Anda di halaman 1dari 8

2.

1 Filosofi Mengajar Nampaknya sudah sangat sering saya terlibat dalam penerimaan dosen
di sebuah universitas mulai tahun 1999. Setiap kali saya termasuk dalam tim yang melakukan
wawancara kepada calon dosen, salah satu pertanyaan yang selalu saya ajukan adalah:
mengapa memilih menjadi dosen? Pertanyaan favorit saya. Beragam jawaban saya dapatkan.
Mulai dari yang sangat filosofis sampai dengan yang terkesan asal dan baru dipikirkan ketika
mendapatkan pertanyaan yang saya sampaikan. Beberapa jawaban filosofis yang saya sangat
senang mendengarnya adalah keinginan untuk berbagi ilmu dan mendapatkan tempat untuk
terus belajar. Ada banyak alasan mengapa orang yang dengan sadar ingin berbagi ilmu.
Pertama, ilmu yang dibagikan tidak akan pernah berkurang. Berbeda dengan harta yang
setiap kali kita ambil dan berikan kepada orang lain, secara lahiriah akan berkurang. Bahkan
dengan berbagi ilmu di kampus, ilmu kita dapat bertambah dengan sangat signifikan. Ada dua
alasan mengapa hal ini bisa terjadi. Pertama, karena sebelum mengajar, sebagai dosen, kita
harus belajar, mengembangkan pengetahuan; dan kedua, tidak jarang mahasiswa jauh lebih
pintar daripada yang kita duga, dan melalui diskusi di kelas, dosen pun dapat belajar sangat
banyak dari mahasiswa. Kedua, berbagi ilmu adalah investasi masa depan: investasi akhirat.
Bukankah, menurut ajaran agama, salah satu amal yang terus mengalirkan pahala ketika
pelakunya sudah meninggal adalah ilmu yang bermanfaat. Ilmu yang bermanfaat akan terus
mempunyai dampak kepada pribadi yang mempunyai ilmu dan lingkungan sekitarnya.
Dampak positif inilah yang membuat berbagi ilmu adalah sebuah amal jariyah, amal yang
mengalir pahalanya.
Ketiga, sebuah kebahagiaan yang tiada tara ketika mengetahui mantan mahasiswa kita
menjadi orang sukses atau memahami sesuatu dan kita mempunyai andil di dalamnya.
Seorang mantan mahasiswa saya pernah menulis pesan dalam dinding Facebook saya, Tanpa
Anda, saya sama sekali tidak mengerti pemrograman. Anda-lah yang membuat saya paham
akan inti informatika via Algoritma dan Pemrograman I semester pendek 2006. Sebuah
komentar dari mantan mahasiswa hampir sepuluh tahun yang lalu dalam blog saya: Ingat
sekali, waktu kuis Algoritma dan Pemrograman I & II siapa yang dapat nilai sempurna
dikasih uang. Bahkan saya sendiri pun sudah lupa kalau pada tahun 2006 saya pernah
mengajar Algoritma dan Pemrograman, dan lupa pernah menyemangati mahasiswa dengan
uang untuk makan siang di kampus. Sangat mungkin apa yang kita ajarkan adalah sesuatu
yang biasa atau sudah seharusnya kita lakukan. Tetapi, bagi mahasiswa seringkali menjadi
sesuatu yang luar biasa. Nanum demikian, pada prinsipnya hal tersebut bukanlah tujuan
mengajar. Ungkapan langsung mantan mahasiswa adalah hanya efek samping. Guru sekolah
dasar (SD) saya pernah bertanya kepada saya ketika saya hampir lulus pada tahun 1986.
Sebuah pertanyaan yang sangat mungkin tidak bisa jawab pada saat berusia 12 tahun. Pada
saat ini, Pak Suratman, nama guru saya tersebut mengatakan kepada saya, Kamu harus
menjadi doktor!. Ungkapan yang pada saat itu saya belum tahu benar apa artinya. Kemudian
sebuah pertanyaan lain diajukan dalam kesempatan berbeda: apa beda guru SD dan dosen?
Beliau menjawab sendiri. Kalau seseorang sukses, seringkali yang dihubungi pertama kali
adalah dosennya, dan jarang sekali guru SD-nya. Padahal kita tahu, dari guru SD-lah kita
belajar calistung pertama kali: membaca, menulis, dan berhitung. Alhamdulillah, ketika buku
ini ditulis, takdir Allah membawa saya ke dalam proses mewujudkan doa dari Pak Suratman
untuk menjadi seorang doktor. Semua filosofi di atas bersifat internal. Filosofi eksternal yang
mendasari seseorang memilih menjadi pengajar juga sangat beragam. Pertama, menjadi
pengajar telah membuka pintu untuk berkontribusi terhadap proses pencerdasan anak bangsa.
Idealisme ini nampaknya bisa jadi mulai tertelan zaman. Sebagai warga negara yang baik,
tentu amanat Undang-Undang Dasar 1945 yang telah dirumuskan dengan sangat apik dengan
visi jauh ke depan para pendiri bangsa perlu disimak ulang. Dengan manjadi pengajar, kita
telah menjadikan diri kita terlibat dalam proses mencerdaskan kehidupan bangsa. Kedua,
sebagai dampaknya, dengan menjadi pengajar, kiat pun telah berandil dalam membentuk

