Anda di halaman 1dari 4

STUDIO PERANCANGAN IV

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN ARSITEKTUR
UNIVERSITAS TARUMANAGARA

NAMA

: Stephen Hans

KELAS

:B

NIM

: 315140202

DOSEN

: Andi Surya S.T., M. Ars

PENGENALAN METODE BERPIKIR


Yang saya dapatkan setelah membaca buku ini adalah bagaimana kita mengubah pola
pikir kita dari anggapan bahwa perancangan adalah sebuah hasil, menjadi suatu proses yang
melibatkan pengambilan keputusan untuk menghasilkan rancangannya. Dalam perancangan,
dibutuhkan segala pengetahuan yang dimiliki oleh perancang. Sebelum seseorang mampu
menerapkan metode perancangan, dia perlu terlebih dahulu mampu berpikir, mengenal, dan
memahami masalah yang dihadapinya. Untuk itu, susunan metode yang perlu diperhatikan dalam
merancang pertama adalah metode berpikir, kemudian metode pemahaman masalah dan yang
terakhir metode penyelesaian masalah.
PENGENALAN MASALAH
Dalam bagian pengenalan masalah perancangan, perancang perlu mengeluarkan
pengetahuan yang telah dimiliki, serta mendapatkan pengetahuan yang terkain dengan masalah
tersebut. Pengetahuan yang dimiliki perancang dapat berupa , fakta, cara-cara penyelesaian,
penjelasan atas langkah yang diambil, pengertian dan sesuatu yang harusnya terjadi agar masalah
tersebut hilang. Masalah perancangan menyangkut pemakainya, yaitu manusia. Heterogenitas
antar individu menyebabkan penyelesaian untuk masalah perancangan hamper mustahil 100%
tepat. Penyelesaian yang dilakukan dapat memiliki konsekuensi terhadap perubahan lingkungan.
PEMAHAMAN MASALAH
Pemahaman seseorang akan masalah ditunjukkan melalui kemampuan merumuskan apa
yang dipahaminya ke dalam bentuk tertentu, yang dalam hal perancangan adalah suatu program.
Bagan Epistemic Freedom (karya Profesor Horst Rittel) bertujuan untuk membentuk argument
yang meyakinkan seorang perancang pada saat mengambil keputusan tentang apakah sesuatu itu
perlu dimasukkan ke dalam rancangannya. Perancangan pada hakekatnya adalah bersifat
argumentatif. Ini berdasarkan keyakinan bahwa rancangan selalu membawa akibat.
Hasil akhir dari suatu perancangan adalah bentuk. Yang dimaksud dengan bentuk adalah
diagram hasil kerjasama antara kekuatan-kekuatan yang menentukan arah akhir suatu proses.
bentuk dalam kaitan ini adalah suatu hasil penyelesaian. Tanda bahwa suatu masalah
perancangan telah diselesaikan adalah terciptanya kecocokan (fit) antara bentuk dan konteks.

