EPTM KPKLR
EPTM KPKLR
OLEH :
RIKA MARTA
SABILA PANCA DIKA
MIYA RATIKA
SYURA NILLAH
SHELLY MAYA LOVA
1411212004
1411212010
1411212061
1411212065
1411212068
IV / A.2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas rahmat ALLAH SWT yang telah memberikan
kami kesehatan dan kesempatan sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah
ini dengan baik. Makalah ini ditulis sebagai tugas mata kuliah Epidemiologi Penyakit
Tidak Menular di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas.
Penyusun telah menyelesaikan makalah dengan segenap kemampuan dan
pikiran, namun kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih belum
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca agar makalah yang telah kami susun dapat mencapai kesempurnaan
dan dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun berharap makalah ini bermanfaat bagi semua orang sehingga
mampu menambah pengetahuan bagi para pembaca. Penyusun mohon maaf jika
dalam penulisan makalah terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, segala kritik dan
saran yang membangun akan senantiasa penyusun terima dengan lapang hati.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
BAB 1 : PENDAHULUAN..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................1
1.3 Tujuan.................................................................................................................2
BAB 2 : PEMBAHASAN............................................................................................3
2.1 Pengertian Kanker Payudara...............................................................................3
2.2 Gejala-Gejala pada Kanker Payudara.................................................................3
2.2.1 Gejala-Gejala...............................................................................................3
2.2.2 Stadium Kanker Payudara...........................................................................4
2.3 Faktor Resiko dari Kanker Payudara..................................................................6
2.4 Epidemiologi Kanker Payudara..........................................................................8
2.5 Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Kanker Payudara.............................11
2.5.1 Upaya Pencegahan.....................................................................................11
2.5.2 Upaya Penanggulangan.............................................................................15
2.6 Pengertian Kanker Leher Rahim......................................................................16
2.7 Gejala-Gejala pada Kanker Leher Rahim.........................................................17
2.8 Faktor Resiko dari Kanker Leher Rahim..........................................................17
2.9 Epidemiologi Kanker Leher Rahim..................................................................20
2.10 Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Kanker Leher Rahim.....................20
2.10.1 Upaya Pencegahan...................................................................................20
2.10.2 Upaya Penanggulangan dengan Deteksi Dini Kanker Serviks................23
BAB 3 : PENUTUP....................................................................................................25
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................25
3.2 Saran.................................................................................................................27
ii
BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sampai saat ini penyakit kanker masih menjadi ancaman kehidupan manusia
di dunia. Kanker termasuk penyakit yang dihindari dan ditakuti. Hal tersebut karena
obat kanker yang sangat sulit ditemukan, bahkan banyak kematian yang disebabkan
oleh kanker.
Kanker merupakan pertumbuhan sel-sel tubuh yang abnormal. Sel-sel
tersebut tidak terkendali dan tidak diketahui secara pasti penyebabnya. Penyakit
kanker merupakan penyakit kedua terbesar di dunia setelah sakit jantung, sedangkan
di Indonesia urutan keenam.
Kanker payudara merupakan kanker yang banyak menyebabkan kematian
pada wanita di dunia. Di Indonesia dari 10 jenis kanker, kanker payudara menduduki
peringkat kedua yang paling sering dialami wanita setelah kanker mulut rahim/leher
rahim.
Kanker leher rahim menempati urutan kedua di dunia setelah kanker
payudara dan urutan pertama di Indonesia. Kanker leher rahim sering ditemukan
pada Negara berkembang. Kanker leher rahim menyerang wanita dengan usia 35-55
tahun. 90% dari kanker leher rahim berasal dari sel skuamosa yang melapisi rahim
dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir
Menurut Direktur Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Kementrian Kesehatan, kanker payudara dan leher rahim adalah kanker yang sering
terjadi di Indonesia. jumlah penderita kanker terus mengalami peningkatan setiap
tahunnya.
Hal terpenting menghadapi kanker payudara dan kanker leher rahim adalah
menegakkan diagnosis sedini mungkin. Misalnya melakukan SADARI untuk
mendeteksi adanya kanker payudara. Selain itu kanker payudra juga bisa dideteksi
dengan metode pop-smear. Kanker leher rahim bisa dideteksi dengan melakukan
terapi atau kemoterapi. Saat ini pilihan terapi sangat tergantung pada luasnya
penyebaran penyakit secara anatomis dan senantiasa berubah sesuai dengan
kemajuan teknologi kedokteran.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kanker payudara dan kanker leher rahim?
