Anda di halaman 1dari 29

;KETERAMPILAN MEMBIMBING DISKUSI KELOMPOK

KECIL DAN MENGELOLA KELAS

OLEH :
HANA LESTARI INDAH (06111381320020)
MUTIA OKTRI ADRIANI (0611138132002024)
ALMAS GHASSINI A. W. (06111381320020)

Dosen Pembimbing : Drs Abidin Pasaribu, M.M

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah
ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas
mengenai Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil dan Mengelola
Kelas.
Makalah ini dibuat dengan berbagai pengumpulan data dan informasi dari
berbagai buku dan link untuk menyelesaikan tantangan dan hambatan selama
mengerjakan makalah ini. Pun tak dapat dipungkiri bimbingan dari dosen pengampu
kami, Bapak Drs. Abidin Pasaribu, M.M. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah terlibat dalam
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang dapat membangun makalah kami. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Palembang, 18 April 2016

Kelompok 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga maupun masyarakat, setiap
orang dihadapkan kepada masalah-masalah yang menuntut adanya pengambilan
keputusan. Suatu ketika setiap orang tentu akan mengetahui bahwa ada begitu
banyak persoalan dalam lingkungan sosialnya yang tidak dapat diselesaikan secara
individu. Oleh karena itu dibutuhkan penilaian dan dialog dari pribadi-pribadi
lainnya berkaitan dengan persoalan yang dihadapinya..
Suatu proses pembelajaran mempunyai banyak tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan tersebut tidak terbatas pada pengetahuan saja, melainkan juga pembentukan
keterampiIan dan sikap. Oleh sebab itu proses pembelajaran menuntut adanya model
pembelajaran yang dapat melibatkan potensi peserta didik secara optimal, yaitu suatu
model pembelajaran yang menekankan penggunaan metode diskusi kelompok
dalarn pelaksanaanya.

Kegiatan diskusi

memungkinkan

peserta

didik

untuk

menguasai konsep-konsep materi untuk memecahkan suatu masalah melalui proses


berpikir kritis, percaya diri, berani berpendapat secara kritis dan positif serta mampu
berinteraksi dengan teman dan lingkungan sosialnya.
Seorang guru yang memiliki fungsi sebagai fasilitator, motivator serta evaluator
dituntut berbagai keterampilan-keterampilan dasar dalam mengajar. Salah satunya
adalah keterampilan untuk memimpin diskusi kelompok kecil dan mengelolah kelas.
Hal ini sangat penting sebab

menurut Mulyasa dalam Suwarna (2006:80)

Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil bertujuan sebagai berikut:


1.

Siswa dapat saling memberi informasi atau pengalaman dalam menjelajahi

2.

gagasan baru atau masalah yang harus dipecahkan oleh mereka.


Siswa dapat mengembangkan pengetahuan dan kemampuan untuk berpikir

3.
4.

dan komunikasi.
Siswa terlibat dalam perencanaan dan pengambilan keputusan
Diskusi punya peran khusus dalam pencapaian tujuan pendidikan yang
bersifat pendudukan sikap, nilai, kebiasaan dan keterampilan.

Keberhasilan seorang guru dalam mengajar tidak hanya ditentukan oleh faktorfaktor yang berhubungan dengan proses pembelajaran saja, melainkan juga
ditentukan oleh keterampilan pengelolaan kelas yang dikuasainya. Keterampilan
mengelola kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara
kondisi belajar yang optimal dan keterampilan untuk mengembalikan kondisi belajar
yang optimal. Keterampilan Mengelola kelas terbagi menjadi dua jenis keterampilan
yaitu: Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi
belajar yang optimal dan keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian
kondisi belajar yang optimal.
Tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan
tertib sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien. Untuk
melatih kemampuan seorang guru dalam mengelola kelas dapat melalui dua cara,
yaitu melalui pengalaman dan melalui belajar. Oleh karena itu, makalah ini dibuat
agra kita memahami dan mampu mengelola kelas dengan baik.
1.2 Rumusan Masalah
Makalah ini membahas mengenai beberapa masalah seputar inovasi pendidikan,
yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Apa pengertian dari diskusi kelompok kecil dan pengelolaan kelas?


Apa tujuan dan manfaat dari diskusi ?
Apa tujuan dari pengelolaan kelas ?
Apa saja tahap-tahap kegiatan diskusi?
Apa saja komponen-komponen keterampilan mengelola kelas?
Apa saja prinsip-prinsip dalam mengelolaan kelas ?
Bagaimana peran guru dalam pengelolaan kelas ?
Apa keunggulan dari diskusi kelompok kecil dan pengelolaan kelas ?
Apa kelemahan dari diskusi kelompok kecil dan pengelolaan kelas ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Menjelaskan pengertian diskusi kelompok kecil dan pengelolaan kelas.
2. Menjelasakn tujuan dan manfaat diskusi.
3. Menjelaskan tujuan pengelolaan kelas.
4. Menjelaskan tahap-tahap kegiatan diskusi.
5. Menjelaskan komponen-komponen dalam keterampilan mengelola kelas.
6. Menjelaskan prinsip-prinsip pengelolaan kelas.
7. Menjelaskan peran guru dalam mengelolaan kelas.
8. Menjelaskan keunggulan diskusi kelompok kecil.

9.

Menjelaskan kelemahan diskusi kelompok kecil.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
2.1.1 Keterampilan Memimpin Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok kecil adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan
sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai

pengalaman atau informasi, pengambilan keputusan, atau pemecahan masalah


(Usman 1990:86). Diskusi kelompok kecil idealnya berjumlah antara 3-9 siswa.
Hasibuan (2008:88-89) mengemukakan bahwa diskusi kelompok kecil adalah suatu
proses yang teratur dengan melibatkan sekelompok siswa dalam interaksi tatap muka
kooperatif yang optimal dengan tujuan berbagi informasi atau pengalaman,
mengambil keputusan, atau memecahkan suatu masalah. Dalam diskusi kelompok
kecil, siswa berdiskusi secara kelompok kecil di bawah pimpinan guru atau
temannya dengan menaati peraturan yang telah ditetapkan sebelumnya. Setiap siswa
bebas mengemukakan ide yang dimilikinya tanpa merasa mendapat tekanan dari
guru atau temannya.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut, maka disimpulkan bahwa
keterampilan

membimbing

diskusi

kelompok

kecil

adalah

keterampilan

melaksanakan kegiatan membimbing siswa agar dapat melaksanakan diskusi


kelompok kecil dengan efektif guna tercapainya tujuan tertentu secara optimal. Pada
diskusi kelompok kecil, guru berperan sebagai pembimbing dengan menerapkan
komponen-komponen dalam keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil.
Mulyasa dalam Suwarna (2006:79), diskusi kelompok adalah suatu proses
percakapan yang teratur, yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap
muka yang bebas dan terbuka, dengan tujuan berbagi informasi/pengalaman,
mengambil keputusan atau memecahkan suatu masalah. Diskusi kelompok
merupakan strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau
memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang memberi kesempatan untuk
berfikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap positif. Dengan demikian diskusi
kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa, serta membina kemampuan
berkomunikasi termasuk di dalamnya ketrampilan berbahasa. Diskusi kelompok
kecil mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1. Melibatkan kelompok orang yang anggotanya antara 3-9 orang (idealnya 5-9
orang).
2. Berlangsung dalam interaksi secara bebas (tidak ada tekanan dan paksaan)
dan langsung, artinya semua anggota kelompok mendapat kesempatan untuk
saling beradu pandang dan saling mendengarkan serta saling berkomunikasi
dengan yang lain.

