OLEH
NAMA
NIM
: (PO7120014030)
TINGKAT
: 2.1
PRODI
: D III KEPERAWATAN
LAPORAN PENDAHULUAN
AKUT LIMFOBLASTIK LEUKEMIA (ALL)
Granula neutrofil mempunyai afinitas sedikit terhadap zat warna basa dan
memberi warna biru atau merah muda pucat yang dikelilingi oleh sitoplasma
yang berwarna merah muda. Neutrofil merupakan leukosit granular yang
paling banyak, mencapai 60% dari jumlah sel darah putih. Neutrofil
merupakan sel berumur pendek dengan waktu paruh dalam darah 6-7 jam dan
jangka hidup antara 1-4 hari dalam jaringan ikat, setelah itu neutrofil mati.
b. Eosinofil
Eosinofil merupakan fagositik yang lemah. Jumlahnya akan meningkat saat
terjadi alergi atau penyakit parasit. Eosinofil memiliki granula sitoplasma yang
kasar dan besar. Sel granulanya berwarna merah sampai merah jingga.
Eosinofil memasuki darah dari sumsum tulang dan beredar hanya 6-10 jam
sebelum bermigrasi ke dalam jaringan ikat, tempat eosinofil menghabiskan
sisa 8-12 hari dari jangka hidupnya. Dalam darah normal, eosinofil jauh lebih
sedikit dari neutrofil, hanya 2-4% dari jumlah sel darah putih.
c. Basofil
Basofil adalah jenis leukosit yang paling sedikit jumlahnya yaitu kurang dari
1% dari jumlah sel darah putih. Basofil memiliki sejumlah granula sitoplasma
yang bentuknya tidak beraturan dan berwarna keunguan sampai hitam. Basofil
memiliki fungsi menyerupai sel mast, mengandung histamin untuk
meningkatkan aliran darah ke jaringan yang cedera dan heparin untuk
membantu mencegah pembekuan darah intravaskular.
2) Agranulosit
Agranulosit merupakan leukosit tanpa granula sitoplasma. Agranulosit terdiri dari
limfosit dan monosit.
a. Limfosit
Limfosit adalah golongan leukosit kedua terbanyak setelah neutrofil, berkisar
20-35% dari sel darah putih, memiliki fungsi dalam reaksi imunitas. Limfosit
memiliki inti yang bulat atau oval yang dikelilingi oleh pinggiran sitoplasma
yang sempit berwarna biru. Terdapat dua jenis limfosit yaitu limfosit T dan
limfosit B. Limfosit T bergantung timus, berumur panjang, dibentuk dalam
timus. Limfosit B tidak bergantung timus, tersebar dalam folikel-folikel
kelenjar getah bening. Limfosit T bertanggung jawab atas respons kekebalan
selular melalui pembentukan sel yang reaktif antigen sedangkan limfosit B,
jika dirangsang dengan semestinya, berdiferesiansi menjadi sel-sel plasma
yang menghasilkan imunoglobulin, sel-sel ini bertanggung jawab atas respons
kekebalan hormonal.
b. Monosit
Monosit merupakan leukosit terbesar. Monosit mencapai 3-8% dari sel darah
putih, memiliki waktu paruh 12-100 jam di dalam darah. Intinya terlipat atau
berlekuk dan terlihat berlobus, protoplasmanya melebar, warna biru keabuan
yang mempunyai bintik-bintik sedikit kemerahan. Monosit memiliki fungsi
fagositik dan sangat aktif, membuang sel-sel cedera dan mati, fragmenfragmen sel, dan mikroorganisme.
