Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terdapat dalam sarana kesehatan. Sebetulnya rumah
sakit memang sumber penyakit! Di negara maju pun, infeksi yang didapat dalam rumah sakit terjadi
dengan angka yang cukup tinggi. Misalnya, di AS, ada 20.000 kematian setiap tahun akibat infeksi
nosokomial. Di seluruh dunia, 10 persen pasien rawat inap di rumah sakit mengalami infeksi yang
baru selama dirawat 1,4 juta infeksi setiap tahun. Di Indonesia, penelitian yang dilakukan di 11
rumah sakit di DKI Jakarta pada 2004 menunjukkan bahwa 9,8 persen pasien rawat inap mendapat
infeksi yang baru selama dirawat
Hal-hal yang berhubungan dengan infeksi nosokomial : (Panjaitan, B, 1989)
1. secara umum infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapatkan penderita selama dirawat dirumah
sakit.
2. Infeksi nosokomial sukar diatasi karena sebagai penyebabnya adalah mikro organisme / bakteri yang
sudah resisten terhadap anti biotika.
3. Bila terjadi infeksi nosokomial, makaakan terjadi penderitaan yang berpanjangan serta pemborosan
waktu serta pengeluaran biaya yang bertambah tinggi kadangkadang kualitas hidup penderita akan
menurun.
4. Infeksi nosokomial disamping berbahaya bagi penderita, jugaberbahaya bagi lingkungan baik
selamadirawat dirumah sakit ataupun diluar rumah sakit setelah berobat jalan.
5. Dengan pengendalian infeksi nosokomial akan menghembat biaya dan waktu yang terbuang.
6. Dinegara yang sudah maju masalah ini telah diangkat menjadi masalah nasional, sehingga bila angka
infeksi nosokomial disuatu rumah sakit tinggi, maka izin operasionalnya dipertimbangkan untuk
dicabut oleh instansi yang berwenang
Infeksi nosokomial disebut juga dengan Hospital acquired infection apabila memenuhi
batasan / criteria sebagai berikut:
1. Apabila padawaktu dirawat di RS, tidak dijumpai tanda-tanda klinik infeksi tersebut.
2. Pada waktu penderita mulai dirawat tidak dalammasa inkubasi dari infeksi tersebut.
3. Tanda-tanda infeksi tersebut baru timbul sekurang-kurangnya 3 x 24 jam sejak mulai dirawat.
4. Infeksi tersebut bukan merupakan sisa (residual) dari infeksi sebelumnya.
5. Bila pada saat mulai dirawat di RS sudah ada tanda-tanda infeksi, tetapiterbukti bahwa infeksi didapat
penderita pada waktu perawatan sebelumnya dan belum pernah dilaporkan sebagai indeksi
nosokomial.
Untuk mudahnya bagaimana seorang pasien mendapat infeksi nosokomial selama dirawat di
RS dapat diringkas sebagai berikut :
1. Pasien mendapat infeksi nosokomial melalui dirinya sendiri (auto infeksi)
2. Pasien mendapat infeksi nosokomial melalui petugas yang merwat di RS
3. Pasien mendapat infeksi nosokomial melalui pasien-pasien yang dirawat ditempat / ruangan yang
samadi RS tersebut.
4. Pasien mendapat infeksi nosokomial melalui keluarga pasien yang bekunjung kerumah sakit tersebut.
5. Pasien mendapat infeksi niosokomial melalui peralatan yang dipakai dirumah sakit tersebut.
6. Pasien mendapat infeksi nosokomial melalui peralatan makanan yang disediakan rumah sakit ataupun
yang didapatnya dari luar rumah sakit.
7. Disamping ke-6 cara-cara terjadinya infeksi nosokomial seperti yang dinyatakan diatas, maka faktor
lingkungan tidak kalah penting sebagai factor penunjang untuk terjadinya infeksi nosokomial, faktor
lingkungan tersebut adalah
o Air
o Bahan yang harus di buang ( Disposial)
o Udara
karakteristik mikroorganisme,
tingkat virulensi,
penyakit yang penyebarannya melalui makanan dan udara dan benda atau bahan-bahan yang tidak
steril. Penyakit yang didapat dari rumah sakit saat ini kebanyakan disebabkan oleh mikroorganisme
yang umumnya selalu ada pada manusia yang sebelumnya tidak atau jarang menyebabkan penyakit
pada orang normal, (Ducel, 2001).