1
BAB 2 : PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kanker Payudara
Kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal dari kelenjar payudara.
Termasuk saluran kelenjar air susu dan jaringan penunjangnya yang tumbuh
infiltratif, destruktif, serta dapat bermetastase (Suryana, 2008).
Menurut Luwia (2003), kanker payudara merupakan kanker yang berasal dari
kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara. Ketika sejumlah sel di
dalam payudara tumbuh dan berkembang dengan tidak terkendali inilah yang disebut
kanker payudara. Kumpulan besar dari jaringan yang tidak terkontrol ini disebut
tumor atau benjolan. Akan tetapi tidak semua tumor adalah kanker, karena sifatnya
yang tidak menyebar ke seluruh tubuh. Tumor yang dapat menyebar ke seluruh tubuh
atau menyebar jaringan sekitar disebut kanker atau tumor ganas.
Kanker payudara muncul sebagai akibat sel-sel yang abnormal terbentuk pada
payudara dengan kecepatan tidak terkontrol dan tidak beraturan. Sel-sel tersebut
merupakan hasil mutasi gen dengan perubahan-perubahan bentuk, ukuran maupun
fungsinya. Kanker payudara dapat menyebar ke organ lain seperti paru-paru, hati,
dan otak melalui pembuluh darah. Kelenjar getah bening aksila ataupun
supraklavikula membesar akibat dari penyebaran kanker payudara melalui pembuluh
getah bening dan tumbuh di kelenjar getah bening.
Kanker payudara dikenal sebagai salah satu kanker yang paling sering
menyerang kaum wanita. Kematian kanker payudara masih tinggi. Hal tersebut
dikarenakan keterlambatan diagnosis dan keterlambatan pengobatan. Semua ini pada
gilirannya menyebabkan masalah kanker sebagai suatu masalah kesehatan yang
membawa biaya yang mahal.
2.2 Gejala-Gejala pada Kanker Payudara
2.2.1 Gejala-Gejala
Gejala dan pertumbuhan kanker payudara tidak mudah dideteksi karena awal
pertumbuhan sel kanker payudara tidak dapat diketahui dengan mudah. Gejala
umumnya baru diketahui setelah stadium kanker berkembang agak lanjut, karena
pada tahap dini biasanya tidak menimbulkan keluhan. Penderita merasa sehat, tidak
merasa nyeri, dan tidak mengganggu aktivitas. Gejala-gejala kanker payudara yang
tidak disadari dan tidak dirasakan pada stadium dini menyebabkan banyak penderita
3
yang berobat dalam kondisi kanker stadium lanjut. Hal tersebut akan mempersulit
penyembuhan dan semakin kecil peluang untuk disembuhkan. Bila kanker payudara
dapat diketahui secara dini maka akan lebih mudah dilakukan pengobatan. Tanda
yang mungkin muncul pada stadium dini adalah teraba benjolan kecil di payudara
yang tidak terasa nyeri. Gejala yang timbul saat penyakit memasuki stadium lanjut
semakin banyak, seperti:
1. Timbul benjolan pada payudara yang dapat diraba dengan tangan, makin
lama benjolan ini makin mengeras dan bentuknya tidak beraturan.
2. Saat benjolan mulai membesar, barulah menimbulkan rasa sakit (nyeri) saat
payudara ditekan karena terbentuk penebalan pada kulit payudara.
3. Bentuk, ukuran atau berat salah satu payudara berubah kerena terjadi
pembengkakan.
4. Pembesaran kelenjar getah bening di ketiak atau timbul benjolan kecil
dibawah ketiak.
5. Bentuk atau arah puting berubah, misalnya puting susu tertarik ke dalam dan
yang tadinya berwarna merah muda dan akhirnya menjadi kecoklatan.
6.
Keluar darah, nanah, atau cairan encer dari puting susu pada wanita yang
sedang tidak hamil. Eksim pada puting susu dan sekitarnya sudah lama tidak
sembuh walau sudah diobati.
