Anda di halaman 1dari 21

Penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang lebih difokuskan pada pemahaman fenomenafenomena sosial dari perspektif partisipan

dengan lebih menitikberatkan pada gambaran yang lengkap daripada


merinci menjadi variabel yang saling terkait.penelitian kualitatif bertujuan memperoleh pemahaman makna
verstehen, mengembangkan teori dan menggambarkan realita yang kompleks. Pada penelitian kualitatif tidak
bisa di peroleh atau diukur menggunakan prosedur-prosedur statistik. Penelitian kualitatif sering digunakan
sebagai penelitian tentang kehidupan suatu masyarakat.
Data yang dihasilkan pada penelitian kualitatif adalahdata yang deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
ucapan pelaku yang sedang diamati. Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman tentang
hal yang di amati serta memperoleh teori baru untuk dijadikan sebagai karya ilmiah. Paradigma yang dipakai
pada penelitian kualitatif adalah paradigma alamiah yang berdasarkan pada pandangan fenomenalogis.
Sebagai contoh : kondisi barang (jelek,sedang,bagus), pekerjaan ( petani, pengusaha, pedagang), tingkat
kepuasan ( tidak puas, puas, sangat puas) ,dll
Data kualitatif terdiri dari data nominal dan ordinal.

Penelitian kuantitatif adalah metode penelitan yang bersifat deskriptif dan lebih banyak menggunakan
analisis.penelitan kuantitatif bertujuan mencari hubungan yang menjelaskan sebab - sebab dalam fakta - fakta
sosial yang terukur, menunjukan hubungan variabel serta menganalisa. Penelitian kuantitatif ini dilakukan
dengan mengumpulkan data dan hasil analisis untuk mendapatkan informasi yang harus disimpulkan.
Paradigma yang digunakan pada penelitian kuantitatif adalah paradigma yang berasal dari pandangan
positivism. Dan juga bisa di lihat dari maksud sebuah penelitian itu sendiri. Sebagai contoh : tinggi badan, umur,
jumlah benda, penghasilan seseorang,dll.
Data kuantitatif terdiri dari data interval dan rasio

b. Berdasarkan Tujuan
Penelitian kualitatif bertujuan untuk melakukan penafsiran terhadap fenomena sosial. Metodologi penelitian
yang dipakai adalah multi metodologi, sehingga sebenarnya tidak ada metodologi yang khusus. Tujuan Penelitian
Kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori dan hipotesis yang
dikaitkan denganfenomena alam. Penelitian kuantitatif banyak digunakan untuk menguji suatu teori, untuk
menyajikan suatu fakta atau mendeskripsikan statistik, untuk menunjukkan hubungan antarvariabel, dan ada
pula yang bersifat mengembangkan konsep, mengembangkan pemahaman atau mendeskripsikan banyak hal,
baik itu dalam ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial.

c. Berasarkan Obyek penelitian


Metode kualitatif lebih berfokus pada satu obyek penelitian saja sedangkan metode kuantitatif bisa lebih dari
satu obyek penelitian.

d. Berdasarkan Instrumen yang digunakan


Pada metode kuantitatif instrument penelitian yang biasa digunakan adalah angket, kuesioner, atau instrument
yang lain. Namun pada metode kualitatif instrument yang digunakan adalah peneliti itu sendiri artinya peneliti
sendiri lah yang harus terjun langsung kedalam penelitian agar bisa melihat dan merasakan fakta yang
sebenarnya.

KUALITATIF

Permasalahanpenelitian
Association of Certified Fraud Examinations (ACFE), salah satu asosiasi di USA
yang memfokuskan kegiatannya dalam pencegahan dan pemberantasan
penyimpangan. Bentuk penyimpangan dapat dikategorikan kedalam 3 (tiga)
yaitu: penyimpangan pelaporan keuangan (fraudulent financial reporting), asset
misappropriation (penyalahgunaan aset) dan corruption (Singelton, 2010: 73).
Pimpinan Perguruan Tinggi melalui Internal Audit atau Satuan Pengendalian
Internal harus mampu untuk menangkap redflag dari ketiga bentuk kecurangan
tersebut oleh karenanya diperlukan suatu upaya untuk dapat mendeteksi,
mencegah maupun menginvestigasi terjadinya fraud.
Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini bertujuan untuk
mengungkapkan symptom fraud yang berpotensi terjadi di lingkungan Perguruan
Tinggi serta peran auditor internal dalam mendeteksi terjadinya fraud.

