Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Kajian Teknis Alat Muat dan Alat Angkut Pada Kegiatan


Pengupasan Tanah Penutup Untuk Meningkatkan Efisiensi
Operating Cost di PT Berau Coal, Kalimantan Timur

Disusun Oleh :
ADRIAN KRISTANTO
(073.12.008)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2016

Kajian Teknis Alat Muat dan Alat Angkut Pada Kegiatan


Pengupasan Tanah Penutup Untuk Meningkatkan Efisiensi
Operating Cost di PT Berau Coal, Kalimantan Timur

I.

LATAR BELAKANG
Pertambangan adalah semua jenis kegiatan, teknologi, dan bisnis
yang dimulai dari tahapan prospeksi, eksplorasi, evaluasi, penambangan,
pengolahan, pengangkutan sampai dengan pemasaran. Tahap penambangan
secara umum terdiri atas tiga kegiatan yaitu : pembongkaran atau
penggalian (Digging, Breaking, Losseling), pemuatan (Loading) dan
pengangkutan (Hauling, Transporting) dan penimbunan (Dumping, Filling)
tanah, batuan dan bahan galian dengan menggunakan alat-alat mekanis
(alat-alat besar) atau yang sering disebut pemindahan tanah mekanis.
Material overburden dan interburden serta batubara sebagai bahan
galian produksi dimuat dan diangkut oleh alat-alat berat (A2B). Alat-alat
berat tersebut dioperasikan setiap hari untuk keberlangsungan produksi
penambangan sehingga dengan kondisi tersebut banyak faktor yang akan
mempengaruhi kemampuan dan efisiensi kerja alat, maka dibutuhkan
perawatan, pemeriksaan, dan pemeliharaan secara berkala sehingga alat
tersebut masih dapat terus produktif dan efektif dalam bekerja sehingga
produksi penambangan tetap terkendali dengan baik. Produksi dimaksudkan
sebagai hasil suatu kerja atau usaha dalam periode waktu sedangkan

produktivitas merupakan kecepatan atau efisiensi dalam menyelesaikan


suatu pekerjaan.
Kegiatan penambangan overburden dan batubara di PT Berau Coal
dikerjakan oleh beberapa kontraktor berdasarkan kontrak karya kedua
pihak. Pada pengaplikasiannya pihak kontraktor menggunakan rangkaian
kerja alat muat dan alat angkut yang sesuai dengan sistem penambangan
terbuka (open pit mining) untuk memindahkan material dari lokasi
pemuatan menuju penimbunan. Alat muat digunakan untuk menggali dan
memuat material ke dalam bak dump truck, kemudian diangkut dan
ditimbun ke lokasi penimbunan. Keserasian antara alat muat dan alat angkut
ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pencapaian target
pengupasan tanah penutup. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi
keserasian alat muat dan alat angkut yang ada, untuk mencapai target
produksi dan efektivitas alat muat dan angkut.
Dalam penelitian ini penulis mengkaji keserasian alat muat dan alat
angkut yang digunakan PT Berau Coal yang berkaitan dengan efisiensi
biaya produksi (operating cost). Di mana dalam kegiatan pertambangan
biaya produksi terbesar berasal dari kegiatan pemuatan dan pengangkutan
batubara maupun tanah penutup sehingga diperlukan keserasian alat (match
factor) yang tepat agar tetap mencapai target produksi dan dapat
mengefisiensikan biaya produksi.

II.

PERUMUSAN MASALAH
Penelitian ini menitikberatkan pada evaluasi kerja alat muat dan alat
angkut (Truck and Shovel) tambang terbuka di PT Berau Coal, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah kinerja dari alat muat dan alat angkut sudah optimal (mencapai
target produksi) atau belum?
2. Apakah faktor keserasian alat angkut dan muat yang ada sudah optimal
atau belum?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi efisiensi operating cost?

III.

TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengevaluasi match factor dari alat muat dan alat angkut yang tersedia
agar dapat dapat mencapai target produksi dan mengefisiensikan
operating cost.
2. Mengetahui operating cost (biaya pengoperasian) dari alat muat dan
angkut yang digunakan.

