Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR


STROKE HAEMORHAGIK DAN NON HAEMORHAGIK

OLEH :
RIKA MARTA
SABILA PANCA DIKA
MIYA RATIKA
SYURA NILLAH
SHELLY MAYA LOVA

1411212004
1411212010
1411212061
1411212065
1411212068

IV / A.2
\

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas rahmat ALLAH SWT yang telah memberikan
kami kesehatan dan kesempatan sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah
ini dengan baik. Makalah ini ditulis sebagai tugas mata kuliah Epidemiologi Penyakit
Tidak Menular di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas.
Penyusun telah menyelesaikan makalah dengan segenap kemampuan dan
pikiran, namun kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih belum
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca agar makalah yang telah kami susun dapat mencapai kesempurnaan
dan dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun berharap makalah ini bermanfaat bagi semua orang sehingga
mampu menambah pengetahuan bagi para pembaca. Penyusun mohon maaf jika
dalam penulisan makalah terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, segala kritik dan
saran yang membangun akan senantiasa penyusun terima dengan lapang hati.

Padang, Februari 2016

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i
BAB 1 : PENDAHULUAN..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................2
1.3 Tujuan.................................................................................................................2
BAB 2 : PEMBAHASAN............................................................................................3
2.1 Pengertian Stroke................................................................................................3
2.1.1 Klasifikasi Stroke.........................................................................................4
2.2 Stroke Hemoragik...............................................................................................4
2.2.1 Pengertian....................................................................................................4
2.2.2 Klasifikasi Stroke Hemoragik......................................................................5
2.3 Stroke Non Hemoragik.......................................................................................5
2.3.1 Pengertian....................................................................................................5
2.3.2 Klasifikasi....................................................................................................6
2.4 Faktor Risiko Stroke...........................................................................................7
2.5 Epidemiologi Stroke...........................................................................................8
2.6 Upaya Pencegahan Stroke..................................................................................9
2.6.1 Pencegahan Premordial...............................................................................9
2.6.2 Pencegahan Primer....................................................................................10
2.6.3 Pencegahan Sekunder................................................................................10
2.6.4 Pencegahan Tersier....................................................................................11
2.7 Penanganan Stroke............................................................................................11
BAB 3 : PENUTUP....................................................................................................15
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................15
3.2 Saran.................................................................................................................15

BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stroke merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan kematian terbesar
di dunia. Stroke dikenal sebagai penyakit tidak menular yang menjadi kekhawatiran
semua orang. Stroke adalah penyakit yang menyebabkan terhambatnya peredaran
darah di otak sehingga jaringan otak menjadi mati dan mengakibatkan penderita
mengalami kelumpuhan dan kematian.
Stroke banyak terjadi di daerah perkotaan yang mencapai 15,9 persen dari
proporsi penyebab kematian di Indonesia (Depkes, 2008).

Penyakit stroke bisa

terjadi berulang apabila seorang penderita pernah mengalami stroke sebelumnya.


