Anda di halaman 1dari 8

PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU BERBASIS MASYARAKAT KOTA KEDIRI

Viradin Yogiesti, Setiana Hariyani, Fauzul Rizal Sutikno


Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jl. Mayjen Haryono 167 Malang 65145 Telp. (0341) 567886
e-mail: viradinyogiesti_pwk@yahoo.com

ABSTRAK
Sampah merupakan konsekuensi dari semua aktifitas yang dilakukan manusia. Apabila tidak terdapat
kemampuan masyarakat dalam pengelolaan sampah, sampah dapat menimbulkan permasalahan lingkungan.
Masalah pengelolaan sampah juga terjadi di Kota Kediri. Timbunan sampah yang selalu bertambah tiap
tahunnya, menyebabkan banyak permasalahan terjadi di Tempat Pembuangan Akhir. Pengolahan sampah sudah
dilakukan pemerintah setempat sejak tahun 2008 . Usaha tersebut dengan membangun unit komposter dengan
partisipasi masyarakat. Namun pada aplikasinya masyarakat tidak terlibat secara langsung karena mereka
beranggapan pengelolaan persampahan ini adalah tanggung jawab pemerintah. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi kinerja operasional pengelolaan sampah pada unit komposter di Kota Kediri dengan
menggunakan analisa kinerja unit komposter baik oprasional ataupun non-operasional, analisis tingkat
partisipasi masyarakat dan analisis
multidimensional scaling (MDS) . Berdasarkan hasil analisis
multidimensional scaling (MDS) menghasilkan jenis pengolahan sampah yaitu komposting dan daur ulang
kertas. Setelah proses analisis menghasilkan arahan pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat Kota
Kediri sesuai dengan jenis pengolahan sampah yang dipilih masyarakat yaitu komposing dan daur ulang kertas.
Kata kunci: pengelolaan sampah, partisipasi masyarakat, pengelolaan sampah terpadu
ABSTRACT
Waste is the consequence from all human activities. If the capacity of community in treating the wastes
management does not develop,it can pose environmental problems. The problem about waste management also
happened in Kediri. The increase every year it, causes many problems happens in landfills. Waste treatment
efforts has been done by local government since 2008. They had build three composting units with community
participation. In fact, the community didnt involved in the waste managements because they assume this waste
managements is the local governments responbility. This research aims to identify the operational performance
of waste management by evaluating oprasional and non-operasional performance of composting units,
community participation level analysis and multidimensional scaling analysis (MDS). The result
multidimensional scaling analysis, recommended two kind of waste treatment, composting and recycling the
paper. The result of this research is the recommendation about community based waste management system in
Kediri, accordance with the recommendations of waste treatmentprocessing, composting and recycling the
paper.
Keywords: waste management, community participation, community based waste management

PENDAHULUAN
Kota Kediri adalah salah satu kota adipura
pada tahun 2009, namun Kota Kediri masih
menghadapi masalah persampahan. Sejak akhir
tahun 2003 sampai tahun 2009 persoalan sampah
yang sesemakin bertambah dalam jangka waktu 5
tahun terakhir TPA sudah tidak mampu
menampung tumpukan sampah bahkan pada
sampai tahun 2007 diperkirakan umur TPA
tinggal 6 bulan. Untuk meningkatkan efektifitas
pengelilaan sampah maka DTRKP menggalakkan
program reduce, reuse dan recycle (3R) dengan
membangun
3
unit
komposter
yang
memanfaatkan sampah organik menjadi kompos.
Pengelolaan unit komposter tersebut belum
mampu mengatasi masalah persampahan Kota

Kediri, dimana program 3R yang diterapkan tidak


melibatkan masyarakan secara langsung sehingga
tidak ada kesadaran masyarakat untuk
mengurangi produksi sampah.Oleh karena itu
dilakukan penelitian mengenai pengelolaan
sampah terpadu berbasis masyarakat Kota Kediri.
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengidentifikasi kinerja operasional pengelolaan
sampah pada unit komposter di Kota Kediri
merumiskan Pengelolaan Sampah Terpadu
berbasis masyarakat di
Kota Kediri.Sistem
pengelolaan sampah terpadu dapat dilakukan
dengan keterlibatan langsung masyarakat baik
dalam merencanakan atupun dalam pelaksanaan.
Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan
sebagai dasar pertimbangan dalam menentukan

