PENDAHULUAN
masih terus naik turun dan daerah yang terjangkit semakin luas. Pada tahun 2011
IR/1000 penduduk adalah sebesar 11,03.
Pada bulan Februari 2015, provinsi Kalimantan Selatan dinyatakan dalam status
kejadian luar biasa dengan 1106 kasus dari 13 kabupaten/kota terserang DBD dan 13
kasus diantaranya meninggal dunia. dari 13 kabupaten, kabupaten Hulu Sungai Utara
dan Hulu Sungai Selatan memiliki kasus meninggal terbanyak.
Kabupaten Hulu Sungai Utara merupakan daerah endemis demam berdarah
dengue dan puncaknya pada tahun 2007 dengan incident rate 54,89 per 100.000
penduduk dan angka kematian (CFR) 0,86% (6). Sedangkan pada tahun 2012, terdapat
84 kasus DBD, dengan 1 orang meninggal dunia. (4). Puskesmas Sungai Malang adalah
salah satu puskesmas di Kabupaten Hulu Sungai Utara. Selama tahun 2015, terdapat 6
kasus demam berdarah dengan 1 kasus pasien meninggal dunia.
Setiap wilayah yang terdapat nyamuk Aedes Aegypti mempunyai resiko untuk
kejangkitan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Nyamuk ini berkembang biak di
tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi, tempayan, drum dan barang bekas
yang dapat menampung air hujan di rumah dan tempat umum. Untuk mencegah
berjangkitnya penyakit ini, nyamuk Aedes Aegypti perlu diberantas.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk menanggulangi terjadinya peningkatan
kasus, salah satu diantaranya dan yang paling utama adalah dengan memberdayakan
masyarakat dalam kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui gerakan 3M
(menguras, menutup, mengubur). Kegiatan ini telah diintensifkan sejak tahun 1992 dan
pada tahun 2000 dikembangkan menjadi 3M Plus yaitu dengan cara menggunakan
larvasida, memelihara ikan dan mencegah gigitan nyamuk.
2
Namun demikian hingga saat ini upaya pemberantasan vektor DBD yang telah
dilakukan tersebut belum memperlihatkan hasil yang optimal, sehingga kasus DBD
masih tetap tinggi dan bahkan semakin meraja lela, hal ini terbukti dengan masih
tingginya angka kejadian DBD di Kabupaten Hulu Sungai Utara dan masih rendahnya
Angka Bebas Jentik (ABJ) yaitu < 95%. Ini menunjukkan kemungkinan terjadi
kesenjangan yang sangat lebar antara program PSN 3M Plus dengan penerimaan
masyarakat tentang metode PSN 3M Plus untuk mencegah DBD. Banyak anggota
masyarakat amat menggantungkan harapan bahkan menyalahkan pemerintah jika ada
warga yang terkena penyakit DBD. Ini berarti bahwa perilaku masyarakat terhadap
pemberantasan sarang nyamuk masih sangat kurang sehingga sangat berpotensi terhadap
penularan penyakit DBD. Anggota masyarakat juga bertanggungjawab terhadap
serangan penyakit demam berdarah.
Pengetahuan dan kesadaran masyarakat memegang peranan penting dalam
mencegah terjadinya penyakit ini sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran
pengetahuan dan perilaku masyarakat terhadap Program Pencegahan Penyakit Menular
(P3M) dalam pencegahan Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Sungai Malang RT
001-010 periode Desember 2015 Januari 2016.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada hari pertama sakit, penderita panas mendadak secara terus-menerus dan
badan terasa lemah atau lesu. Pada hari kedua atau ketiga akan timbul bintik - bintik
perdarahan, lembam atau ruam pada kulit di muka, dada, lengan atau kaki dan nyeri
ulu hati serta kadang-kadang mimisan, berak darah atau muntah. Antara hari ketiga
sampai ketujuh, panas turun secara tiba-tiba. Kemungkinan yang selanjutnya adalah
penderita sembuh atau keadaan memburuk yang ditandai dengan gelisah, ujung
tangan dan kaki dingin dan banyak mengeluarkan keringat. Bila keadaan berlanjut,
akan terjadi renjatan (lemah lunglai, denyut nadi lemah atau tidak teraba). Kadang
kadang kesadarannya menurun (Mubin, 2005).
3; Vektor Penularan
tempat
perkembangbiakan
nyamuk
Aedes
aegypti
dapat
minum burung, vas bunga, dan barang-barang bekas (ban, kaleng, botol, plastik
dan lain-lain).
c; Tempat penampungan air alamiah seperti: lubang pohon, lubang batu, pelepah
Air yang digunakan dan tidak berhubungan langsung dengan tanah merupakan
tempat perindukan yang potensial bagi vektor DBD.
2; Kualitas Tempat Penampungan Air (TPA)
fisik.
3; Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan
pemberantasan
vektor
di
rumahnya.
Peningkatan
dan pelaksanaan
partisipasi
masyarakat
10
2; Kebijakan Pemerintah
Bila dilihat dari aspek sistem kebijakan dalam peningkatan derajat kesehatan
melalui pemberantasan penyakit DBD maka ada tiga elemen, bahkan ada empat
elemen yang mencakup hubungan timbal balik dan mempunyai andil di dalam
kebijakan karena memang mempengaruhi dan saling dipengaruhi oleh suatu
keputusan (Koban, 2005). Adapun elemen tersebut antara lain adalah:
a; Kebijakan publik (Undang-Undang/Peraturan, Keputusan yang dibuat oleh Badan
Pejabat Pemerintah).
11
pemimpin terpilih).
c; Lingkungan kebijakan (geografi, budaya, politik, struktural sosial dan ekonomi).
d; Sasaran kebijakan (masyarakat).
ulang
dan
mengevaluasi
efektifitas
undang-undang,
dirumuskan
12
3; Pemberantasan Vektor
Pemberantasan
terhadap
nyamuk
dewasa,
dilakukan
dengan
cara
13
mandi, bak WC, menutup tempat penampungan air rumah tangga (tempayan,drum
dll), mengubur atau memusnahkan barang-barang bekas (kaleng, ban dll).
Pengurasan tempat-tempat penampungan air perlu dilakukan secara teratur
sekurang-kurangnya seminggu sekali agar nyamuk tidak dapat berkembang biak di
tempat itu. Apabila PSN ini dilaksanakan oleh seluruh masyarakat maka
14
Pemantauan Jentik Berkala yang dilakukan setiap 3 bulan di rumah dan di tempat
umum. Untuk pemantauan jentik berkala di rumah dilakukan pemeriksaan sebanyak 100
rumah sebagai sampel untuk setiap desa/kelurahan (15). Dalam pelaksanaannya dapat
dilakukan dengan menggunakan 2 cara, yaitu
1. Metode Single Larva
Survei ini dilakukan dengan cara mengambil satu jentik di setiap tempat-tempat yang
menampung air yang ditemukan jentik untuk selanjutnya dilakukan identifikasi lebih
lanjut mengenai jenis jentiknya.
2. Metode Visual
Survei ini dilakukan dengan melihat ada tidaknya larva di setiap tempat penampungan
air tanpa mengambil larvanya.
Setelah dilakukan survei dengan metode di atas, pada survei jentik nyamuk
Aedes aegypti akan dilanjutkan dengan pemeriksaan kepadatan jentik dengan ukuran
sebagai berikut:
1. House Index (HI) adalah jumlah rumah positif jentik dari seluruh rumah yang
diperiksa.
15
Keterangan Tabel :
DF = 1
= kepadatan rendah
16
Berdasarkan hasil survei larva dapat ditentukan Density Figure. Density Figure
ditentukan setelah menghitung hasil HI, CI, BI kemudian dibandingkan dengan tabel
Indeks Larva. Apabila angka DF kurang dari 2 menunjukan risiko penularan rendah, 2-5
resiko penularan sedang dan diatas 5 risiko penularan tinggi. Selain itu, keberhasilan
terhadap kegiatan PSN dapat diukur dengan Angka Bebas Jentik (ABJ). Apabila ABJ
lebih dari atau sama dengan 95% diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau
dikurangi.
2.4; Pengetahuan
1; Pengertian pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang
melakukan pengideraan suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca
indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan dan
perabaan. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui penglihatan dan
pendengaran. Pengetahuan merupakan dasar untuk terbentuknya tindakan seseorang
(Notoatmodjo, 2005).
Pengetahuan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia berarti segala sesuatu
yang diketahui kepandaiannya yang berkenaan dengan sesuatu hal. Pengetahuan
berasal dari kata tahu yang berarti seseorang mempunyai pengetahuan tentang
suatu cakrawala tertentu, bisa didapat dari pendidikan formal, nonformal dan
informal (Purwodarminto, 1984).
a; Sumber Pengetahuan
Pengetahuan
seseorang
diperoleh
dari
pengalaman,
informasi
yang
disampaikan guru, orang tua, teman sebaya, media masa, buku, petugas kesehatan
17
18
2.5; Perilaku
19
BAB III
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan adalah metode survei yang bersifat deskriptif
mengenai pengetahuan dan perilaku masyarakat terhadap P3M (Program Pemberantasan
Penyakit Menular) dalam pencegahan DBD di Kelurahan Sungai Malang RT 001 010.
Sumber data terdiri dari data primer yang diambil dari pengisian kuesioner oleh
masyarakat Kelurahan Sungai Malang RT 001-010 laki-laki dan perempuan.