KUANTITATIF

Permasalahanpenelitian
Penelitian ini akan menginvestigasi apakah perusahaan yang
mendapatkan modified audit opinion cenderung mudah atau sulit dalam
mendapatkan pendanaan dari luar perusahaan. Secara khusus, penelitian ini
akan menguji apakah modified audit opinion berpengaruh negatif terhadap pinjaman
yang didapatkan perusahaan, dan apakah perusahaan yang memperoleh modified
audit opinion akan lebih banyak menggunakan kas internal (operating cash flow) untuk
membiayai pembelian investasi serta apakah perusahaan yang mendapatkan
modified audit opinion akan mendapatkan soft budget yang tercermin dari sampel yang
mempunyai controlling shareholder sehingga financial constraint menurun. Jika financial
constraint menurun, berarti efek soft budget constraint lebih besar daripada efek
informasi asimetri. Financial constraint menurun ketika perusahaan tidak
mengandalkan kas internal (operating cash flow) untuk melakukan investasi dan

perusahaan tetap mendapatkan pinjaman dari bank atau perusahaan finansial


lainnya ketika mendapatkan modified audit opinion.
Dalam penelitian ini, financial constraint dilihat dari borrowing cash flow dan
pengeluaran investasi. Model 1 ini melihat apakah modified audit opinion
mempengaruhi borrowing cash flow perusahaan. Dalam model 1 ini juga dimasukkan
faktor lain yang dapat mempengaruhi borrowing cash flow sebagai variabel kontrol.

Metodepenelitianuntukmenjawabpe
rmasalahanpenelitian
KUALITATIF
Pada penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah Symptom of Fraud
dan Peran Auditor Internal dalam mendeteksi fraud. Penelitian ini dilaksanakan
dengan pendekatan kualitatif. Sumber data yang digunakan untuk penelitian ini
adalah data primer. Penentuan sumber data dalam penelitian kualitatif
menggunakan nonprobability sampling. Teknik sampling yang digunakan adalah
purposive sampling.
Setelah sumber data ditentukan, selanjutnya diperlukan teknik pengumpulan
data agar
mendapatkan data sesuai dengan tujuan dari penelitian dan memenuhi standar
data yang diharapkan. Individu-individu yang akan menjadi informan dalam
penelitian ini terdiri atas auditor internal pada lingkungan Perguruan Tinggi,
dosen dilingkungan perguruan tinggi yang pernah menjabat sebagai pengelola
keuangan dan ahli internal audit.
TABEL 1. Responden Penelitian

Tabel 1. Responden Penelitian


No

Nara
Sumber/Informan

Jenis
Kelamin

Jabatan/Keahlian

Lama Bekerja

Nara Sumber 1

Laki-Laki

Nara Sumber 2

Laki-Laki

Nara Sumber 3

Nara Sumber 4

Perempua
n
Laki-Laki

Nara Sumber 5

Perempua
n

Ahli
Audit
Internal
Auditor
Internal/Dosen
Auditor
Internal/Dosen
Satuan
Pengendali
Internal
Dosen/Eks
Bendahara

30 Tahun
4 Tahun
4 Tahun
7 Tahun

3 Tahun

KUANTITATIF
H1a: Modified audit opinion berpengaruh negatif terhadap borrowing cash flow.
H1b: Interaksi antara modified audit opinion dan operating cash flow berpengaruh positif
terhadap pengeluaran investasi (investment cash flow).

Metode Penelitian

1. Sampel dan Data


Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan publik,
tidak termasuk industri finansial, yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari
tahun 2008 hingga 2010. Pemilihan sampel menggunakan metode purposive
sampling, yaitu pemilihan sampel bukan secara acak, melainkan sampel yang
memiliki kriteria tertentu yang ingin diteliti. Sampel yang digunakan adalah
perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang memiliki opini
audit wajar tanpa pengecualian bentuk baku, wajar tanpa pengecualian dengan
paragraf penjelasan, wajar dengan pengecualian, tidak wajar, dan pernyataan
tidak memberikan pendapat.
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data
tersebut diperoleh dari laporan keuangan perusahaan dari tahun 2008-2010
yang diunduh dari www.idx.co.id, datastream, reuters knowledge dan Indonesian Capital
Market Directory (ICMD).