3. Mempunyai tujuan tertentu yang akan dicapai dengan kerjasama antar


anggota kelompok.
4. Berlangsung menurut proses yang teratur dan sistematis, menuju suatu
kesimpulan.
Dengan memperhatikan keempat karakteristik tersebut dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud dengan diskusi kelompok adalah suatu proses pembicaraan yang
teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang
informal dengan tujuan untuk mengambil keputusan atau memecahakan suatu
persoalan atau masalah.
Diskusi dalam kegiatan pembelajaran tidak jauh berbeda dengan karakteristik
diskusi pada umumnya, seperti yang sudah diuraikan sebelumnya. Siswa dibagi
kedalam kelompok-kelompok kecil, ada pimpinan diskusi seperti guru atau salah
seorang teman dari siswa dalam kelompok tersebut. Setiap siswa dalam anggota
kelompok masing-masing bebas tanpa ada tekanan dari pihak manapun untuk turun
rembung, menyumbang pendapat, saran, berbagi pengalaman, untuk menghasilkan
kesimpulan bersama atau terpecahkannya masalah yang didiskusikan.
Membimbing kegiatan diskusi dalam pembelajaran merupakan salah satu
keterampilan mengajar yang harus dikuasai oleh guru, karena melalui diskusi siswa
didorong untuk belajar secara aktif, belajar mengemukakan pendapat, berinteraksi,
saling menghargai, dan berlatih bersikap positif. Melalui diskusi peran guru yang
dikesankan terlalu mendominasi pembicaraan dengan sendirinya akan hilang.
Dengan diskusi siswa dan guru sama-sama aktif, bahkan melalui diskusi dapat
memfasilitasi terjadinya proses pembelajaran aktif.
Hasil pembelajaran yang diharapkan dapat dicapai melalui kegiatan diskusi
terutama setiap individu dapat membandingkan persepsinya yang mungkin berbeda
dengan temannya yang lain, membandingkan interpretasi maupun informasi yang
diperoleh. Dengan demikian melalui kegiatan diskusi yang dikembanghkan dalam
pembelajaran setiap individu siswa dapat saling melengkapi, memperbaiki, sehingga
kekurangan-kekurangan dapat dipecahkan.
2.1.2

Mengelola Kelas
Pengelolaan kelas adalah penciptaan kondisi yang memungkinkan pengelolaan

pengajaran dapat berlangsung secara optimal (Hasibuan 1994:164). Pada

pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas, diperlukan adanya suatu penciptaan


lingkungan yang memungkinkan anak dapat belajar dengan tenang tanpa ada
gangguan-gangguan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan optimal.
Kepiawaian guru dalam mengatur dan mengarahkan kelas sangat menentukan
efektivitas belajar mengajar.
Suwarna, dkk (2006:82) juga berpendapat bahwa pengelolaan kelas merupakan
keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan
mengembalikannya apabila terjadi gangguan dalam proses belajar-mengajar. Guru
harus mampu menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas untuk mencapai
tujuan pengajaran secara efisien dan memungkinkan anak didik untuk belajar. Suatu
kondisi belajar yang optimal dapat dicapai apabila guru mampu mengatur siswa dan
sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan guna
tercapainya tujuan pengajaran.
Pengelolaan kelas secara umum adalah penciptaan kondisi yang memungkinkan
pengelolaan pembelajaran dapat berlangsung secara optimal. Sedangkan pengertian
pengelolaan kelas (classroom management) berdasarkan pendekatannya menurut
Weber (1977) diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:
1. Berdasarkan pendekatan otoriter (authority approach), pengelolaan kelas
adalah kegiatan guru untuk mengontrol tingkah laku siswa. Guru berperan
menciptakan dan memelihara aturan kelas melalui penerapan disiplin secara
ketat. Otoritas guru tidak sepenuhnya, guru memang mempunyai hak
kekuasaan, namun ada pemegang kekuasaan di atas guru misalnya kepala
sekolah, dan lain-lain.
2. Berdasarkan pendekatan permisif (permissive approach), pengelolaan kelas
adalah upaya yang dilakukan oleh guru untuk memberi kebebasan kepada
siswa dalam melakukan berbagai aktifitas sesuai dengan apa yang mereka
inginkan. Fungsi guru adalah menciptakan kondisi siswa agar merasa aman
untuk melakukan aktifitas di dalam kelas.
3. Berdasarkan pendekatan modifikasi tingkah laku, pengelolaan kelas adalah
upaya untuk mengembangkan dan memfasilitasi perubahan perilaku yang
bersifat positif dari siswa dan berusaha semaksimal mungkin mencegah
munculnya atau memperbaiki perilaku negatif yang dilakukan oleh siswa.

2.2 Tujuan dan Manfaat


2.2.1 Tujuan dan Manfaat Kelompok Diskusi Kecil
Kegiatan diskusi dalam pembelajaran dilakukan untuk memberi kesempatan
kepada siswa membahas suatu permasalahan atau topik dengan cara setiap siswa
mengajukan pendapat, saling tukar pemikiran untuk diperoleh kesimpulan bersama
dari diskusi yang dilakukannya. Adapun tujuan dan manfaat kegiatan diskusi anatara
lain :
1. Memupuk sikap toleransi; yaitu setiap siswa saling menghargai terhadap
pendapat yang dikemukakan oleh setiap peserta didik.
2. Memupuk kehidupan demokrasi; yaitu setiap siswa secara bebas dan
bertanggung jawab terbiasa mengemukakan pendapat, bertukar fikiran
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
3. Mendorong pembelajaran secara aktif; yaitu siswa dalam membahas
suatu topik pembelajaran tidak selalu menerima dari guru, akan tetapi
melalui

kerjasama

dalam

kelompok

diskusi

siswa

belajar

mengembangkan kemmapuan berfikirnya.