3.4; Populasi
3.5; Sampel
20
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah anggota masyarakat Kelurahan Sungai
Malang RT 001-010 yang berusia 15 - 60 tahun dan bersedia diwawancara. Sedangkan
kriteria ekslusinya adalah tidak dapat berkomunikasi, tuli atau mengalami gangguan
mental.
Besar sampel diambil 100 rumah dari seluruh masyarakat Kelurahan Sungai
Malang RT 001-010. Dari 100 rumah diambil satu orang dari setiap rumah untuk
diwawancara.
3.6
Cara Kerja
1; Menentukan program dan judul yang akan diteliti.
2; Meminta ijin kepada Kepala Kelurahan Sungai Malang untuk melakukan
penelitian.
3; Mengumpulkan bahan ilmiah dan merencanakan desain penelitian.
4; Membuat kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data.
5; Melakukan pengumpulan data lainnya dengan pembagian kuesioner kepada 100
orang anggota keluarga dari 100 rumah di Kelurahan Sungai Malang RT 001 010 yang diteliti untuk diberikan kepada responden.
6; Melakukan pengolahan, analisis dan interpretasi data.
7; Penulisan laporan penelitian.
8; Presentasi laporan penelitian.
21
Penyajian Data
Data yang didapat disajikan secara tekstular dan tabular serta diagram
22
3.8.2.2. Perilaku
Perilaku merupakan tingkah laku masyarakat dalam melakukan upaya-upaya
pencegahan demam berdarah serta pemberantasan nyamuk Aedes aegypti. Skala ordinal
kategori tingkat perilaku responden sebagai berikut :
a;
Baik
Apabila responden menjawab benar >50% dari seluruh kuesioner.
b;
Kurang
Apabila responden menjawab benar <50% dari seluruh kuesioner.
23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
:
:
:
:
24
69
124
56
68
RT 002
58
200
100
100
RT 003
65
233
126
107
RT 004
31
114
57
57
RT 005
45
165
82
83
RT 006
49
105
49
56
RT 007
55
213
81
132
RT 008
59
193
98
95
RT 009
60
209
99
110
RT 010
79
266
133
133
RT 011
138
486
245
241
RT 012
114
341
170
171
RT 013
100
337
148
189
RT 014
79
239
97
142
RT 015
65
189
92
97
RT 016
45
149
72
77
RT 017
60
217
104
113
RT 018
110
404
204
200
RT 019
48
104
47
57
RT 020
95
322
157
165
RT 021
128
501
250
251
TOTAL
1552
5111
2467
2644
25
No.
Jumlah
0-12 bulan
104
485
357
1065
4629
444
2455
TK/Playgroup
222
Tamat SD sederajat
1302
Tamat SMP/sederajat
1373
Tamat SMA/sederajat
1209
Tamat D-1/sederajat
23
Tamat D-2/sederajat
75
Tamat D-3/sederajat
41
Tamat S-1/sederajat
298
Tamat S-2/sederajat
86
TOTAL
7084
35
156
121
210
387
26
26
Pedagang
Peternak
Nelayan
Transportasi
Swasta
Montir
Dokter swasta
Bidan Swasta
Perawat Swasta
Pembantu Rumah Tangga
TNI
POLRI
Pensiunan PNS/TNI/POLRI
Pengacara
Notaris
Dosen Swasta
Arsitektur
Seniman/Artis
TOTAL
41
104
0
24
149
49
8
2
0
0
50
21
15
0
0
0
0
0
1389
28
TABEL 4.7
29
TABEL 4.8
30
Tabel 4.9 Hasil Penelitian Pengetahuan dan Perilaku Responden terhadap P3M dalam
pencegahan DBD di Kelurahan Sungai Malang RT 001-010
Baik
Pengetahuan
Kurang
31
Perilaku
Baik
Kurang
RT 001
RT 002
RT 003
RT 004
RT 005
RT 006
RT 007
RT 008
RT 009
RT 010
Kel. Sungai Malang
Jumlah
8
9
9
7
10
10
9
7
8
8
85
%
80
90
90
70
100
100
90
70
80
80
85%
Jumlah
2
1
1
3
0
0
1
3
2
2
15
%
20
10
10
30
0
0
10
30
20
20
15%
Jumlah
8
10
9
7
10
10
10
7
10
8
89
%
80
100
90
70
100
100
100
70
100
80
89%
Jumlah
2
0
1
3
0
0
0
3
0
2
11
%
20
0
10
30
0
0
0
30
0
20
11%
32
Gambar 4.3 Perbandingan hasil penelitian mengenai perilaku responden terhadap P3M
dalam pencegahan DBD di di Kelurahan Sungai Malang RT 001-010.