Stroke berulang dipicu oleh banyaknya faktor risiko yang dimiliki oleh penderita.
Semakin banyak faktor risiko, maka semakin tinggi kemungkinan stroke akan
terulang kembali. Faktor risiko yang paling berpengaruh terjadinya stroke berulang
adalah hipertensi dan diikuti oleh faktor risiko lainnya.
Dalam menekan angka stroke berulang, yang perlu diperhatikan adlah faktor
risiko dan melakukan berbagai upaya, misalnya dengan merubah pola atau gaya
hidup, melakukann terapi yang dibutuhkan dan yang sangat pernitng sekalia dlah
melakukan pemeriksaan rutin untuk mendapatkan inormasi optimal faktor risiko
yang dimiliki seseorang untuk terjadinya stroke.
Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena
serangan stroke, sekitar 2,5 % atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya cacat
ringan maupun berat. Jumlah penderita stroke cenderung terus meningkat setiap
tahun, bukan hanya menyerang penduduk usia tua, tetapi juga dialami oleh mereka
yang berusia muda dan produktif. Stroke dapat menyerang setiap usia, namun yang
sering terjadi pada usia di atas 40 tahun
Stroke iskemik (penyumbatan) memiliki persentase terbesar terjadinya stroke
yaitu sekitar 80%. Insiden penyakit stroke hemoragik antara 15-30% dan untuk
stroke iskemik antara 70-85%. Sedangkan, insiden stroke di negara- negara
berkembang atau Asia untuk stroke hemoragik sekitar 30% dan iskemik 70%.
Kejadian stroke iskemik memiliki proporsi lebih besar dibandingkan dengan stroke
hemoragik (Soeharto, 2004).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan stroke ?
2. Apa yang dimaksud dan klasifikasi dari stroke hemoragik ?
3. Apa yang dimaksud dan klasifikasi dari stroke non hemoragik ?
4. Apa saja faktor resiko dari stroke ?
5. Bagaimana gambar epidemiologi stroke ?
6. Bagaimana upaya pencegahan dan penangganan dari stroke ?
1.3 Tujuan
1. Unttuk mengetahui tentang stroke secara umum.
2. Untuk mengetahui tentang stroke hemoragik dan klasifikasinya.
3. Untuk mengetahui tentang stroke non hemoragik dan klasifikasinya.
4. Untuk mengetahui faktor resiko dari stroke.
5. Untuk mengetahui gambaran epidemiologi stroke.
6. Untuk mengetahui upaya pencegahan dan penangganannya terhadap stroke.

BAB 2 : PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Stroke
Stroke merupakan suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan
oleh gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan menimbulkan
gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah otak yang terganggu.

Gejala-Gejala

pada Kanker Payudara


Stroke juga diartikan sebagai hilangnya sebagian fungsi otak yang terjadi
secara mendadak atau tiba-tiba akibat dari sumbatan atau pecahnya pembuluh darah
otak. Tanpa oksigen dan nutrisi penting yang dialirkan bersama dengan darah, sel
otak akan rusak atau mati dalam beberapa menit. Stroke atau gangguan aliran darah
di otak disebut juga sebagai serangan otak (brain attack), merupakan penyebab cacat
(disabilitas, invaliditas), utama pada kelompok usia diatas 45 tahun.
Menurut hasil penelitian WHO, dari 16 pusat riset dari 12 negara maju dan
berkembang antara Mei 1971 sampai dengan Desember 1974 memperlihatkan bahwa
insisden stroke yang paling tinggi adalah di Ahita (Jepang) yaitu 187 per 100.000
populasi per tahun. Di Indonesia walaupun belum ada penelitian epidemiologi yang
sempurna, dari hasil survei kesehatan rumah tangga tahun 1984 dilaporkan
prevalensi stroke pada golongan umur 25-34 tahun, 35-44 tahun, dan pada kelompok
umur 55 tahun ke atas, berturut-turut 6,7; 24,4; dan 276,3 per 100.000 penduduk.
Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius karena ditandai
dengan tingginya morbiditas dan mortalitasnya. Stroke menempati urutan ketiga
dalam urutan penyebab kematian, setelah penyakit jantung dan keganasan di Negara
maju. Di Negara berkembang, selain jumlahnya yang banyak, angka kematiannya
masih cukup tinggi.
Serangan stroke berdifat akut dan menyebabkan kematian mendadak. Angka
kematian dapat mencapai 36%. Namun sampai dewasa ini belumlah jelas
penyebabnya. Secara patofisiologi dikatakan bahwa stroke berkaitan dengan
gangguan aliran darah ke otak.

