektrodanya, faktor geometri unt
uk konfigurasi Wenner adalah :
k=2a(pi)
3. Konfigurasi Dipole-dipole
Pada konfigurasi elektroda Dipole-dipole , kedua elektroda potensial diletakkan
di luar elektroda arus. Jarak antara elektroda arus sama dengan jarak antara ked
ua elektroda potensial sebesar a. Sedangkan elektroda arus dan elektroda potensi
al bagian dalam (P1 dan C2) berjarak na. Faktor geometri untuk konfigurasi Dipol
e-dipole adalah:
k=na(pi)(n+1)(n+2)
Diposkan oleh Panca Samudra di 14.26
Label: Geofisika
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Sahabat
*_*Rahadiyan
*_*Azis
*_*Jabrix
*_*Distro N Clothing
*_*Tutorial Blog
*_*Sastra
Melihat Warna
ui
Antara Kita
Jiwaku Merindumu . . .
Labels
Bisnis (1)
Geofisika (8)

Info (1)
KKN UM PAIT (18)
Pendidikan (10)
Resep (5)
Soul (7)
___________----------------------________________
Pertama kali bayangmu jatuh tepat di fokus hatiku
Nyata, tegak, diperbesar dengan kekuatan lensa maksimum
Bagai tetes minyak milikan jatuh di ruang hampa
Cintaku lebih besar dari bilangan avogadro
Walau jarak kita bagai matahari dan Pluto saat aphelium
Amplitudo gelombang hatimu berinterfensi dengan hatiku
Seindah gerak harmonik sempurna tanpa gaya pemulih
Bagai kopel gaya dengan kecepatan angular yang tak terbatas
***********____________************
Maaf jika vulnus ictum et causa keraguanku
Menembus cavum thorax dan bersarang tepat di cardia-mu
Menciptakan internal bleeding profuse yang mungkin membunuhmu
Menjadikan kolaps semua asa yang pernah kausemaikan
Tapi jika tanda-tanda vital cinta itu masih positif
Selamatkan ia dengan oksigenasi 2 liter/menit
Basahi cinta yang tersisa dengan cairan infus ringer laktat
Teteskan anti-koagulan agar tak terjadi proses pembekuan
Kata Mencari makna
Koran
Jawapos
Surya
Kompas
Suara Rakyat
Bisnis Indonesia
Sahabat
*_*Genuine Clothing
*_*Grosir Pulsa Elekrik
*_*Toyib Blogspot
*_*Toyib Wordpress
*_*seelvee
*_*Mita FE
Template Awesome Inc.. Gambar template oleh molotovcoketail. Diberdayakan oleh B
logger.
?dc = resistivity yang terukur pada frekuensi rendah (ohm-m)
?ac = resistivity yang terukur pada frekuensi tinggi (ohm-m)
PFE = Percent Frequency Effect (%)
Frequency Effect didefenisikan sebagai perbandingan antara selisih tegangan pada
frekuensi rendah dengan tegangan pada frekuensi tinggi, yang terukur pada elekt
roda tegangan. Nilai FE atau PFE merupakan respon dari keberadaan mineral yang t
erdapat dalam pori-pori batuan. Semakin tinggi konsentrasi mineral dalam batuan
semakin besar nilai PFE. Sehingga diharapkan dengan mengukur berapa besar nilai
PFE pada suatu lapisan batuan dapat diketahui persentasi jumlah mineral yang ter
kandung di dalamnya.
https://www.scribd.com/upload-document?archive_doc=137503638&escape=false&metada
ta=%7B%22context%22%3A%22archive%22%2C%22page%22%3A%22read%22%2C%22action%22%3A%
22toolbar_download%22%2C%22logged_in%22%3Afalse%2C%22platform%22%3A%22web%22%7D
https://www.scribd.com/upload-document?archive_doc=137241023&escape=false&metada
ta=%7B%22context%22%3A%22archive_view_restricted%22%2C%22page%22%3A%22read%22%2C
%22action%22%3A%22toolbar_download%22%2C%22logged_in%22%3Afalse%2C%22platform%22
%3A%22web%22%7D

sama dengan biasa tapi ini lebih expert dan lebih berkarya tentu ini lebih mudah
bagi untuk melakukannya disisi lain kita belum bisa bertaruh untuk dia tapi kit
a bisa memperbaikinya aga dapat lebih baik lagi
sama juga bila kita memasukkan kata kata didalamya
Among other requirements, you should upload something that is not already on Scr
ibd and that you have permission to use. The best way to make sure what you are
uploading will meet our quality standards is to upload something you wrote yours
elf, which will always be accepted.
Friday, May 13, 2016 |Online : 91 Guests, 19 MembersHi, Dimas Sukadi Putra UPLOA
D LOGOUT
DistroDoc
HomeEntertainmentNewsLifestyleTechnologyBusinessEducationBooksSocialAll Categori
es
UPLOAD DOCUMENTS
Search Documents, Skripsi, Thesis...
SEARCH
USER NAVIGATION
Thanks for uploading your file.
Please select files which you want to download
Document's Files :
349022801201403361.pdf (683 KB)
Related Docs
No related Docs
ST JUNARI
Google+ Badge
BERANDARPPGAMBARAIKFISIKAVideo
Home / FISIKA / SUMBER MEDAN MAGNET DAN INDUKSI MAGNET
SUMBER MEDAN MAGNET DAN INDUKSI MAGNET
Posted by Junari SapeSabtu, 30 Maret 2013 3 komentar
SUMBER MEDAN MAGNET
DAN
INDUKSI MAGNET
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA MUHAMMADIYAH MAKASSAR
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT.karena atas berkat, rahmat dan h
idayahnyalah sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini berisikan tentang sumber medan magnet dan induksi magnet. Medan magn
et merupakan gaya yang berada di sekitar sebuah benda magnetik atau disekitar se
buah konduktor berarus. Induksi magnetik ( B ) adalah ukuran kerapatan garis-ga
ris medan.
Makalah ini tidak akan terselesaikan jika tanpa campur tangan dari pihak lain, o
lehnya itu ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya senantiasa kami haturkan ke
pada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kamipun menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak lubang yang terliang dan
masih banyak rongga yang terengah. Oleh sebab itu kritik dan saran yang bersifat
membangun senantiasa kami harapkan demi terciptanya makalah yang lebih sempurna

.
Makassar, Maret 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kita telah mempelajari bahwa suatu muatan menghasilkan medan listrik dan bahwa s
uatu medan listrik mengerahkan gaya pada muatan. Tetapi suatu medan magnetik han
ya mengerahkan gaya pada muatan yang bergerak. Apakah juga benar bahwa suatu mua
tan menciptakan medan magnetik hanya bila muatan itu bergerak ?
Jawabannya dalam satu kata ya . Analisis kita akan diawali dengan medan magnetik ya
ng diciptakan oleh sebuah muatan titik tunggal yang bergerak.
Magnet atau magnit adalah suatu obyek yang mempunyai suatu medan magnet. Kata ma
gnet (magnit ) berasal dari bahasa Yunani magntis lthos yang berarti batu magnesia
n. Magnesia adalah nama sebuah wilayah di Yunani pada masa lalu yang kini bernam
a manisa ( sekarang berada di wilayah Turki ) dimana terkandung batu magnet yang
ditemukan sejak zaman dulu di wilayah tersebut.
Seperti halnya listrik, magnet juga dapat menimbulkan suatu medan yang disebut m
edan magnet, yaitu suatu ruang di sekitar magnet yang masih terpengaruh gaya mag
netik. Pada tahun 1269, berdasarkan hasil eksperimen, Pierre de Maricourt menyim
pulkan bahwa semua magnet bagaimanapun bentuknya terdiri dari dua kutub yaitu ku
tub utara dan kutub selatan. Kutub-kutub magnet ini memiliki efek kemagnetan pal
ing kuat dibandingkan bagian magnet lainnya.
Pada saat ini, suatu magnet adalah suatu materi yang mempunyai suatu
medan magnet. Materi tersebut dalam wujud magnet tetap atau magnet tidak tetap.
Magnet yang sekarang ini ada hampir semuanya adalah magnet buatan.
Di sekitar kawat yang berarus listrik terdapat medan magnet yang dap
at mempengaruhi magnet lain. Magnet jarum, kompas dapat menyimpang dari posisi n
ormalnya jika dipengaruhi oleh medan magnet.
Induksi magnetik yaitu besaran yang menyatakan medan magnetik di sek
itar kawat berarus listrik
B.