manusia yang lebih merdeka, manusia yang terbebaskan. Untuk inilah Nabi Muhammad
diutus, sebagai sang pembebas, the liberator (Engineer, 1990). Nabi telah diutus untuk
membebaskan manusia dari paham atau ideologi yang membelenggunya untuk
mengembangkan nilai-nilai kemanusiaannya. Nilai-nilai kemanusiaan telah tergadaikan
kepada tuhan yang tidak berhak mendapatkannya. Mungkin Anda akan mengaitkan ini
dengan ide besar yang dibawa oleh Paulo Freire (1985), cendekiawan Brazil yang
mengembangkan teori pedagogik kritis. Baginya, pendidikan harusnya membebaskan.
Bukunya yang berjudul Pedagogy of the Oppressed telah memberikan warna baru dalam
dunia pendidikan. Buku ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, dengan judul
Pendidikan untuk Kaum Tertindas. Kondisi masyarakat pada saat itu dianggap tidak adil, dan
Freire membagi masyarakat ke dalam dua kelompok yang saling berhadapan: kaum penindas
(the oppressor) dan kaum tertindas (the oppressed). Anda mungkin juga mengaitkan folosofi
eksternal dengan pendidikan yang membebaskan dengan ide-ide besar Ivan Illich (1972).
Illich memberikan kritik yang sangat tajam untuk lembaga sekolah yang gagal dalam proses
pendidikan, karena anak didik (termasuk mahasiswa dalam konteks pendidikan tinggi) tidak
menjadi terbebaskan. Salah satu konsep penting yang ditawarkan sebagai solusi adalah
pembentukan learning web, jejaring pembelajaran yang memungkinkan peserta didik
memacu motivasi menjadi self-learner dan menjadikan pengajar sebagai motivator dan guide.
Dalam konteks kekinian, ide besar Illich dapat diterjemahkan dengan membuka pintu seluasluasnya ke untuk mengakses materi pembelajaran di luar kurikulum yang sangat dibatasi
kredit semester dan waktu pertemuan. Teknologi informasi sangat membantu dalam hal ini.
Anda mungkin ingin menambahkan filosofi atau alasan eksternal lain menjadi seorang
pengajar. 2.2 Posisi Pengajar Menjadi dosen atau pengajar, tentu saja termasuk guru dalam
semua tingkatan mendapatkan posisi yang sangat terhormat. Dalam hirarki kemuliaan
akademik, menjadi pengajar mendapatkan posisi pertama. Nabi Muhammad pernah berkata,
Kun aliman, au mutaalliman, au mustamian, au muhibban, wa la takun khomisan,
fatahlik!. Jadilah kamu pengajar, atau pembelajar, atau pendengar, atau pencinta, dan jangan
jadi (golongan) yang kelima, maka kamu akan rusak. Menjadi pengajar adalah pilihan
pertama menurut anjuran Nabi. Tentu saja konteks AlHadits ini tidak hanya pada lembaga
pendidikan formal di mana menjadi pengajar adalah sebuah pilihan profesi. Pada saat Nabi,
nampaknya belum ada lembaga pendidikan formal. Lembaga pendidikan yang terekam
pada saat itu adalah rumahnya Al-Arqom (Darul Arqom), di mana Nabi sering bertemu
dengan sahabat dan berbagi wahyu yang diterimanya. Dalam konteks ini, setiap orang,
siapapun dia, dapat menjadi pengajar. Nabi Muhammad pernah berpesan, Ballighu anni
walau ayatan, sampaikan dariku meskipun hanya satu ayat. Secara implisit, pesan ini
meminta kita untuk menyampaikan sesuatu yang bermanfaat kepada orang lain, meskipun
sedikit: menjadi pengajar. Jika kita belum mampu menjadi pengajar, kata Nabi, jadilah
pembelajar. Orang dengan rasa ingin tahu tinggi dan selalu haus ilmu. Dalam banyak
kesempatan sebagai terekam dalam Al-Hadits, posisi pembelajar sangat dihargai. Beberapa
teks Al-Hadits berikut dapat menguatkan klaim ini: Menuntut ilmu wajib hukumnya bagi
setiap muslim dan muslimah Tuntutlah ilmu, mulai dari ayunan, sampai liang lahat!
Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China! Belajar bukan pekerjaan ringan. Perlu komitmen
dan ketekunan. Tanpanya, aktivitas belajar akan menjadi sangat berat. Suatu saat dalam
sebuah perjalanan ke Eropa saya duduk bersebelahan dengan seorang ibu. Si Ibu tersebut
dengan rombongan lain akan berwisata ke beberapa negara di Eropa. Meskipun baru kenal
sebentar, si Ibu bercerita cukup banyak. Ketika tahu kalau saya seorang dosen, dan sedang
menengok anak dan istri yang sedang belajar, dia berkomentar pendek, Apa tidak capek
belajar terus? Saya selesai S1 saja sudah merasa capek, ungkapannya sangat serius, tanpa
bermaksud melecehkan. Memang profesinya adalah pengusaha, dan saya yakin dia tetap
belajar banyak meskipun tidak duduk di bangku lembaga pendidikan formal. Belajar dapat