2. Bakteri
Bakteri dapat ditemukan sebagai flora normal dalam tubuh manusia yang sehat. Keberadaan bakteri
disini sangat penting dalam melindungi tubuh dari datangnya bakteri patogen. Tetapi pada beberapa
kasus dapat menyebabkan infeksi jika manusia tersebut mempunyai toleransi yang rendah terhadap
mikroorganisme. Contohnya Escherichia coli paling banyak dijumpai sebagai penyebab infeksi
saluran kemih. Bakteri patogen lebih berbahaya dan menyebabkan infeksi baik secara sporadik
maupun endemik. Contohnya :
Bakteri gram-positif: Staphylococcus aureus yang menjadi parasit di kulit dan hidung dapat
menyebabkan gangguan pada paru, pulang, jantung dan infeksi pembuluh darah serta seringkali telah
resisten terhadap antibiotika.
Serratia marcescens, dapat menyebabkan infeksi serius pada luka bekas jahitan, paru, dan
peritoneum.
3. Virus
Banyak kemungkinan infeksi nosokomial disebabkan oleh berbagai macam virus, termasuk virus
hepatitis B dan C dengan media penularan dari transfusi, dialisis, suntikan dan endoskopi.
Respiratory syncytial virus (RSV), rotavirus, dan enteroviruses yang ditularkan dari kontak tangan ke
mulut atau melalui rute faecal-oral. Hepatitis dan HIV ditularkan melalui pemakaian jarum suntik,
dan transfusi darah. Rute penularan untuk virus sama seperti mikroorganisme lainnya. Infeksi
gastrointestinal, infeksi traktus respiratorius, penyakit kulit dan dari darah. Virus lain yang sering
menyebabkan infeksi nosokomial adalah cytomegalovirus, Ebola, influenza virus, herpes simplex
virus, dan varicella-zoster virus, juga dapat ditularkan (Wenzel, 2002)
4. Parasit dan jamur
Beberapa parasit seperti Giardia lamblia dapat menular dengan mudah ke orang dewasa maupun
anak-anak. Banyak jamur dan parasit dapat timbul selama pemberian obat antibiotika bakteri dan
obat immunosupresan, contohnya infeksi dari Candida albicans, Aspergillus spp, Cryptococcus
neoformans, Cryptosporidium.
5. Faktor alat
Dari suatu penelitian klinis, infeksi nosokomial tertama disebabkan infeksi dari kateter urin, infeksi
jarum infus, infeksi saluran nafas, infeksi kulit, infeksi dari luka operasi dan septikemia. Pemakaian
infus dan kateter urin lama yang tidak diganti-ganti. Diruang penyakit dalam, diperkirakan 20-25%
pasien memerlukan terapi infus. Komplikasi kanulasi intravena ini dapat berupa gangguan mekanis,
fisis dan kimiawi.
lingkungan menjadi kontaminasi dan tidak didesinfeksi atau sterilkan (Sebagai contoh perawatan luka
pasca operasi)
penularan cara droplet infection di mana kuman dapat mencapai ke udara (air borne)
Penularan melalui vektor, yaitu penularan melalui hewan atau serangga yang membawa kuman
Penularan ini dapat terjadi secara eksternal maupun internal. Disebut penularan secara eksternal bila
hanya terjadi pemindahan secara mekanis dari mikroorganisme yang menempel pada tubuh vector
misalnya shigella dan salmonella oleh lalat.
Penularan secara internal bila mikroorganisme masuk ke dalam tubuh vektor dan dapat terjadi
perubahan secara biologis, misalnya parasit malaria dalam nyamuk atau tidak mengalami perubahan
biologis, misalnya yersenia pestis pada ginjal (flea).
3. Meningkatkan biaya kesehatan diberbagai negara yang tidak mampu dengan meningkatkan lama
perawatan di rumah sakit, pengobatan dengan obat-obat mahal dan penggunaan pelayanan lainnya,
serta tuntutan hukum.