2.1.1 Klasifikasi Stroke


Di klinik secara umum ada dua jenis stroke, yaitu iskemik (nonhaemoragik) dan
hemoragik.
1. Stroke nonhaemoragik
a. Klinis terdiri dari :
1. TIA (Transient Ischemic Attack)
2. RIND (Reversible Ischemic Neurologic Deficit)
3. Progressing stroke = stroke in evolusi
4. Complete stroke
b. Secara kausal :
1. Stroke trombotik
2. Stroke emboli/non trombotik.
2. Stroke hemoragik.
a. SD (Perdarahan Sub Dural )
b. PSA (Perdarahan Sub Araknoid )
c. PIS (Perdarahan Intra Serebral )
2.2 Stroke Hemoragik.
2.2.1 Pengertian
Stroke Hemoragik merupakan suatu gangguan peredaran darah otak yang
ditandai dengan adanya perdarahan intra serebral atau perdarahan subarakhnoid.
Tanda yang terjadi adalah penurunan kesadaran, pernapasan cepat, nadi cepat, gejala
fokal berupa hemiplegi, pupil mengecil, kaku kuduk. Ini adalah jenis stroke yang
paling mematikan dan merupakan sebagian kecil dari stroke total yaitu 10-15%
perdarahan intraserebrum dan sekitar 5% untuk perdarahan subaraknoid.
Stroke hemoragik merupakan 15% sampai 20% dari semua stroke, dapat
terjadi apabila lesi vascular intraserebrum mengalami rupture sehingga terjadi
perdarahan ke dalam ruang subaraknoid atau langsung ke dalam jaringan otak.
Sebagian dari lesi vascular yang dapat menyebabkan perdarahan subaraknoid (PSA)
adalah aneurisma sakular dan malformasi arteriovena (MAV).

2.2.2 Klasifikasi Stroke Hemoragik


a. Perdarahan Sub Dural (PSD)
Perdarahan subdural terjadi diantara duramater dan araknoid. Perdarahan
dapat terjadi akibat robeknya vena jembatan (bridging veins) yang
menghubungkan vena di permukaan otak dan sinus venosus di dalam dura
mater atau karena robeknya araknoid.
b. Perdarahan Sub Araknoid (PSA)
Perdarahan

Subaraknoid

(PSA)

adalah

keadaan

akut

dimana

terdapatnya/masuknya darah ke dalam ruangan subaraknoid, atau perdarahan


yang terjadi di pembuluh darah di luar otak, tetapi masih di daerah kepala
seperti di selaput otak atau bagian bawah otak.6 PSA menduduki 7-15% dari
seluruh kasus Gangguan Peredaran Darah Otak (GPDO). PSA paling banyak
disebabkan oleh pecahnya aneurisma (50%).
c. Perdarahan Intra Serebral (PIS)
Perdarahan Intraserebral (PIS) adalah perdarahan yang primer berasal dari
pembuluh darah dalam parenkim otak dan bukan disebabkan oleh trauma,
dimana 70% kasus PIS terjadi di kapsula interna, 20% terjadi di fosa
posterior(batang otak dan serebelum) dan 10% di hemisfer (di luar kapsula
interna). PIS terutama disebabkan oleh hipertensi (50-68%).
2.3 Stroke Non Hemoragik
2.3.1 Pengertian
Stroke non hemoragik diebt juga dengan stroke iskemik merupakan gangguan
peredaran darah otak tanpa terjadi suatu perdarahan yang ditandai dengan kelemahan
pada satu atau keempat anggota gerak atau hemiparese, nyeri kepala, mual, muntah,
pandangan kabur dan dysfhagia. Stroke iskemik juga apat diartikan sebagai stroke
yang terjadi ketika terdapat sumbatan bekuan darah dalam pembuluh darah di otak
atau arteri yang menuju otak. Stroke jenis ini adalah yang paling sering terjadi.
Stroke ini mengacu pada situasi di mana daerah otak kekurangan aliran darah,
biasanya karena adanya bekuan darah atau penyumbatan arteri oleh arteroklerosis
(menumpuknya koleseterol dalam arteri).