C.

D.

Rumusan Masalah
Apakah pengertian medan magnet ?
Apa sajakah sumber medan magnet ?
Bagaimanakah induksi magnetik pada medan magnet ?
Bagaimanakah penerapan induksi magnetik ?
Tujuan
Untuk mengetahui pengertian medan magnet
Untuk mengetahui sumber medan magnet
Untuk mengetahui induksi magnetik pada medan magnet
Untuk mengetahui penerapan induksi magnetik
Manfaat
Dapat mengetahui pengertian medan magnet
Dapat mengetahui sumber medan magnet
Dapat mengetahui induksi magnetik pada medan magnet
Dapat mengetahui penerapan induksi magnetik

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian medan magnet
Seperti halnya listrik, magnet juga dapat menimbulkan suatu medan yang disebut m
edan magnet, yaitu suatu ruang di sekitar magnet yang masih terpengaruh gaya mag

netik. Pada tahun 1269, berdasarkan hasil eksperimen, Pierre de Maricourt menyim
pulkan bahwa semua magnet bagaimanapun bentuknya terdiri dari dua kutub yaitu ku
tub utara dan kutub selatan. Kutub-kutub magnet ini memiliki efek kemagnetan pal
ing kuat dibandingkan bagian magnet lainnya.
Medan magnet dapat digambarkan dengan garis-garis gaya magnet yang selalu keluar
dari kutub utara magnet dan masuk ke kutub selatan magnet. Sementara di dalam m
agnet , garis-garis gaya magnet memiliki arah dari kutub selatan magnet ke kutub
utara magnet. Garis-garis tersebut tidak pernah saling berpotongan. Kerapatan g
aris-garis gaya magnet menunjukkan kekuatan medan magnet.
Jika dua kutub yang tidak sejenis saling berhadapan, akan diperoleh garis-garis
gaya magnet yang saling berhubungan. Jika dua kutub yang sejenis yang saling ber
hadapan, akan diperoleh garis-garis gaya magnet yang menekan dan saling menjauhi
.
Kutub-kutub yang tidak sejenis ( utara-selatan ) jika didekatkan akan tarik mena
rik, sedangkan kutub-kutub yang sejenis ( utara-utara atau selatan-selatan ), ap
abila didekatkan akan tolak menolak.
B. Sumber medan magnet
1.
Medan Magnetik dari Muatan Titik yang Bergerak
Apabila muatan titik q bergerak dengan kecepatan v, muatan ini akan menghasilkan
medan magnet B dalam ruang yang diberikan oleh
Dengan r merupakan vektor satuan yang mengarah dari muatan q ketitik m
edan P, dan merupakan konstanta kesebandingan yang disebut permeabilitas ruang b
ebas, yang memiliki nilai
Satuan sedemikian rupa sehingga B dalam tesla apabila q dalam coulomb, v dalam
meter/detik, dan r dalam meter. Satuan N/A2 berasal dari pernyataan bahwa 1 T =
1 N/A.m. konstanta 1/4p secara bebas dicakupkan dalam persamaan

Sehingga faktor 4p tidak muncul dalam hukum Ampere. Untu medan magnetik akibat m
uatan titik yang bergerak ini analog dengan hukum coulomb untuk medan listrik ak
ibat muatan titik :

Kita lihat dari persamaan


Bahwa medan magnetik dari muatan titik yang bergerak memiliki karakteristik beri
kut :
a). Besaran B berbanding lurus dengan muatan q dan kecepatan v dan berbanding te
rbalik dengan kuadrat jaraknya dari muatan
b). Medan magnetik adalah nol disepanjang garis gerak muatan.
c). Arah B tegak lurus terhadap kecepatan v maupun vektor r.
2.
Medan Magnetik sebuah Elemen Arus : Hukum Bio
Savart
Hukum ini menerangkan hubungan matematis antara arus listrik dalam kawat dengan
medan magnet yang dihasilkan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kontribusi indu
ksi magnetik dB pada suatu titik P berjarak r dan bersudut ? terhadap elemen pen
ghantar dl yang dialiri arus I :
a. Sebanding dengan kuat arus I

b. Sebanding dengan panjang elemen penghantar


c. Sebanding dengan sinus sudut apit ? antara
ung titik P dengan dl
d. Berbanding terbalik dengan kuadrat jarak r
antar dl. Pernyataan di atas dapat dituliskan
erikut:

dl
arah arus pada dl dengan garis hub
antara titik P dengan elemen pengh
secara matematika dalam persaman b

dengan k adalah konstanta yang memenuhi hubungan


dengan demikian dapat dinyatakan sebagai
dengan menyatakan permeabilitas vakum yang besarnya = Wb/A m. Persamaan terseb
ut disebut hukum Biot
Savart
3.

B Akibat Adanya Simpal Arus

Perhatikan gambar di atas, penghantar melingkar dengan jari-jari a dialiri arus


I. Kita akan menentukan induksi magnetik di titik P yang berjarak r dari eleme
n penghantar dl berdasarkan hukum Bio
Savart atau persamaan
karena r tegak lurus terhadap dl, maka ? = 90o . persamaan di atas dapat ditulis
menjadi
induksi magnetik dB dapat diuraikan menjadi 2 komponen. Komponen yang sejajar de
ngan sumbu lingkaran adalah dB sin a, sedangkan komponen yang tegak lurus sumbu
adalah dB cos a. Komponen dB cos a akan saling meniadakan dengan komponen yang b
erasal dari elemen lain yang bersebrangan sehingga hanya komponen dB sin a yang
masih tersisa :
4.
B Akibat Adanya Arus dalam Solenoida
Penghantar yang membentuk banyak lilitan sehingga menyerupai lilitan pegas diseb
ut kumparan atau solenoida. Solenoida yang dialiri arus listrik menghasilkan gar
is medan magnetik yang polanya sama dengan yang dihasilkan magnet batang. Besar
induksi magnetik ini akan kita tentukan dengan hukum Ampere.