3. ETIOLOGI
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang
menyebabkan terjadinya leukemia yaitu :
1) Genetik
a. Keturunan
a) Adanya Penyimpangan Kromosom
Insidensi leukemia meningkat pada penderita kelainan kongenital, diantaranya
pada sindroma Down, sindroma Bloom, Fanconis Anemia, sindroma WiskottAldrich, sindroma Ellis van Creveld, sindroma Kleinfelter, D-Trisomy
sindrome, sindroma von Reckinghausen, dan neurofibromatosis. Kelainankelainan kongenital ini dikaitkan erat dengan adanya perubahan informasi gen,
misal pada kromosom 21 atau C-group Trisomy, atau pola kromosom yang
tidak stabil, seperti pada aneuploidy.
b) Saudara kandung
Dilaporkan adanya resiko leukemia akut yang tinggi pada kembar identik
dimana kasus-kasus leukemia akut terjadi pada tahun pertama kelahiran. Hal
ini berlaku juga pada keluarga dengan insidensi leukemia yang sangat tinggi
b. Faktor Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan di ketahui dapat menyebabkan kerusakan kromosom
dapatan, misal : radiasi, bahan kimia, dan obat-obatan yang dihubungkan dengan
insiden yang meningkat pada leukemia akut, khususnya ALL
2) Virus
Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta bahwa RNA virus menyebabkan
leukemia pada hewan termasuk primata. Penelitian pada manusia menemukan adanya
RNA dependent DNA polimerase pada sel-sel leukemia tapi tidak ditemukan pada selsel normal dan enzim ini berasal dari virus tipe C yang merupakan virus RNA yang
menyebabkan leukemia pada hewan. (Wiernik, 1985). Salah satu virus yang terbukti
dapat menyebabkan leukemia pada manusia adalah Human T-Cell Leukemia . Jenis
leukemia yang ditimbulkan adalah Acute T- Cell Leukemia.
3) Bahan Kimia dan Obat-obatan
a. Bahan Kimia
penyimpangan
kromosom
yang
menyebabkan
AML.
ditemukan sel muda limfoblas dan biasanya ada leukositosis, kadang-kadang leukopenia
(25%). Jumlah leukosit neutrofil seringkali rendah, demikian pula kadar hemoglobin dan
trombosit. Hasil pemeriksaan sumsum tulang biasanya menunjukkan sel-sel blas yang
dominan. Pematangan limfosit B dimulai dari sel stem pluripoten, kemudian sel stem
limfoid, pre pre-B, early B, sel B intermedia, sel B matang, sel plasmasitoid dan sel
plasma. Limfosit T juga berasal dari sel stem pluripoten, berkembang menjadi sel stem
limfoid, sel timosit imatur, cimmom thymosit, timosit matur, dan menjadi sel limfosit T
helper dan limfosit T supresor.
Peningkatan prosuksi leukosit juga melibatkan tempat-tempat ekstramedular sehingga
anak-anak menderita pembesaran kelenjar limfe dan hepatosplenomegali. Sakit tulang
juga sering dijumpai. Juga timbul serangan pada susunan saraf pusat, yaitu sakit kepala,
muntah-muntah, seizures dan gangguan penglihatan.
Sel kanker menghasilkan leukosit yang imatur / abnormal dalam jumlah yang
berlebihan. Leukosit imatur ini menyusup ke berbagai organ, termasuk sumsum tulang
dan menggantikan unsur-unsur sel yang normal. Limfosit imatur berproliferasi dalam
sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga mengganggu perkembangan sel normal. Hal
ini menyebabkan haemopoesis normal terhambat, akibatnya terjadi penurunan jumlah
leucosit, sel darah merah dan trombosit. Infiltrasi sel kanker ke berbagai organ
menyebabkan pembersaran hati, limpa, limfodenopati, sakit kepala, muntah, dan nyeri
tulang serta persendian. Penurunan jumlah eritrosit menimbulkan anemia, penurunan
jumlah trombosit mempermudah terjadinya perdarahan (echimosis, perdarahan gusi,
epistaksis dll.). Adanya sel kanker juga mempengaruhi sistem retikuloendotelial yang
dapat menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh, sehingga mudah mengalami
infeksi. Adanya sel kaker juga mengganggu metabolisme sehingga sel kekurangan
makanan. (Ngastiyah, 1997; Smeltzer & Bare, 2002; Suriadi dan Rita Yuliani, 2001, Betz
& Sowden, 2002).