2.3.2 Klasifikasi
Stroke non haemoragik dibagi lagi menjadi dua yaitu stroke embolik dan
stroke trombotik.
a. Trombotik. Trombotik merupakan penyebab stroke paling sering.
Trombosis ditemukan pada 40% dari semua kasus stroke yang telah
dibuktikan oleh para ahli patologi. Biasanya ada kaitannya dengan
kerusakan lokal dinding pembuluh darah akibat aterosklerosis
b. Embolik Embolisme serebri termasuk urutan kedua dan merupakan 515% dari berbagai penyebab utama stroke. Dari penelitian epidemiologi
(community based) didapatkan bahwa sekitar 50% dari semua serangan
iskemia otak, apakah yang permanen atau yang transien, diakibatkan oleh
komplikasi trombotik atau embolik dari ateroma, yang merupakan
kelainan dari arteri ukuran besar atau sedang; dan sekitar 25% disebabkan
oleh penyakit pembuluh darah kecil di intra cranial dan 20% oleh emboli
dari jantung (Lumbantobing, 2001). Penderita embolisme biasanya lebih
muda dibanding dengan penderita trombosis Kebanyakan emboli serebri
berasal dari suatu thrombus dalam jantung, sehingga masalah yang
dihadapi sesungguhnya merupakan perwujudan penyakit jantung.
Perbedaan Stroke Hemoragik dan Non Hemoragik
Stroke Hemoragik
PIS
PSA

Gejala Klinis

Stroke Non

1.
2.
3.

Gejala defisit lokal


SIS sebelumnya
Permulaan (onset)

Berat
Amat jarang
Menit/jam

Ringan
1-2 menit

Hemoragik
Berat/ringan
+/ biasa
Pelan (jam/hari)

4.
5.

Nyeri kepala
Muntah pada awalnya

Hebat
Sering

Sangat hebat
Sering

Ringan/ tak ada


Tidak, kecuali lesi di

6.
7.

Hipertensi
Kesadaran

Hampir selalu
Bisa hilang

batang otak
Biasanya tidak
Sering kali
Bisa hilang sebentar Dapat hilang

8.

Kaku kuduk

Jarang

Bisa ada pada

Tidak ada

permulaan
9.
10.
11.
12.

Hemiparesis
Deviasi mata
Gangguan bicara
Likuor

Sering sejak awal


Bisa ada
Sering
Sering berdarah
7

Tidak ada
Tidak ada
Jarang
Selalu berdarah

Sering dari awal


mungkin ada
Sering
Jernih

13. Perdarahan Subhialoid

Tak ada

Bisa ada

Tak ada

14. Paresis/gangguan N III

Mungkin (+)

2.4 Faktor Risiko Stroke


Dalam upaya pencegahannya makaa diperlukan identifikasi karakterisitk
epidemiologinya yang dapat merupakan sebagai faktor risiko stroke. Faktor risiko
stroke adalah faktor yang menyebabkan seseorang menjadi lebih rentan atau mudah
terkena stroke, antara lain :
a. Usia
Usia merupakan faktor risiko yang paling penting bagi semua stroke. Insiden
stroke meningkat secara eksponsial dengan bertambahnya usia. Setelah umur 55
tahun risiko stroke iskemik meningkat 2 kali lipat setiap 10 tahun (risiko relatif ). Di
Oxfordshire, selama tahun 19811986, tingkat insiden stroke pada kelompok usia
45- 54 tahun ialah 57 kasus per 100.000 penduduk dan pada kelompok usia 85 tahun
keatas terdapat 1.987 kasus per 100.000 penduduk.
Tahun 1998 di Aucland, Selandia Baru, insiden stroke pada kelompok usia
55-64 tahun ialah 2 per 100.000 penduduk dan di Soderham, Swedia, insiden stroke
pada kelompok usia yang sama 3,2 per 100.000 penduduk. Pada kelompok usia
diatas 85 tahun dijumpai insiden stoke dari 18,4 per 100.000 di Rochester,
Minnesota, dan 39,7 per 100.000 penduduk di Soderham, Swedia.
b. Jenis Kelamin
Pria memiliki kecendrungan lebih besar untuk terkena stroke dibandingkan
dengan wanita, dengan perbandingan 2:1. Walaupun para pria lebih rawan dari pada
wanita pada usia yang lebih muda, tetapi para wanita akan menyusul setelah usia
mereka mencapai menopause. Hasil-hasil penelitian menyatakan bahwa hormon
berperan dalam hal ini, yang melindungi para wanita sampai mereka melewati masamasa melahirkan anak. Pria berusia kurang dari 65 tahun memiliki risiko terkena
stroke iskemik atau perdarahan intra sereberal lebih tinggi sekitar 20% dari pada
wanita. Namun, wanita usia berapa pun memiliki risiko perdarahan subaraknoid
sekitar 50% lebih besar.
c. Ras / Suku Bangsa
8