4. Menumbuhkan rasa percaya diri; yaitu dengan kebiasaan untuk
beragumentasi yang dilakukan antar sesama teman dalam kelompok
diskusi, akan mendorong keberanian dan rasa percaya diri mengajukan
pendapat maupun mencari solusi pemecahan.
Diskusi kelompok kecil bermanfaat bagi siswa untuk:

Mengembangkan kemampuan berpikir dan berkomunikasi


Meningkatkan disiplin
Meningkatkan motivasi belajar
Mengembangkan sikap saling membantu, dan
Meningkatkan pemahaman

2.2.2 Tujuan Mengelola Kelas


Menurut Ahmad (1995:2), tujuan pengelolaan kelas adalah sebagai berikut:
1. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar
maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan siswa untuk
mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
2. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat
terwujudnya interaksi belajar mengajar.

menghalangi

3. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta peralatan belajar yang


mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan
sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam kelas.
Tujuan pengelolaan kelas menurut Sudirman (dalam Djamarah 2006:170) pada
hakikatnya terkandung dalam tujuan pendidikan. Tujuan pengelolaan kelas adalah:
1. Penyediaan fasilitas bagi macam-macam kegiatan belajar siswa dalam
lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas.
2. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja.
3. Terciptanya suasana yang memberikan kepuasan, suasana disiplin,
perkembangan intelektual, emosional, dan sikap serta apresiasi pada
siswa.
Sedangkan Arikunto (dalam Djamarah 2006:178) berpendapat bahwa tujuan
pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib
sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.
2.3 Keterampilan dalam Memimpin Kegiatan Diskusi Kelompok Kecil
Bulatau (1971) mengemukakan dalam pelaksanaan teknik diskusi kelompok ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menciptakan situasi yang tepat bagi
kelancaran jalannya hubungan atau komunikasi antar siswa yakni:
a. Jumlah peserta setiap kelompok
Jumlah yang paling baik untuk menjalin hubungan antar peserta kiranya
enam atau delapan, paling banyak sepuluh. Terlalu banyaknya anggota
kelompok akan mengurangi pula rasa pertanggungjawaban untuk turut
serta mencapai hasil yang diinginkan.
b. Susunan tempat duduk
Dalam mengatur tempat duduk yang penting diingat adalah agar para
peserta dapat saling berhadapan muka, dengan membentuk tempat duduk
seperti lingkaran, dan pemimpin diskusi hendaknya sejajar dengan para
anggota, tidak duduk memisah atau di kursi khusus.
c. Lamanya waktu diskusi
Dalam pelaksanaan diskusi kelompok yang membahas suatu persoalan
biasanya paling sedikit membutuhkan waktu empat puluh menit, pada

umumnya waktu yang dibutuhkan satu jam lebih sedikit. Pembatasan


waktu ada segi negatifnya yakni dapat memadamkan diskusi yang sedang
menghangat, namun keuntungannya ialah bahwa para anggota mendapat
kepastian jelas mengenai persoalan yang dibicarakan secara bersama
sehingga tujuan dari diskusi tersebut dapat tercapai.
Diskusi dalam pembelajaran termasuk kedalam salah satu jenis metode
pembelajaran. Setiap metode pembelajaran termasuk diskusi diarahkan untuk
terjadinya proses pembelajaran secara aktif dan efektif dalam rangka mencapai
tujuan (kompetensi) pembelajaran. Oleh karena itu agar kegiatan diskusi dapat
berjalan dengan lancar, maka dalam pelaksanaannya harus memperhatikan beberapa
keterampilan dasar sebagai berikut:
1. Memusatkan perhatian selama kegiatan diskusi berlangsung.
Guru senantiasa harus berusaha memusatkan perhatian dan aktivitas
pembelajaran siswa pada topik atau permasalahan yang didiskusikan. Dengan
demikian apabila terjadi pembicaraan yang menyimpang dari sasaran diskusi,
maka pada saat itu pula pimpinan diskusi harus segera meluruskan dan
mengingatkan peserta diskusi tentang topik dan sasaran dari diskusi yang
sedang dilakukan. Diskusi sebagai bagian dari aktivitas pembelajaran harus
berjalan secara efektif dan efisisen.
Salah satu aspek untuk menunjang efektifitas diskusi yaitu apabila
kegiatan diskusi tidak terjadi pembicaraan yang menyimpang. Semua
pembicaraan harus terfokus pada permasalahan yang sedang dibahas. Oleh
karena itu sebelum dan selama proses diskusi harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
a. Merumuskan tujuan diskusi; yaitu rumusan tujuan atau kompetensi secara
jelas dan terukur yang harus dimiliki atau dicapai oleh siswa dari kegiatan
diskusi yang akan dilakukan.
b. Menetapkan topik atau permasalahan; topik yang didiskusikan diusahakan
harus

menarik

minat,

menantang

dan

memerhatikan

tingkat

perkembangan siswa. Topik masih bisa dirumuskan dalam bentuk


pertanyaan atau pernyataan. Melalui topik yang dirumuskan tersebut

dapat mendorong dan menggugah rasa ingin tahu siswa, sehingga siswa
akan secara aktif mencari informasi, belajar, dan memecahkannya.
c. Mengidentifikasi arah pembicaraan yang tidak relevan dan menyimpang
dari arah diskusi. Hasil dari identifikasi dapat dijadikan masukan bagi
pimpinan diskusi untuk meluruskan pembicaraan, pertanyaan, atau
komentar lainnya, sehingga kegiatan diskusi senantiasa terjaga dan
terfokus pada masalah diskusi.
d. Merangkum hasil diskusi; rangkuman ini tidak hanya dilakukan pada
akhir diskusi, tapi selama proses berlangsung hasil pembicaraan yang inti
segera

dirangkum,

sehingga

pada

akhir

diskusi

akan

dapat

menyimpulkannya secara lengkap dan akurat.


2. Memperjelas masalah atau urutan pendapat
Pada saat diskusi berjalan, kadang-kadang pertanyaan, komentar,
pendapat, atau gagasan yang disampaikan peserta diskusi ada kalanya kurang
jelas, sehingga jelas mengaburkan pada topik pembahasan kadang-kadang
juga menimbulkan ketegangan atau permasalahan baru dalam diskusi.
Kejadian

ini

jangan

dibiarkan

semakin

berkembang,

karena

akan

mengganggu proses dan hasil diskusi itu sendiri.


Oleh karena itu guru atau pimpinan diskusi, harus segera memperjelas
terhadap pendapat atau pembicaraan peserta diskusi yang kurang jelas
ditangkap oleh peserta diskusi lainnya. Dengan demikian melalui upaya guru
atau pimpinan diskusi turun rembug memberikan penjelasan yang diperlukan,
maka setiap peserta diskusi akan memiliki persepsi yang sama terhadap ide
yang disampaikan oleh anggota kelompok diskusi. Untuk memperjelas setiap
pembicaraan dari peserta diskusi, pimpinan diskusi atau guru dapat
melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Menguraikan kembali pendapat atau ide yang kurang jelas, sehingga menjadi
jelas dipahami oleh seluruh peserta didik.
b. Mengajukan pertanyaan pelacak untuk meminta komentar siswa untuk lebih
memperjelas ide atau pendapat yang disampaikannya.
c. Memberikan informasi tambahan berkenaan dengan pendapat atau ide yang
disampaikannya, seperti melalui ilustrasi atau contoh, sehingga dapat lebih
memperjelas terhadap ide yang disampaikan itu.