10
dan penderita melebihi kapasitas, beberapa pasien dalam satu ruangan tidaklah apa-apa selama
mereka menderita penyakit yang sama.
Melindungi pasien dengan penggunaan antibiotika yang adekuat, nutrisi yang cukup, dan vaksinasi.
Selain itu Pencegahan Infeksi nosokomial juga dengan menggunakan Standar kewaspadaan terhadap
infeksi, antara lain :
1. Cuci Tangan
o Setelah menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi dan bahan terkontaminasi.
o Segera setelah melepas sarung tangan.
o Di antara sentuhan dengan pasien.
2. Sarung Tangan
o Bila kontak dengan darah, cairan tubuh, sekresi, dan bahan yang terkontaminasi.
o Bila kontak dengan selaput lendir dan kulit terluka.
3. Masker, Kaca Mata, Masker Muka
Mengantisipasi bila terkena, melindungi selaput lendir mata, hidung, dan mulut saat kontak dengan
darah dan cairan tubuh.
11
4. Baju Pelindung
o Lindungi kulit dari kontak dengan darah dan cairan tubuh
o Cegah pakaian tercemar selama tindakan klinik yang dapat berkontak langsung dengan darah atau
cairan tubuh
5. Kain
o Tangani kain tercemar, cegah dari sentuhan kulit/selaput lendir
o Jangan melakukan prabilas kain yang tercemar di area perawatan pasien
6. Peralatan Perawatan Pasien
o Tangani peralatan yang tercemar dengan baik untuk mencegah kontak langsung dengan kulit atau
selaput lendir dan mencegah kontaminasi pada pakaian dan lingkungan
o Cuci peralatan bekas pakai sebelum digunakan kembali
7. Pembersihan Lingkungan
Perawatan rutin, pembersihan dan desinfeksi peralatan dan perlengkapan dalam ruang perawatan
pasien
8. Instrumen Tajam
o Hindari memasang kembali penutup jarum bekas
o Hindari melepas jarum bekas dari semprit habis pakai
o Hindari membengkokkan, mematahkan atau memanipulasi jarum bekas dengan tangan
o Masukkan instrument tajam ke dalam tempat yang tidak tembus tusukan
9. Resusitasi Pasien
Usahakan gunakan kantong resusitasi atau alat ventilasi yang lain untuk menghindari kontak
langsung mulut dalam resusitasi mulut ke mulut
10. Penempatan Pasien
Tempatkan pasien yang mengontaminasi lingkungan dalam ruang pribadi / isolasi
12
INFEKSI NOSOKOMIAL
I.
13
petugas; standar ini meliputi standar diagnosis (definisi kasus) ataupun standar pelaksanaan tugas.
Dalam pelaksanaan dan pengawasan pelaksanaan peraturan ini, peran perawat besar sekali.
3. Adanya Program Pendidikan Yang Terus Menerus Bagi Semua Petugas Rumah Sakit Dengan Tujuan
Mengembalikan Sikap Mental Yang Benar Dalam Merawat Penderita
Keberhasilan program ini ditentukan oleh perilaku petugas dalam melaksanakan perawatan yang
sempurna kepada penderita. Perubahan perilaku inilah yang memerlukan proses belajar dan mengajar
yang terus menerus. Program pendidikan hendaknya tidak hanya ditekankan pada aspek perawatan
yang baik saja, tetapi kiranya juga aspek epidemiologi dari infeksi nosokomial ini. Jadi jelaslah
bahwa dalam seluruh lini program pengendalian infeksi nosokomial, perawat mempunyai peran yang
sangat menentukan. Sekali lagi ditekankan bahwa pengendalian infeksi nosokomial bukanlah
ditentukan oleh peralatan yang canggih (dengan harga yang mahal) ataupun dengan pemakaian
antibiotika yang berlebihan (mahal dan bahaya resistensi), melainkan ditentukan oleh kesempurnaan
setiap petugas dalam melaksanakan perawatan yang benar untuk penderitanya.
14
jangan menyentuh luka, perban, area tusukan infuse, atau alat-alat lain yang digunakan untuk merawata
pasien
bantulah pasien untuk menjaga kebersihan dirinya
3. Menjaga kebersihan lingkungan
Jangan menyimpan barang terlalu banyak di ruangan pasien
Jangan tidur di bed pasien
Jangan merokok diarea RS
15
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah jenis infeksi yang sangat sering terjadi. ISK dapat terjadi di
saluran ginjal (ureter), kandung kemih (bladder), atau saluran kencing bagian luar (uretra).