Orang kulit hitam lebih banyak menderita stroke dari pada orang kulit putih.
Hal ini disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan gaya hidup. Pada tahun 2004 di
Amerika terdapat penderita stroke pada laki-laki yang berkulit putih sebesar 37,1%
dan yang berkulit hitam sebesar 62,9% sedangkan pada wanita yang berkulit putih
sebesar 41,3% dan yang berkulit hitam sebesar 58,7%.
d. Riwayat Stroke
Bila seseorang telah mengalami stroke, hal ini akan meningkatkan terjadinya
serangan stroke kembali/ulang. Dalam waktu 5 tahun, kemungkinan akan terjadi
stroke kembali sebanyak 35-42%.
e. Diabetes Mellitus
Gula darah yang tinggi (> 120 mg/100 ml) dapat mengakibatkan kerusakan
endotel pembuluh darah yang berlangsung secara progresif. Pada orang yang
menderita Diabetes Mellitus risiko untuk terkena stroke 1,5-3 kali lebih besar (risiko
relatif).
Selain itu dari faktor-faktor risiko stroke, ada beberapa yang dapat diubah dan
ada beberapa yang tidak dapat diubah. Ras usia, riwayat keluarga adalah faktor risiko
yang tidak dapat diubah sama sekali untuk mencegah terjadinya stroke. Sedangkan
faktor risiko lainnya seperti penggunaan obat terlarang, merokok, gaya hidup dan
diet masih dapat diubah dengan menghentikannya, serta melakukan pengobatan dan
memamntau faktor risiko berupa penyakit yang dialami, yang kesemuanya untuk
mencegah terjadinya stroke.
2.5 Epidemiologi Stroke
Di Amerika Serikat, stroke menempati posisi ketiga sebagai penyakit utama
yang menyebabkan kematian. Posisi di atasnya dipegang penyakit jantung dan
kanker. Di negeri Paman Sam ini, sekitar 28% penderita stroke berusia lebih dari 65
tahun.
Di Indonesia penyakit ini menduduki posisi ketiga setelah jantung dan
kanker. Sebanyak 28,5 persen penderita stroke meninggal dunia. Sisanya menderita
kelumpuhan sebagian maupun total. Hanya 15 persen saja yang dapat sembuh total
dari serangan stroke dan kecacatan.

Di Indonesia, belum ada data epidemologis stroke yang lengkap, tetapi


proporsi penderita stroke dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Hal ini terlihat
dari laporan survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI di berbagai rumah sakit di
27 provinsi di Indonesia. Hasil survei itu menunjukkan terjadinya peningkatan antara
1984 sampai 1986, dari 0,72 per 100 penderita pada1984 menjadi 0,89 per 100
penderita pada 1986. Di RSU Banyumas, pada 1997 pasien stroke yang rawat inap
sebanyak 255 orang, pada 1998 sebnyak 298 orang, pada 1999 sebanyak 393 orang,
dan pada 2000 sebanyak 459 orang (Hariyono, 2006).
Hasil penelitian Aliah A. dan Widjaja D. di empat Rumah Sakit di Makasar
(2000) dengan desain Case Series diperoleh bahwa proporsi penderita stroke pada
kelompok umur < 40 tahun sebesar 3%, kelompok umur 40-49 tahun sebesar 20%,
kelompok umur 50-59 tahun sebesar 26%, kelompok umur 60-69 tahun sebesar 41%
dan kelompok umur 70 tahun sebesar 10%. Jumlah penderita stroke laki-laki
sebanyak 58 orang dan penderita stroke wanita sebanyak 42 orang. Penelitian
Syahdani di RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu (2003) dengan desain Case Series
menunjukkan bahwa proporsi penderita stroke terbesar pada kelompok umur > 59
tahun yaitu sebesar 50,5% dan sebagian besar penderitanya adalah laki-laki sebesar
65,5%. Berdasarkan penelitian di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukit Tinggi Tahun
2005-2007, menunjukkan bahwa jumlah penderita stroke hemoragik tahun 2005
sebanyak 66 orang, tahun 2006 sebanyak 54 orang, tahun 2007 sebanyak 59 orang.
Menurut WHO, stroke menjadi penyebab kematian dari 5,7 juta jiwa
diseluruh dunia dan diperkirakan meningkat menjadi 6,5 juta penderita pada tahun
2015 dan 7,8 juta penderita pada tahun 2030.
2.6 Upaya Pencegahan Stroke
2.6.1 Pencegahan Premordial
Tujuan pencegahan premordial adalah mencegah timbulnya faktor risiko bagi
individu yang belum mempunyai faktor risiko. Pencegahan premordial dapat
dilakukan dengan cara melakukan promosi kesehatan, seperti berkampanye tentang
bahaya rokok terhadap stroke dengan membuat selebaran atau poster yang dapat
menarik perhatian masyarakat.
Selain itu, promosi kesehatan lain yang dapat dilakukan adalah program
pendidikan kesehatan masyarakat, dengan memberikan informasi tentang penyakit
stroke hemoragik melalui ceramah, media cetak, media elektronik.
10