IV.

MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan
bagi PT Berau Coal terkait optimalisasi alat muat dan alat angkut yang
digunakan.

2. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan/referensi serta menjadi


bahan perbandingan bagi peneliti lain yang melakukan penelitian
serupa.

V.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang akan digunakan adalah :
1. Studi Literatur
Kegiatan Ini bertujuan untuk mencari berbagai referensi dari
perpustakaan, internet, maupun data perusahaan sebagai landasan teori.
2. Observasi
Dilakukan pengamatan langsung ke front kerja untuk mengamati area
kerja produksi tambang di lokasi penelitian.
3.

Pengumpulan Data
Penulis mengumpulkan data aktual dilapangan untuk menunjang
penelitian.
Pengambilan data dalam penelitian ini terbagi atas 2 (dua), yaitu :
a) Data Primer :

Ketersediaan dari alat muat dan alat angkut

Operating cost dari alat angkut yang digunakan

Kapasitas nyata alat angkut dan alat muat

Produksi nyata pengupasan tanah penutup

b) Data Sekunder :

Spesifikasi alat angkut dan alat muat

4.

Target produksi pengupasan tanah penutup

Kerja alat dan operator

Kerusakan/ hambatan

Jarak pengangkutan

Peta lokasi tambang

Curah hujan

Analisis Data
Tahap ini dilakukan setelah data-data dari lapangan terkumpul lengkap
kemudian dilakukan perhitungan terhadap data yang diperoleh.
Pengolahan data yang dilakukan antara lain:

Langkah I : perhitungan produktivitas dari beberapa fleet

Langkah II: menentukan match factor ideal

Langkah III : menghitung match factor aktual di lapangan

Langkah IV : membandingkan match factor aktual dengan


match factor ideal

Langkah V : menghitung efisensi biaya operasi yang dapat


dilakukan berdasarkan hasil match factor yang paling tepat

5. Kesimpulan dan Saran


Menyimpulkan hasil penelitian berdasarkan data yang telah diolah
terkait dengan evaluasi kegiatan pemuatan dan pengangkutan guna
mencapai efisiensi biaya operasi yang terbaik.

Bagan Alir Penelitian

Studi Literatur

Pengumpulan Data

Data Primer :

Data Sekunder :

1. Ketersediaan alat muat dan alat


angkut

1. Spesifikasi alat angkut dan alat muat


2. Target produksi pengupasan tanah
penutup

2. Operating cost dari alat angkut


3. Kapasitas nyata alat angkut dan
alat muat

3. Kerja alat dan operator

4.Produksi nyata pengupasan tanah


penutup (overburden)

5. Jarak pengangkutan

4. Kerusakan/ hambatan

6. Peta Lokasi Tambang PT Berau Coal


7. Curah Hujan

Pengolahan Data
-

Perhitungan produktivitas alat


Menentukan match factor ideal
Membandingkan match factor ideal dengan
match factor nyata (di lapangan)
Menghitung efisiensi biaya yang dapat
dilakukan

Analisis Data
Setelah mendapatkan nilai match factor
dan operating cost yang paling tepat, data
dapat digunakan sebagai referensi untuk
perbaikan produktivitas untuk kelanjutan
penambangan jangka panjang

Kesimpulan dan Saran


6

VI.

LOKASI PENELITIAN
Kegiatan penelitian untuk Tugas Akhir ini berlokasi di PT Berau Coal,
Kalimantan Timur

VII.

WAKTU PENELITIAN
Waktu pelaksanaan Tugas Akhir ini dimulai pada akhir bulan Februari April 2016 akan tetapi untuk kepastian waktu dapat disesuaikan dengan
kebijakan perusahaan.
Minggu ke-

No

Jenis Kegiatan
1

Studi Pustaka

Orientasi

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

Pembuatan Laporan

VIII.