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 2, Nomor 2, Desember 2010

95

PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU BERBASIS MASYARAKAT KOTA KEDIRI

jenis pengolahan sampah yang sesuai untuk


masyarakat Kota Kediri.
Ruang lingkup pembahasan pada penelitian
ini terdiri dari ruang lingkup materi dan ruang
lingkup wilayah. Batasan wilayah dari penelitian
ini adalah Unit Komposter Banjaran, Unit
Komposter Kaliombo dan Unit Komposter
Ngronggo. Ruang lingkup materi dalam
penelitian
ini
adalah
mengidentifikasi
karakteristik sampah dan kinerja operasional
pada unit komposter Kota Kediri. Menilai
persepsi dan preferensi masyarakat Kota Kediri
terhadap kinerja unit komposter. Menyusun
arahan pengelolaan sampah Terpadu berbasis
masyarakat di Kota Kediri.

METODE PENELITIAN

B.

Kinerja
Operasional
Pengelolaan
Sampah Pada Unit Komposter di Kota
Kediri

Berdasarkan SNI 3242:2008 tentang


pengelolaan sampah di permukiman terdiri dari
sistem pewadahan, sistem pengumpulan, sistem
pemindahan,
sistem perangkutan,
sistem
pembuangan akhir, dan sistem pengolahan
sampah.
Penilaian
kinerja
operasional
pengelolaan sampah dilakukan berdasarkan data
kuisioner dengan skoring yang menunjukkan
kesesuaian kondisi eksisting dengan SNI
3242:2008.Berikut adalah hasil analisis skoring:
Tabel 1. Hasil Penilaian Kinerja Operasional
Pengelolaan Sampah di Unit Komposter Kota
Kediri
Lokasi

Tahapan
penelitian
Pengelolaan
Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat Kota
Kediri meliputi identifikasi kinerja unit
komposter yang sudah. Kemudian analisa
kinerja unit komposter baik oprasional
ataupun non-operasional. Analisis yang
dilakukan
untuk
mengetahui
tingkat
partisipasi
masyarakat
dan
analisis
multidimensional scaling (MDS) untuk
menentukan jenis pengolahan sampah yang
sesuai dengan masyarakat kota Kediri.
Kemudian arahan pengelolaan sampah
terpadu berbasis masyarakat.

Kelurahan
Banjaran

Kelurahan
Kaliombo

Skor

18

18

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kinerja Operasional Pengelolaan Sampah
Pada Unit Komposter
A. Kondisi Eksisting Operasional Sampah
Operasional pengolahan sampah di unit
komposter secara umum terdiri dari sistem
pewadahan, pemindahan, pengolahan di TPS,
agar lebih jelas dapat dilihat pada gambar
berikut:

Kelurahan
Ngronggo

C.

17

Klasifikasi
Penilaian
Sesuai
dengan
standar
pengelolaan
sampah di
permukiman

Sesuai
dengan
standar
pengelolaan
sampah di
permukiman

Tidak sesuai
dengan
standar
pengelolaan
sampah di
permukiman

Perlu peningkatan pada :


- Cara pewadahan
- Jenis wadah
- Cara pengumpulan
- Lokasi pemindahan
- Frekuensi ke TPA
- Pola Pembuangan
- Jenis pengolahan
Perlu
peningkatan
pada:
- Cara pewadahan
- Jenis wadah
- Cara pengumpulan
- Frekuensi ke TPA
- Pola Pembuangan
- Jenis pengolahan
Perlu peningkatan pada
:
- Cara pewadahan
- Jenis wadah
- Cara pengumpulan
- Frekuensi ke TPA
- Pola Pembuangan
- Jenis pengolahan

Kelembagaan

Sesuai kondisi eksisting pengelolaan


sampah dilaksanakan oleh beberapa pihak yang
berkaitan
langsung
dalam
operasional
pengelolaan sampah. Baik berupa instansi
pemerintahan maupun masyarakat Kota Kediri.
Keterkaitan antar stakeholder akan digambarkan
dalam diagram venn kelembagaan. Besar
kecilnya peranan masing-masing pihak serta
kedekatan atau keterkaitan antara satu pihak
dengan pihak yang lainnya dapat diketahui
berdasarkan diameter lingkaranserta jarak
antaralingkaran yang satu dengan lingkaran
yang lain dalam diagram venn.