3. Menganilisis pandangan siswa


Perbedaan pendapat dalam diskusi adalah sesuatu yang wajar dan sangat
mungkin terjadi. Namun yang harus diperhatikan oleh guru atau pimpinan
diskusi adalah bagaimana agar perbedaan tersebut menjadi pendorong dan
membimbing setiap anggota kelompok untuk berpartisipasi secara aktif dan
konstruktif terpecahkannya masalah yang didiskusikan.
Disinilah pentingnya melakukan analisis terhadap pandangan yang
berbeda yang dimunculkan oleh setiap peserta diskusi. Analisis terutama
ditujukan untuk meminta klasifikasi atau alasan yang dijadikan dasar
pemikiran terhadap pendapat dari masing-masing anggota kelompok diskusi.
Dengan demikian semua peserta diskusi akan memahami dan menghargai
terhadap perbedaan pendapat yang dikemukakannya.
Setelah diperoleh informasi alasan-alasan dari masing-masing anggota
berkenaan dengan pendapat yang berbeda-beda itu, maka selanjutnya
pimpinan diskusi dapat menindaklanjutinya dengan mencapai kesepakatan
terhadap hal-hal mana saja yang disepakati bersama, sehingga dari diskusi
tersebut membuahkan kesimpulan bersama.
4. Meningkatkan keatifan siswa
Diskusi dalam pembelajaran antara lain adalah untuk melatih kemampuan
berfikir siswa, yaitu melalui menyampaikan ide, pendapat, komentar, kritik,
dan lain sebagainya. Agar sasaran dari diskusi dapat tercapai yaitu dalam
rangka mengembangkan kemampuan berfikir siswa secara optimal, maka
guru atau pimpinan diskusi harus mendorong setiap anggota diskusi untuk
berpikir dan menyampaikan buah fikirannya dalm forum diskusi tersebut.
Untuk memfasilitasi keaktifan siswa ikut serta turun rembug dalam
kegiatan diskusi yang dilakukan, ada beberapa aspek yang ditempuh oleh
guru atau pimpinan diskusi, antara lain:
a. Mengajukan pertanyaan kunci yang menantang siswa untuk berpendapat
atau mengajukan gagasannya.
b. Memberikan contoh atau ilustrasi baik bersifat verbal atau non-verbal,
dimana melalui contoh atau ilustrasi tersebut menggugah siswa untuk
berfikir.

c. Mengahangatkan suasana diskusi dengan memunculkan pertanyaan yang


memungkinkan terjadinya perbedaan pendapat diantara anggota sesama
kelompok.
d. Memberi waktu yang cukup bagi setiap anggota kelompok untuk berfikir
dan menyampaikan buah fikirannya.
e. Memberikan perhatian kepada setiap pembicara sehingga saling
menghargai dan dengan demikian dapat lebih mendorong siswa untuk
berpartisipasi memberikan sumbang pemikiran melalui forum diskusi
yang dilakukan.
5. Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
Proses dan hasil diskusi harus mencerminkan dari hasil kerja kolektif
antar sesama peserta diskusi. Oleh karena itu setiap anggota diskusi harus
memiliki kesempatan yang sama untuk menyampaikan ide, pendapat, atau
memberikan komentar. Kegiatan diskusi merupakan salah satu contoh
penerapan demokrasi dalam pembelajaran, karenanya pimpinan diskusi atau
guru harus mampu mengendalikan kegiatan diskusi agar pembicara tidak
didominasi oleh sekelompok atau orang-orang tertentu saja.
Apabila pembicaraan dalam diskusi hanya dimonopoli oleh peserta tentu
saja, maka proses diskusi tidak akan berjalan secara efektif dan efisien.
Demikian juga kesimpulan dari diskusi tersebut tidak mencerminkan hasil
diskusi yang baik, melainkan kesimpulan dari sekelompok orang tertentu
saja. Oleh karena itu untuk mendorong partisipasi secara aktif dari setiap
anggota kelompok, dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Memberi stimulus yang ditujukan kepada siswa tertentu yang belum
berkesempatan menyampaikan pendapatnya, sehingga siswa tersebut
terdorong untuk mengeluarkan buah fikirannya.
b. Mencegah monopoli pembicaraan hanya kepada orang-orang tertentu
saja, dengan cara terlebih dahulu memberi kesempatan kepada siswa yang
dianggap pendiam untuk berbicara.
c. Mendorong siswa untuk merespon pembicaraan dari temannya yang lain,
sehingga terjadi komunikasi interaksi antar semua pserta diskusi.

d. Menghindari respon siswa yang secara serentak, agar setiap siswa secara
individu dapat mengemukakan pikirannya secara bebas berdasarkan
pemahaman yang dimilikinya.
6. Menutup diskusi
Kegiatan terakhir dari pelaksanaan diskusi adalah menutup diskusi.
Diskusi dikatakan efektif dan efisien apabila semua peserta diskusi
berkesempatan mengemukakan ide atau pikirannya, sehingga setelah
berakhirnya dikusi diperoleh kesimpulan sebagai hasil berpikir bersama.
Adapun kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan oleh guru atau pimpinan
diskusi dalam menutup diskusi antara lain adalah:
a. Membuat rangkuman sebagai kesimpulan atau pokok-pokok pikiran yang
dihasilkan dari kegiatan diskusi yang telah dilaksanakan.
b. Menyampaikan beberapa catatan tindak lanjut dari kegiatan diskusi yang
telah dilakukan, baik dalam bentuk aplikasi maupun rencana diskusi pada
c.

pertemuan berikutnya.
Melakukan penilaian terhadap proses maupun hasil diskusi yang telah
dilakukan, seperti melalui kegiatan observasi, wawancara, skala sikap dan
sebagainya. Penilaian ini berfungsi sebagai umpan balik untuk
mengetahui dan memberi pemahaman kepada siswa terhadap peran dan
partisipasinya dalam kegiatan diskusi tersebut. Hal ini penting untuk lebih
meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran melalui diskusi yang
akan dilakukan pada kegiatan berikutnya.