5. KLASIFIKASI
Secara sederhana leukemia dapat diklasifikasikan berdasarkan maturasi sel dan tipe sel
asal yaitu :
1) Leukemia Akut
Leukemia akut adalah keganasan primer sumsum tulang yang berakibat terdesaknya
komponen darah normal oleh komponen darah abnormal (blastosit) yang disertai
dengan penyebaran ke organ-organ lain. Leukemia akut memiliki perjalanan klinis
yang cepat, tanpa pengobatan penderita akan meninggal rata-rata dalam 4-6 bulan.
a. Leukemia Limfositik Akut (LLA)
perubahan statusmental.
j.
7. PATWAY
Patway All (Akut Limfoblastik Leukeumia)
8. PEMERIKSAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang mengenai leukemia adalah :
a. Hitung darah lengkap menunjukkan normositik, anemia normositik.
b. Hemoglobin : dapat kurang dari 10 g/100 ml
c. Retikulosit : jumlah biasanya rendah
d. Jumlah trombosit : mungkin sangat rendah (<50.000/mm)
e. SDP : mungkin lebih dari 50.000/cm dengan peningkatan SDP yang imatur
f.
g.
h.
i.
mielomonositik.
j. Copper serum : meningkat
k. Zinc serum : meningkat/ menurun
l. Biopsi sumsum tulang : SDM abnormal biasanya lebih dari 50 % atau lebih dari
SDP pada sumsum tulang. Sering 60% - 90% dari blast, dengan prekusor eritroid,
sel matur, dan megakariositis menurun.
m. Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat keterlibatan
9. PENATALAKSANAAN MEDIS
sel-sel induk (stem cell) hasil transplantasi ini. Setelah transplantasi sel induk (stem
cell), pasien biasanya harus menginap di rumah sakit selama beberapa minggu. Tim
kesehatan akan melindungi pasien dari infeksi sampai sel-sel induk (stem cell) hasil
transplantasi mulai menghasilkan sel-sel darah putih dalam jumlah yang memadai.
7) Transfusi darah, biasanya diberikan bila kadar Hb kurang dari 6 g%. Pada
trombositopenia yang berat dan perdarahan masif, dapat diberikan transfusi trombosit
dan bila terdapat tanda-tanda DIC dapat diberikan heparin.
8) Kortikosteroid (prednison, kortison, deksametason dan sebagainya). Setelah dicapai
remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan.
9) Sitostatika. Selain sitostatika yang lama (6-merkaptopurin atau 6-mp, metotreksat
atau MTX) pada waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih poten seperti vinkristin
(oncovin),
rubidomisin
(daunorubycine),
sitosin,
arabinosid,
L-asparaginase,
Yaitu agar sel yang tersisa tidak cepat memperbanyak diri lagi.
c. Rumat (maintenance)
Untuk mempertahankan masa remisi, sedapat-dapatnya suatu masa remisi
yang lama. Biasanya dilakukan dengan pemberian sitostatika separuh dosis
biasa.
d. Reinduksi
Dimaksudkan untuk mencegah relaps. Reinduksi biasanya dilakukan setiap
3-6 bulan dengan pemberian obat-obat seperti pada induksi selama 10-14
hari.
e. Mencegah terjadinya leukemia susunan saraf pusat.