Gambar 1. Pengelolaan Sampah di Unit


Komposter

96

Keterangan

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 2, Nomor 2, Desember 2010

Derived Stimulus Configuration

Viradin Yogiesti, Setiana Hariyani, Fauzul Rizal Sutikno


Euclidean distance model
1.5

II

Komposting
Mendaur_ulang

Dimension 2

1.0

Daur_ulang_ketas
Daur_ulang_kaca

0.5

Daur_ulang_plastik
Mengganti

Mengurangi
Daur_ulang_logam

0.0

-0.5
TPA
-1.0

III

IV

Pakan_ternak
Penggunaan_kembaliPLTS

Gambar 2. Diagram Venn Analisis Kelembagaan


Sistem Pengelolaan Sampah

-1

Dimension 1

Gambar 4 Peta Derived


Spasial
MDS
Dampak Pengolahan
Stimulus
Configuration
Sampah
Euclidean distance model
1.0

Komposting

II

Dimension 2

Mengganti

Daur_ulang_ketas

Daur_ulang_logam
Mengurangi
Mendaur_ulang Daur_ulang_plastik

0.5

Daur_ulang_kaca

0.0

-0.5

Penggunaan_kembali

-1.0

Pakan_ternak

PLTS

III

TPA

-2

-1

Dimension 1

Derived Stimulus Configuration

Gambar 5.Peta Spasial MDS Atribut Lokasi


Pengolahan Sampah
Euclidean distance model
2

II

I
Mendaur_ulang
Pakan_ternak

Mengurangi
Mengganti

Komposting

Daur_ulang_plastik
Daur_ulang_ketas

0
Daur_ulang_logam

Daur_ulang_kaca
TPA

Penggunaan_kembali

-1

PLTS

III

masyarakat:

IV

-1.5

Dimension 2

Dari gambar diatas dapat disimpulkan


bahwa, masyarakat sebagai penghasil sampah
yang seharusnya memiliki peran utama dalam
pengolahan sampah, belum berpartisipasi dalam
pengolahan sampah. Pada gambar tersebut
DTRKP yang menjadi pelaksana pengolahan
sampah terlihat dari lingkaran yang paling besar
dan juga memiliki hubungan dengan, pengumpul,
pemerintah desa dan juga sukarelawan. Untuk
analisis kelembagaan sesuai SNI 3242:2008
tentang Pengelolaan Sampah di Permukiman
belum sesuai karena karena DTRKP selaku
pemerintah masih bertanggungjawab dapam
pengelolaan sampah.
D. Multidimensional
scalling
(MDS)
PengolahanSampahTerpaduBerbasisMa
syarakat
Analisis multidimensional scalling (MDS)
bertujuan untuk melakukan penilaian persepsi
masyarakat terkait keterlibatan masyarakat dalam
pengeloaan sampah terpadu. Selain itu analisis
MDS digunakan juga untuk menentukan arahan
pengelolaan
sampahyang
sesuai
dengan
kebutuhan masyarakat dan karakter masyarakat.
Berikut ini adalah peta spasial dari persepsi

-1.5

IV

-2
-2

II

-1

Dimension 1

Gambar 6. Peta Spasial MDS Atribut Program


Pemberdayaan Masyarakat

III

IV

Gambar 3. Peta Spasial MDS Atribut Tingkat


Partisipatif Masyarakat

Berdasarkan hasil perhitungan tingkat


persepsi responden dalam penentuan jenis
pengolahan
sampah,
dapat
diketahui
variabel/obyek yang terletak pada kuadran I
adalah komposting, daur ulang kertas, daur ulang
kaca, mendaur ulang, mengganti, mengurangi,
dan menggunkan kembali. Masing-masing jenis
pengolahan sampah yang berada di kuadran I
untuk keempat atribut tersebut kemudian
diranking berdasarkan frekuensi kemunculan
pada setiap atribut. Untuk menilai preferensi
responden terhadap jenis pengolahan sampah
dilakukan perhitungan ranking rata-rata dari tiga
atribut yang digunakan. Berikut adalah hasil
overlay dari persepsi dan preferensi:

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 2, Nomor 2, Desember 2010

97

PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU BERBASIS MASYARAKAT KOTA KEDIRI

Tabel 2. Overlay Urutan Persepsi dan Preferensi


Variabel/Obyek
Penggunaankemb
ali
MendaurUlang
Mengurangi
Mengganti
Komposting
Daurulangkertas
Daurulangkaca

RangkingPersep
si

Ranking
Preferen
si

Tota
l

3
3
3
3
1
2
2

7
4
8
10
2
1
5

10
7
11
13
3
3
7

Sumber: HasilAnalisis, 2010

Banyaknyakelasdapatdihitungdenganmengg
unakanDalilSturgest
yang
dirumuskansebagaiberikut :
K = 1 + 3,3 log n
K = 1 + 3,3 log 7
K = 1 + 3,3 (0,845)
K = 3,784
Langkah selanjutnya adalah menentukan
interval nilai, yaitu :
Interval Nilai =
= 2,5 2
Dengan
interval
kelassebesar
3,
makadapatdisusunklasifikasipenilaiansebagaiberi
kut :
a Merupakanperingkatatauprioritaspertamaunt
ukditerapkandalampengolahansampahapabil
ajenispengolahansampahterletakpada
interval nilai 3-5.
b Merupakanperingkatatauprioritaskaduauntu
kditerapkandalampengolahansampahapabila
jenispengolahansampahterletakpada interval
nilai 6-8.
c Merupakanperingkatatauprioritasketigauntu
kditerapkandalampengolahansampahapabila
jenispengolahansampahterletakpada interval
nilai 9-11.
d Merupakanperingkatatauprioritaskeempatun
tukditerapkandalampengolahansampahapabi
lajenispengolahansampahterletakpada
interval nilai 12-14.
Berdasarkanhasilanalisispersepsidanpreferen
si,
dapatdisimpulkanjenispengolahansampahberupak
ompostingdandaurulangkertasmemilikikeunggula
ndalamberbagaidimensiserta
paling
disukaiolehrespondensehinggasesuaiuntukditerap
kandalampengolahansampah.
E.
Partisipasi masyarakat
Sesuai dengan hasil analisis partisipatif,
analisis kesesuaian berdasarkan Undang-undang
Pengelolaan Sampah No 18 Tahun 2008, dan
analisis MDS maka dapat disimpulkan tingkat
partisipatif
masyarakat
Kediri
terhadap
pengolahan sampah sesuai dengan tangga

partisipatif Arstein dan menurut


partisipasi
masyarakat lokal.
Tingkatan partisispatif
masyarakat Kota Kediri berdasarkan
tangga
partisipatif Arstein yaitu pada tahap placation.
Tahap placation masyarakat sudah bisa
mendapatkan informasi mengenai program
pengolahan sampah serta dapat mengutarakan
saran atau pendapatnya. Namun dalam tahap ini
belum menjamin saran dari masyarakat benarbenar diterima ataupun tidak. Sedang tahap
peredaman atau
placation memang sudah
melibatkan masyarakat untuk memberikan
masukan secara detail dalam penyelesaian
masalah persampahan namun untuk keputusan
akhir masih dipegang oleh pemegang kekuasaan.

Gambar 7. Tingkat Partisipatif Masyarakat

Berdasarkanbentukpartisipasimasyarakatlo
kalmenurutSyahyuti,
2006
adaenambentukpartisipasimasyarakatlokal, yang
secaraberurutansemakinbaik,yaitu :
Tabel 3. Bentuk Partisipasi Masyarakat Lokal
Bentuk
partisipasi
Co-option