Maret

Febuari
2

April

TINJAUAN PUSTAKA
8.1 Proses Kerja Pemindahan Tanah
Pada dasarnya pekerjaan pemindahan tanah yaitu memindahkan
material (tanah) dari suatu tempat ke tempat lainnya, akan tetapi dalam

pelaksanaan prosesnya dapat berbeda-beda, hal ini dimungkinakan karena


adanya faktor-faktor sebagai berikut :
1. Sifat-sifat fisik material/tanah
2. Jarak angkut/pemindahan
3. Tujuan akhir pekerjaan
4. Keadaan situasi/kondisi lapangan (topografi)
5. Tuntutan kualitas
6. Skala proyek
Secara garis besar dan berlaku umum, ikhtisar sistem kerja pemindahan
tanah (earth moving) diperlihatkan pada Gambar 8.1.
Dalam pekerjaan pemindahan tanah, sebelumnya dilakukan
kegiatan land clearing. Kemudian selanjutnya yaitu pengupasan top soil
atau stripping, penggalian (excavating), hauling, dan dumping.
Kegiatan pengangkutan dalam dunia pertambangan adalah suatu
kegiatan yang bertujuan untuk memindahkan material hasil peledakan dari
tempat pemuatan material (loading point) ke tempat peremukan (crusher)
dan lokasi tempat penimbunan (stockpile atau waste dump) dengan
menggunakan alat angkut. Salah satu indikator perencanaan jumlah
kebutuhan alat angkut yang baik adalah jumlah alat angkut yang
direncanakan sesuai atau mendekati dengan jumlah aktualnya di lapangan.

Gambar 8.1
Ikhtisar Sistem Kerja Pemindahan Tanah
8.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Alat Angkut
Produksi alat angkut dalam hal ini haul truck secara garis besar
dipengaruhi oleh kondisi lapangan dan kemampuan (performance) dari alat
angkut tersebut. Menurut Imam Soekoto (2000), ada beberapa faktor yang
mempengaruhi produksi alat angkut, yaitu:

8.2.1 Sifat Fisik Material


Material yang dimaksud disini adalah meliputi tanah dan batuan
yang ada di areal panambangan, penting untuk mengetahui dari sifat fisik
material tersebut karena dapat mempengaruhi produksi dari alat yang
digunakan yaitu mudah tidaknya material untuk ditangani nantinya. Adapun
sifat fisik material yang perlu diketahui yaitu
a. Berat material
Berat adalah suatu sifat yang dimiliki oleh setiap material,
kemampuan angkut dari alat angkut sangat dipengaruhi oleh berat material
tersebut. Pada umumnya setiap alat angkut memiliki batasan kapasitas,
volume tertentu, sehingga berat dari material perlu diketahui. Berat material
yang dimaksud di sini adalah berat total material persatuan volume total.
b. Pengembangan dan penyusutan material
Pengembangan dan penyusutan material adalah perubahan
(penambahan atau pengurangan) volume material, apabila material tersebut
diganggu dari bentuk aslinya. Di alam, material didapati dalam keadaan
padat dan terkonsolidasi denganbaik, sehingga hanya sedikit bagian - bagian
kosong yang terisi udara di antara butir - butirnya. Sehingga apabila material
yang ada di alam tersebut dibongkar, maka akan terjadi pengembangan
volume (swell). Untuk menyatakan berapa besarnya pengembangan volume
tersebut dikenal dua istilah yaitu swell factor dan percent factor.
Pengembangan volume suatu material perlu diketahui karena yang
diperhitungkan pada penggalian selalu didasarkan pada kondisi material

10

aslinya yang dinyatakan dalam bank volume atau volume insitu, sedangkan
material

yang ditangani adalah material

yang telah mengalami

pengembangan (loose volume).


