STRUKTUR KRISTAL
Sebagian besar materi fisika zat padat adalah kristal dan elektron di dalamnya, fisika zat
padat mulai dikembangkan awal abad ke 20, mengikuti penemuan difraksi sinar-x oleh
kristal.
Sebuah kristal ideal disusun oleh satuan-satuan struktur yang identik secara berulangulang yang tak hingga di dalam ruang.
Semua struktur kristal dapat digambarkan atau dijelaskan dalam istilah-istilah lattice
(kisi) dan sebuah basis yang ditempelkan pada setiap titik lattice (kisi).
Lattice (kisi) : Sebuah susunan titik yang teratur dan periodik di dalam ruang
Sebuah abstraksi matematik
Basis
: Sekumpulan atom-atom
Jumlah atom dalam sebuah basis : satu buah atom atau lebih.
Struktur kristal = Kisi + Basis
Contoh :
Basis
Struktur Kristal
Titik Kisi
a2
Basis
a1
Jarak dari titik yang satu ke titik yang lain boleh sama atau berbeda, jika sama (dalam
kisi dua dimensi) akan berbentuk bujur sangkar dan jika berbeda akan berbentuk 4
persegi panjang.
Contoh : H2O = 1 basis (ada 3 atom)
H2SO4 = 1 basis (ada 7 atom)
Untuk kristal monoatomik dalam 1 basis hanya 1 atom.
Sebuah operasi translasi kisi didefinisikan sebagai perpindahan dari sebuah kristal oleh
T u1a1 u2 a2 u3 a3
Dimana :
u = Bilangan bulat
a2
a1
T 3a1 2a2
u1 3
u2 2
Posisi dari sebuah pusat atom j dari sebuah basis relative terhadap titik lattice dimana
basis diletakkan adalah:
rj x j a1 y j a2 z j a3
Dengan : 0 x j , y j , z j 1
Contoh:
yj
a2
xj
a1
Basis
Sel epipid = sebuah bangun yang sisinya sejajar / bidang yang dibatasi oleh garis-garis
Sejajar.
Cara Menentukan sel primitif (Sumbu-sumbu primitif)
a2
a2
CP
a1
CP
a1
a2
CP
a1
a2
a2
CP
a1
CP
a1
Cara lain untuk memilih sel perimitif : Metode Wigner Seitz.
1. Hubungkan sebuah titik lattice dengan titik lattice di sekitarnya.
2. di tengah-tengah dan tegak lurus terhadap garis penghubung ini, lukislah garisgaris atau bidang-bidang. Luas terkecil atau volume terkecil yang dilingkupi oleh
garis-garis atau bidang-bidang ini disebut dengan sel primitf Wigner seitz.
Contoh:
a1 a2 ; 900
Jumlah titik lattice pada :
Cel konvensional = 4x1/4 = 1 buah
Cel primitif = 1/4x 4 = 1 buah
a2
a1
a1 a2 ; 900
Jumlah titik lattice pada :
Cel konvensional = (4x1/4)+1 = 2 buah
Cel primitif = 4x1/4 = 1 buah
a2
a1
Kisi Heksagonal
a1
a2
a1 a2 ; 1200
Jumlah titik lattice pada :
Cel konvensional = (4x1/4)+1 = 2 buah
Cel primitif = 4x1/4 = 1 buah
JUMLAH
SUMBU
SUDUT
KISI
900
Triklinik
Monoklinik
KONVENSIONAL
a1 a2 a3
a1 a2 a3
Ortorombik
a1 a2 a3
900
Tetragonal
a1 a2 a3
900
Kubus
a1 a2 a3
900
Trogonal
a1 a2 a3
1200 900
Heksagonal
a1 a2 a3
Jumlah Kisi
900 , 1200
14 Buah
a1 ax
a2 ay
a3 az
Sel Konvensional
1
1
a1 a x y z a2 a x y z
2
2
;
1
a3 a x y z
2
Sel Konvensional
1
a1 a x y
2
1
1
a2 a y z a3 a x z
2
2
;
a1 di 2a1
a2 di 2a2
a3 di 2a3
Kebalikannya adalah
1 1 1
, ,
2 2 3
a
h k2 l2
2
Bidang BCGF
Perpotongan bidang BCGF dengan sumbu:
X di ~ ax
Y di 1ay
Z di ~ az
1 1 1
, ,
~ 1 ~
Jadi, indeks bidang BCGF adalah
(0 1 0)
Kebalikannya :
Bidang EFGH
Perpotongan bidang EFGH dengan sumbu:
X di ~ ax
Y di ~ ay
Z di 1az
1 1 1
, ,
~ ~ 1
Jadi, indeks bidang EFGH adalah
(0 0 1)
Kebalikannya :
Bidang ACGE
Perpotongan bidang ACGE dengan sumbu:
X di 1ax
Y di 1ay
Z di ~ az
1 1 1
Kebalikannya : , ,
1 1 ~
Jadi, indeks bidang ACGE adalah
(1 1 0)
Bidang DCGH
Bidang DCGH sejajar dengan bidang ABFE,
dan menempel di sumbu Y dan Z, artinya
bidang tersebut tidak hanya satu tetapi lebih
dari satu, maka indeks bidang DCGH adalah :
{1 0 0}
Tanda {1 0 0} menyatakan kumpulan bidangbidang yang sejajar dengan bidang (1 0 0).