dilakukan di mana saja, dengan modal utama rasa ingin tahu (curiosity). Tanpa rasa ingin
tahu, atau bahkan sudah disibukkan dengan ide-ide sendiri tanpa keinginan mendengarkan
dari orang lain, belajar nampaknya sulit dilakukan. Dalam sebuat cerita Zen, Guru Nan-in
mempunyai seorang tamu yang ingin belejar tentang Zen. Si tamu bukannya mendengarkan
Nan-in, tetapi malah banyak berbicara tentang ideidenya sendiri. Sesaat kemudian, Nan-in
menghidangkan teh. Nan-in menuangkan teh ke cangkir si tamu sampai penuh, dan tetap
menuang sampai tumpah. Akhirnya, si tamu menyela, Tidakkah Guru lihat kalau cangkirnya
sudah penuh?. Cangkirnya sudah tidak muat lagi, lanjutnya. Benar, kata Guru Nan-in,
dan akhirnya berhenti menuang. Seperti sebuah cangkir, Anda sudah terisi dengan ide-ide
sendiri. Bagaimana Anda mengharapkan saya untuk dapat memberimu Zen sampai Anda
memberikan kepada saya cangkir kosong? Jika karena suatu keadaan kita tidak atau belum
bisa menjadi pengajar atau pembelajar, pilihan ketiga adalah menjadi pendengar. Mendengar
adalah sebuah pilihan sadar yang harus diikuti dengan kemauan meluangkan pikiran untuk
dapat meningkatkan kualitas diri. Mendengar bukan hanya aktivitas ketika tidak
mendapatkan giliran berbicara. Mendengar dengan baik tidak dapat dilakukan jika pikiran
penuh. Mendengar dalam konteks ini adalah yang terkait dengan aktivitas menuntut ilmu,
bukan mendengarkan yang bersifat rekreasional, seperti mendengarkan musik melalui iPod
kesayangan. Jika masih saja tidak bisa? Masih ada pilihan keempat, jadilah pencinta[1].
Pencinta pengajar, pembelajar, dan pendengar ilmu. Nampaknya karena itulah, banyak orangorang yang desa saya sangat senang berkunjung ke ulama atau kiai. Selain mereka suka
mendengarkan nasihat, mereka ada pada pencinta ilmu. Mereka merasa nyaman dapat
bertemu dengan para ulama dan kiai yang dengan tulus menyebarkan ilmu kepada para
santrinya. Tetapi, Nabi mengingatkan, jadi menjadi golongan kelima. Orang yang tidak
termasuk pengajar, pembelajar, pendengar, dan pencinta. Kita bisa berikan daftar golongan
ini, termasuk pembenci ilmu, pembenci pengajar, pembenci pembelajar, pembenci pendengar,
dan pembenci pencinta ilmu. Kelompok air-headed yang kepalanya berisi udara, alias tidak
mengetahui apa-apa karena pilihannya untuk tidak mau repot berpikir, dan mencibir
kekhusyukan para pencari ilmu, dan cenderung hedonis nampaknya juga masuk dalam
kelompok ini. Naubillahi min dzalik. Sudah bukan rahasia lagi kalau interview atau
wawancara pekerjaan merupakan hal paling kritikal untuk mendapatkan pekerjaan yang Anda
inginkan. Karena itu, tentu Anda tahu bahwa Anda harus mempersiapkan diri Anda seprima
mungkin, baik fisik dan mental. Ketok kali ini akan memberi Anda tips untuk menghadapi
delapan belas pertanyaan yang paling umum dan tersulit dalam sebuah wawancara pekerjaan.
1. Beritahukan kami tentang diri Anda? Biasanya ini merupakan pertanyaan pembuka, karena
itu jangan menghabiskan terlalu banyak waktu untuk menjawabnya. Berikan jawaban yang
menjawab empat subjek: tahun-tahun terakhir, pendidikan, sejarah kerja, dan pengalaman
karir terakhir. 2. Apa yang Anda ketahui tentang kami? Ketika pertanyaan ini dikeluarkan,
anda diharapkan mampu mendiskusikan produk atau pelayanan, pendapatan, reputasi,
pandangan masyarakat, trget, permasalahan, gaya managemen, orang-orang di dalamnya,
sejarah, dan filosofi perusahaan. Berikan jawaban yang memberitahu pewawancara bahwa
Anda meluangkan waktu mencari tahu tentang perusahaan tersebut, namun jangan beraksi
seperti Anda tahu segalanya tentang perusahaan tersebut, tunjukan keinginan mempelajari
lebih banyak tentang perusahaan tersebut, dan jangan memberikan jawaban negatif seperti
Saya tahu perusahaan anda mengalami problema-problema, itu alasan saya disini.
Tekankan keunggulan perusahaan dan minat Anda terhadap hal tersebut. 3. Apa yang dapat
Anda berikan pada kami (yang orang lain tidak bisa beri)? Sebutkan prestasi-prestasi dan
jenjang karir yang Anda telah capai. Sebutkan kemampuan dan hal-hal yang menarik
perhatian Anda, gabungkan dengan sejarah Anda mencapai halhal itu. Sebutkan kemampuan
Anda menentukan prioritas, mengidentifikasi masalah, dan 4. Apa yang paling menarik
menurut Anda dari pekerjaan ini? Dan apa yang paling tidak menarik? Sebutkan tiga sampai