Ket : (a) Penampang irisan membujur solenoida dengan lintasan tertutup PQRS
berupa segi empat
(b) Bentuk geometri untuk menentukan induksi mahnetik di titik P di dalam sole
noida
Penampang irisan membujur solenoida dengan N lilitan dan dialiri arus listrik I
tampak pada gambar a. Untuk solenoida ideal, induksi magnetik B di dalam solenoi
da arahnya sesuai dengan aturan tangan kanan sedangkan aturan tangan kanan sedan
gkan diluar solenoida adalah nol.
Perhatikan lintasan tertutup PQRS ! sudut ? yang dibentuk oleh induksi magnetik
B dengan lintasan tidak sama untuk seluruh lintasan. Untuk lintasan PQ, sudut ?
= 0o, untuk lintasan QR dan SP, sudut ? = 900, sedangkan untuk lintasan RS, indu
ksi magnetik B = 0. Dengan demikian persamaan:
Dapat ditulis

Jika dihitung induksi magnetik di ujung solenoida, akan diperoleh


Dari uraian di atas dapat disimpulkan besar induksi magnetik:
Di pusat solenoida
-

Di ujung solenoida

Dengan l adalah panjang solenoida


5.
B Akibat Adanya Arus Dalam Kawat Lurus
Besar induksi magnetik B yang ditimbulkan oleh penghantar lurus berarus I di sua
tu tempat yang jaraknya a dari suatu penghantar lurus berarus adalah :
Arah induksi magnetik dapat ditentukan dengan kaidah tangan kanan, yaitu bila ta
ngan kanan menggenggam penghantar lurus dengan ibu jari menunjukkan arah arus li
strik, maka lengkungan keempat jari lainnya menyatakan arah putaran garis-garis
medan magnetik; induksi magnetik B merupakan garis singgung terhadap lingkaran g
aris-garis medan. Seperti gambar berikut
http://sepenggal.files.wordpress.com/2011/10/tangan-kanan-b.png?w=291&h=201
Besar induksi magnetik yang ditimbulkan oleh penghantar lurus berarus diturunkan
dari hukum Biot-Savart.

Apabila hubungan diatas disubtitusikan kedalam persamaan


maka diperoleh

6.

B Akibat Adanya Arus dalam Toroida

Toroida adalah kumparan yang ditekuk sehingga berbentuk lingkaran. Jika toroida
dialiri arus listrik, akan timbul garis-garis medan magnetik yang berbentuk ling

karan di dalam toroida. Salah satu garis medan ini kita andaikan memiliki jari-j
ari a seperti gambar berikut

I
I

kita akan menentukan besar induksi magnetik di sumbu toroida dengan menggunakan
hukum Ampere. Pilih suatu lintasan tertutup garis medan yang memiliki jari-jari
a pada gambar diatas. Pada setiap titik sepanjang garis medan magnetik itu induk
si magnetik B sama besar, dan arahnya merupakan garis singgung pada lingkaran. P
ada setiap panjang dl dari lintasan tertutup, induksi magnetik B berimpit dengan
dl sehingga sudut antara dl dengan B adalah ? yang besarnya 0o. Jika banyak lil
itan toroida adalah N, arus listrik total didalam lintasan tertutup menjadi NI.
Dengan demikian,

Ingat bahwa =keliling = 2pa

Perhatikan bahwa induksi magnetik diluar lilitan toroida sama dengan nol. Dengan
perkataan lain, induksi magnetik di titik P dan Q adalah nol.
7.

Hukum Ampere

Metode lain untuk menghitung induksi magnetik yang dihasilkan oleh arus listrik
adalah dengan menggunakan hukum Ampere, yang menyatakan bahwa :
Untuk semua bentuk lintasan tertutup yang mengelilingi penghantar berarus I di d
alam vakum, medan magnetik yang ditimbulkan selalu memenuhi hubungan
Dengan dl adalah elemen panjang lintasan tertutup, ? adalah sudut antara arah in
duksi magnetik B dengan dl, dan I adalah kuat arus listrik total yang dilingkupi
oleh lintasan tertutup.
C. Induksi magnetik pada medan magnet
Fluks Magnetik ( ? )
Konsep fluks magnetik untuk pertama kali dikemukakan oleh Michael Faraday untuk
menyatakan medan magnetik. Ia menggambarkan medan magnetik sebagai garis-garis y
ang disebut garis medan atau garis gaya. Garis-garis medan yang semakin rapat me
nunjukkan medan magnetik yang semakin kuat.
Untuk menyatakan kuat medan magnetik, digunakan induksi magnetik. Induksi magnet
ik ( B ) adalah ukuran kerapatan garis-garis medan. Dengan demikian dapat didefe
nisikan bahwa fluks magnetik adalah banyaknya garis medan magnetik yang dilingk
upi oleh suatu luas daerah tertentu (A) dalam arag tegak lurus. Secara matem,ati
k dapat dituliskan bahwa
? = ABL = AB cos ?
Dalam bentuk vektor, persamaan di atas dapat dinyatakan dengan perkalian titik y
aitu :
? = A.B

Hukum Faraday
Telah kita ketahui bahwa sebuah baterai atau GGL akan mengalirkan arus listrik m
elalui suatu rangkaian tertutup. Apabila arus listrik mengalir di dalam suatu ra
ngkaian, maka di sekitar arus tersebut akan timbul fluks magnetik.
Dari percobaan yang dilakukan oleh Faraday, diketahui bahwa GGL hasil induksi te
rgantung pada laju perubahan fluks magnetik yang melalui suatu rangkaian. Kesimp
ulan ini disebut hukum Faraday yang berbunyi :
GGL induksi yang timbul antara ujung-ujung suatu loop penghantar berbanding luru
s dengan laju perubahan fluks magnetik yang dilingkupi oleh loop penghantar ters
ebut
Secara matematik hukum Faraday dapat ditulis dengan persamaan

Jika perubahan fluks magnetik terjadi dalam waktu singkat ( ?t ? 0 ), maka GGL i
nduksi diberikan oleh
Dengan :
e = GGL induksi antara ujung-ujung penghantar ( volt )
N = banyak lilitan kumparan
?? = perubahan fluks magnetik ( Wb )
?t = selang waktu untuk perubahan fluks magnetik (s)
d?/d? = turunan pertama fungsi fluks magnetik terhadap waktu
Hukum Lenz
Telah kita ketahui bahwa beda potensial yang terjadi akibat perubahan fluks magn
etik disebut GGL induksi. Apabila GGL induksi dihubungkan dengan suatu rangkaian
tertutup dengan hambatan tertentu, maka mengalirlah arus listrik. Arus ini dina
makan arus induksi. GGL induksi dan arus induksi hanya ada selama perubahan fluk
s magnetik terjadi.
Arah arus induksi dapat ditentukan dengan hukum Lenz. Bunyi hukum Lenz adalah se
bagai berikut
Jika GGL induksi timbul pada suatu rangkaian, maka arah arus induksi yang dihasi
lkan mempunyai arah sedemikian rupa sehingga menimbulkan medan magnet induksi ya
ng menentang perubahan medan maget (arus induksi berusaha mempertahankan fluks m
agnet totalnya konstan).
Beberapa faktor yang dapat mengakibatkan fluks magneti

GGL induksi akibat perubahan luas bidang kumparan


I
C
B
Untuk membahas perubahan
, kita amati perpindahan
i atas. Kawat CD digeser
perubahan luas persatuan

X
D
luas bidang kumparan yang melingkupi garis medan magnet
kawat CD yang panjangnya l seperti tampak pada gambar d
ke kanan dengan kecepatan v yang mengakibatkan terjadi
waktu sebesar

Kemudian untuk kumparan yang terdiri dari satu lilitan ( N = 1), berlaku huubung
an:
e = B l v
Perhatikan bahwa persamaan di atas hanya berlaku untuk B tegak lurus v. Apabila
B dan v membentuk sudut ?, maka:
e = B l v sin ?