Untuk hal ini diberikan MTX intratekal pada waktu induksi untuk mencegah
leukemia meningeal dan radiasi kranial sebanyak 2.4002.500 rad. untuk
mencegah leukemia meningeal dan leukemia serebral. Radiasi ini tidak
diulang pada reinduksi.
f. Pengobatan imunologik
Diharapkan semua sel leukemia dalam tubuh akan hilang sama sekali dan
dengan demikian diharapkan penderita dapat sembuh sempurna. (Sutarni Nani,
2003)
10. KOMPLIKASI
1) Perdarahan
Akibat defisiensi trombosit (trombositopenia). Angka trombosit yang rendah ditandai
dengan:
Memar (ekimosis)
Petekia (bintik perdarahan kemerahan atau keabuan sebesar ujung jarum
dipermukaan kulit)
Perdarahan berat jika angka trombosit < 20.000 mm3 darah. Demam dan
a. Keluhan Utama : Pada anak keluhan yang sering muncul tiba-tiba adalah
demam, lesudan malas makan atau nafsu makan berkurang, pucat (anemia)
dan kecenderungan terjadi perdarahan.
b. Riwayat kesehatan masa lalu : Pada penderita ALL sering ditemukan riwayat
keluarga yang erpapar oleh chemical toxins (benzene dan arsen), infeksi virus
(epstein barr, HTLV-1), kelainan kromosom dan penggunaan obat-obatann
seperti phenylbutazone dan khloramphenicol, terapi radiasi maupun
kemoterapi.
c. Pola Persepsi - mempertahankan kesehatan : Tidak spesifik dan berhubungan
dengan kebiasaan buruk dalam mempertahankan kondisi kesehatan dan
kebersihan diri. Kadang ditemukan laporan tentang riwayat terpapar bahanbahan kimia dari orangtua.
d. Pola Nurisi : Anak sering mengalami penurunan nafsu makan, anorexia,
muntah, perubahan sensasi rasa, penurunan berat badan dan gangguan
menelan, serta pharingitis. Dari pemerksaan fisik ditemukan adanya distensi
abdomen, penurunan bowel sounds, pembesaran limfa, pembesaran hepar
akibat invasi sel-sel darah putih yang berproliferasi secara abnormal, ikterus,
stomatitis, ulserasi oal, dan adanya pmbesaran gusi (bisa menjadi indikasi
terhadap acute monolytic leukemia)
e. Pola Eliminasi : Anak kadang mengalami diare, penegangan pada perianal,
nyeri abdomen, dan ditemukan darah segar dan faeces berwarna ter, darah
dalam urin, serta penurunan urin output. Pada inspeksi didapatkan adanya
abses perianal, serta adanya hematuria.
f. Pola Tidur dan Istrahat : Anak memperlihatkan penurunan aktifitas dan lebih
banyak waktu yang dihabiskan untuk tidur /istrahat karena mudah mengalami
kelelahan.
g. Pola Kognitif dan Persepsi : Anak penderita ALL sering ditemukan mengalami
penurunan kesadaran (somnolence) , iritabilits otot dan seizure activity,
adanya keluhan sakit kepala, disorientasi, karena sel darah putih yang
abnormal berinfiltrasi ke susunan saraf pusat.
h. Pola Mekanisme Koping dan Stress : Anak berada dalam kondisi yang lemah
dengan pertahan tubuh yang sangat jelek. Dalam pengkajian dapt ditemukan
adanya depresi, withdrawal, cemas, takut, marah, dan iritabilitas. Juga
ditemukan peerubahan suasana hati, dan bingung.
i. Pola Seksual : Pada pasien anak-anak pola seksual belum dapat dikaji
j. Pola Hubungan Peran : Pasien anak-anak biasanya merasa kehilangan
kesempatan bermain dan berkumpul bersama teman-teman serta belajar.
k. Pola Keyakinan dan Nilai : Anak pra sekolah mengalami kelemahan umum
dan ketidakberdayaan melakukan ibadah.
l. Pengkajian tumbuh kembang anak.
3) Pemeriksaan Diagnostik
Count Blood Cells : indikasi normocytic, normochromic anemia
Hemoglobin : bisa kurang dari 10 gr%
Retikulosit : menurun/rendah
Platelet count : sangat rendah (<50.000/mm)
White Blood cells : > 50.000/cm dengan peningkatan immatur WBC (kiri ke
kanan)
Serum/urin uric acid : meningkat
Serum zinc : menurun
Bone marrow biopsy : indikasi 60 90 % adalah blast sel dengan erythroid
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
3) Resiko terhadap cedera: perdarahan berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit
4) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
5) Perubahan membran mukosa mulut: stomatitis berhubungan dengan efek samping ,
agen kemoterapi
6) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
7) Nyeri berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
8) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi,
radioterapi, imobilitas.