7. Luka pada payudara sudah lama tidak sembuh walau sudah diobati
8. Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk (peau dorange) akibat dari
neoplasma menyekat drainase limfatik sehingga terjadi edema dan pitting
kulit. Payudara yang mengalami peau dorange
Gejala kanker payudara pada pria sama seperti kanker payudara yang dialami wanita,
mulanya hanya benjolan. Umumnya benjolah hanya dialami di satu payudara, dan
bila diraba terasa keras dan menggerenjil. Bila stadium kanker sudah lanjut, ada
perubahan pada puting dan daerah hitam di sekitar puting. Kulit putingnya
bertambah merah, mengerut, tertarik ke dalam, atau puting mengeluarkan cairan.
Perbedaan penderita kanker payudara pada pria dan wanita.
2.2.2 Stadium Kanker Payudara
Pembagian stadium menurut Portmann yang disesuaikan dengan aplikasi klinik
yaitu:
Stadium I
Stadium II
Stadium III A
Stadium III B : Tumor melekat pada kulit atau dinding dada, kulit merah dan
ada edema (lebih dari sepertiga permukaan kulit payudara),
ulserasi, kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain
atau ke jaringan sekitarnya dengan diameter 2 - 5 cm. Kanker
sudah menyebar ke seluruh bagian payudara, bahkan mencapai
kulit, dinding dada, tulang rusuk dan otot dada.
Stadium IV
: Tumor seperti pada yang lain (stadium I, II, dan III). Tapi
sudah disertai dengan kelenjar getah bening aksila supraklavikula dan Metastasis jauh. Sel-sel kanker sudah merembet
menyerang bagian tubuh lainnya, biasanya tulang, paru-paru,
hati, otak, kulit, kelenjar limfa yang ada di dalam batang leher.
Tindakan yang harus dilakukan adalah pengangkatan payudara.
Tujuan pengobatan pada stadium ini adalah palliatif bukan lagi
kuratif (menyembuhkan).
yang
lebih
well
differentiated
dan
mengekspresikan
reseptor
hormon.Wanita yang memiliki gen BRCA1 dan BRCA2 akan mempunyai risiko
kanker payudara 40-85%. Wanita dengan gen BRCA1 yang abnormal cenderung
untuk berkembang menjadi kanker payudara pada usia yang lebih dini.
6. Riwayat reproduksi dan menstruasi
Meningkatnya paparan estrogen berhubungan dengan peningkatan risiko untuk
berkembangnya
kanker
payudara,
sedangkan
berkurangnya
paparan
justru
mendapatkan
menopausal
hormone
therapymemakai
estrogen,atau
2005 jumlah penderita kanker payudara mencapai 21.600 wanita dan 5.300 wanita
meninggal dunia (CFR=24,54%).
Di Malaysia pada tahun 2006, kanker payudara menduduki urutan pertama dari
seluruh kanker yang menyerang wanita dengan proporsi 29,9% dan proporsi umur
tertinggi yaitu pada kelompok umur 50-59 tahun dengan proporsi 33,9%. Data
statistik Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) di Indonesia tahun 2006,
menunjukkan bahwa kanker payudara menempati urutan pertama dari seluruh kanker
dengan proporsi 19,64%. Pada tahun 2001, dari 447 kasus kanker payudara yang
berobat di RS Kanker Dharmais Jakarta 9,1% diantaranya adalah perempuan berusia
kurang dari 30 tahun. Menurut Penelitian Azamris (2006), proporsi umur tertinggi
penderita kanker payudara yang berobat di RSUP Dr. M. Djamil Padang yaitu pada
kelompok umur 40-44 tahun dengan proporsi 34,3%.
Identifikasi masalah secara epidemiologi digambarakan dengan melihat faktorfaktor:
-
4. Preventable
10
C,
mineral,
klorofil
yang
bersifat
antikarsinogenik
dan
konsumsi
kedelai
serta
olahannya
yang
mengandung
11
d. Pengontrolan berat badan dengan berolah raga dan diet seimbang dapat
mengurangi risiko terkena kanker payudara.
e. Hindari alkohol, rokok, dan stress.
f.
pada kedua
12
ii. Untuk perempuan berumur 40-50 tahun, mammografi dilakukan 1-2 tahun
sekali.
iii. Untuk perempuan berumur di atas 50 tahun, mammografi dilakukan setiap
tahun dan pemeriksaan rutin.