Co-operation

Consultation

Collaboration

Co-learning

Collective

98

Tipe Partisipasi
Tidak ada input apapun dari
masyarakat
lokal
yang
dijadikan bahan
Terdapat insentif, namun
proyek telah didesain oleh
pihak luar yang menentukan
seluruh agenda dan proses
secara langsung
Opini masyarakat ditanya,
namun
pihak
luar
menganalisis
informasi
sekaligus memutuskan bentuk
aksinya sendiri
Masyarakat
lokal
bekerjasama dengan pihak
luar
untuk
menentukan
prioritas, dan pihak luar
bertanggungjawab langsung
kepada proses
Masyarakat lokal dan luar
saling
membagi
pengetahuannya,
untuk
memperoleh
saling
pengertian, dan bekerjasama
untuk merencanakan aksi,
sementara pihak luar hanya
memfasilitasi
Masyarakat lokal menyusun

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 2, Nomor 2, Desember 2010

Peran
Masyarakat
Subjek

Employees
atau
subordinat

Clients

Collaborators

Partners

Directors

Viradin Yogiesti, Setiana Hariyani, Fauzul Rizal Sutikno

Bentuk
partisipasi
action

Tipe Partisipasi

Peran
Masyarakat

dan melaksanakan agendanya


sendiri, pihak luar absen sama
sekali

Tabel di atas menjelaskan posisi


partisipasi masyarakat lokal. Menurut bentuk
partisipasinya masyarakat Kota Kediri
sampai pada level 3 consultation dengan tipe
partisipatif menanyakan opini masyarakat
terhadap pengolahan sampah, namun pihak
luar menganalisis informasi sekaligus
memutuskan bentuk rencana yang akan
diterapkan. Oleh karena itu peran masyarakat
disini hanya clients atau sebagai saran
saja.Pada
tahapan
ini
menyebabkan
masyarakat tidak memiliki kepercayaan pada
pemerintah yang berujung anggapan bahwa
masalah persampahan adalah masalah
pemerintah.
Arahan Pengelolaan Sampah Terpadu
Berbasis Masyarakat
A.
Pengelolaaan Sampah Terpadu Berbasis
Masyarakat
Sesuai dengan hasil perhitungan dalam
analisis multidimensional scaling (MDS),
diperoleh jenis pengolanan sampah yang sesuai
untuk diterapkan di Kota Kediri salah satunya
adalah komposting (pembuatan kompos) dan daur
ulang kertas. Berikut adalah presentase volume
sampah yang akan diolah :

Gambar 8.Persentase Volume Sampah yang Diolah

a.)

Jenis Pengolahan Sampah


Sesuai dengan hasil perhitungan dalam
analisis multidimensional scaling (MDS),
diperoleh jenis pengolahan sampah yang sesuai
untuk diterapkan di Kota Kediri selain
komposting (pembuatan kompos) juga ada daur
ulang kertas. Daur ulang kertas dapat
menghasilkan berbagai macam barang daur ulang
yang memiliki nilai ekonomi.
Teknik pengomposan yang dipilih adalah
sistem open windrow. Pada dasarnya pembuatan
kompos terdiri dari beberapa tahapan,yaitu:
Memasukkan sampah ke reaktor kompos
Menambahkan sampah organik