2.4 Keterampilan dalam Mengelola Kelas


Keterampilan mengelola kelas dikelompokkan menjadi dua yaitu:
Preventif, keterampilan yang berkaitan dengan penciptaan dan pemeliharaan
kondisi belajar yang optimal.
Represif, keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi
belajar yang optimal.
Pada keterampilan preventif, berkaitan dengan kemampuan guru didalam
mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran maka kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan hal tersebut yaitu:
a. Menunjukkan sikap tanggap

Keterampilan

ini

menggambarkan

tingkah

laku

guru

yang

telah

memperhatikan siswanya sehingga siswa merasa bahwa guru hadir bersama


mereka. Cara yang dilakukan dalam menunjukkan sikap tanggap ini dengan
cara memandang secara seksama, gerak mendekati, memberikan pernyataan,
memberikan reaksi terhadap gangguan atau ketakacuhan siswa.
b. Membagi perhatian
Pengelolaan kelas yang efektif terjadi bila guru mampu membagi
perhatiannya kepada beberapa kegiatan yang berlangsung dalam waktu yang
sama. Cara yang digunakan dalam membagi perhatian yaitu melalui visual
dan verbal.
c. Memusatkan perhatian kelompok
Seorang guru harus mampu memusatkan kelompok terhadap tugas-tugas
yang diberikan sehingga siswa tetap terlibat dalam kegiatan belajar. Cara
yang dilakukan yaitu dengan menyiagakan siswa atau memusatkan pada
suatu topic dan menuntut tanggung jawab siswa untuk memperagakan alat
atau melaporkan hasil diskusi.
d. Memberikan petunjuk yang jelas
Petunjuk yang jelas sangat diperlukan oleh siswa sehingga siswa tidak
mengalami kebingungan dalam mengerjakan tugas atau perintah.
e. Menegur
Siswa yang telah mengganggu proses pembelajaran dapat diberi teguran.
Teguran harus tegas dan jelas namun menghindari perkataan kasar atau
menghina. Namun teguran ini dapat disepakati bentuknya saat membuat
aturan-aturan tertentu antara siswa dan guru. Guru harus lebih berhati-hati
dalam menasehati siswa terhadap kelas maupun perorangan.
f. Memberikan penguatan
Segala tingkah laku hendaknya diberi penguatan baik itu penguatan positif
maupun negatif dan teguran pada perilaku siswa yang telah menyimpang.
Pada keterampilan represif, berkaitan dengan respon guru terhadap gangguan
siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan
tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal.

Dalam keterampilan represif mengelola kelas, kita telah dihadapkan pada siswa
yang bersifat individual atau kelompok, sehingga kita perlu berhati-hati dalam
menanganinya. Biasanya teknik yang digunakan antara lain nasihat, teguran,
larangan, ancaman, teladan, hukuman dan sebagainya. Menurut James Cooper dkk.
mengemukakan tiga pendekatan dalam pengelolaan kelas yang didalamnya terdapat
teknik-teknik yaitu:
2.4.1 Pendekatan Perilaku
Pendekatan ini bertolak dari psikologi behavioral dengan anggapan dasar bahwa
tingkah manusia yang baik maupun yang buruk dalam batas-batas tertentu
merupakan hasil belajar. Pendekatan ini memanfaatkan hasil penelitian tentang
bagaimana tingkah laku manusia terbentuk melalui hubungan manusia dengan
lingkungan guna merumuskan teknik-teknik yang dapat digunakan dalam membina
siswa, yaitu:
Penguatan negatif yaitu: pengurangan hingga penghilangan suatu stimulus
yang tidak menyenangkan untuk mendorong terulang kembali suatu tingkah
laku yang timbul sebagai akibat dari pengurangan dan penghilangan
tersebut. Contoh: misalnya guru ingin agar siswa berani mengeluarkan
pendapat, guru selalu menunjuk langsung siswa yang tidak berani
mengeluarkan pendapat agar mengeluarkan pendapat (stimulus yang tidak
menyenangkan). Bila suatu saat siswa berani mengeluarkan pendapat tanpa
menunggu ditunjuk guru maka guru mulai mengurangi secara berangsurangsur cara menunjuk langsung (penguatan negatif). Pengurangan itu
semakin meningkat sejalan dengan semakin seringnya,siswa mengeluarkan
pendapat tanpa ditunjuk guru hingga akhirnya ditiadakan bila siswa telah
terbiasa mengeluarkan pendapat. Hal-hal yang perlu dihindarkan dalam
penggunaan penguatan negatif:
a. Hindarkan pemberian stimulus yang menyakitkan
b. Sasaranya jelas
c. Pemberian penguatan
d. dengan segera Penyajian stimulus yang bervariasi
e. Keantusiasan.

Penghapusan yaitu usaha mengubah tingkah laku siswa dengan cara


menghentikan pemberian respons terhadap suatu tingkah laku siswa yang
semula dikuatkan dengan respons tersebut. Sebagai contoh, seorang siswa
yang selalu mengomentari penjelasan guru saat guru sedang menerangkan,
misalnya, mungkin karena setiap kali siswa mengomentari penjelasan guru,
guru selalu memberikan respons yang memberikan kesan pada siswa bahwa
guru tidak berkeberatan dengan komentar komentar seperti itu (padahal guru
sebenarnya tidak mengharapkan komentar seperti itu). Untuk mengurangi
atau menghilangkan kebiasaan seperti tersebut, salah satu teknik yang dapat
digunakan adalah penghapusan, yaitu dengan menghentikan pemberian
respons yang memberikan kesan pada siswa bahwa guru tidak berkebertaan
terhadap kebiasan siswa tersebut. Contoh lain yaitu pada siswa yang sering
menjawab maka guru berkata Yang sudah menjawab tolong berikan
kesempatan pada yang lain ya! Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
penggunaan penghapusan, yaitu:
a. Untuk mengurangi kekecewaan siswa sebagai akibat ditiadakannya
pengukuh yang diharapkan, sebaiknya teknik ini dikombinasikan
dengan teknik lain, khususnya teknik penguatan positif, bila ternyata
ada hal-hal yang dilakukan oleh siswa.
b. Bila guru sulit menemukan penguatan yang membentuk tingkah laku
siswa, lalu setelah mencoba-coba beberapa pengukuh ternyata gagal,
sebaiknya digunakan teknik lain agar siswa tidak terlalu larut dalam
tingkah laku yang hendak dihapus tersebut.
c. Dibutuhkan waktu yang relatif lama dalam menghilangkan tingkah
laku

siswa

yang

menyimpang

bila

menggunakan

teknik

penghapusan. Sementara penghapusan berlangsung dan siswa


melakukan tindakan yang sangat mengganggu kelancaran proses
pembelajaran,
berkepanjangan,

misal

menyebabkan

sebaiknya

teknik

siswa
ini

sekelas
tidak

tertawa

dilanjutkan

pemakaiannya dan diganti dengan teknik lain.


d. Bila suatu penguatan telah ditetapkan untuk tidak diberikan kepada
siswa, maka sedapat mungkin penguatan tersebut tidak diberikan.

Untuk itu perlu ada koordinasi antar staf pengajar agar tidak terjadi
ada guru tidak memberikan penguatan, dipihak lain ada guru yang
tetap memberikan.Bila hal demikian terjadi akan semakin sulit
menghapus tingkah laku siswa yang menyimpang tersebut.