3. RENCANA KEPERAWATAN
N
O
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TUJUAN (NOC)
INTERVENSI (NIC)
Resiko infeksi
Definisi :
Peningkatan resiko
masuknya organisme
patogen
Faktor-faktor resiko:
- Prosedur Infasif,
- Ketidakcukupan
pengetahuan
untuk
NOC :
Immune Status
Knowledge :
Infection control
Risk control
Kriteria Hasil :
Klien bebas
dari tanda dan
gejala infeksi
Mendeskripsika
NIC :
Infection Control (Kontrol
infeksi)
1. Bersihkan
lingkungan
setelah dipakai pasien lain
2. Pertahankan teknik isolasi
3. Batasi pengunjung bila
perlu
4. Instruksikan
pada
pengunjung untuk mencuci
menghindari
paparan patogen,
Trauma,
Kerusakan
jaringan dan
peningkatan
paparan
lingkungan,
Ruptur membran
amnion, Agen
farmasi
(imunosupresan),
Malnutrisi,
Peningkatan
paparan
lingkungan
patogen,
Imonusupresi,
Ketidakadekuatan
imum buatan,
Tidak adekuat
pertahanan
sekunder
(penurunan Hb,
Leukopenia,
penekanan respon
inflamasi)
Tidak adekuat
pertahanan tubuh
primer (kulit tidak
utuh, trauma
jaringan,
penurunan kerja
silia, cairan tubuh
statis, perubahan
sekresi pH,
perubahan
peristaltik)
Penyakit
kronikhiperplasia
dinding bronkus,
alergi jalan nafas,
asma.
Obstruksi jalan
nafas : spasme
jalan nafas,
sekresi tertahan,
banyaknya
mukus, adanya
jalan nafas
n proses
penularan
penyakit, factor
yang
mempengaruhi
penularan serta
penatalaksanaa
nnya,
Menunjukkan
kemampuan
untuk
mencegah
timbulnya
infeksi
Jumlah leukosit
dalam batas
normal
Menunjukkan
perilaku hidup
sehat
buatan, sekresi
bronkus, adanya
eksudat di
alveolus, adanya
benda asing di
jalan nafas.
NIC :
Energy Management
1. Observasi adanya
pembatasan klien dalam
melakukan aktivitas
2. Dorong anak untuk
mengungkapkan perasaan
terhadap keterbatasan
3. Kaji adanya factor yang
menyebabkan kelelahan
4. Monitor nutrisi dan sumber
energi tangadekuat
5. Monitor pasien akan adanya
kelelahan fisik dan emosi
secara berlebihan
6. Monitor respon
kardivaskuler terhadap
aktivitas
7. Monitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat
pasien
Activity Therapy
1. Kolaborasikan dengan
Tenaga Rehabilitasi Medik
dalammerencanakan
progran terapi yang tepat.
2. Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
3. Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten
yangsesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi
dan social
4. Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
an antara suplei
oksigen dengan
kebutuhan
Gaya hidup yang
dipertahankan.