GGL Induksi akibat perubahan induksi magnetik


Bangkitnya GGL induksi akibat perubahan besar induksi magnetik merupakan prinsip
kerja transformator. Kumparan primer transformator dihubungkan dengan arus bola

k-balik yang kuat arusnya selalu berubah terhadap waktu sehingga besar induksi m
agnetik yang dilingkupi kumparan primer berubah terhadap waktu sehingga timbul G
GL induksi pada kumparan sekunder.
Persamaan untuk transformator ( trafo) adalah sebagai be
rikutL:

Dengan:
Vs = Tegangan sekunder atau sisi beban (V)
Vp = Tegangan primer atau sisi sumber (V)
Ns= Jumlah lilitan kumparan sekunder
Np= Jumlah lilitan kumparan primer
Kenyataan menunjukkan bahwa pada trafo selalu ada daya yang hilang sehingga daya
sekunder Ps selalu lebih kecil dari daya primer Pp. Jika efisiensi trafo adalah
?, dapat ditulis:

D. Penerapan induksi magnetik


1)
GGL Induksi pada Generator
Bagaimanakah cara kerja sebuah generator hingga dapat menghasilkan energi listri
k ? generator adalah alat yang dapat mengubah energi mekanik menjadi energi list
rik. Prinsip kerjanya berdasarkan pada peristiwa induksi elektromagnetik. Peruba
han fluks magnetik yang melalui sebuah kumparan menginduksikan arus listrik pada
kumparan itu.
Jika sebuah kumparan penghantar digerakkan di dalam medan magnet dan memotong ga
ris-garis gaya magnet, pada kumparan tersebut akan timbul GGL induksi yang memen
uhi persamaan
Persamaan ini telah diperkenalkan oleh Faraday dalam menentukan GGL induksi pada
sebuah kumparan.
a.
Generator Arus Bolak-Balik ( AC )
Generator arus bolak-balik disebut juga alternator. Generator AC tidak memiliki
komutator untuk membalik hubungan di dalam sirkuit. Sebagai gantinya pada poros
kumparan terdapat dua cincin geser. Pada setiap cincin selalu menempel sebuah pe
nghantar yang disebut sikat. Sikat ini yang menghubungkan generator ke rangkaian
luar.
b.
Generator Arus Searah ( DC )
Alat yang menggunakan prinsip generator arus searah disebut juga dinamo. Agar da
pat menghasilkan arus dalam satu arah, digunakan cincin yang dibelah di tengah-t
engahnya yang disebut dengan cincin belah atau komutator. Kumparan yang berada d
i antara kutub-kutub magnet dihubungkan dengan sebuah poros ke cincin belah ters
ebut.

2)
Transformator
Alat yang berfungsi untuk menaikkan atau menurunkan tegangan listrik AC ini dise
but transformator. Transformator terdiri atas dua kumparan primer dan kumparan s
ekunder yang bekerja berdasarkan induksi elektromagnetik.
Pada transformator terdapat hubungan antara jumlah lilitan kedua kumparan dengan
tegangan listriknya. Jika jumlah lilitan primer = N1, jumlah lilitan sekunder N
2, tegangan primer = V1, dan tegangan sekunder V2, pada transformator akan berla
ku persamaan

Transformator yang berfungsi untuk menaikkan tegangan listrik disebut transforma


tor step-up, yaitu nilai V2 > V1. Adapun transformator untuk menurunkan tegangan
listrik disebut transformator step-down, yaitu V2 < V1.
Pada transformator ideal, daya listrik yang masuk pada kumparan primer sama deng
an daya listrik yang dihasilkan pada kumparan sekunder. Oleh karena itu, untuk t
ransformator ideal akan berlaku
P1 = P2
V1 I1 = V2 I2
Dengan I1 adalah kuat arus yang masuk pada kumparan primer dan I2 adalah kuat ar
us yang dihasilkan pada kumparan sekunder.
Pada kenyataannya, daya listrik yang dihasilkan pada kumparan sekunder selalu le
bih kecil daripada daya listrik yang masuk pada kumparan primer. Hal ini disebab
kan adanya daya listrik yang berubah menjadi kalor pada kumparan tersebut.
Perbandingan daya listrik yang dihasilkan pada kumparan sekunder terhadap daya l
istrik yang diberikan pada kumparan primer disebut efisiensi transformator. Sec
ara matematis, dapat dirumuskan sebagai
x 100 % = x 100 %
Dengan ? adalah efisiensi transformator . Untuk transformator ideal, efisiensi ?
= 100 %.

BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Medan magnet dapat digambarkan dengan garis-garis gaya magnet yang selalu keluar
dari kutub utara magnet dan masuk ke kutub selatan magnet. Sementara di dalam m
agnet , garis-garis gaya magnet memiliki arah dari kutub selatan magnet ke kutub
utara magnet. Garis-garis tersebut tidak pernah saling berpotongan. Kerapatan g
aris-garis gaya magnet menunjukkan kekuatan medan magnet.
Sumber medan magnet

Medan Magnetik dari Muatan Titik yang Bergerak

Medan Magnetik sebuah Elemen Arus : Hukum Bio


Savart

B Akibat Adanya Simpal Arus

B Akibat Adanya Arus dalam Solenoida

B Akibat Adanya Arus Dalam Kawat Lurus

B Akibat Adanya Arus dalam Toroida

Hukum Ampere
Induksi magnetik pada medan magnet
~
Fluks Magnetik ( ? )
~
Hukum Faraday
~
Hukum Lenz
~
Beberapa faktor yang dapat mengakibatkan fluks magnetik

Daftar Pustaka
Foster, Bob. 2003. Terpadu FISIKA SMA Kelas 3. Jakarta : Erlangga
Kamajaya. 2007. Cerdas Belajar FISIKA untuk Kelas XII. Bandung : Grafindo Media
Pratama
Tipler, Paul. 1991. Fisika untuk Sains dan Tekhnik Jilid 2. Jakarta : Erlangga
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: SUMBER MEDAN MAGNET DAN INDUKSI MAGNET
Ditulis oleh Junari Sape
Rating Blog 5 dari 5

Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagi
an atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http
://nary-junary.blogspot.co.id/2013/03/sumber-medan-magnet-dan-induksi-magnet_758
1.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.
Categories: FISIKA
If You Like This Post, Share it With Your Friends
3 komentar:
brian sembiring mengatakan...
kok gambarnya rusak?
29 Maret 2014 06.18
brian sembiring mengatakan...
kok gambarnya rusak ya?
29 Maret 2014 06.20
DJ AFIP mengatakan...
Rajalistrik.com
2 Desember 2014 17.55
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Submit
Mengenai Saya
Foto Saya
Junari Sape
Bima, NTB, Indonesia
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
? 2012 (1)
? 2013 (9)
? Maret (3)
? Mar 22 (1)
? Mar 30 (2)
SUMBER MEDAN MAGNET DAN INDUKSI MAGNET
RANGKAIAN ARUS SEARAH
? April (5)
? Juni (1)
? 2014 (5)
Tutorial SEO dan Blog support Online Shop Tas Wanita - Original design by Bamz |
Copyright of St Junari .
Diberdayakan oleh Blogger.
i
Kata Pengantar
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan nikmat-Nya sehin
gga laporan Workshop Geofisika Metode Seismik ini dapat diselesaikan tepat waktu
. Pembuatan laporan ini merupakan pemenuhan tugas mata kuliah Workshop Geofisika
di Prodi Geofisika Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
. Diharapkan laporan ini dapat memberikan manfaat bagi praktikan dan pembaca la
innya dalam memberikan wawasan dan ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan de
ngan survey bawah permukaan dengan menggunakan metode seismik. Karena terwujudny