Rumus untuk menghitung swell factor dan % swell berdasarkan
kerapatan (density) material adalah sebagai berikut :
% Swell= (

Swell Factor=
8.2.2 Kondisi Tempat Kerja

) 100%

Kondisi tempat kerja di lapangan dapat mempengaruhi produksi alat


angkut yang digunakan. Kondisi tempat kerja yang luas, aman dan nyaman
akan membuat kelancaran dan keleluasaan gerak alat angkut, sehingga
produksi dari alat tersebut dapat lebih maksimal karena semakin kecil waktu
tempuhnya.
8.2.3 Iklim (Climate Condition)
Pengaruh cuaca pada suatu daerah kerja (di mana akan berlangsung
penggunaan peralatan mekanis) perlu diketahui, karena akan dipakai untuk
memperkirakan dalam satu tahun hujan selama beberapa hari. Perlu
dipahami bahwa pada waktu hujan penggunaan peralatan mekanis tidak
dapat efektif. Di samping itu pada waktu hujan lebat, tidak dapat
dipergunakan peralatan mekanis karena tanah menjadi lembek dan peralatan
mekanis tidak dapat bekerja dengan baik. Sebaliknya pada musim panas
akan timbul banyak debu yang dapat membuat kondisi kerja menjadi tidak
nyaman. Faktor iklim sangat berpengaruh terhadap produksi penambangan

11

pada tambang terbuka karena langsung berhubungan dengan udara luar


sehingga perubahan iklim yang terjadi dapat mempengaruhi terhadap
effisiensi kerja.
8.2.4 Jalan Angkut, Kemiringan dan Jarak
Keadaan jalan, kemiringan dan jarak akan mempengaruhi daya
angkut dari alat - alat angkut yang dipakai. Bila jalan dalam kondisi baik,
kapasitas angkut dapat lebih besar dan alat - alat dapat bergerak lebih cepat.
Kemiringan dan jarak harus diukur dengan teliti, karena hal tersebut akan
menentukan waktu edar yang diperlukan untuk pengangkutan material
(cycle time). Kemiringan jalan, jarak dan kondisi jalan (lebar dan
kekuatannya) perlu direncanakan dengan baik sehingga pengangkutan
material dapat lebih maksimal dan mengurangi ongkos pengangkutan.
8.2.4.1 Jalan Angkut (Haul Road)
Jalan angkut pada lokasi tambang sangat berpengaruh terhadap
kelancaran operasi pengangkutan material. Perhitungan lebar jalan angkut
didasarkan pada lebar kendaraan terbesar yang dioperasikan. Semakin lebar
jalan angkut maka operasi pengangkutan akan semakin lancar dan aman.
Jalan angkut harus dilihat keberadaannya, apakah jalan tersebut lembek,
kuat atau cukup kasar permukaannya. Hal ini harus ditinjau karena
keberadaan jalan angkut akan mempengaruhi besar kecilnya rolling
resistance (RR) yang ditimbulkan jalan angkut terhadap roda/ ban alat
angkut tersebut.

12

Lebar jalan angkut minimal dapat dihitung dengan menggunakan rumus


sebagai berikut:

Di mana :

= ,

L = Lebar alat Hauling terbesar (meter)


8.2.4.2 Kemiringan (Grade) Jalan Angkut
Kemiringan

jalan

angkut

berhubungan

langsung

dengan

kemampuan alat angkut baik dalam mengatasi tanjakan maupun dalam


pengereman pada saat alat angkut berisi muatan maupun dalam keadaan
kosong. Kemiringan jalan angkut dinyatakan dalam persen (%). Dalam
pengertiannya kemiringan () 1 % berarti jalan tersebut naik atau turun 1
meter atau 1 ft untuk setiap jarak mendatar sebesar 100 meter atau 100 ft.
Kemiringan (grade) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:

Di mana :

h = Beda tinggi antara dua titik yang diukur


x = jarak datar antara dua titik yang diukur alat angkut total (meter)
8.2.4.3 Jarak Angkut (Distance)
Jarak angkut juga harus diperhatikan dalam menentukan kecepatan
laju alat angkut tersebut. Kecepatan laju alat angkut makin cepat, maka
produksi (output) alat angkut semakin besar pula. Sebaiknya loading point
jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat dumping pointnya.
13