Resiko terhadap
cedera/perdarahan yang
berhubungan dengan
penurunan jumlah
trombosit
Tujuan :
Untuk menghindari
perdarahan
Kriteria hasil :
Klien tidak
menunjukkan
bukti-bukti
perdarahan
Trombosit
meningkat /
tetap
Kegiatan :
1. Gunakan semua tindakan
untuk mencegah perdarahan
khususnya pada daerah
ekimosis
2. Cegah ulserasi oral dan
rectal
3. Gunakan jarum yang kecil
pada saat melakukan injeksi
4. Menggunakan sikat gigi
yang lunak dan lembut
5. Laporkan setiap tanda-tanda
perdarahan (tekanan darah
menurun, denyut nadi cepat,
dan pucat)
6. Hindari obat-obat yang
mengandung aspirin
7. Ajarkan orang tua dan anak
yang lebih besar ntuk
mengontrol perdarahan
hidung
NOC:
Fluid balance
NIC :
Fluid management
Perubahan membran
mukosa mulut :
stomatitis yang
berhubungan dengan
Tujuan :
Menghindari
terjadinya
perubahan
Kegiatan :
1. Inspeksi mulut setiap hari
untuk adanya ulkus oral
2. Gunakan sikat gigi berbulu
membrane mukosa
lembut, aplikator berujung
oral
kapas, atau jari yang dibalut
Kriteria Hasil :
kasa
Pasien tidak 3. Berikan pencucian mulut
yang sering dengan cairan
mengalami
salin normal atau tanpa
mukositis oral
larutan
Mukosa
bikarbonat
lembab dan
4.
Gunakan pelembab bibir
bersih
5. Hindari penggunaan larutan
lidokain pada anak kecil
6. Berikan diet cair, lembut
dan lunak
7. Inspeksi mulut setiap hari
8. Dorong masukan cairan
dengan menggunakan
sedotan
9. Hindari penggunaa swab
gliserin, hidrogen peroksida
dan susu magnesi
10. Berikan obat-obat anti
infeksi sesuai ketentuan
11. Berikan analgetik
Ketidakseimbangan
NOC :
NIC :
nutrisi kurang dari
Nutritional Status : Nutrition Management
kebutuhan tubuh b/d
1. Kaji adanya alergi makanan
food and Fluid
pembatasan cairan, diit,
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
Intake
dan hilangnya protein
untuk menentukan jumlah
Kriteria Hasil :
Definisi : Intake
kalori dan nutrisi yang
Adanya
dibutuhkan pasien.
nutrisi tidak cukup
peningkatan berat
3. Anjurkan pasien untuk
untuk keperluan
badan sesuai
meningkatkan intake Fe
metabolisme tubuh.
dengan tujuan
4.
Anjurkan pasien untuk
Batasan
Berat badan ideal
meningkatkan protein dan
karakteristik :
sesuai dengan
vitamin C
- Berat badan 20 %
tinggi badan
5. Berikan substansi gula
atau lebih di bawah
Mampu
6. Yakinkan diet yang dimakan
ideal
mengidentifikasi
mengandung tinggi serat
- Dilaporkan adanya
kebutuhan nutrisi
untuk mencegah konstipasi
intake makanan
Tidak ada tanda
7. Berikan makanan yang
yang kurang dari
tanda malnutrisi
terpilih
(
sudah
RDA (Recomended
Tidak terjadi
dikonsultasikan dengan ahli
Daily Allowance)
penurunan
berat
gizi)
- Membran mukosa
badan
yang
8.
Ajarkan pasien bagaimana
dan konjungtiva
berarti
membuat catatan makanan
pucat
harian.
- Kelemahan otot
9. Monitor jumlah nutrisi dan
yang digunakan
kandungan kalori
untuk
10. Berikan informasi tentang
menelan/mengunyah
Luka, inflamasi
pada rongga mulut
Mudah merasa
kenyang, sesaat
setelah mengunyah
makanan
Dilaporkan atau
fakta adanya
kekurangan
makanan
Dilaporkan adanya
perubahan sensasi
rasa
Perasaan
ketidakmampuan
untuk mengunyah
makanan
Miskonsepsi
Kehilangan BB
dengan makanan
cukup
Keengganan untuk
makan
Kram pada abdomen
Tonus otot jelek
Nyeri abdominal
dengan atau tanpa
patologi
Kurang berminat
terhadap makanan
Pembuluh darah
kapiler mulai rapuh
Diare dan atau
steatorrhea
Kehilangan rambut
yang cukup banyak
(rontok)
Suara usus
hiperaktif
Kurangnya
informasi,
misinformasi
Faktor-faktor yang
berhubungan :
Ketidakmampuan
pemasukan atau
mencerna makanan
atau mengabsorpsi
zat-zat gizi
berhubungan dengan
kebutuhan nutrisi
11. Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas
normal
2. Monitor adanya penurunan
berat badan
3. Monitor tipe dan jumlah
aktivitas
yang
biasa
dilakukan
4. Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
5. Monitor lingkungan selama
makan
6. Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
7. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
10. Monitor mual dan muntah
11. Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan kadar
Ht
12. Monitor makanan kesukaan
13. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
14. Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
15. Monitor kalori dan intake
nuntrisi
16. Catat
adanya
edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral.
17. Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
faktor biologis,
psikologis atau
ekonomi.
7
Nyeri
Definisi :
Sensori yang tidak
menyenangkan dan
pengalaman
emosional yang
muncul secara aktual
atau potensial
kerusakan jaringan
atau menggambarkan
adanya kerusakan
(Asosiasi Studi Nyeri
Internasional):
serangan mendadak
atau pelan
intensitasnya dari
ringan sampai berat
yang dapat
diantisipasi dengan
akhir yang dapat
diprediksi dan
dengan durasi kurang
dari 6 bulan.
Batasan
karakteristik :
- Laporan secara
verbal atau non
verbal
- Fakta dari observasi
- Posisi antalgic untuk
menghindari nyeri
- Gerakan melindungi
- Tingkah laku
berhati-hati
- Muka topeng
- Gangguan tidur
(mata sayu, tampak
capek, sulit atau
gerakan kacau,
menyeringai)
- Terfokus pada diri
sendiri
- Fokus menyempit
(penurunan persepsi
waktu, kerusakan
proses berpikir,
NOC :
Pain Level,
Pain control,
Comfort level
Kriteria Hasil :
Mampu mengontrol
nyeri
(tahu
penyebab
nyeri,
mampu
menggunakan
tehnik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
nyeri,
mencari
bantuan)
Melaporkan bahwa
nyeri
berkurang
dengan
menggunakan
manajemen nyeri
Mampu mengenali
nyeri
(skala,
intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri)
Menyatakan rasa
nyaman
setelah
nyeri berkurang
Tanda vital dalam
rentang normal
NIC :
Pain Management
1. Lakukan pengkajian nyeri
secara
komprehensif
termasuk
lokasi,
karakteristik,
durasi,
frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi
2. Observasi reaksi nonverbal
dari ketidaknyamanan
3. Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
4. Kaji
kultur
yang
mempengaruhi respon nyeri
5. Evaluasi pengalaman nyeri
masa lampau
6. Evaluasi bersama pasien
dan tim kesehatan lain
tentang
ketidakefektifan
kontrol nyeri masa lampau
7. Bantu pasien dan keluarga
untuk
mencari
dan
menemukan dukungan
8. Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti
suhu
ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
9. Kurangi faktor presipitasi
nyeri
10. Pilih
dan
lakukan
penanganan
nyeri
(farmakologi,
non
farmakologi
dan
inter
personal)
11. Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk
menentukan
intervensi
12. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
13. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan
dengan
penurunan interaksi
dengan orang dan
lingkungan)
Tingkah laku
distraksi, contoh :
jalan-jalan,
menemui orang lain
dan/atau aktivitas,
aktivitas berulangulang)
Respon autonom
(seperti diaphoresis,
perubahan tekanan
darah, perubahan
nafas, nadi dan
dilatasi pupil)
Perubahan
autonomic dalam
tonus otot (mungkin
dalam rentang dari
lemah ke kaku)
Tingkah laku
ekspresif (contoh :
gelisah, merintih,
menangis, waspada,
iritabel, nafas
panjang/berkeluh
kesah)
Perubahan dalam
nafsu makan dan
minum
Faktor yang
berhubungan:
Agen injuri (biologi,
kimia, fisik,
psikologis)
Kerusakan intergritas
NOC :
kulit b/d edema dan
Tissue Integrity :
menurunnya tingkat
Skin and Mucous
aktivitas
Membranes
Definisi : Perubahan Kriteria Hasil :