2.5.1.3 Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan diagnosis dini terhadap
penderita kanker payudara dan biasanya diarahkan pada individu yang telah positif
menderita kanker payudara agar dapat dilakukan pengobatan dan penanganan yang
tepat. Penanganan yang tepat pada penderita kanker payudara sesuai dengan
stadiumnya akan dapat mengurangi kecatatan, mencegah komplikasi penyakit, dan
memperpanjang harapan hidup penderita Pencegahan sekunder dapat dilakukan
dengan beberapa cara yaitu:
1. Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan klinis di mulai dengan mewawancarai penderita kanker payudara,
pemeriksaan klinis payudara, untuk mencari benjolan atau kelainan lainnya, insfeksi
payudara, palpasi,dan pemeriksaan kelenjar getah bening regional atau aksila.
Dilanjutkan dengan pemeriksaan penunjang dilakukan dengan menggunakan alat-alat
tertentu antara lain dengan termografi, ultrasonografi, scintimammografi, lalu
dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologis untuk mendiagnosis secara pasti
penderita kanker payudara.
2. Penatalaksanaan Medis yang Tepat
Semakin dini kanker payudara ditemukan maka penyembuhan akan semakin
mudah. Penatalaksanaan medis tergantung dari stadium kanker didiagnosis yaitu
dapat berupa operasi/pembedahan, radioterapi, kemoterapi, dan terapi homonal.
2.5.1.4 Pencegahan Tertier
Pencegahan tertier dapat dilakukan dengan perawatan paliatif dengan tujuan
mempertahankan kualitas hidup penderita dan memperlambat progresifitas penyakit
dan mengurangi rasa nyeri dan keluhan lain serta perbaikan di bidang psikologis,
sosial, dan spritual. Untuk mengurangi ketidakmampuan dapat dikakukan
Rehabilitasi supaya penderita dapat melakukan aktivitasnya kembali. Upaya
rehabilitasi
dilakukan
baik
secara
fisik,
14
mental,
maupun
sosial,
seperti
menghilangkan rasa nyeri, harus mendapatkan asupan gizi yang baik, dukungan
moral dari orang-orang terdekat terhadap penderita pasca operasi.
2.5.2 Upaya Penanggulangan
Ada beberapa cara pengobatan kanker payudara yang penerapannya tergantung
pada stadium klinik kanker payudara. Pengobatan kanker payudara biasanya meliputi
pembedahan/operasi, radioterapi/penyinaran, kemoterapi, dan terapi hormonal.
Penatalaksanaan medis biasanya tidak dalam bentuk tunggal, tetapi beberapa
kombinasi.
2.5.2.1 Pembedahan/Operasi
Pembedahan dilakukan untuk mengangkat sebagian atau seluruh payudara yang
terserang kanker payudara. Pembedahan paling utama dilakukan pada kanker
payudara stadium I dan II. Pembedahan dapat bersifat kuratif (menyembuhkan)
maupun paliatif (menghilangkan gejala-gejala penyakit).Tindakan pembedahan atau
operasi kanker payudara dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu:
1. Mastektomi radikal (lumpektomi), yaitu operasi pengangkatan sebagian dari
payudara. Operasi ini selalu diikuti dengan pemberian radioterapi. Biasanya
lumpektomi direkomendasikan pada penderita yang besar tumornya kurang
dari 2 cm dan letaknya di pinggir payudara.
2. Mastektomi total (mastektomi), yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara
saja, tetapi bukan kelenjar di ketiak.
3. Modified Mastektomi radikal, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara,
jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta
benjolan di sekitar ketiak.
2.5.2.2 Radioterapi
Radioterapi yaitu proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker dengan
menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker yang
masih tersisa di payudara setelah operasi. Tindakan ini mempunyai efek kurang baik
seperti tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di sekitar payudara
menjadi hitam, serta Hb dan leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi.
Pengobatan ini biasanya diberikan bersamaan dengan lumpektomi atau masektomi.
15
2.5.2.3 Kemoterapi
Kemoterapi merupakan proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk
pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Sistem
ini diharapkan mencapai target pada pengobatan kanker yang kemungkinan telah
menyebar ke bagian tubuh lainnya. Dampak dari kemoterapi adalah pasien
mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang
diberikan pada saat kemoterapi.