empat faktor menarik dari pekerjaan yang anda hendak ambil dan satu hal kecil sebagai
faktor yang kurang menarik. 5. Mengapa kami harus merekrut Anda? Pertanyaan ini saam
seperti pertanyaan nomor empat, sebutkan saja kemampuankemampuan Anda yang mampu
mendukung perusahaan tersebut. 6. Apa yang Anda cari di dalam sebuah pekerjaan? Berikan
jawaban yang berkisar pada oportunitas di dalam organisasi. Beritahukan pewawancara kalau
Anda ingin memberikan kontribusi dan dikenali. Hindari jawaban yang mempersoalkan
kestabilan keuangan pribadi. 7. Menurut Anda, apa definisi dari posisi yang Anda inginkan?
Berikan jawaban yang singkat dan berkisar tentang tugas dan kewajiban. Pastikan Anda
mengerti posisi tersebut sebelum Anda hendak menjawab. 8. Berapa lama waktu yang Anda
butuhkan untuk memberikan kontribusi berarti bagi kami? Beri jawaban yang realistik.
Beritahukan pewawancara bahwa walaupun Anda akan berusaha mengatasi segala harapan
dan tantangan dari hari pertama, Anda membutuhkan sekitar enam bulan untuk benar-benar
mengerti organisasi perusahaan dan kebutuhannya. 9. Berapa lama Anda akan bersama kami?
Beritahukan pewawancara bahwa Anda tertarik berkarir bersama perusahaan tersebut namun
Anda ingin tetap tertantang untuk mencapai target bersama. 10. Dari resume Anda, kami rasa
Anda terlalu berpengalaman untuk posisi ini. Bagaimana pendapat Anda?
Ini pertanyaan jebakan. Anda diharapkan untuk tetap rendah hati namun percaya diri dengan
kemampuan Anda. Cara terbaik menanganinya adalah menjawab bahwa Anda butuh
mengenal perusahaan lebih jauh sebelum dapat dengan efisien bekerja di tingkat yang lebih
tinggi. 11. Kenapa Anda meninggalkan pekerjaan Anda yang sebelumnya? Anda sebaiknya
menjawab pertanyaan ini dengan jujur namun singkat dan jelas termasuk jika hal tersebut
karena Anda dipecat. Namun yang perlu diperhatikan, Anda sebaiknya jangan menyebutkan
konflik pribadi. Perlu Anda perhitungkan bahwa pewawancara mungkin akan bertanya
banyak soal masalah ini, jangan sampai Anda terbawa emosi. 12. Apa yang Anda rasakan
ketika harus meninggalkan pekerjaan Anda? Beritahu pewawancara bahwa Anda merasa
khawatir namun jangan terkesan panik. Katakan bahwa Anda siap menerima segala resiko
demi mendapatkan pekerjaan yang cocok untuk Anda. Jangan menunjukan bahwa Anda lebih
mementingkan kestabilan keuangan. 13. Pada pekerjaan Anda sebelumnya, apa yang
berkenan dengan Anda? Dan apa yang tidak berkenan? Berhati-hatilah dalam menjawab
pertanyaan ini dan kemukakan hal-hal positif. Deskripsikan lebih banyak hal yang Anda
sukai daripada yang Anda tidak sukai. Jangan menyebutkan masalah pribadi. Jika Anda
membuat pekerjaan sebelumnya terkesan buruk, pewawancara akan bertanya-tanya mengapa
Anda berada disana. Hal ini jelas mengurangi profesionalisme Anda. 14. Apa pendapat Anda
tentang bos Anda sebelumnya? Ini juga pertanyaan yang harus Anda jawab dengan hati-hati.
Sebisa mungkin jawablah pertanyaan ini dengan positif karena calon bos Anda akan merasa
Anda akan membicarakan hal-hal buruk tentang dia seperti apa yang telah Anda lakukan
terhadap bos yang terdahulu. 15. Mengapa Anda tidak mendapatkan pekerjaan yang lebih
baik di usia Anda? Lagi-lagi ini bisa menjadi pertanyaan jebakan. Beritahukan pewawancara
bahwa inilah alasan Anda mencari lowongan pekerjaan di perusahaan tersebut. Jangan
bersikap defensif. 16. Berapa gaji yang Anda minta? Ini pertanyaan yang mengiurkan, namun
pastikan Anda menyebutkan angka kisaran yang Anda yakin merupakan gaji yang pantas atau
bertanya pada pewawancara berapa kisaran pada pekerjaan sejenis. Jika Anda diberi
pertanyaan ini dari awal wawancara, sebaiknya Anda mengelaknya dengan mengatakan Anda
ingin tahu seberapa banyak tanggung jawab yang akan Anda pegang di perusahaan tersebut.
Tekankan bahwa Anda lebih mementingkan pekerjaannya namun jangan menjual standar
Anda. 17. Apa target jangka panjang Anda? Untuk menjawab pertanyaan ini, Anda lagi-lagi
diharuskan meneliti perusahaan tersebut dan mengetahui rencana dan/atau target mereka lalu
memberikan jawaban yang singkron dengan milik perusahaan. 18. Seberapa sukses yang
Anda rasa telah capai? Berikan jawaban yang positif dan percaya diri, namun jangan