Menjaga kelembapan timbunan kompos


Memiliki sistem pembuangan air lindi
Memutar balikkan kompos secara periodik
untuk memberikan sirkulasi udara
Sampah kertas yang dihasilkan di Kota
Kediri mencapai 13,6% persen dari total volume
sampah. Kertas daur ulang tidak hanya dapat
digunakan menjadi kertas biasa namun kertas
yang didaur ulang dapat menghasilkan banyak
barang seni.
Tahapan yang harus dilakukan adalah
dengan memilah sampah kertas dan merobek
kertas tersebut dan rendam dalam wadah selama
24jam.
Langkah
selanjutnya
adalah
menghancurkan kertas yang sudah diendam
menggunakan blender. Kemudian adonan kertas
dicetak serta dipanaskan. Secara umum proses
daur ulang kertas tidak sulit. Untuk menghasilkan
8 lembar kertas dengan ukuran 50cmx40cm
diperlukan 1kg kertas.
b.) Kebutuhan Lahan
Menurut Puslitbang Permukiman DPU tahun
2002 kriteria pemilihan lokasi unit pengolahan
kompos dekat dengan TPS atau Tempat
Pembuangan Sementara dan luas lahan minimal
94
m2-112
m2
untuk
tempat
pengomposan.Kebutuhan lahan komposting
beragam, tergantung volume sampah organik
yang dihasilkan serta metode atau alat yang
digunakan. Menurut Puslitbang Permukiman
DPU tahun 2002, sampah organik sejumlah 1020 m3/hari membutuhkan lahan komposting
sebesar 100-200m2. Proses penimbunan sampah
untuk dijadikan kompos menggunakan desain
penumpukan yang biasa digunakan adalah desain
memanjang dengan dimensi panjang x lebar x
tinggi = 2m x 12m x 1 m atau membutuhkan
24m2 untuk 24m3 sampah organik. Penerapan
sistem komposting di Kota Kediri disesuaikan
dengan ketersediaan lahan serta volume sampah
organik yang dihasilkan masing-masing area
pelayanan.
Kebutuhan lahan daur ulang disesuaikan
dengan kondisi lahan dan kebutuhan tiap tahapan
pengolahan kertas. Menurut SNI 3242:2008
tentang pengolahan sampah di permukiman
pengolahan sampah berupa daur ulang di lakukan
skala lingkungan yaitu di TPS. Untuk lahan daur
ulang disesuaikan dengan ketersediaan lahan
TPST. Untuk Kelurahan Banjaran
adalah
1500m2, untuk kelurahan Kaliombo seluas
480m2, dan Kelurahan Ngronggo sebesar 200
m2.
c.)
Finansial Tempat Pengelolaan Sampah
Terpadu Berbasis Masyarakat

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 2, Nomor 2, Desember 2010

99

PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU BERBASIS MASYARAKAT KOTA KEDIRI

Perhitungan biaya TPST dilakukan per


tahun untuk masing-masing jenis pengolahan
serta lokasi TPST. Investasi merupakan modal
yang dikeluarkan untuk pengolahan kompos dan
kertas. Setelah melakukan perhitungan biaya
investasi, operasional, pendapan dan laba tahapan
berikutnya adalah menghitung kelayakan.
Perhitungan kelayakan ini menggunakan tingkat
suku bunga sebesar 12%. Usia ekonomis proyek
diasumsikan
selama
5
tahun
dengan
mempertimbangkan nilai ekonomis peralatan
yang di investasikan.
Tabel
4.KelayakanInvestasiTempatPengelolaanSampahT
erpadu
Loka
si

PBP
NVP
Ta
Bul
Nila
Ket
hun
an
i
Jika sampah yang diolah 100%
Banja
1,7
21
NV
Jika
ran
P>0
NVP>0
Kalio
0,7
9
NV
maka
mbo
P>0
proyek
Ngro
1
12
NV
TPST
nggo
P>0
layak
untuk
dilaksa
nakan

Jika sampah yang diolah 70%


Banja
5,4
21
NV
ran
P<0
Kalio
mbo

1,6

19

NV
P>0

Ngro
nggo

2,3

28

NV
P>0

Jika sampah yang diolah 50%


Banja
NV
ran
P<0
Kalio
5,3
63
NV
mbo
P<0
Ngro
28,
343
NV
nggo
6
P<0

BCR
Ket

Nila
i

Ket

1,43

Jika
BCR>1
maka
proyek
TPST
layak
untuk
dilaksa
nakan

32,5
%
15,3
3%
15,4
6%

Jika
nilai
IRR>1
2%
maka
proyek
TPST
layak
untuk
dilaksa
nakan

Jika
BCR>1
maka
proyek
TPST
layak
untuk
dilaksa
nakan
namun
BCR<1
maka
proyek
TPST
tidak
layak
dilaksa
nakan

10,3
%

Jika
nilai
IRR>1
2%
maka
proyek
TPST
layak
untuk
dilaksa
nakan

Jika
BCR<1
maka
proyek
TPST
tidak
layak
dilaksa
nakan

1,26

Jika
NVP>0
maka
proyek
TPST layak
untuk
dilaksanaka
n
namun
untuk
NVP<0
maka
proyek
TPST tidak
layak
dilaksanaka
n

Jika
NVP<0
maka
proyek
TPST
tidak
layak
dilaksa
nakan

0
,
9
1
,
3
1
,
1
8

0,7
0,9
0,8

Arahan Lokasi Tempat Pengolahan


SampahTerpadu Berbasis Masyarakat

Pada arahan lokasi TPST secara


umum terbagi menjadi 7 zona, dimana
semua zona tersebut memiliki fungsi yang
berbeda-beda. Adapun fungsi zona zona
tersebut:
1. Zona Pembongkaran
2. Zona pencacahan dan pengomposan
3. Zona pengemasan kompos
4. Zona daur ulang kertas
5. Zona Pengeringan
6. Zona administrasi dan gudang

IRR

Nila
i

1,66

C.