8.2.5 Penggunaan Ketersediaan (Use of Availability)


Salah satu hal yang mempengaruhi produksi dari alat angkut dalam
operasi penambangan adalah masalah kesediaan (availability) alat.
Kesediaan alat merupakan faktor yang menunjukan kondisi alat angkut yang
digunakan dalam melakukan pekerjaan dengan memperhatikan kehilangan
waktu selama waktu kerja dari alat yang tersedia. Persamaan penggunaan
ketersediaan adalah sebagai berikut:

Di mana :

% =

UA = Use of Availability (%)


W = Working hours
S = Standby Hours
Standby hours adalah waktu di mana alat siap dipakai (tidak rusak),
tetapi karena satu dan lain hal tidak dipergunakan ketika operasi
penambangan sedang berlangsung. Waktu standby hours adalah waktu
ketika hujan deras, ketika terjadi kabut dan adanya kerusakan pada crusher.
8.2.6 Kesediaan Fisik (Physical Availability)
Kesediaan fisik merupakan catatan operasional dari alat, dan
menunjukan apa yang sudah dilakukan selama waktu - waktu yang lampau.
Kesediaan fisik merupakan perbandingan waktu kerja yang tersedia dengan
waktu kerja yang telah dijadwalkan. Di mana waktu kerja yang tersedia
mencakup waktu kerja alat (working hours) dan standby hours. Kemudian
waktu kerja yang telah direncanakan mencakup working hours dan repair
14

hours ditambah dengan standby hours. Persamaan tersebut adalah sebagai


berikut:

% =

+ +

Di mana :
PA = Physical availability (%)
W = Working hours
R = Repair hours
S = Standby hours
8.2.7 Penggunaan Efektif (Effective utilization)
Penggunaan efektif menunjukan berapa persen dari waktu yang
digunakan oleh alat untuk bekerja dalam seluruh waktu kerja yang telah
dijadwalkan. Use of Availability merupakan faktor kerja atau efisiensi alat,
semakin tinggi nilai dari penggunaan efektif maka pemakaian alat akan
semakin baik. Persamaan dari faktor ini adalah sebagai berikut:

Di mana :

% =

+ +

EU = Effective Utilization (%)


W = Working hours
R = Repair hours
S = Standby Hours

15

8.2.8 Waktu Edar (Cycle Time) Alat Angkut


Waktu edar adalah waktu yang digunakan oleh alat mekanis untuk
melakukan satu siklus kegiatan. Setiap alat memiliki komponen waktu edar
yang berlainan. Besar kecilnya waktu edar tergantung pada komponen yang
ada dan waktu yang diperlukan oleh masing-masing komponen tersebut.
Waktu edar tersebut dapat diketahui dengan melakukan pengamatan di
lapangan.
Waktu edar atau cycle time haul truck pada tambang terdiri dari komponen
fix time dan travel time.
Persamaan dari waktu edar tersebut adalah sebagi berikut:
Cycle Time (CT) (min) = Fix Time + Travel Time
Fix Time (min) = Spotting + Loading + Queuing +Dumping
Travel Time (min) = Load Haul + Empty Haul
Spotting = Waktu mengambil posisi pemuatan
Queuing = Waktu menunggu pemuatan
Loading = Waktu pemuatan
Load haul = Waktu pengankutan bermuatan
Dumping = Waktu penumpahan
Empty haul = Waktu kembali kosong
8.2.9 Waktu Edar (Cycle Time) Alat Muat
Cycle Time (CT) (det) = waktu gali + waktu swing bermuatan +
waktu buang + Waktu swing Kosong

16

8.2.10 Produksi Alat Angkut dan Alat Muat


Kemampuan produksi pengupasam tanah penutup dapat diketahui
dengan melakukan perhitungan kemampuan produksi alat - alat mekanis
yang ada.Semakin besar hasil produksi suatu alat berarti produksi alat
tersebut juga semakin baik.
Berikut ini merupakan rumus yang digunakan untuk menghitung
produktivitas alat muat:

Di mana:
Produktivitas = (BCM/jam)
q1 = kapasitas bucket
K = bucket fill factor
SF = Swell factor
CT loader = (detik)