memberikan jawaban yang berlebih. Jangan membuat pewawancara merasa Anda seorang
yang suka membesarbesarkan sesuatu.
Wawancara UniversitasDisini teman-teman akan ditanya mengenai "mengapa ingin
menjadi dosen?", dan pada waktu itu saya kebagian pertanyaan "Anda tahu tentang Tri
Dharma dosen, tolong sebutkan?" dan jawabannya adalah "Pendidikan, Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat". Pertanyaan mengenai wawasan kebangsaan ini berbeda-beda
setiap peserta. Waktu wawancara sekitar 5-7menit. Kemudian lanjut antri lagi untuk
wawancara program Studi.
Wawancara Program StudiSetelah menunggu kira-kira 1 jam, akhirnya giliran saya
untuk wawancara program studi. Ada 4 pewawancara yaitu dosen dan kepala jurusan.
Pertanyaan yang diajukan kira-kira seperti ini :
- Keinginan untuk melanjutkan S3, universitas dan jurusan apa yang dituju.
- Motivasi untuk menjadi dosen
-Cara anda menghadapi mahasiswa
-Mikroteaching, pada tahap ini teman-teman diminta untuk menerangkan materi apa
yang paling dikuasai menggunakan bahasa inggris. Tips-nya : sebaiknya teman-teman
mempersiapkan materi dulu sebelumnya, karena saat ditelpon, pihak universitas tidak
menyebutkan akan ada tes mikroteaching.
Tes Bahasa Inggris
Tepat jam 14.15 saya mendapat giliran untuk mengikuti tes ini. Pada tahapan ini,
teman-teman diminta menjelaskan gambaran umum tentang thesis saudara dalam
bahasa inggris.
1.