2.6.2 Pencegahan Primer


Tujuan pencegahan primer adalah mengurangi timbulnya faktor risiko stroke
bagi individu yang mempunyai faktor risiko tetapi belum menderita stroke dengan
cara melaksanakan gaya hidup sehat bebas stroke, antara lain:
a. Gaya Hidup: Reduksi stress, makan rendah garam, rendah lemak dan kalori,
hindari merokok dan alkohol, olahraga (minimal jalan kaki selama 30 menit,
cukup istirahat dan check up kesehatan secara teratur minimal 1 kali setahun bagi
yang berumur 35 tahun dan 2 kali setahun bagi yang berumur di atas 60 tahun).
b. Lingkungan: kesadaran atas stress kerja.
c. Biologi: perhaikan terhadap faktor risiko biologis, misalnya: jenis kelamin,
riwayat keluarga, efek aspirin.
d. Pelayanan kesehatan: pemeriksaan tensi, health education.
e. Mengendalikan faktor risiko stroke, seperti hipertensi, diabetes mellitus, penyakit
jantung, kegemukan, dll.
f. Mengatur pola makan yang sehat seperti kacang-kacangan, susu dan kalsium,
ikan, serat, vitamin yang diperoleh dari makanan dan bukan suplemen (vit C, E,
B6, B12 dan beta karoten), teh hijau dan teh hitam serta buah-buahan dan sayursayuran.
2.6.3 Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder, bagi mereka yang pernah mendpatkan stroke, yaitu:
a. Gaya hidup: managemen stress, makanan rendah garam, stop smoking,
penyesuaian gaya hidup.
b. Lingkungan: pengantiankerja jika diperlukan, family counseling.
c. Biologi: pengobatan yang patuh dan cegah efek samping.
d. Pelayanan kesehatan: pendidikan pasien dan evaluasi penyebab sekunder.
2.6.4 Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier meliputi program rehabilitasi penderita stroke yang
diberikan setelah terjadi stroke. Rehabilitasi meningkatkan kembali kemampuan fisik
dan mental dengan berbagai cara. Tujuan program rehabilitasi adalah memulihkan
independensi atau mengurangi ketergantungan sebanyak mungkin. Cakupan program

11

rehabilitasi stroke dan jumlah spesialis yang terlibat tergantung pada dampak stroke
atas pasien dan orang yang merawat.
Pencegahan tersier stroke, yaitu:
a. Gaya hidup: reduksi stree, exercise ringan, stop smoking.
b. Lingkungan: jaga keamanan dan keselamatan (rumah lanta pertama, pakai whell
chair) dan family support.
c. Biologi: kepatuhan berobat, terapi fisik dan speach therapy.
d. Pelayanan kesehatan: emergency medical technic, asuransi.
2.7 Penanganan Stroke
Manajemen penanganan stroke akut secara umum, baik itu Stroke hemoragik
atau non-hemoragik, difokuskan pada istilah 6B yaitu:
-