a laporan ini tak lepas dari bantuan, bimbingan, dan arahan beberapa pihak yang
telah membantu, maka penulis mengucapkan terimakasih kepada
Related Thesis
1
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah
Saat ini sebagian besar tambang yang ada di Indonesia adalah tambang terbuka. Ak
an tetapi endapan bahan galian yang keberadaannya dekat dengan permukaan bumi s
emakin lama akan berkurang karena telah habis ditambang. Sedangkan jumlah cadang
an dan kadar yang semakin menipis untuk ditambang secara tambang terbuka, maka d
i masa yang akan datang kebutuhan akan bahan galian ini akan dipasok dengan sist
em tambang bawah tanah. Endapan bahan galian emas yang ada di Indonesia keberada
annya cukup banyak di Indonesia, namun emas yang ada dalam bentuk urat (vein) l
ebih cocok menggunakan metode tambang bawah tanah.Di bandingkan dengan tambang t
erbuka yang memerlukan biaya rendah untuk
l
ebih rendah dibandingan dengan tambang bawah tanah. Namun ketika jumlah tanah p
enutup yang harus dikupas pada tambang terbuka semakin meningkat seiring dengan
kedalaman lubang bukaan tambang, maka biaya penambangan juga akan semakin bertam
bah. Dengan melihat kondisi tersebut dapat ditentukan bahwa metoda tambang bawa
h tanah akan lebih menguntungkan dibandingkan tambang terbuka

Search
UPLOADLIBRARY
BooksAudiobooksComicsSheet Music
Search document
3
of 9
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 3, No. 5, Januari 2010
1
MINERALISASI EMAS DAN MINERAL PENGIKUTNYADI DAERAH NIRMALA, BOGOR, JAWA-BARAT
Heru Sigit Purwanto
Staf Pengajar Magister Teknik Geologi, UPN
Veteran
Yogyakarta
ABSTRAK
Penelitian terletak di Dusun Nirmala, Desa Malasari, Kecamatan Nanggung,Kabupate
n Bogor, Propinsi Jawa Barat. Litologi daerah telitian tersusun atas duasatuan b
atuan yaitu satuan tuf lapili dan satuan breksi tuf dengan dua bentukanlahan geo
morfik yaitu perbukitan vulkanik bergelombang kuat dan perbukitanbergelombang se
dang. Alterasi hidrotermal yang terbentuk di daerah telitiandikelompokkan menjad
i dua tipe alterasi yaitu alterasi argilik dan alterasikloritisasi. Mineralisasi
yang dijumpai di daerah telitian adalah pirit, kalkopirit,bornit dan galena. Di
daerah telitian mineralisasi dikontrol oleh struktur geologiberupa kekar dan se
sar mendatar. Mineralisasi secara dominan dan banyakdijumpai pada uarat kuarsa y
ang mengisi kekar-kekar terutama
shear fracture
yang secara umum berarah timur laut

barat daya dan barat laut


tenggara,dengan arah tegasan pada kekar-kekar yang diukur di lapangan relatif be
rarahutara-selatan.
ABSTRACT
Research located in Nirmala Orchard, Countryside Malasari, Subdistrict Nanggung,
Regency Bogor, West Java Province. Lithology of this area lapp over for two set
of the rock that is set of tuf lapili and set of breksi tuf with two notching o
f farm of geomorfik that is hilly surging and strong surging vulkanik. Hidroterm
al alteration formed grouped to accurate area become two type of alteration that
isargilic alteration and clhorite altertion. Mineralisation met accurate area p
ursuant are pyrit, chalcopyrite, bornit and galena. In accurate area of minerali
sationcontrolled by structure of geology in the form of fault and crack. Wheremi
neralisation abundance and a lot of met to fill crack especially shear fractureo
wning trend of north-east direction - southwest and northwest - southeast, withd
irection of strong force measured in field relative instruct north-south. Area t
obe developed or the new area for exploration of gold and sediment of other ore,
inferential that analysis model deposit can assist in localizing area of mineral
isasi because of basically the determination of model deposit represent method o
f elementary exploration in determining mineralisation model deposit of gold ore
from epitermal system.

Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 3, No. 5, Januari 2010


2
1. Pendahuluan
Deposit emas dan mineral penyertanya terjadi di Nirmala dan sekitarnya banyakdih
ubungakan dengan mineralisasi emas didaerah Gunung Pongkor. Tipemineralisasi ema
s di daerah Nirmala dan sekitarnya relatif sama dengan Tipedeposit daerah Pongko
r merupakan tipe endapan epitermal (berupa urat-uratkuarsa), termasuk dalam sist
em epitermal sulfida rendah (Aditya dan Sinambela,1991). Mineral yang dijumpai a
dalah mineral kuarsa, adularia, karbonat, barit,klorit, zeolit, mangan, dan oksi
da besi.Proses pengendapan larutan hidrotermal akan mengalir melewatipermebilita
s (sekunder maupun primer) batuan, sehingga terjadi proses alterasiyang merubah
komposisi kimiawi, mineralogi dan tekstur batuan asal yangdilaluinya. Tipe alter
asi dan mineralisasi pada suatu daerah mempunyai sifat dankarakteristik tersendi
ri yang sering dicirikan dengan adanya himpunan mineraltertentu. Keberadaan zona
alterasi dan mineralisasi ini akan membantu dalamperencanaan pengembangan ekspl
orasi mineral bijih yang mengandung emasdan perak. Salah satu indikator yang ber
pengaruh terhadap kehadiran urat-uratpembawa mineral bijih berharga adalah struk
tur rekahan (kekar, sesar). Jaringankekar yang berkembang merupakan jalan bagi l
arutan sisa magma (
late-magmatics)
untuk mengisi dan mengendapkan mineral-mineral bijih (Heru Sigit,2002).Endapan b
ijih tersebut ditemukan pada pola-pola urat (vein) yangberarah baratlaut-tenggar
a dan utara-selatan. Daerah Pongkor yang terletak diutara daerah telitian urat-u
rat pembawa emas di bagian utara telah hampir habisdieksploitasi, sehingga perlu
adanya penelitian untuk eksplorasi awal daerahbagian selatan konsesi yang terma
suk dalam wilayah pengembangan eksplorasiuntuk menemukan cadangan baru.
2. Tinjauan Pustaka
Alterasi daerah Nirmala dan sekitarnya didapatkan secara umum adalahsilisifikas
i, argilisasi dan kloritisasi. Silisifikasi menempati tempat-tempat sekitar jal
ur-jalur dekat urat kuarsa. Argilisasi dan kloritisasi didapatkan hampir disemua
batuan, dan juga terdapat urat kuarsa.Mineralisasi di daerah Nirmalasari dan sek
itarnya biasanya berassosiasidengan kehadiran urat-urat kuarsa, Mineral yang had
ir biasanya pirit, sedikitkalkopirit, galena dibeberapa tempat, hematit dan magn
etit. Mineral biasanyahadir pada zona urat kuarsa kompresi, urat kuarsa breksias
i, dan urat kuarsatension. Mineralisasi emas di daerah Nirmala diinterpretasikan
merupakancebakan epithermal sulphida rendah tipe urat (kuarsa