Hukuman yaitu penyajian stimulus yang tidak menyenangkan untuk


menghilangkan dengan segera tingkah laku siswa yang tidak dikehendaki.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan hukuman:
a. Sedapat mungkin aturan hukuman diciptakan bersama antara guru
dengan siswa atau minimal disepakati oleh siswa dan lebih baik
dikatakan pada awal pertemuan. Dengan demikian siswa lebih ikhlas
bila dihukum.
b. Hukuman hendaknya diberikan segera setelah pelanggaran terjadi
sehingga siswa memiliki kesan yang kuat tentang kaitan antara
pelanggaran dan hukuman.
c. Sedapat mungkin hukuman dikombinasikan dengan teknik lain
terutama teknik penguatan positif, bila ada haI-hal positif pada diri
siswa.
d. Setelah menghukum siswa, guru hendaknya bersikap wajar seperti
semula agar hubungan yang mungkin terganggu sebagai akibat
pemberian hukuman dapat pulih kembali.
e. Bentuk-bentuk hukuman yang digunakan bervariasi agar siswa tidak
menjadi jenuh atau kebal dengan sesuatu bentuk hukuman.

2.4.2

Pendekatan Sosial Emosional


Pendekatan ini bertolak dari psikologi klinis dan konseling, dengan anggapan

dasar bahwa proses pembelajaran yang efektif dan efisien mempersyaratkan


hubungan sosial emosional yang baik antara guru dengan siswa dan antarsiswa.
Selanjutnya guru dipandang memegang peranan penting dalam menciptakan
hubungan baik tersebut. Pengalaman dalam kehidupan sehari-hari menunjukkan pada
kita bahwa bila hubungan kita dengan partner kerja baik, berbagai kegiatan kejasama
dapat berlangsung dengan lancar. Dan bila terjadi kesalahpahaman mudah dicari
jalan keluarnya.

Demikian halnya dengan proses pembelajaran di sekolah, bila hubungan


antara guru dengan siswa baik, maka proses pembelajaran dapat berlangsung dengan
lancar, kesalahpahaman yang timbul dapat diatasi dengan mudah. Berikut ini adalah
sikap-sikap yang diperlukan oleh guru dalam mengatasi kenakalan siswa:
Sikap umum; terbuka, menerima dan menghargai siswa sebagai manusia,
empati, membicarakan situasi pelanggaran dan bukan pelakunya,
demokratis (melibatkan siswa dalam pengambilan keputusan yang

menyangkut kepentingannya).
Sikap khusus; Rudolf Dreikurs dan Pearl Cassel mengelompokkan tingkah
laku siswa yang biasanya mengganggu proses pembelajaran menjadi
empat macam yaitu:
a. Siswa yang memiliki tingkah laku menarik perhatian akan selalu
berusaha memakai berbagai cara untuk menarik perhatian guru. la
mungkin tertawa lebih keras dibanding dengan teman-temannya,
sering menggoda teman disebelahnya, pura-pura sakit, pura-pura
tidak mengerti sehingga bertanya terus dan sebagainya. Hal yang
demikian sebaiknya dibiarkan saja.
b. Siswa yang memiliki tingkah laku menguasai akan selalu berusaha
mengalahkan orang lain. Bila tidak dapat secara wajar, ia akan
marah dan melakukan tindakan agresif, atau sebaliknya menarik diri
sama sekali dan tidak mau melaksanakan kewajibannya. Hal ini
dapat diatasi dengan memberikan tugas untuk memimpin yang
membutuhkan keberanian atau kekuatan fisik.
c. Siswa yang memiliki tingkah laku membalas dendam akan selalu
melakukan tindakan yang menyakiti orang lain baik secara fisik
maupun psikis. Hal ini sebaiknya diserahkan pada psikolog dan guru
hanya membantu pelaksanaanya di kelas.
d. Siswa yang memiliki tingkah laku merasa tidak mampu akan selalu
mengatakan bahwa ia tidak mampu mengerjakan tugas. Karena
biasanya ia yakin akan gagal atau merasa gagal sebelum mulai. Hal
ini jangan disalahkan langsung melainkan berikan dorongan dan
bimbingan.

2.4.3

Pendekatan Proses kelompok


Pendekatan ini bertolak dari psikologi dan dinamika kelompok, dengan

anggapan dasar bahwa proses pembelajaran yang efektif dan efisien berlangsung
dalam konteks kelompok, yaitu kelompok kelas. Oleh karena itu, peranan guru dalam
rangka pengelolaan kelas adalah menciptakan kelompok kelas yang mempunyai
ikatan yang kuat serta dapat bekerja secara efektif dan efisien. Pada awal pelajaran,
para siswa biasanya masih merupakan kerumunan orang dengan tujuan, pikiran,
perasaan yang sangat berbeda.
Tugas guru adalah memadu kepentingan-kepentingan perseorangan tersebut
menjadi kepentingan kelompok, kemudian membentuk kerumunan tersebut menjadi
satu kelompok dengan ikatan yang kuat dan mampu bekerja sama secara produktif.
Untuk mengikat kerumunan siswa menjadi satu kelompok yang mempunyai ikatan
yang kuat, ada sejumlah unsur yang diperlukan. Unsur-unsur penting yang amat
diperlukan adalah tujuan, aturan, dan pemimpin.
d. Tujuan Kelompok; siswa biasanya hadir di kelas dengan tujuan yang
berbeda, maka tugas guru yang pertama adalah mengarahkan para siswa ke
tujuan kelas, khususnya indikator. Tujuan yang dapat mendorong usaha
untuk mencapainnya antara lain adalah tujuan yang jelas dan realistis. Oleh
sebab

itu,

guru

perlu

merumuskan

tujuan

yang

realistis

serta

mengkomunikasikannya secara jelas kepada siswa.


e. Aturan; aturan yang mampu mengikat siswa menjadi kelompok yang padu
adalah aturan yang dapat dibuat bersama antara guru dan siswa atau minimal
disetujui oleh siswa. Bila ada siswa yang tidak menyetujui aturan dalam
kelompok akan mengurangi daya ikat aturan tersebut.
f. Pemimpin; seorang guru dengan sendirinya akan menjadi pemimpin
kelompok siswa di kelas saat mengajar. Sebagai pemimpin hal pertama yang
harus dilaksanakan adalah menjelaskan tujuan kelompok dan membentuk
aturan kelompok. Selain itu dalam menciptakan dan memelihara suasana
kerja kelompok yang sehat ada beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu
mendorong
memperjelas

dan

memeratakan

komunikasi,

partisipasi,

mengatasi

mengurangi

pertentangan

ketegangan,

antarpribadi

antarkelompok dan menunjukkan kehadiran serta menerapkan sangsi.