Breath (Pernapasan)

Blood (Darah)

Brain (Otak)

Bladder (Kandung Kemih)

Bowel (GastroInstestinal)

Bone and body skin (Tulang dan Kulit)

a. Breath (Pernapasan)
Ini adalah bentuk penanganan pertama yang harus diperhatikan yaitu dengan
menjaga jalan nafas tetap bebas dan memastikan fungsi paru-paru cukup baik. Jika
pasien mengalami gangguan kesadaran, maka diperlukan oksigenasi yang cukup
memadai,
b. Blood (Darah)
Penanganan ini dengan mengatasi dan memantau tekanan darah, hemoglobin
(Hb), glukosa darah, dan keseimbangan elektrolit.
-

Tekanan Darah
Menjaga tekanan darah tetap tinggi agar cukup dapat mengalirkan darah
sampai ke otak. Mengukur tekanan darah dilakukan 2 sampai 4 jam pada
awalnya, dan kemudian harus dimonitor dan dikelola dengan cukup hati-hati.
Jika terjadi hipotensi, lakukan koreksi tekanan darah ke ukuran normal

12

dengan memperhatikan postur pasien, cairan intravena dan mencari sumber


terjadinya hipovolemia atau penyebab hipotensi lainnya.
-

Hemoglobin (Hb)
Kadar Hb darah harus tetap dijaga dengan baik untuk metabolisme otak.

Glukosa Darah

Penting untuk dilakukan penanganan glukosa darah. Kadar glukosa darah


harus dijaga antara 140 dan 180 mg/dl. Hindari pemberian infus glukosa,
karena akan menyebabkan asidosis di bagian infark otak, yang nantinya akan
mudah terjadi udem otak dan ukuran infark meningkat. Hiperglikemia sering
terjadi pada pasien stroke akut, untuk kadar glukosa lebih dari 250-300 mg/dl
maka harus ditangani dengan pemberian insulin.

c. Brain (Otak)
Penanganan pada otak memfokuskan pada tiga hal yaitu penurunan
kesadaran, kejang dan peningkatan tekanan intrakranial.
-

Penurunan Kesadaran
Pemantauan tingkat kesadaran dan tanda-tanda vital dilakukan setidaknya
setiap 2 sampai 4 jam oleh staf medis dan keperawatan. Tetap lakukan
pengontrolan dan mewaspadai jangan sampai terjadi aspirasi selama periode
penurunan kesadaran.

Kejang
Kejang harus dapat dicegah dan diatasi karena dapat memperburuk proses
iskemik. Penanganannya dengan meningkatkan kebutuhan oksigen serebral.
Kejang epilepsi harus dikontrol segera. Potensi terjadinya penekanan
pernapasan harus selalu diwaspadai selama pemberian infus obat tersebut.
Setelah kejang berhenti, pemberian fenitoin intravena dapat dimulai untuk
mempertahankan dan mengontrol kejang. Untuk kejang yang tidak dapat
dikontrol dengan pemberian berbagai antikonvulsan, maka diperlukan
anestesi

barbiturat.

Tidak

direkomendasikan

penggunaan

profilaksis

antikonvulsan pada penderita stroke tanpa kejang.


d. Bladder (Kandung Kemih)
Pengelolaan perkemihan dan keseimbangan cairan tubuh harus diperhatikan,
tujuannya untuk menghindari terjadi retensio atau inkontinensia urine.

13

Manajemen kandung kemih


Tujuan dari penanganan ini demi mengurangi risiko tekanan berlebih dan
infeksi kandung kemih, dan juga sekaligus memulihkan fungsi kandung
kemih.