EU = Effective Utilization (%)


Berikut ini adalah rumus yang digunakan untuk menghitung
produksi dari alat angkut dari haul truck adalah sebagai berikut:

=
Di mana:
Produksi = (BCM/ jam)
PA = Physical availability (%)
UA = Use of availability (%)

17

Prodty = Produktivitas(BCM)
SCH = satuan waktu yang diinginkan (jam)
Setelah produksi dari alat angkut tersebut diketahui, maka jumlah
kebutuhan alat angkut yang beroperasi dapat kita hitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:

8.2.11 Keserasian Kerja Alat Muat dan Alat Angkut


Untuk menilai keserasian kerja alat muat dan alat angkut digunakan
dengan menggunakan Match Factor yang dirumuskan :

keterangan :
nH = jumlah alat angkut

Lt = waktu yang diperlukan alat muat untuk mengisi alat angkut sampai
penuh
nL = jumlah alat muat
cH = waktu edar alat angkut diluar waktu tunggu
Adapun cara menilainya adalah :
- MF < 1 , artinya alat muat bekerja kurang dari 100%, sedang alat angkut
bekerja 100% sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat muat karena
menunggu alat angkut yang belum datang.
- MF = 1 , artinya alat muat dan angkut bekerja 100%, sehigga tidak
terjadi waktu tunggu dari kedua jenis alat tersebut.

18

- MF > 1 , artinya alat muat bekerja 100%, sedangkan alat angkut bekerja
kurang dari 100%, sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat angkut
8.2.12 Idle dan Delay
Idle merupakan waktu hilang karena sebab yang tidak dapat
dikontol oleh manusia, seperti: hujan, kabut, bencana alam, dll
Delay merupakan waktu yang hilang yang dapat dikontrol atau
dibatasi oleh tindakan manusia, seperti: Rest Time, refueling, blasting, dll.
8.3 Biaya Operasi
Biaya pengoperasian alat akan timbul setiap saat alat berat dipakai.
Biaya pengoperasian alat berat meliputi biaya bahan bakar, gemuk,
pelumas, perawatan dan perbaikan, serta alat penggerak atau roda. Operator
yang menggerakkan alat juga termasuk dalam biaya pengoperasian alat.
Biaya Operasi terdiri dari (Imam Soekoto,2000) :
a.

b.

Biaya penggantian ban

Biaya reparasi umum, termasuk harga suku cadang (spare parts) dan

ongkos pasang serta ongkos perawatan.


Umumnya setiap perusahaan mempunyai kebijakan sendiri mengenai
biaya reparasi umum.
c.

Biaya bahan bakar.

19

d. Biaya minyak pelumas dan gemuk (grease) dan filter


Banyaknya pemakaian minyak pelumas oleh alat gali muat dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:

Dimana :

= Jumlah minyak pelumas yang dipakai (GPH)

HP

= Kekuatan mesin (HP)

= Kapasitas crankcas (liter)

= Jumlah jam penggantian pelumas (jam)

= Faktor pengoperasian

20

IX.

PENUTUP
Demikian proposal Tugas Akhir ini penulis memohon sebagai bahan
pertimbangan untuk disetujui. Dengan harapan penelitian Tugas Akhir ini
dapat terlaksana dengan baik dan sebagaimana mestinya sehingga dapat
mencapai tujuan serta manfaat yang diharapkan. Atas perhatian dan
bantuannya, penulis ucapkan terima kasih.

Jakarta, 2 Februari 2016

Adrian Kristanto
073.12.008
adriankris@yahoo.com
+62 81298825283

21

X.

DAFTAR PUSTAKA

Nabar, Darmansyah. 1998. Pemindahan Tanah Mekanis dan Alat Berat.


Palembang: UNSRI
Soekoto, Imam. 2000. Pemindahan Tanah Mekanis. Jakarta: Mediatama
Saptakarya dan YBPPU
Tenriajeng, Andi Tenrisukki. 2003. Pemindahan Tanah Mekanis. Jakarta:
Gunadarma

22

Anda mungkin juga menyukai