4.3 Indeks Larva Rumah Responden
TABEL 4.10
33
34
untuk mencapai tujuan yang baik pula. Mereka menganggap bahwa memberantas sarang
nyamuk adalah merupakan hal yang baik karena dapat mencegah terjadinya penyakit
demam berdarah. Selain itu mereka juga takut apabila suatu saat terdapat anggota
keluarga yang terkena demam berdarah sehingga berusaha semaksimal mungkin untuk
berupaya memberantas sarang nyamuk.
Namun, penelitian ini mendapatkan hasil yang berbeda dibanding penelitian
Dian (2013). Hubungan usia dengan pengetahuan dan perilaku masyarakat terhadap
P3M dalam pencegahan DBD dapat dilihat pada tabel 4.11.
Tabel 4.11 Hubungan usia dengan pengetahuan dan perilaku masyarakat terhadap P3M
dalam pencegahan DBD di Kelurahan Sungai Malang RT 001-010
Pengetahuan
Perilaku
Kurang
Baik
Kurang
Baik
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
< 20 tahun
0
0,00 2
0
0,00 2
2,35
2,25
21-35 tahun
4
40,00 3
26,67 34
27,27 35
39,33
36-50 tahun
3
20,00 37
43,53 2
18,18 38
42,70
51-65 tahun
8
53,33 12
14,12 6
54,55 14
15,72
36
Gambar 4.4 Gambaran Pekerjaan Responden dengan Pengetahuan terhadap P3M dalam
pencegahan DBD di Kelurahan Sungai Malang RT 001-010.
Gambar 4.5 Gambaran Pekerjaan Responden dengan Perilaku terhadap P3M dalam
pencegahan DBD di Kelurahan Sungai Malang RT 001-010.
Jika dilihat pada tabel 4.11 dan gambar 4.4, sebagian besar responden dengan
hasil pengetahuan kurang terbanyak berada pada rentang usia 51-65 tahun sebanyak 8
responden (53,33%). Responden dengan pengetahuan baik terbanyak berasal dari
rentang usia 36-50 tahun sebanyak 37 orang (43,43%). Dari segi perilaku, sebagian
responden dengan perilaku kurang berada pada usia 51-65 tahun sebanyak 6 responden
(54,55%). Responden dengan perilaku baik terbanyak berasal dari rentang usia 36-50
tahun sebanyak 38 orang (42,70%)
37
Tabel 4.12 Gambaran jenis kelamin dengan pengetahuan dan perilaku masyarakat
terhadap P3M dalam pencegahan DBD di Kelurahan Sungai Malang RT
001-010
Pengetahuan
Perilaku
Kurang
Baik
Kurang
Baik
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Laki-Laki
6
40,00 21
24,71 5
45,45 22
24,72
Perempuan
9
60,00 64
75,29 6
54,55 67
75,28
Gambar 4.6 Gambaran Jenis Kelamin Responden dengan Pengetahuan terhadap P3M
dalam pencegahan DBD di Kelurahan Sungai Malang RT 001-010.
Gambar 4.7 Gambaran Jenis Kelamin Responden dengan Perilaku terhadap P3M dalam
pencegahan DBD di Kelurahan Sungai Malang RT 001-010.
4.4.3 Hubungan Pendidikan dengan Pengetahuan dan Perilaku Responden
38
39
Gambar 4.8 Gambaran Pendidikan dan Responden dengan Pengetahuan terhadap P3M
dalam pencegahan DBD di Kelurahan Sungai Malang RT 001-010
Sedangkan untuk mengetahui hubungan pendidikan dan perilaku masyarakat
terhadap DBD, dibandingkan dengan jumlah responden dengan pendidikan setara, dapat
dilihat pada gambar 4.9
Gambar 4.9 Gambaran Pendidikan dan Responden dengan Perilaku terhadap P3M dalam
pencegahan DBD di Kelurahan Sungai Malang RT 001-010
40
41
Gambar 4.10 Gambaran Pekerjaan dan Responden dengan Pengetahuan terhadap P3M
dalam pencegahan DBD di Kelurahan Sungai Malang RT 001-010
Gambar 4.11 Gambaran Pekerjaan Responden dengan Perilaku terhadap P3M dalam
pencegahan DBD di Kelurahan Sungai Malang RT 001-010.
42
Tabel 4.15 Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Responden dengan Ada/Tidaknya Jentik
Nyamuk di Kelurahan Sungai Malang RT 001-010
Jentik (+)
Jentik (-)
Parameter
Jumlah
%
Jumlah
%
Pengetahuan Kurang
14
51,85
1
1,37
Baik
13
48,15
72
98,63
Perilaku
Kurang
10
37,04
1
1,37
Baik
17
62,96
72
98,63
43
Gambar 4.13 Gambaran Ada/tidaknya jentik dan Responden dengan Perilaku Kurang
terhadap P3M dalam pencegahan DBD di Kelurahan Sungai Malang RT
001-010.
44