pada epidermis dan
Integritas
kulit
dermis
yang baik bisa
Batasan
dipertahankan
karakteristik :
(sensasi,
- Gangguan pada
elastisitas,
bagian tubuh
Kerusakan lapisa
kulit (dermis)
Gangguan
permukaan kulit
(epidermis)
Faktor yang
berhubungan :
Eksternal :
Hipertermia atau
hipotermia
Substansi kimia
Kelembaban
udara
Faktor mekanik
(misalnya : alat
yang dapat
menimbulkan
luka, tekanan,
restraint)
Immobilitas fisik
Radiasi
Usia yang ekstrim
Kelembaban kulit
Obat-obatan
Internal :
- Perubahan status
metabolik
- Tulang menonjol
- Defisit imunologi
- Faktor yang
berhubungan
dengan
perkembangan
- Perubahan sensasi
- Perubahan status
nutrisi (obesitas,
kekurusan)
- Perubahan status
cairan
- Perubahan
pigmentasi
- Perubahan
sirkulasi
- Perubahan turgor
(elastisitas kulit)
temperatur,
hidrasi,
pigmentasi)
Tidak
ada
luka/lesi
pada
kulit
Perfusi jaringan
baik
Menunjukkan
pemahaman
dalam
proses
perbaikan
kulit
dan
mencegah
terjadinya sedera
berulang
Mampu
melindungi kulit
dan
mempertahankan
kelembaban kulit
dan
perawatan
alami
jam sekali
5. Monitor kulit akan adanya
kemerahan
6. Oleskan
lotion
atau
minyak/baby oil pada derah
yang tertekan
7. Monitor
aktivitas
dan
mobilisasi pasien
8. Monitor status nutrisi pasien
9. Memandikan pasien dengan
sabun dan air hangat
DAFTAR PUSTAKA
Aster, Jon.2007.Sistem Hematopoietik dan Limfoid dalam Buku Ajar Patologi Edisi 7.
Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC
Atul, Mehta dan A. Victor Hoffbrand. 2006.At a Glance Hematologi.Edisi 2. Jakarta:
Erlangga
Baldy, Catherine M.2006.Komposisi Darah dan Sistem Makrofag-Monosit dalam
Patofisiologi
Konsep
Klinis
Proses-proses
Penyakit.
Jakarta:Penerbit
Buku
Kedokteran EGC
Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. (terjemahan).
Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Landier W, Bhatia S, Eshelman DA, Forte KJ, Sweeney T, Hester AL, et al.Development of
risk-based guidelines for pediatric cancer survivors: the Children'sOncology Group
Long-Term Follow-Up Guidelines from the Children's OncologyGroup Late Effects
Committee and Nursing Discipline. J Clin Oncol. Dec 152004;22(24):4979-90.
Margolin JF, Steuber CP, Poplack DG. Acute lymphoblastic leukemia. In: Pizzo PAPoplack
DG, eds. Principles and Practice of Pediatric Oncology. 15th ed. 2006:538-90.3.
Marion Johnson, dkk, 2000, Nursing Outcome Classifications (NOC), Mosby Year-Book, St.
Louis
Marjory Gordon, dkk, 2001, Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2001-2002,
NANDA
Price, Sylvia Anderson. Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease Processes. Alih
Bahasa Peter Anugrah. Ed.Jakarta : EGC; 19945.
Reeves, Charlene J et al. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono. Ed. I.
Jakarta : Salemba Medika; 2001.
Ribera JM, Oriol A. Acute lymphoblastic leukemia in adolescents and young adults. Hematol
Oncol Clin North Am. Oct 2009;23(5):1033-42.2.
Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih
bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001.2.
Tucke