karbonat
adularia),berdasarkan suhu pembentukan urat yang berkisar antara 150
O
C
212
O
C(Basuki, 2000). Mineralisasi pada urat-urat kuarsa diinterpretasikan sebagai ha
sildari peregangan patahan turun yang diawali oleh pergerakan samping mendatar s
epanjang sistem patahan yang saling memotong (Milesi,
et.al
, 1999).Geologi daerah Pongkor tersusun atas tiga satuan batuan volkanik yangber
umur Miosen-Pliosen (Milsi,
et al.
, 1999). Satuan paling bawah dicirikan olehbatuan volkanik andesitik yang berafi
nitas
calc-alkaline
yang diendapkan dibawah lingkungan laut, yang bergradasi secara lateral menjadi
endapanepiklastik. Terdapat sisipan endapan epiklastik berbutir halus sampai kas
ar,seperti batupasir yang bergradasi kearah atas dan batulanau hitam diantara
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 3, No. 5, Januari 2010
3
andesit dan tubuh breksi. Satuan bagian tengah tersusun oleh batuan volkanikeksp
losif dasitik darat yang tersusun oleh tuf lapili. Batuan ini ditumpangi olehbre
ksi volkanik dan tuf jatuhan piroklastik berbutir halus dan batulanau epiklastik
.Sebuah kubah riolitik mengintrusi satuan ini. Satuan bagian atas tersusun oleha
liran lava andesitik dengan struktur kekar tiang (Warmada, 2005).Endapan emas-pe
rak Pongkor merupakan endapan epitermal sulfidarendah tipe urat (kuarsa-karbonat
-adularia) yang terjadi pada kala plioses (2,050.05 Ma) tahun. Hasil analisis ink
lusi fluida yang diambil baik dari kuarsa maupunkalsit dapat diinterpretasikan b
ahwa suhu pembentukan urat ini berkisar antara180-220 C, yang menurut Lindgren (19
33) dapat diklasifikasikan sebagaiendapan epitermal. Pengisi rekahan berupa urat
dengan sekuen paragenetik(Milsi
et al.
, 1999), yaitu sekuen karbonat-kuarsa yang terbentuk pada awalpengisian, mangan
karbonat-kuarsa, kuarsa berlapis, kuarsa-sulfida abu-abu,dan kuarsa berongga
(vuggy quartz),
Mineral-mineral bijih potensialterkonsentrasi pada sekuen kuarsa-sulfida abu-abu
, dan Mega, F (2005)
mengelompokan menjadi empat stage mineralisasi : Stockwork ~ Brecciated(SB), Ban
ded Kuarsa Kalsit (BKK),
Banded ~ Colloform
(BC),
Massive ~Geode
(MG).Endapan emas-perak Pongkor terdiri atas 9 urat kuarsa utama kuarsa-adularia
-karbonat subparalel yang kaya akan oksida mangan dan limonit dansangat miskin a
kan sulfida (Warmada,
et al.
, 2003). Urat-urat ini mempunyaipanjang antara 700 sampai 2500 m, tebal beberapa
meter dan dalam lebih dari200 m yang memotong satuan batuan volkanik.
3. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan beberapa tahapan pendekatan, yaitu tahap pendahuluan,ta
hap pengumpulan data, analisis dan interpretasi, dan tahap penyelesaianserta pen
yajian data.Metode penlitian dengan pemetaan permukaan dengan pengamatan dandisk
ripsi batuan, pengukuran lintasan-lintasan struktur geologi rinci danpengambilan

contoh batuan dan urat kuarsa. Selanjutnya dengan mengolah danmenganalisis data
-data geologi diantaranya analisis petrografi sayatan batuan,analisis AAS (
Atomic Absorbtion Spectophotometric
) batuan termineralisasi danurat kuarsa, analisis XRD (
X-Ray Defraction
), analisis stereografis data struktur geologi, analisis kemenerusan urat-urat k
uarsa dan tipe deposit emas.Data yang diperoleh akan dianalisis, diinterpretasik
an dan disajikan dalambentuk peta ataupun interpretasi pembahasan masalah. Peta
yang akandihasilkan yaitu Peta Lokasi Pengamatan, Peta Geologi, Peta Geomorfolog
i,Peta Alterasi, Peta Struktur Geologi dan Lintasan Terukur Semi-Detil. Interpre
tasipembahasan mengenai alterasi, mineralisasi dan karakteristik model depositda
erah telitian.Hasil analisis laboratorium akan disajikan dalam bentuk tabel, dia
gram dangrafik. Hasil analisis tersebut diantaranya, hasil analisis sayatan tipi
s batuan,data pengukuran kekar di lapangan dan gambar stereografis hasil analisa
struktur geologi dan uratan kuarsa (
veinlets
), tabel hasil analisis AAS (
Atomic Absorbtion Spectophotometric
), dan hasil analisi X-RD (
X-Ray Defraction
).
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 3, No. 5, Januari 2010
4
4. Hasil Dan Pembahasan4.1. Lintasan Rinci
Berdasarkan lintasan-lintasan terpilih secara umum di daerah Nirmaladan sekitarn
ya di jumpai tuf, lapili tuf, breksi tuf, batupasir, napal lempungan danbasal an
desitik. Hasil pengukuran dan analisis unsur struktur kekar dan uratkuarsa daera
h Nirmala didapatkan arah umum NW
SE (baratlaut
tenggara)dan NE
SW (timurlaut
baratdaya).Lintasan detail Sungai Cileles dominan satuan batuan tuf, warna abu-a
bu keputihan, gelas, klorit dan mineral lempung, kadang terdapat pirit,dibeberap
a tempat dijumpai urat-urat kuarsa ukuran kecil (
quartz veinlet
) antara0.2
1 cm. Alterasi pada lintasan Sungai Cileles secara umum adalah argilisasidan klo
ritisasi. Argilisasi hadir mineral lempung, sedikit kuarsa, warna putihkekuninga
n, dijumpai pada zona rekahan dan banyak dijumpai urat-urat kuarsakecil. Kloriti
sasi hadir mineral klorit, kalsit, beberapa tempat hadir epidot (Tabel1&2). Mine
ralisasi dijumpai pirit, beberapa kalkopirit. Urat kuarsa yang berukuran1-4 cm,
biasanya mengisi atau bersamaan dengan kekar tension dan kekar kompresi (
quartz breccia
). Berdasarkan hasil analisis struktur didapatkan arahumum kekar dan urat kuarsa
di lintasan Sungai Cileles adalah NW
SE(baratlaut
tenggara) dan beberapa ada yang berarah NE
SW dan E
W.Kedudukan urat kuarsa kompresi N 235

O
E/75
O
dan N 170
O
E/80
O
, tebal 2
5 cm,warna putih kekuningan, dijumpai pirit, kalkopirit. Kedudukan urat kuarsate
nsional mempunyai kedudukan N 220
O
E/80
O
dan N 280
O
E/80
O
, terdapat jugasesar mendatar kiri naik N 210
O
E/65
O
dan beberapa
stockwork
dengan
quartz veinlets
di bagian hilir sungai Cileles.Lintasan detail cabang Sungai Cisahibah dijumpai
batuan tuf breksi, litiktuf, dan tuf. Litologi breksi tuf dominan, warna abu-abu
keputihan, fragmenbatuan andesit dan basalt, dijumpai klorit dan mineral lempun
g, kadang terdapatpirit pada matriknya, dibeberapa tempat dijumpai urat-urat kua
rsa ukuran kecil(q
uartz veinlet
) antara 0.2
1 cm. Alterasi pada lintasan Sungai Cisahibahadalah kloritisasi dan argilisasi.
Kloritisasi umumnya hadir mineral klorit, sedikitkalsit dan beberapa dijumpai ep
idot, biasanya pada batuan litik tuf dan breksi tuf,sedikit mineral lempung, war
na abu-abu kehuijauan dan hijau keputihan,dibeberapa tempat hadir mineral pirit
dan kalkopirit. Argilisasi umumnya hadir mineral lempung (kaolinit), sedikit kua
rsa, warna putih kekuningan, dijumpaipada zona rekahan dekat zone sesar dan urat
kuarsa dan banyak dijumpai urat-urat kuarsa kecil (
quartz veinlets
). Mineralisasi pada lintasan ini dijumpai secaraumum hadirnya pirit, beberapa k
alkopirit. Urat kuarsa yang berukuran 15
30 cmmengisi atau bersamaan dengan
sheared fractures
(
quartz breccia
), warna putihkekuningan-kecoklatan, manganis, umumnya hancur dijumpai pirit, li
monitik,kedudukan N 240- 250 E/80
O
. Berdasarkan hasil analisis struktur didapatkanarah umum kekar dan urat kuarsa
di lintasan cabang Sungai Cisahibah adalahdominan E
W dan berarah NE
SW dan beberapa berarah NW
SE dan N