13,8
%
15
%

13,8
%
14,9
%

Jika
nilai
IRR>1
2%
maka
proyek
TPST
layak
untuk
dilaksa
nakan

Arahan
Peningkatan
Operasional
Pengelolaan Sampah
Arahan peningkatan operasional ini
ditetapkan berdasarkan analisis yang dilakukan
sebelumnya. Berikut ini adalah tahapan
operasional yang perlu ditingkatkan:
Menerapkan cara pewadahan dengan
pemilah
Menerapkan pola pengumpulan dengan
pemilahan
Frekuensi perangkutan setiap hari
Menerapkan
pengolahan
sampah
baikorganik maupun nonorganik

Gambar 9.PembagianZonapada TPST Banjaran

Gambar 10.PembagianZonapada TPST Kaliombo

B.

100

Gambar11 PembagianZonapada TPST Ngronggo

D.

Arahan Sistem Kelembagaan


Peranlembagadalamrencanapengelolaansa
mpahterpaduberbasismasyarakatsecaraumumdila
kukansendiriolehmasyarakat,
DTRKP

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 2, Nomor 2, Desember 2010

Viradin Yogiesti, Setiana Hariyani, Fauzul Rizal Sutikno

selakulembaga yang menaungi program TPST


sertapihak-pihak
yang
terkaitlainnya.
Untukkeberlangsunganoperasional
TPST
dibutuhkankerjasama
yang
terkoordinsidaripihakterkait.Adapunarahansistem
kelembagaanyaituperanmasing-masing
stakeholder
di
dalamoperasional
TPST
bekerjasamadengan
LSM.
Peranlembagadalamarahanpengelolaansampahter
paduberbasismasyarakatsecaraumumdilakukanse
ndiriolehmasyarakatdandidampingioleh
LSM
selakufasilitator.
Beikuthubunganantarklembagaan:

No

Pendekatan

3.

Pendekatan
ekonomi

Arahan
penyebaran informasi dan pemantauan
penghijauan, dan tanaman produktif
terus menerus sampai menghasilkan
kompos, produk daur ulang, kurangi,
pakai ulang, daur ulang)
Koordinasi dengan pemerintah
setempat
Pemasaran hasil daur ulang
Memperkenalkan jenis-jenis sampah
yang dapat diolah
Melakukan penilaian kelayakan
ekonomi dari TPST berbasis
masyarakat

KESIMPULAN

A.

Gambar 12. Diagram Venn


ArahanKelembagaanSistemPengelolaanSampah

E.

Arahan Pemberdayaan Masyarakat


Arahan pemberdayaan masyarakat dalam
pengolahan sampah berdasarkan analisis tingkat
partisipatif yang sudah dilakukan sebelumnya.
Pembinaan masyarakat diarahkaosi berdasarkan
pendekatan sosial,teknis, dan ekonomi dan
menerapkan CBSWM (Community Based Solid
Waste Management) yang merupakan sistem
penanganan sampah yang direncanakan, disusun,
dioperasikan, dikelola dan dimiliki oleh
masyarakat:
Tabel 5.ArahanPemberdayaanMasyarakat
No
1.

Pendekatan
Pendekatan
sosial

2.