Bakteri utama penyebab ISK adalah bakteri Escherichia coli (E. coli) yang banyak terdapat pada tinja
manusia dan biasa hidup di kolon. Wanita lebih rentan terkena ISK karena uretra wanita lebih pendek
daripada uretra pria sehingga bakteri ini lebih mudah menjangkaunya. Infeksi juga dapat dipicu oleh
batu di saluran kencing yang menahan koloni kuman. Sebaliknya, ISK kronis juga dapat
menimbulkan batu.
Mikroorganisme lain yang bernama Klamidia dan Mikoplasma juga dapat menyebabkan ISK pada
laki-laki maupun perempuan, tetapi cenderung hanya di uretra dan sistem reproduksi. Berbeda
dengan E coli, kedua bakteri itu dapat ditularkan secara seksual sehingga penanganannya harus
bersamaan pada suami dan istri.
Gejala
Penderita ISK mungkin mengeluhkan hal-hal berikut:
o Sakit pada saat atau setelah kencing
o Anyang-anyangan (ingin kencing, tetapi tidak ada atau sedikit air seni yang keluar)
o Warna air seni kental/pekat seperti air teh, kadang kemerahan bila ada darah
o Nyeri pada pinggang
o Demam atau menggigil, yang dapat menandakan infeksi telah mencapai ginjal (diiringi rasa nyeri di
sisi bawah belakang rusuk, mual atau muntah)
3. Bakterimia
Bakteremia adalah keadaan dimana terdapatnya bakteri yang mampu hidup dalam aliran darah secara
sementara, hilang timbul atau menetap. Bakteremia merupakan infeksi sistemik yang berbahaya
karena dapat berlanjut menjadi sepsis yang angka kematiannya cukup tinggi. Faktor risiko terjadinya
bakteremia pada orang dewasa antara lain lama perawatan di rumah sakit, tingkat keparahan
16
penyakit, komorbiditas, tindakan invasif, terapi antibiotika yang tidak tepat, terapi imunosupresan,
dan penggunaan steroid.
Gejala
Bakteremia yang bersifat sementara jarang menyebabkan gejala karena tubuh biasanya dapat
membasmi sejumlah kecil bakteri dengan segera. Jika telah terjadi sepsis, maka akan timbul gejalagejala berikut:
o Demam atau hipotermia (penurunan suhu tubuh)
o Hiperventilasi
o Menggigil
o Kulit teraba hangat
o Ruam kulit
o Takikardi (peningkatan denyut jantung)
o Mengigau atau linglung
o Penurunan produksi air kemih.
4. Infeksi Saluran Napas (ISN)
Infeksi saluran napas berdasarkan wilayah infeksinya terbagi menjadi infeksi saluran napas atas dan
infeksi saluran napas bawah. Infeksi saluran napas atas meliputi rhinitis, sinusitis, faringitis,
laringitis, epiglotitis, tonsilitis, otitis. Sedangkan infeksi saluran napas bawah meliputi infeksi pada
bronkhus, alveoli seperti bronkhitis, bronkhiolitis, pneumonia.
Keadaan rumah sakit yang tidak baik dapat menimbulkan infeksi saluran napas atas maupun bawah.
Infeksi saluran napas atas bila tidak diatasi dengan baik dapat berkembang menyebabkan infeksi
saluran nafas bawah. Infeksi saluran nafas atas yang paling banyak terjadi serta perlunya penanganan
dengan baik karena dampak komplikasinya yang membahayakan adalah otitis, sinusitis, dan
faringitis.
17
INFEKSI NOSOKOMIAL
19
20
DAFTAR PUSTAKA
Committee on Identifying Priority Areas for Quality Improvement, Karen Adams, Janet M. Corrigan (2003).
Priority Areas for National Action: Transforming Health Care Quality. National Academies Press.
Steven Jonas, Raymond L. Goldsteen, Karen Goldsteen (2007). Introduction to the US health care system.
Springer Publishing Company.
21