Keseimbangan cairan dan elektrolit


Mayoritas stroke terjadi pada orang tua, yang mana cairan dan gangguan
elektrolit dalam tubuh lebih mungkin terjadi. Terjadinya dehidrasi akan
meningkatkan kekentalan darah dan menurunkan tekanan darah, sehingga
sering sekali memperburuk proses iskemik di otak. Dehidrasi juga merupakan
faktor penting predisposisi kardioembolisme berulang. Masalah hidrasi cairan
harus tetap dipantau dan dijaga keseimbangannya. Adanya gangguan yang
mendasari seperti penyakit ginjal dan jantung sering membuat koreksi cairan
dan elektrolit lebih sulit.

e. Bowel (Gastrointestinal)
Pengelolaan defekasi dan nutrisi pasien stroke harus diperhatikan, tujuannya
untuk menghindari timbulnya gangguan pada sistem pencernaan, karena hal ini akan
membuat pasien stroke menjadi gelisah, contohnya karena terjadi obstipasi.
-

Nutrisi
Pemberian nutrisi normal harus dilarang pada pasien stroke akut segera
setelah onset untuk menghindari terjadinya aspirasi. Semua pasien yang
dirawat dengan stroke harus mempertahankan tanpa intake oral setidaknya
untuk 24-48 jam pertama, seperti halnya pada kasus TIA persisten atau defisit
yang lebih moderat. Perhatian khusus harus diarahkan untuk pasien dengan
infark kortikal yang besar (baik hemisfer dominan atau non-dominan). Semua
pasien tanpa intake oral harus diberikan cairan infus, yaitu normal saline
(kecuali pasien dengan gagal jantung kongestif yang signifikan atau
hipertensi).

Perdarahan Gastrointestinal
Untuk

mencegah

terjadinya

perdarahan

gastrointestinal,

pemberian

profilaksis antasida dan antagonis reseptor H2 dianjurkan pada pasien stroke


akut, terutama mereka yang memiliki riwayat ulkus peptikum atau
14

pengobatan sebelumnya dengan aspirin, agen fibrinolitik, antikoagulan, obat


anti inflamasi non-steroid, atau kortikosteroid.
f. Bone and Skin (Tuang dan Kulit)
Tanpa

pergerakan

atau

imobilitas

dapat

menyebabkan

peningkatan

katabolisme, stasis vena, penurunan kapasitas vital, depresi psikologis, stasis urin
dan memperlambat saluran pencernaan. Komplikasi utama yang bisa terjadi seperti
pneumonia, emboli paru, ulkus dekubitus, kolesistitis, trombosis vena dalam dan
infeksi saluran kemih. Imobilitas juga dapat menyebabkan komplikasi ortopedi,
kontraktur dan kelumpuhan tekanan.
Penanganan dengan melakukan terapi fisik harus dimulai dalam waktu 2 hari
sejak onset stroke, bahkan pada pasien coma sekalipun. Cara merawat pasien stroke
dengan merubah posisi tubuh secara reguler jika pasien lumpuh atau yang mengalami
gangguan kesadaran, dan pemantauan terhadap kulit kemerahan atau yang
mengalami erosi, sangat diperlukan pada pasien stroke akut.

15

BAB 3 : PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Stroke merupakan penyakit tidak menular yang menyebabkan kematian
terbesar di dunia. Stroke sering terjadi pada orang berusia 50 tahun keatas dan sering
kali terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan. Terjadinya stroke tergantung
pada faktor risikonya.
Stroke yang sering terjadi adalah stroke iskemik atau non haemoraghik.
Stroke iskemik menyebabkan penyumbatan pembuluh darah di otak. Stroke bisa
ditandai dengan beberapa gejala yaitu mengalami mati rasa, mengalami kebingungan
atau kesulitan dalam hal berbicara. Lidah terasa lemah dan kaku. Tiba-tiba
kehilangan penglihatan, menjadi kabur, gangguan lapangan pandang. Tiba-tiba
merasa pusing atau hilang keseimbangan dan vertigo. Tiba-tiba mengalami sakit
kepala yang parah.
3.2 Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan saran yang membangun dari semua pihak, demi
kesempurnaan makalah ini.

16

DAFTAR PUSTAKA
Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: PT Rineka Cipta
http://www.artikelkedokteran.com/527/sstroke-non
hemoragik.html#sthash.CxCMQg3d.dpbs/
jurnal.unes.ac.id
http://www..jevuska.com/2007/04/11/grjala-diagosa-terapi-stroke-non-hemoragik/

17

Anda mungkin juga menyukai