Sama halnya dengan Bidang ADHE yang sejajar dengan bidang BCGF, maka indeks
bidang ADHE adalah {1 0 0} begitu juga dengan bidang ABCD sejajar dengan bidang
EFGH, maka bidang ABCD adalah {0 0 1}, dan seterusnya.
Jadi, apabila bidangnya menempel di sumbu, indeksnya akan sama dengan indeks bidang
yang sejajar dengannya.
sel primitif
Bidang ABEF
Perpotongan bidang ABEF dengan sumbu
primitif :
a1 di 2a1
1 1 1
Kebalikannya : , ,
a2 di ~ a2
2 ~ 2
a3 di 2a3
Maka, indeks bidang ABEF pada sel primitif
adalah (1 0 1)P
Sedangkan pada sumbu konvensional bidang
ABEF berpotongan pada:
X di 1ax
Y di ~ ay
1 1 1
Kebalikannya : , ,
1 ~ ~
Z di ~ az
Jadi, indeks bidang ABEF pada sel konvensional adalah (1 0 0)K
Bidang ACGF
Dengan menggunakan sumbu konvensional
pada kubus FCC, bidang ACGF mempunyai
indeks (1 1 0)K
Sedangkan pada sumbu primitif bidang ACGF
berpotongan dengan
a1 di 1a1
1 1 1
Kebalikannya : , ,
a2 di 2a2
1 2 2
a3 di 2a3
Maka, indeks bidang ACGF pada sel primitif
adalah (2 1 1)P
10
Bidang ACH
Dengan menggunakan sumbu konvensional
pada kubus FCC, bidang ACH mempunyai
indeks (1 1 1)K
Sedangkan pada sumbu primitif bidang ACH
berpotongan dengan
a1 di 1a1
1 1 1
Kebalikannya : , ,
a2 di 1a2
1 1 1
a3 di 1a3
Maka, indeks bidang ACH pada sel primitif
adalah (1 1 1)P
Jadi, indeks bidangnya sama baik pada sel
konvensional maupun pada sel primitif.
Bidang ABGH
Dengan menggunakan sumbu konvensional
pada kubus FCC, bidang ABGH mempunyai
indeks (1 0 1)K
Sedangkan pada sumbu primitif bidang ABGH
berpotongan dengan
a1 di 2a1
1 1 1
Kebalikannya : , ,
a2 di 2a2
2 2 1
a3 di 1a3
Maka, indeks bidang ABGH pada sel primitif
adalah (1 1 2)P
Bidang BCEH
Dengan menggunakan sumbu konvensional
pada kubus FCC, bidang ABGH mempunyai
indeks (1
a1 di 2a1
1 1 1
Kebalikannya : , ,
a2 di 2a2
2 2 1
a3 di 1a3
11
Maka, indeks bidang ABGH pada sel primitif adalah (1 1 2)P. Begitu juga dengan
bidang-bidang yang lainnya, pada kubus FCC.
sel primitif
s el
konvensional adalah (1 1 1 )K
a1 di 1a1
1 1 1
Kebalikannya : , ,
a2 di 1a2
1 1 1
a3 di 1a3
Maka, indeks bidang ABGH pada
konvensional adalah (1 1 1)P
12
sel