Untuk mencapai keadaan fit, kita perlu memperhitungkan semua unsur dengan
hubungan-hubungannya dalam suatu system proses. Proses penyelesaian adalah bagaikan
serangkaian subsistem yang saling terkait mencari jalan perbaikan atau adaptasi. Dalam
subsistem ini, unsur-unsurnya lebih mudah untuk ditangani dengan tuntas. Uraian tersebut
dikelompokkan kembali kedalam kategorinya. Proses ini kita kenal dengan analisis yang
menelusuri masalah, sementara proses pengelompokkan kembali dikenal sebagai sintesis yang
akan menghasilkan bentuk.
PENYELESAIAN MASALAH
Dalam penyelesaian masalah, dikenal beberapa metode seperti; tipologi, arkitipe
keruangan, bahasa pola, tata bahasa bentuk dan dekonstruksi.
Tipologi adalah kajian tentang tipe, yaitu penentuan kategori. Sebelum masa Gerakan
Modern, dalam arsitektur mengandalakn tipe bangunan sebagai wujud akhir penyelesaian
perancangan. Dalam kajian tipologi, sebuah objek arsitektur yang hadir perlu kita amati unsurunsur pembentuknya. Perlu dipelajari satu-persatu unsur penyusunnya sehingga dapat
memanfaatkan prinsip penyusunan sebagai contoh penyeesaian bagi bangunan sejenis.
Archetype menurut Carl Gustav Jung adalah citra purba yang terdapat dalam alam tak
sadarkolektif manusia. Secara akar kata, Archetype berarti tipe utama. Seperti citra-citra alam
bawah sadar, arkitipe keruangan akan timbul ke permukaan kesadaran manusia dalam bertindak
menentukan wujud batas ruangnya. Dengan mengetahui arkitipe keruangan maka perancangan
lebih sadar akan garis- garis yang ditariknya, dan oleh sebab itu, juga memiliki perbendaharaan
perancangan dalam bentuk dasar.
Dalam bahasa pola, diakatakan ad acara membangun yang abadai dan hanya dengan cara
demikian kita dapat mebuat lingkung bangun hidup yang menyenangkan untuk berkegiatan di
dalamnya. Dalam hal ini, perancang hendanya mempelajari pola-ola yang membuat suasana
hidup dan dengan mengikuti pola tersebut, mereka tidak akan memaksakan suatu kehendak
yang lebih sering mengganggu.
Seseorang yang mampu menyelesaikan masalah konteks perancangan dengan cara bahasa
pola perlu mampu memberi nama pada pola yang ditemukannya. Jika kita telah mempelajari dan

mengetahui rahasia cara membangun abadi, lupakanlah apa yang telah kita pelajari. Hanya
dengan hal tersebut kita dapat mampu mengembangkan bahasa polanya sendiri. Seseorang yang
pikirannya telah diracuni oleh pola-pola tidak akan mampu menampung hal baru lagi sehingga
pola yang dipelajarinya akan menjadi racun bagi daya kreatif dirinya. Pada dasarnya, kita perlu
menemukan bahasa pola kita sendiri.
Pemikiran yang menyerupai bahasa telah banyak mempengaruhi arsitek pada abad ini.
Mereka memakai pendekatan yang berasosiasi dengan bahasa dalam menyelesaikan
rancangannya, secara sadar sistematis, maupun secara tak sadar tetapi terbaca. Penggunaan tata
bahasa wujud akan kuat bila kita menghadapisuatu wujud dasar yang spesifikasi sifatnya tidak
terlalu rumit.keadaan arsitektur vernacular atau tradisional pada umunya memiliki sifat demikian
sehingga kita dapat memanfaatkan kekuatan tata bahasa wujud untuk membangkitkan wujud
baru yang memiliki sifat yang sama sehingga wujud baru tidak terlihat asing di dalam konteks
lama yang tata bahasanya sudah baku.
Cara ini belum efektif untuk mencari wujud baru. Lain halnya bila yang kita hadapi
adalah penggandaan wujud satuan seperti perumahan masal bertingkat. Dalam kaitan itu, tata
bahasa wujud dapat membantu menemukan komposisi yang menarik sehingga tidak terjadi
kejemuan penampilan.
Dekonstruksi adalah suatu metode, pemikiran dan sekaligus suatu teori yang diciptakan
oleh Jacque Derrida. Derrida tidak menentukan apa persisnya dekonstruksi tersebut, namun
menyebutkan apa yang bukan. Sulit menentukan apakah suatu karya arsitektur itu dekonstruksi
atau bukan, meski perancangnya menyatakan melakukan dekonstruksi. Bila dekonstruksi itu
suatu upaya yang tidak pernah berhenti, maka bangunan perlu kita tinjau dari macam-macam
segi prosesnya untuk memberi penilaian.

Anda mungkin juga menyukai