atau

2.5 Prinsip prinsip Mengelola Kelas


Dalam melaksanakan komponen keterampilan pengelolaan kelas , perlu
diperhatikan pinsip-prinsip dasar pengelolaan kelas sebagai berikut:
1. Kehangatan dan keantusiasan
Kehangatan dan keantusiasan guru dapat memudahkan terciptanya iklim
kelas yang menyenangkan sehingga dapat mewujudkan kegiatan belajar yang
optimal. Guru yang bersikap hangat dan akrab serta menunjukkan
antusiasmenya terhadap tugas-tugas, kegiatan-kegiatan, atau siswanya akan
lebih mudah melaksanakan komponen-komponen keterampilan pengelolaan
kelas.
2. Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, atau bahan-bahan yang menantang akan
meningkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan
munculnya tingkah laku yang menyimpang. Selain itu perhatian dan minat
siswa akan tetap terpelihara. Diusahakan, saat guru memberi tantangan, soal
dimulai dari yang mudah dan semua siswa bisa menjawab sebagai motivasi
untuk menjawab selanjutnya.
3. Bervariasi
Penggunaan variasi dalam media, gaya dan interaksi belajar mengajar
merupakan kunci pengelolaan kelas untuk menghindari kejenuhan serta
pengulangan aktivitas yang menyebabkan menurunnya kegiatan belajar dan
tingkah laku positif siswa. Jika terdapat banyak variasi maka kejenuhan akan
berkurang dan siswa akan cenderung meningkatkan keterlibatannya dalam
tugas dan tidak akan menunggu temannya.
4. Keluwesan
Selama proses belajar mengajar, terdapat kemungkinan munculnya gangguagangguan dari siswa. Untuk mencegah gangguan tersebut diperlukan
keluwesan tingkah laku guru untuk dapat merubah strategi mengajarnya
mengajarnya dengan memanipulasi berbagai komponen keterampilan
mengajar yang lain.
5. Penekanan pada Hal-Hal yang Positif
Cara guru memelihara suasana yang positif diantaranya adalah dengan
memberi aksentuasi terhadap tingkah laku siswa yang positif dan
menghindari celaan terhadap tingkah laku yang kurang wajar serta menyadari

akan kemungkinan kesalahan yang dapat dibuatnya sehingga akan


mengganggu kelancaran dan kecepatan belajar siswa.
6. Penanaman disiplin diri
Siswa dapat mengembangkan diri sendiri merupakan tujuan akhir dari
pengelolaan kelas. Untuk mencapai tujuan ini guru harus selalu mendorong
siswa untuk melaksanakan disiplin diri sendiri. Hal ini akan lebih berhasil
jika guru sendiri menjadi contoh atau teladan tentang pengendalian diri dan
pelaksanaan tanggung jawab.
2.6 Peran Guru dalam Mengelolah Kelas
Secara umum peran guru dalam mengelola kelas yaitu:
Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab

individu

terhadap

lingkungannya.
Membangun pemahaman siswa agar mengerti dan menyesuaikan tingkah

lakunya dengan tata tertib kelas.


Menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri dalam tugas serta tingkah
laku yang sesuai dengan aktivitas kelas.
Menurut Darmadi (2010:6-7) ada beberapa peran guru dalam pengelolaan kelas
yaitu:

Memelihara lingkungan fisik kelas


Mengarahkan atau membimbing proses intelektual dan sosial siswa dalam

kelas
Mampu memimpin kegiatan pembelajaran yang efektif dan efesien.

Dalam

mengelola

kelas

sering

ditemui

kendala-kendala

yang

dapat

menghambat terjadinya proses pembelajaran yang efesien dan efektif. Untuk


menciptakan proses pembelajaran yang kondusif selain menerapkan prinsip-prinsip
pengelola juga kiat-kiat untuk mengatasi kendala tersebut yaitu:

Guru tidak boleh campur tangan yang berlebihan terhadap siswa


Guru jangan sampai kehilangan konsentrasi yang dapat menimbulkan

kesenyapan atau pembicaraan terhenti tiba-tiba


Menghindari ketidaktepatan menandai dan mengakhiri suatu kegiatan atau
guru harus tepat waktu

Guru harus dapat mengelola waktu karena berkaitan dengan disiplin diri

siswa.
Memberikan penjelasan yang jelas, sederhana, sistematis dan tidak berteletele.
Manajemen pembelajaran yang efektif dapat terwujud dengan melaksanakan
langkah-langkah sebagai berikut.

Menetapkan aturan kelas (class routine). Kita mengetahui bahwa kebiasaan


tiap siswa berbeda. Seorang guru tidak boleh menyalahkan atau membenci
siswa karena kebiasaan mereka karena kebiasaan baik dan buruk diperoleh
dari pengalaman di jenjang pendidikan sebelumnya dan lingkungan siswa
berada. Sehingga untuk membentuk kebiasaan-kebiasaan yang baik dengan
melalui pemberian aturan saat proses pembelajaran terutama pada awal

pertemuan pembelajaran sehingga terjadi kesepakatan antara siswa dan guru.


Memulai kegiatan tepat waktu (getting started). Dalam memulai suatu materi
pembelajaran diperlukan ketepatan waktu bagi guru maupun siswa (masalah
keterlambatan telah diatur pada saat menetapkan aturan kelas) sehingga

pembelajaran efektif dan tidak ada waktu yang terbuang banyak.


Mengatur pelajaran (managing the lesson). Proses pembelajaran yang efektif,
guru harus mengatur dan menjaga agar proses kegiatan berjalan lancar dan
tidak mengalami gangguan atau hambatan. Guru harus mengoptimalkan
keikutsertaan siswa, kesempatan melakukan, penggunaan peralatan, serta
mengorganisir pembagian kelompok, tidak terlalu banyak ceramah sehingga

siswa tidak jenuh.


Mengelompokkan siswa (grouping the student). Pada saat meembahas materi
tertentu, diperlukan juga siswa harus berkelompok agar mereka dapat bekerja
sama dan tidak individualis. Kadang-kadang diperlukan adanya ketua
kelompok sehingga ketua tersebut dapat memanage dirinya sendiri dan

teman-temannya.
Mengakhiri pelajaran (ending the lesson). Pada akhir pelajaran diharapkan
siswa memiliki kesan yang baik selama kegiatan berlangsung sehingga siswa
selalu mengingat hal-hal yang berupa pengalaman selama kegiatan. Maka