S.Lintasan detail cabang Sungai Cibedok batuan breksi tuf dominan,warna abu-abu
keputihan, fragmen batuan andesit dan basalt, lapuk danmengalami alterasi, dijum
pai klorit dan mineral lempung, kadang terdapat piritpada matriknya, dibeberapa
tempat dijumpai urat-urat kuarsa ukuran kecil(
Quartz veinlet
) antara 1-2 cm. Berdasarkan hasil analisis struktur didapatkanarah umum kekar d
an urat kuarsa di lintasan Sungai Cibedok adalah dominanE
W dan berarah NE
SW yang merupakan kekar-kekar kompresi,sedangkan beberapa berarah NW
SE dan N
S secara umum merupakan
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 3, No. 5, Januari 2010
5
kekar-kekar tension. Dijumpai bidang sesar dengan kedudukan N 010
O
-015
O
E/75
O
, pitch 10
O
-15
O
, merupakan sesar mendatar kiri naik. Alterasi pada lintasanSungai Cibedok adala
h kloritisasi dan argilisasi. Kloritisasi hadir mineral klorit,sedikit kalsit da
n beberapa dijumpai epidot, pada batuan litik tuf dan breksi tuf,sedikit mineral
lempung, warna abu-abu kehuijauan dan hijau keputihan,dibeberapa tempat hadir m
ineral pirit dan kalkopirit. Argilisasi hadir minerallempung (kaolinit), sedikit
kuarsa, warna putih kekuningan, dijumpai pada zonarekahan dekat zone sesar dan
urat kuarsa dan banyak dijumpai urat-urat kuarsakecil (
quartz veinlets
). Mineralisasi pada lintasan ini dijumpai secara umumhadirnya pirit, beberapa k
alkopirit. Urat kuarsa yang berukuran 05
20 cmmengisi atau bersamaan dengan
sheared fractures
(
quartz breccia
), warna putihkekuningan-kecoklatan, manganese, umumnya hancur dijumpai pirit, l
imonitik,kedudukan N 240- 250 E/80
O
.Lintasan detail Sungai Cirabok batuan lapili tuf dominan, warna abu-abukehijaua
n, rounded
subrounded, mineral glas dan sedikit kuarsa, limonitik,kadang terdapat pirit, se
bagian dijumpai urat-urat kuarsa kecil (1
20 cm).Beberapa tuf dijumpai diantara litik tuf dan breksi tuf, ditemukan setemp
at-setempat. Alterasi pada lintasan Sungai Cirabok secara umum adalah argilisasi
dan kloritisasi. Argilisasi umumnya hadir mineral lempung (kaolinit), sedikitkua
rsa, warna putih kekuningan, dijumpai pada zona rekahan dekat zone sesar dan ura
t kuarsa dan banyak dijumpai urat-urat kuarsa kecil (
quartz veinlets

).Kloritisasi umumnya hadir mineral klorit, beberapa dijumpai epidot, biasanyapa


da batuan litik tuf dan breksi tuf, sedikit mineral lempung, warna abu-abukehuij
auan dan hijau keputihan, dibeberapa tempat hadir mineral pirit.Mineralisasi had
irnya pirit, beberapa kalkopirit. Urat kuarsa kompresi yangberukuran 20
60 cm mengisi atau bersamaan dengan
sheared fractures
(
quartz breccia
), warna putih kekuningan-kecoklatan, manganis, dijumpai pirit,limonitik, kedudu
kan N 210- 230 E/70-80
O
. Berdasarkan hasil analisis struktur didapatkan arah umum kekar dan urat kuarsa
di lintasan Sungai Cirabok adalahdominan berarah NE
SW yang merupakan kekar-kekar kompresi, sedangkanbeberapa berarah NW
SE dan N
S secara umum merupakan kekar-kekar tension. Dijumpai bidang sesar dengan kedudu
kan N 025
O
-030
O
E/ 75
O
, pitch10
O
-15
O
, merupakan sesar mendatar kiri naik.
4.2. Alterasi
Analisis X-Ray Diffraction (XRD) untuk mengetahui kehadiran mineral-mineral pad
a batuan alterasi, yaitu silisifikasi, argilisasi dan kloritisasi.Berdasarkan ha
sil analisis XRD menunjukkan kehadiran mineral monmorilonit,illite, kaolinit, mu
skovit dan kuarsa pada batuan alterasi argilisasi (Tabel 3),sedangkan dari conto
h batuan kloritisasi, menunjukkan hadirnya mineral klorit,plogopit dan kuarsa (T
abel 1)
Similar to Heru sigit purwanto - Mineralisasi emas dan mineral pengikutnya di ..
.
Mineralisasi Bijih
ALTERASI HIDROTERMAL
mklah
jurnal20060304
Mineral Uniaxial
Album Minop
Sutikno-bronto
14. Arifudin Idrus Dkk
Skripsi TA Kontrol Struktur Terhadap Mineralisasi

Basic Knowledge
Zona Mineralisasi
greisen
formasi-geologi-sulawesi
aplikasi metode induksi polarisasi
Geokimia Isotop
Metode Induced Polarization
FASIES METAMORFISME
Geologi Regional Pulau Jawa
JENIS INTERAKSI LEMPENG
Foram Bentonik Dan Planktonik
Buku Van Juidam Komplit
MANGAN
Skripsi Tambang Emas Gorontalo
Mikro Makro Paleontologi Selesai
Geologi Daerah Kulonprogo
Tugas Paper Mineralisasi
Bab_10 Analisa Cekungan
Foraminifera Bentos
Metoda IP
Struktur Bidang Dan Struktur Garis
More From This User
Heru sigit purwanto & Herry riswandi - Jenis deposit massive sulphide Pb-Zn di d
aerah Riamkusik Ketapang Kalbar
Heru sigit purwanto - Struktur geologi mempengaruhi peningkatan kalori batubara
di daerah Bintuni Papua Barat
Heru sigit purwanto - Penyebaran cebakan timah sekunder di daerah Airgegas Bangk
a selatan
Heru sigit purwanto, Listyani, Isjudarto & Sari bahagiarti - Mewaspadai morfolog
iteluk sebagai zona bahaya tsunami
Heru sigit purwanto & Herry riswandi - Interpretasi zona struktur dan alterasi b
erdasarkan geofisika IP daerah nirmala bogor jabar