2.5.2.4 Terapi Hormonal
Pertumbuhan kanker payudara bergantung pada suplai hormon estrogen, oleh
karena itu tindakan mengurangi pembentukan hormon dapat menghambat laju
perkembangan sel kanker. Terapi hormonal disebut juga dengan therapy antiestrogen karena sistem kerjanya menghambat atau menghentikan kemampuan
hormon estrogen yang ada dalam menstimulus perkembangan kanker pada payudara
2.6 Pengertian Kanker Leher Rahim
Kanker merupakan
penyakit
tidak
menular
yang
disebabkan oleh
pertumbuhan sel jaringan tubuh yang tidak normal dan tidak terkendali. Sel kanker
bersifat ganas, tumbuh cepat serta dapat menyebar ke tempat lain dan menyebabkan
kematian bila tidak segera dicegah.
Pengertian kanker leher rahim adalah sebagai berikut :
1. Kanker leher rahim adalah keganasan yang terjadi pada leher rahim (serviks)
yang merupakan bagian terendah dari rahim yang menonjol ke puncak liang
senggama (vagina).
2. Kanker leher rahim merupakan kanker peringkat pertama angka kejadian
kanker di Indonesia.
Kanker serviks atau leher rahim adalah tumor ganas primer yang berasal dari
metaplasia epitel di daerah skuamokolumner junction yaitu daerah peralihan mukosa
vagina dan mukosa kanalis servikalis. Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi
pada serviks atau leher rahim, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang
merupakan pintu masuk ke arah rahim, letaknya antara Rahim (uterus) dan liang
senggama atau vagina.
Kanker leher rahim biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun.
Sebanyak 90% dari kanker leher rahim berasal dari sel skuamosa yang melapisi
16
serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran
servikal yang menuju ke rahim.
2.7 Gejala-Gejala pada Kanker Leher Rahim
Adapun Gejala dari kanker leher rahim adalah Pada tahapan pra kanker/dini
sering tidak menimbulkan gejala. Bila ada gejala yang timbul, biasanya keluar
keputihan yang tidak khas.
Pada tahap selanjutnya dapat ditemukan gejala sebagai berikut :
1. Perdarahan sesudah senggama.
2. Keputihan/cairan encer berbau.
3. Perdarahan di luar siklus haid.
4. Perdarahan sesudah menopause.
5. Nyeri daerah panggul.
2.8 Faktor Resiko dari Kanker Leher Rahim
Menurut Diananda (2007), faktor yang mempengaruhi kanker serviks yaitu :
1. Usia > 35 tahun mempunyai risiko tinggi terhadap kanker leher rahim.
Semakin tua usia seseorang, maka semakin meningkat risiko terjadinya
kanker laher rahim. Meningkatnya risiko kanker leher rahim pada usia lanjut
merupakan gabungan dari meningkatnya dan bertambah lamanya waktu
pemaparan terhadap karsinogen serta makin melemahnya sistem kekebalan
tubuh akibat usia.
2.
Usia pertama kali menikah. Menikah pada usia kurang 20 tahun dianggap
terlalu muda untuk melakukan hubungan seksual dan berisiko terkena kanker
leher rahim 10-12 kali lebih besar daripada mereka yang menikah pada usia >
20 tahun. Hubungan seks idealnya dilakukan setelah seorang wanita benarbenar matang.
yang terdapat di selaput kulit bagian dalam rongga tubuh. Umumnya sel-sel
mukosa baru matang setelah wanita berusia 20 tahun ke atas. Jadi, seorang
wanita yang menjalin hubungan seks pada usia remaja, paling rawan bila
dilakukan di bawah usia 16 tahun. Hal ini berkaitan dengan kematangan selsel mukosa pada serviks. Pada usia muda, sel-sel mukosa pada serviks belum
matang.
menerima rangsangan dari luar termasuk zat-zat kimia yang dibawa sperma.
Karena masih rentan, sel-sel mukosa bisa berubah sifat menjadi kanker. Sifat
sel kanker selalu berubah setiap saat yaitu mati dan tumbuh lagi. Dengan
adanya rangsangan, sel bisa tumbuh lebih banyak dari sel yang mati, sehingga
perubahannya tidak seimbang lagi. Kelebihan sel ini akhirnya bisa berubah
sifat menjadi sel kanker. Lain halnya bila hubungan seks dilakukanpada usia
di atas 20 tahun, dimana sel-sel mukosa tidak lagi terlalu rentan terhadap
perubahan.