dari itu, seorang guru harus membuat klimaks naik pada saat pertemuan
sehingga siswa berharap adanya kegiatan lanjut yang lebih menarik pada
pertemuan berikutnya.
2.7 Kelebihan dan Kekurangan
2.7.1 Kelebihan Kelompok Diskusi Kecil
Beberapa keuntungan yang dapat diambil dari diskusi kelompok kecil :
Kelompok menjadi kaya dengan ide dan informasi untuk mendapatkan
hasil yang lebih baik
Termotivasi oleh kehadiran teman
Mengurangi sifat pemalu
Anak merasa terikat untuk melaksanakan keputusan kelompok
Meningkatkan pemahaman diri anak
Melatih sisa untuk berfikir kritis
Melatih siswa untuk mengemukakan pendapatnya
Melatih dan mengembangkan jiwa social pada diri siswa
2.7.2 Kelemahan Kelompok Diskusi Kecil
Waktu belajar lebih panjang
Anak yang pemalu dan pendiam menjadi kurang agresif
Dominasi siswa tertentu dalam diskusi
Tidak dapat mencapai tujuan pembelajaran ketika siswa kurang siap
mengikuti kegiatan pembelajaran
Semua kekurangan tersebut dapat ditekan dengan rencana yang matang dan
keterampilan guru mengarahkan, memberi petunjuk yang jelas, memahami
kesulitan siswa, dan membagi perhatian pada semua kelompok. Tidak hanya
pengetahuan siswa yang bertambah, diskusi kelompok kecil juga memupuk rasa
kebersamaan dan berbagi sesama siswa, Untuk mendapatkan hasil maksimal di
dalam diskusi kelompok kecil, ada hal-hal yang harus dihindari oleh guru dalam
memimpin diskusi kelompok. Hal-hal yang harus dihindari tersebut adalah :

Topik diskusi yang tidak sesuai dengan minat dan pengalaman siswa.
Terlalu mendominasi diskusi dengan cara mengajukan pertanyaan

atau memberikan jawaban yang terlalu banyak.


Membiarkan siswa tertentu memonopoli diskusi kelompok.
Membiarkan terjadinya pembicaraan yang menyimpang dari topik
diskusi atau tidak relevan dengan apa yang sedang dibicarakan.

Terlalu sering menginterfensi siswa dengan pertanyaan atau

pernyataan yang sebetulnya tidak penting.


Tidak memberi waktu yang cukup untuk menyelesaikan masalah

dalam rangka mencapai tujuan diskusi.


Tidak memperjelas atau tidak mendukung pendapat siswa.
Gagal menutup diskusi dengan efektif.

2.7.3

Kelebihan Mengelola Kelas


Sangat efektif dalam pembelajaran
Siswa menjadi sangat nyaman bila ini sukses dilakukan
Menjadi pembelajaran yang nyaman
Siswa menjadi cepat menanggapi setiap pembelajaran yang ada
Guru menjadi enak dalam melanjutkan materi selanjutnya

2.7.4

Kelemahan Mengelola Kelas


Susah diterapkan
Biasanya hanya diterapkan pada tingkat SMP ke atas
Perlu menjaga wibawa dan cara bergaul guru
Senantiasa fokus pada kelas dan segala permasalahannya

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Dalam memimpin diskusi kelompok kecil, guru dituntut untuk bisa mengatur
jalannya diskusi sehingga metode diskusi tersebut dapat mencapai tujuan
pembelajaran. Pada dasarnya, diskusi merupakan metode pembelajaran yang
mengupayakan bagi semua siswa untuk proaktif dalam berfikir dan mengungkapkan
pendapat. Untuk itu, pelaksanaan diskusi harus dilaksanakan dalam iklim terbuka
yang memungkinkan semua anggota kelompok untuk berpartisipasi. Selain itu guru
sebagai pembimbing diskusi kelompok kecil, harus mempersiapkan jalannya diskusi
kelompok tersebut dengan berbagai persiapan. Persiapan itu meliputi pemilihan topik
diskusi yang menarik dan sesuai dengan indikator, perumusan masalah yang
mengundang jawaban kompleks, memberi pengetahuan awal yang melatarbelakangi
topik diskusi, serta penetapan besar anggota kelompok dan penataan tempat duduk.
Dalam Pengelolaan kelas adalah pengadaan kelas oleh guru dengan cara-cara
atau pendekatan-pendekatan tertentu sehingga siswa merasa nyaman dan optimal
selama pembelajaran. Pengelolaan kelas bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan siswa semaksimal mungkin baik secara individual maupun kelompok,
membantu mengatasi hambatan siswa, membantu siswa belajar sesuai dengan tingkat
emosional dan intelektualnya di dalam kelas dengan penyediaan fasilitas sebaik
mungkin, membina dan membimbing siswa sesuai dengan keadaan dan latar
belakang siswa, menciptakan suasana sosial yang berimbang, disiplin, tertib,
perkembangan intelektual, emosional, sikap, dan apresiasi siswa sehingga tercapai
tujuan pengajaran secara efektif

3.2 Saran
Untuk itu guru diharapkan menguasai komponen keterampilan dalam memimpin
diskusi kelompok kecil. Komponen-koponen keterampilan itu antara lain adalah
memusatkan perhatian agar diskusi tetap terarah pada tujuan ahir pembelajaran.
Memperjelas masalah dan meningkatkan urunan, kemampuan menganalisis
pendapat siswa, kemampuan meningkatan urunan siswa dan menyebarkan
kesempatan berpartisipasi, menutup diskusi.

DAFTAR PUSTAKA
Andri.

2008. Teknik
Memimpin
Diskusi
Kelompok,
(Online),
(http://putraindo.blogspot.com/2008/12/teknik-memimpin-diskusikelompok.html, diakses 1 Maret 2016).

Maarif, Samsul. 2010. 8 Keterampilan Mengelola Kelas, (Online),


(http://pintamins.blogspot.com/2010/06/keterampilan-mengelolakelas.html), diakses 1 Maret 2016.
Mirat.

2009.
Kemampuan
memimpin
Diskusi
Kecil,
(Online),
(http://www.mirat.cc.cc/2009/08/kemampuan-memimpin-diskusikecil.html, diakses 1 Maret 2016).

Sukarni.
2010. Keterampilan
Membimbing
Diskusi,
(Online),
(http://sukarnidhm.blogspot.com/2010/02/keterampilan-membimbingdiskusi.html, diakses 1 Maret 2016).
Sukiraman,D M.Pd. Drs. dan Drs. Mamad Kasmad,
PEMBELAJARAN MIKRO Bandung:UPI PRESS.

S.Pd.

2006.

Susanto, Pudyo. 2006. Keterampilan Membimbing Diskusi. Dalam UPT Program


Pengalaman Lapangan (Ed.), Pengajaran Mikro Berbasis Kompetensi
Malang: Universitas Negeri Malang.

Tamwifi,
Irfan.
2011. Ketrampilan
Mengelola
Kelas, (Online),
(http://www.unjabisnis.net/2010/11/8-keterampilan-mengelola-kelas.html),
diakses 1 Maret 2016.
Wahidin,
Dadan.
2008. Keterampilan
Mengelola
Kelas, (Online),
(http://makalahkumakalahmu.wordpress.com), diakses 1 Maret 2016.
Wartono.2003.Keterampilan Dasar Mengajar. Malang: Universitas Kanjuruhan
Malang.

Anda mungkin juga menyukai