Ceritakan Tentang Diri Anda?

2.

Mengapa anda memutuskan untuk melamar pekerjaan di Universitas ini?

3.

Apa yang membuat anda menjadi tertarik dengan Universitas ini?

4.

Jurusan apa yang anda ambil saat kuliah?

5.

Prestasi Apa yang Pernah Anda Dapatkan?

6.

Apakah sebelumnya anda pernah bekerja? Jika pernah, kenapa anda keluar dari
pekerjaan sebelumnya?

7.

Mengapa anda ingin mengubah karir?

8.

Sebutkan dua hal yang memotivasi anda dalam bekerja?

9.

Masalah terbesar apa yang pernah anda hadapi? Bagaimana anda mengatasinya?

10.

Bagaimana anda menyikapi kritik yang diberikan kepada anda?

11.

Tanggung jawab apa yang anda anggap penting dalam pekerjaan?

12.

Tantangan apa yang anda cari dalam pekerjaan?

13.

Seandainya anda dihadapkan dengan dua tugas yang harus diselesaikan pada saat
yang bersamaan, apa yang akan anda lakukan?

14.

Masalah terbesar apa yang pernah anda hadapi? Bagaimana anda mengatasinya?

15.

Jika anda diterima, berapa gaji yang anda harapkan?

1. MEMBUKA KELAS
Dalam membuka pelajaran, hendaknya jangan langsung tertuju pada materi, sempatkanlah
diri untuk menyapa, mengucapkan salam, atau menceritakan materi yang akan disampaikan.
salah satu contohnya Selamat pagi anak anak ku tersayang, apa kabar? sudah siap untuk
belajar? baiklah sebelum kita memulai pelajaran,hendaknya kita berdoa terlebih dahulu
bla..bla..blbla
Banyak yang bisa diucapkan setelah salam
1. Saya akan presensi dulu ya.
2. Semoga kalian semua sehat-sehat dan semangat untuk belajar
3. Saya punya sedikit informasi dari koran yang saya baca hari ini (sampaikan
informasinya)
4. Sampaikan pengantar materi. Misalnya, Anda memutuskan untuk mengambil materi
unsur-unsur intrinsik karya sastra. Maka, jangan langsung, Saya akan menjelaskan
tentang unsur-unsur intrinsik. Unsur Intrinsik dibagi menjadi. JANGAN SEPERTI
ITU. Tetapi, sampaikan dahulu pengantar materi
Siapa diantara kalian yang suka membaca novel atau cerpen? Kalau kalian membaca novel
atau cerpen, sebenarnya, apa sih yang kalian dapatkan dari kegiatan tersebut maksudnya,
apa yang membuat kalian menjadi tahu?
INGAT Anda sedang bersimulasi menjadi guru. Maka, Anda harus benar-benar bisa
membayangkan ada siswa yang menjawab pertanyaan Anda. Maka ucapkan
Ya kalian benar semua, ketika membaca Novel, kita jadi tahu siapa tokohnya, apa temanya,
latar tempatnya dimana, dan sebagainya. Hari ini, saya akan menjelaskan tentang unsur-unsur
intrinsik
Pilih saja salah satu yang menurut Anda tepat. Atau, gunakan kreasi sendiri.
2. MENGELOLA KELAS
Sekali lagi, Anda sedang bersimulasi. Meskipun di hadapan Anda saat tes hanya ada tiga
orang penguji, namun Anda tetap harus membayangkan Anda berada di depan siswa yang
sedang mengikuti pelajaran Anda.