Heru sigit purwanto, Herian sudarman & Barlian dwinagara - Analisis beban materi
al filling dalam penentuan tebal sill pillar berdasarkan nilai faktor keamanan T
ambang Ciurug Pongkor Jabar
heru sigit purwanto - mineralisasi lead zinc daerah riamkusik kec marau, ketapan
g kal-bar
Heru sigit purwanto - Kontrol struktur jalur mineralisasi emas pada urat kuarsa
di pertambangan emas Pongkor
Heru sigit purwanto & Aris luppa - Potensi mineral Au-Cu Porphyry, prospek siluk
, Kab Pinrang Sul-sel
Heru sigit purwanto & Rinhard sinaga - Kemenerusan urat-urat kuarsa yang mengand
ung mineral emas dan mineral pengikutnya berdasarkan kontrol struktur di daerah
Malasari kab Bogor
Heru sigit purwanto & Herry sulistiyo - Penentuan teras pantai purba berdasarkan
pola penyebaran bijih timah di p bangka
Heru sigit purwanto - Mineralisasi emas dan mineral pengikutnya di daerah Nirmal
a Bogor jawa barat
Apr 29, 2013 by Dedi Fatchurohman
(0 ratings)
258 views
EMBED
DOWNLOAD
ADD TO LIBRARY
DESCRIPTION
Penelitian terletak di Dusun Nirmala, Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupat
en Bogor, Propinsi Jawa Barat. Litologi daerah telitian tersusun atas dua satuan
batuan yaitu satuan tuf lapili dan s...
Show more
RELATED
Mineralisasi Bijih
by rahmanto98
ALTERASI HIDROTERMAL
by Aga Makassar
mklah
by Yusuf Efendi
jurnal20060304
by Rifki Asrul Sani
PreviousNext
Page 1 of 7
ABOUT
Browse books
Site directory
About Scribd
Meet the team
Our blog
Join our team!
Contact Us
PARTNERS
Publishers
Developers / API
MEMBERSHIPS

Join today
Invite Friends
Gifts
SUPPORT
Help
FAQ
Accessibility
Press
Purchase help
AdChoices
LEGAL
Terms
Privacy
Copyright
Scribd on AppstoreScribd on Google Play
Copyright 2016 Scribd Inc.
Terms of service
Accessibility
Privacy
Mobile Site
Site Language:
English
Search
UPLOADLIBRARY
BooksAudiobooksComicsSheet Music
Don't want to upload?
Get unlimited downloads as a member
SIGN UP NOW
Once you upload an approved document, you will be able to download the document
Heru sigit purwanto - Kontrol struktur jalur mineralisasi emas pada urat kuarsa
di pertambangan emas Pongkor
Dedi Fatchurohman
Upload a document for free download access.
Select files from your computer or choose other ways to upload below.
SELECT FILES TO UPLOAD
For multiple files hold down the shift key when selecting.
Drag files here from your computer.
Supported File Types: pdf, txt, ps, rtf, epub, key, odt, odp, ods, odg, odf, sxw
, sxc, sxi, sxd, doc, ppt, pps, xls, docx, pptx, ppsx, xlsx
By uploading, you agree to the Scribd Uploader Agreement.
Add files from Google Drive, Gmail, Dropbox and more with FilePicker.io.
Add files from multiple cloud and file storage services.
Pick Files
More reasons to publish on Scribd
Scribd's platform is designed to help you easily publish your content on the web
and mobile devices, distribute it to a wide and global audience, and potentiall
y make money from selling that content. Here's more on the benefits of publishin
g on Scribd.
Reach Scribd's audience of 90 million monthly readers.
By publishing on Scribd, your content can be seen by up to 90 million people fro
m all around the world who use Scribd.
Turn your content into a beautiful HTML5 webpage, that you can even embed on ano
ther website.
Scribd's patent-pending conversion technology instantly turns documents into bea

utifully formatted webpages.


Get your content indexed by Google and other search engines.
Scribd does SEO for you. Every word of your content will be fully indexed by all
major search engines.
Make your content social and get distribution on Facebook, Twitter, and other so
cial networks.
Social networking gets bigger every year, and even written documents now need to
be social. Scribd socially optimizes all content to maximize social distributio
n.
Make money by selling your content.
If you choose to, you can set a price for your content and make it for sale thro
ugh a simple link, and the earnings go right to your account.
Make your content readable on iPhone, iPad, Android, and other mobile devices.
Scribd makes all content easily readable on the mobile web, and provides an even
better reading experience for people who download Scribd's apps.
Get detailed stats on readership of your content.
Scribd Stats gives you all the analytics you need on who is reading your content
.
What's published on Scribd?
Scribd supports just about any kind of written content. Here are a few examples
of the types of things we have seen published on Scribd.
Creative writing
Recipes
How-to-guides
Books
Presentations
School papers
Spreadsheets
Original essays
Travel guides
Legal documents
Business forms
Sheet music
Study guides
Academic papers
Poetry
Catalogs
Speeches
Letters
Historical documents
Scientific data
Infographics
Source documents
Magazines
Newspapers
Comics
Resumes
Get Started.
Select files from your computer or simply drag and drop.
SELECT FILES TO UPLOAD
For multiple files hold down the shift key when selecting.
Drag files here from your computer.

Supported File Types: pdf, txt, ps, rtf, epub, key, odt, odp, ods, odg, odf, sxw
, sxc, sxi, sxd, doc, ppt, pps, xls, docx, pptx, ppsx, xlsx
By uploading, you agree to the Scribd Uploader Agreement.
ABOUT
Browse books
Site directory
About Scribd
Meet the team
Our blog
Join our team!
Contact Us
SUPPORT
Help
FAQ
Accessibility
Press
Purchase help
AdChoices
PARTNERS
Publishers
Developers / API
LEGAL
Terms
Privacy
Copyright
MEMBERSHIPS
Join today
Invite Friends
Gifts
STAY CONNECTED
Scribd on Appstore
Scribd on Google Play
Copyright 2016 Scribd Inc. .Terms of service.Accessibility.Privacy.Mobile Site.S
ite Language:
identifikasi-zona-prospek-mineral-logam-menggunakan-metode
Identifikasi Zona Prospek Mineral Logam Menggunakan Metode Induksi Polarisasi Da
erah Fatunisuan Kecamatan Miomaffo Barat Nusa Tenggara ...
in
identifikasi-zona-alterasi-menggunakan-metode-magnetik-di
Identifikasi Zona Alterasi Menggunakan Metode Magnetik Di Daerah Bunikasih, Keca
matan Talegong, Kabupaten Garut, Jawa Barat
in
mineralisasi-emas-dan-mineral-pengikutnya-di-daerah-nirmala-2
Mineralisasi Emas Dan Mineral Pengikutnya Di Daerah Nirmala, Bogor, Jawa-Barat
in
mineralisasi-emas-dan-mineral-pengikutnya-di-daerah-nirmala
Mineralisasi Emas Dan Mineral Pengikutnya Di Daerah Nirmala, Bogor, Jawa-barat
in
interpretasi-bawah-permukaan-daerah-manifestasi-emas-dengan
Interpretasi Bawah Permukaan Daerah Manifestasi Emas Dengan Menggunakan Metode M
agnetik Di Daerah Garut Jawa Barat
in

identifikasi-penyebaran-zona-mineralisasi-menggunakan-metode
Identifikasi Penyebaran Zona Mineralisasi Menggunakan Metode Geomagnet Di Daerah
kunci Kbupaten Trenggalek Propinsi Jawa Timur
in
Follow Us:
Member:
facebook buttontwitter buttonflickr buttonyoutube button
indah-fauziahpanglima-exsekuhendra-simatoepcandra-zainudinmuhammad-sururlis-mija
rmuhammdwi-suciningtyaindro-dsugaha
You are from 114.125.184.254, ID( IDN ), Indonesia Documents
36,380
Thesis
612,036
Files
754,286
Members
96,807
Home
About Distrodoc
Terms of Service
Privacy Policy
DMCA Guidelines
Contact
RSS
Sitemap
member of DistroGroup

Anda mungkin juga menyukai