Pendekatan
teknis

Arahan
Peningkatan kepedulian, kesadaran,
dan tanggung jawab bersama untuk
memilah sampah organik dan non
organik
Pendekatan kepada pemuka
masyarakat setempat dan izin dari
lurah ataupun ketua RW
Pendekatan kepada warga yang
mempunyai kemauan, kepedulian dan
kemampuan dapat menjadi penggerak
masyarakat
Untuk memperlihatkan manfaat dari
TPST bisa dilakukan dengan studi
banding
Pembentukan komite lingkungan a
Rencana kerja, dan kesepakatan
kontribusi warga
Pelatihan dan kampanye
Melakukan pelatihan daur ulang
Membina serta mendorong
masyarakat untuk membangun dan
memelihara fasilitas pengolahan
sampah
Pendampingan, sosialisasi,

Kinerja
Operasional
Pengelolaan
Sampah Pada Unit Komposter di Kota
Kediri
Berdasarkan SNI 3242:2008 tentang
pengelolaan sampah di permukiman, dilakukan
analisis dan didapatkan Unit Komposter
Kaliombo dan Banjaran dinyatakan sudah sesuai
dengan standart pengolahan sampah. Sedangkan
untuk Unit Komposter Nngronggo dinyatakan
tidak sesuai dengan standar pengolahan sampah.
Untuk analisis kelembagaan sesuai SNI
3242:2008 tentang Pengelolaan Sampah di
Permukiman belum sesuai karena karena DTRKP
selaku pemerintah masih bertanggungjawab
dapam pengelolaan sampah.Sesuai tangga
partisipatif Arstein partisipasi masyarakat Kota
Kediri berada pada tahap tahap placation yang
termasuk pada tahapan tokenisme. Menurut
bentuk partisipasinya masyarakat Kota Kediri
sampai pada level 3 consultation dengan tipe
partisipatif
menanyakan opini masyarakat
terhadap pengolahan sampah.
B. PengelolaanSampahTerpaduBerbasisM
asyarakat di Kota Kediri
Arahan pengelolaan sampah terpadu
berbasis masyarakat Kota Kediri berdasarkan
hasil
perhitungan
dalam
analisis
multidimensional scaling (MDS), diperoleh jenis
pengolanan sampah yang sesuai untuk diterapkan
di Kota Kediri salah satunya adalah komposting
(pembuatan kompos) dan daur ulang kertas .
Dilakukan dengan
meningkatkan kinerja
operasional pengelolaan sampah, pengolahan
sampah, dan strategi pemberdayaan masyarakat
yang berdasarkan hasil analisis sebelumnya.
Arahan
pemberdayan
masyarakat
dalam
pengelolaan sampah menitik beratkan pada
konsep pembangunan yang partisipatif.

SARAN
Bagi
Masyarakat,
diharapkanmasyarakatbenarbenarmauberpartisipasidalampembangunan TPST

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 2, Nomor 2, Desember 2010

101

PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU BERBASIS MASYARAKAT KOTA KEDIRI

karenaselaindapatmeningkatkankualitaslingkunga
njugakeberadaan
TPST
bernilaiekonomisbagimasyarakat.
Bagi
Pemerintah,
diharapkan
dalam
pelibatan
masyarakat benar-benar diterapkan mulai dari
proses
perencanaan,
pelaksanaan,dan
pengawasan. Serat selalu mengedepankan
kepentingan masyarakat.
Bagi Akademis,
studiinidibatasisampaipenyusunanarahanpengelol
aansampahterpaduberbasismasyarakat.
Diperlukanstudilebihlanjutmangenaipenataan
area
sekitartempatpembuangansampahterpaduberbasis
masyarakat.Serta
untukpenelitianselanjutnyajikamenggunakananali
sis
MDS
dianjurkanmenggunakandimensilebihdari 2.
DAFTAR PUSTAKA
------------, 2008, SNI 3242:2008 tentang
pengelolaan sampah di permukiman,
Departemen PU, Jakarta.
------------,2008,
Undang-Undang
Republik
Indonesia Nomor 18 tentang Pengelolaan
Sampah, Departemen PU, Jakarta.
------------,2002, Tata cara pengelolaan sampah
dengan sistem daur ulang pada lingkungan,
Deapartemen permukiman dan Prasarana
Wilayah,Jakarta
Syahyuti, 2006.30 KonsepPentingdalam
Pembangunan
PedesaandanPertanian.Jakarta
:Bina
Rena Pariwara.

102

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 2, Nomor 2, Desember 2010

Anda mungkin juga menyukai