Ketika Anda sedang menerangkan materi selingi dengan menegur siswa


1. Bagaimana, sudah paham belum?
2. Coba itu yang tidur, silakan cuci muka
3. Miko Ryan, jangan ngobrol ya
4. Sampai saat ini ada pertanyaan?
5. Ada yang mempunyai pendapat lain?
6. Apakah sudah paham?
Memang, tidak ada yang akan menanggapi sapaan Anda di atas, tetapi bagi penguji, itu sudah
memberikan sedikit nilai, bahwa Anda menguasai kelas dan memperhatikan siswa.
3. PENGUASAAN MATERI
Beberapa kali saya temui, peserta tes pemula yang sangat terlihat kalau Ia tanpa persiapan
sama sekali. Hanya bermodalkan buku paket dan kertas sesobek berisi sedikit rangkuman
materi. Pada akhirnya, Ia akan gugup, grogi, mata terpaku ke kertas atau buku, gemeteran,
jadinya kebanyakan senyum dan terakhir dia berkata, Maaf Pak, Blank.
Penguasaan materi sangat penting. Sadarilah, penyebab utama seorang guru grogi dan tidak
yakin ketika menjelaskan materi adalah, karena tidak menguasai materi yang akan
disampaikan. Guru yang tidak menguasai bagaimana cara membaca puisi, tentu akan
berakibat Ia sendiri tidak PD ketika mengajarkan membaca puisi.
Tips:
1. Hafalkan materi tes Microteaching Anda, Hafalkan. Jangan melihat lagi catatan atau
buku yang Anda bawa. Penguji akan terkesan dengan penguasaan materi Anda.
2. Sempatkan berlatih di rumah. Gestur dan cara Anda bergerak di depan penguji, akan
sangat terlihat ketika Anda tampak ragu-ragu, grogi, tidak tenang, dan Kaku.
3. Ucapkan materi dengan lantang. Bukan teriak-teriak, tetapi keras dan jelas.
Perhatikan. Ketika sejak awal, Anda mengucapkan salam dengan lantang dilanjutkan
menegur siswa dengan lantang namun hangat, maka telinga Anda akan mengirimkan
sinyal ke otak bahwa Anda adalah orang yang percaya diri dan yakin.
4. Jangan kebanyakan gerakan yang tidak perlu. Misalnya, mengucek-ngucek rambut,
membetulkan tatanan rambut, merapikan pakaian, pegang-pegang hidung,
memasukkan tangan ke saku celana, kerap membetulkan letak kacamata, berdiri
dengan bertumpu pada satu kaki, bergerak maju mundur atau kanan kiri
5. Jika di tempat Anda melakukan tes Microteaching terdapat sebuah papan tulis.
MANFAATKAN saran saya MANFAATKAN. Bagi papan tulis menjadi dua

bagian. Kecil dan besar. Tuliskan terlebih dahulu materi apa yang akan Anda ajarkan
dan apa tujuan Anda mengajarkan materi itu pada bagian yang kecil. Dengan
memanfaatkan papan tulis, Anda akan dinilai mampu memanfaatkan dan
menggunakan media.
4. MENUTUP KELAS
Biasanya, peserta tes microteaching bingung kapan harus berhenti dan bagaimana caranya
berhenti. Mudah. Begitu materi sudah selesai Anda sampaikan ucapkan saja. Baik, itu tadi
sekilas/materi/ tentang unsur intrinsik, Anggap saja kelas sudah berakhir. Setelah Anda
selesai menyampaikan materi. JANGAN LUPA. Tanyakan lagi ke siswa, Sampai sini, ada
yang ingin bertanya? Bagimana? Sudah paham semua?.
Yang terakhir, Anda harus melakukan evaluasi. Anda bisa sedikit memberikan kesimpulan
dari materi, melakukan Tanya jawab kepada siswa (simulasi), atau sekadar menyampaik
untuk mengerjakan tugas di buku paket halaman sekian.Paling akhir banget, ucapkan Jika
tidak ada lagi yang ingin disampaikan Bapak ucapkan terima kasih, semoga hari ini menjadi
hari yang terindah untuk semuanya. Berburu ke padang datar // Dapat rusa belang di kaki //
Sama guru jangan kurang ajar // Rapot jeblok tanggung sendiri. Assalamu alaikum wa
rahmatullahi wa barakatuh.

Anda mungkin juga menyukai