3. Wanita dengan aktivitas seksual yang tinggi, dan sering berganti-ganti
pasangan. Berganti-ganti pasangan akan memungkinkan tertularnya penyakit
kelamin, salah satunya Human Papilloma Virus (HPV).
penyakit akibat hubungan seksual berisiko terkena virus HPV, karena virus
HPV diduga sebagai penyebab utama terjadinya kanker leher rahim sehingga
wanita yang mempunyai riwayat penyakit kelamin berisiko terkena kanker
leher rahim.
7. Paritas (jumlah kelahiran). Semakin tinggi risiko pada wanita dengan banyak
anak, apalagi dengan jarak persalinan yang terlalu pendek. Dari berbagai
literatur yang ada, seorang perempuan yang sering melahirkan (banyak anak)
termasuk golongan risiko tinggi untuk terkena penyakit kanker leher rahim.
18
Penggunaan
kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka lama yaitu lebih dari 4 tahun
dapat meningkatkan risiko kanker leher rahim 1,5-2,5 kali. Kontrasepsi oral
mungkin dapat meningkatkan risiko kanker leher rahim karena jaringan leher
rahim merupakan salah satu sasaran yang disukai oleh hormon steroid
perempuan. Hingga tahun 2004, telah dilakukan studi epidemiologis tentang
hubungan antara kanker leher rahim dan penggunaan kontrasepsi oral.
Meskipun demikian, efek penggunaan kontrasepsi oral terhadap risiko kanker
leher rahim masih kontroversional. Sebagai contoh, penelitian yang dilakukan
oleh Khasbiyah (2004) dengan menggunakan studi kasus kontrol. Hasil studi
tidak menemukan adanya peningkatan risiko pada perempuan pengguna atau
mantan
pengguna
kontrasepsi
oral
karena
hasil
penelitian
tidak
20
6. Penggunaan kondom
Para ahli sebenarnya sudah lama meyakininya, tetapi kini mereka punya bukti
pendukung bahwa kondom benar-benar mengurangi risiko penularan virus
penyebab kutil kelamin (genital warts) dan banyak kasus kanker leher rahim.
Hasil pengkajian atas 82 orang yang dipublikasikan di New England Journal
of Medicine memperlihatkan bahwa wanita yang mengaku pasangannya selalu
menggunakan kondom saat berhubungan seksual kemungkinannya 70 persen
lebih kecil untuk terkena infeksi human papillomavirus (HPV) dibanding
wanita yang pasangannya sangat jarang (tak sampai 5 persen dari seluruh
jumlah
hubungan
seks)
menggunakan
kondom.
Hasil
penelitian
kanker. Pemeriksaan dilakukan lebih dari setahun jika sudah mencapai usia
65 tahun atau tiga pemeriksaan sebelumnya menunjukkkan hasil normal
(Bustan, 2007).
3. Thin prep
Metode Thin prep lebih akurat dibanding Pap smear. Jika Pap smear
hanya mengambil sebagian dari sel-sel di servik atau leher rahim, maka Thin
prep akan memeriksa seluruh bagian serviks atau leher rahim, tentu hasilnya
akan lebih akurat dan tepat.
4. Kolposkopi
Jika semua hasil test pada metode sebelumnya menunjukkan adanya
infeksi atau kejanggalan, prosedur kolposkopi akan dilakukan dengan
menggunakan alat yang dilengkapi lensa pembesar untuk mengamati bagian
yang terinfeksi. Tujuannya untuk menentukan apakah ada lesi atau jaringan
yang tidak normal pada serviks atau leher rahim. Jika ada yang tidak normal,
biopsi(pengambilan sejumlah kecil jaringan dari tubuh) dapat dilakukan.
Kolposkopi dapat berperan sebagai alat deteksi awal, namun ketersediaan alat
ini tidak mudah, karena mahal maka alat ini lebih sering digunakan sebagai
prosedur pemeriksaan lanjut dari hasil test Pap abnormal.
5. Vikogravi
Pemeriksaan kelainan di portio dengan membuat foto pembesaran
portio setelah dipulas dengan asam asetat 3-5 % yang dapat dilakukan oleh
bidan hasil foto dikirim ke ahli kandungan.
6.
Papnet (komputerisasi)
Pada dasarnya pemeriksaan papnet berdasarkan pemeriksaan slide tes
pap, bedanya untuk mengidentifikasi sel abnormal dilakukan secara
komputerisasi. Slide hasil pap yang mengandung abnormal dievaluasi ulang
oleh ahli patologi/sitologi.
24
BAB 3 : PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal dari kelenjar payudara.
Termasuk saluran kelenjar air susu dan jaringan penunjangnya yang tumbuh
infiltratif, destruktif, serta dapat bermetastase (Suryana, 2008).
Gejala dan pertumbuhan kanker payudara tidak mudah dideteksi karena awal
pertumbuhan sel kanker payudara tidak dapat diketahui dengan mudah. Gejala
umumnya baru diketahui setelah stadium kanker berkembang agak lanjut, karena
pada tahap dini biasanya tidak menimbulkan keluhan. Penderita merasa sehat, tidak
merasa nyeri, dan tidak mengganggu aktivitas. Gejala-gejala kanker payudara yang
tidak disadari dan tidak dirasakan pada stadium dini menyebabkan banyak penderita
yang berobat dalam kondisi kanker stadium lanjut. Hal tersebut akan mempersulit
penyembuhan dan semakin kecil peluang untuk disembuhkan. Bila kanker payudara
dapat diketahui secara dini maka akan lebih mudah dilakukan pengobatan. Tanda
yang mungkin muncul pada stadium dini adalah teraba benjolan kecil di payudara
yang tidak terasa nyeri.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita dengan faktor risiko tertentu
lebih sering untuk berkembang menjadi kanker payudara dibandingkan yang tidak
memiliki beberapa faktor risiko tersebut. Beberapa faktor risiko tersebut:
1. Umur
2. Riwayat kanker payudara
3. Riwayat Keluarga
4. Perubahan payudara tertentu
5. Perubahan Genetik
6. Riwayat reproduksi dan menstruasi
7. Kepadatan jaringan payudara
8. Overweight atau Obese setelah menopause
9. Kurangnya aktivitas fisik
10. Diet
Pencegahan merupakan suatu usaha mencegah timbulnya kanker payudara atau
mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan kanker payudara. Usaha
pencegahan dengan menghilangkan dan melindungi tubuh dari karsinogen dan
25
mengelola kanker dengan baik. Usaha pencegahan kanker payudara dapat berupa
pencegahan primordial, pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan
tertier.
Kanker merupakan
penyakit
tidak
menular
yang
disebabkan oleh
pertumbuhan sel jaringan tubuh yang tidak normal dan tidak terkendali. Sel kanker
bersifat ganas, tumbuh cepat serta dapat menyebar ke tempat lain dan menyebabkan
kematian bila tidak segera dicegah.
Faktor-faktor yang dianggap sebagai faktor risiko terjadinya kanker serviks
adalah:
1. Usia perkawinan muda atau hubungan seks dini, yakni sebelum usia 20 tahun.
Faktor ini dianggap faktor risiko terpenting dan tertinggi.
2. Ganti-ganti mitra seks: wanita pekerja seks ditemukan 4 kali lebih sering
terserang kanker serviks, terlepas dari faktor halal dan haramnya dan lokasi
dilakukannya kegiatan seksual itu.
3. Higiene rendah yang memungkinkan infeksi kuman.
4. Paritas tinggi: lebih banyak ditemukan pada ibu dengan banyak anak.
5. Jumlah perkawinan: ibu dengan suami yang mempunyai lebih dari satu atau
banyak istri lebih berisiko kanker serviks.
6. Infeksi virus: terutama HPV.
Faktor lain yang dicurigai berperan (suspected risk factors) adalah:
1. Rokok, baik yang aktif maupun pasif.
2. Pil KB
Cara-cara pencegahan primer adalah sebagai berikut (Dalimartha, 2004) :
1. Tundalah berhubungan seksual sampai batas usia di atas remaja.
2.
3.2 Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan saran yang membangun dari semua pihak, demi
kesempurnaan makalah ini.
27
DAFTAR PUSTAKA
Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: PT Rineka Cipta
http://www.pppl.depkes.go.id/_asset/_download/bukusaku_kanker.pdf
http://www.kanker-serviks.net/wpcontent/downloads/547375398HGIHGJHGLH848740tiaojaJTAEF9FAJjoefjj9
9/eb_pand_ks.pdf
http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PNPKProstat.pdf
28