2. Pengukuran Variabel dan Model Penelitian Model 1a:


BCFit 0 1MAOit-1 2ICFit 3GROWTHit 4ROAit-1 5LEVit-1 6SIZEit it
Dimana:
BCFit

: Borrowing cash flow (kas pinjaman dari bank dan perusahaan


finansial lainnya).

MAOit-1

: Opini audit, dimana 1 jika opini audit tahun t-1 adalah modified
audit opinion dan 0 jika opini audit tahun t-1 adalah wajar tanpa
pengecualian bentuk baku.
: Investment cash flow

ICFit

GROWTHit : Pertumbuhan penjualan (


ROAit-1

: Return on assets tahun t-1 (

LEVit-1

: Financial leverage tahun t-1 (

SIZEit
it

)
)
)

: Ukuran perusahaan (log total aset)


: Error term

Model 2a:
BCFit =0 1UQAO_CONSit-1 2UQAO_GOINGit-1 3UQAO_AUDit-1 4DISCit1+5ICFit
6GROWTHit +7ROAit-1 8LEVit-1 9SIZEit it (3.4)
Dimana:
BCFit

: Borrowing cash flow (kas pinjaman dari bank dan perusahaan


finansial lainnya).

UQAO_CONSit-1 : Opini audit, dimana 1 jika opini audit tahun t-1 adalah wajar
tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan mengenai
kurang konsistennya penggunaan prinsip akuntansi dan 0 jika
opini audit tahun t-1 adalah yang lainnya.
UQAO_GOINGit-1: Opini audit, dimana 1 jika opini audit tahun t-1 adalah wajar
tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan mengenai
going concern dan 0 jika opini audit tahun t-1 adalah yang
lainnya.
UQAO_AUDit-1 : Opini audit, dimana 1 jika opini audit tahun t-1 adalah wajar

DISCit-1

tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan mengenai


terlibatnya auditor lain dan 0 jika opini audit tahun t-1 adalah
yang lainnya.
: Opini audit, dimana 1 jika opini audit tahun t-1 adalah tidak
menyatakan pendapat dan 0 jika opini audit tahun t-1 adalah
yang lainnya.

ICFit

GROWTHit

: Investment cash flow (pembayaran kas untuk pembelian


aset tetap, aset tidak berwujud, dan aset jangka panjang
lainnya)
: Pertumbuhan penjualan (

ROAit-1
LEVit-1
SIZEit
it

: Return on assets tahun t-1 (


: Financial leverage tahun t-1 (
: Ukuran perusahaan (log total
aset)
: Error term

)
)

Variabel dependen untuk model 1a dan 2a adalah borrowing cash flow.


Borrowing cash flow ini mencakup dana pinjaman yang diterima dari bank dan pihak
lain kecuali related-party. Dalam variabel ini dapat dilihat aktivitas pendanaan bagi
perusahaan jika mereka mendapatkan modified audit opinion. Borrowing cash flow dapat
diukur sebagai berikut.

Borrowing cash flow diambil dari laporan arus kas bagian arus kas dari aktivitas
pendanaan (cash flow from financing activities).
Variabel independen untuk model 1a dan 2a adalah opini audit dimana bernilai
1 jika perusahaan mendapatkan modified audit opinion dan bernilai 0 jika unqualified
opinion. Untuk melihat pengaruh masing-masing jenis modified audit opinion, opini
tersebut dibagi menjadi empat opini, yaitu wajar tanpa pengecualian dengan
paragraf penjelasan mengenai kurang konsistennya penggunaan prinsip
akunransi, gong concern, dan terlibatnya auditor lain serta opini disclaimer.
Variabel kontrol untuk model 1a dan 2a adalah investment cash flow, growth,
return on asset, leverage, dan ukuran perusahaan. investment cash flow merupakan
pengeluaran kas untuk membeli aset. Growth diproksikan oleh pertumbuhan
penjualan. Return on asset menunjukkan laba per aset. Leverage merupakan tingkat
utang per aset. Ukuran perusahaan diproksikan dengan total aset perusahaan.
Model 1b:
ICFit 0 1OCFit 2MAOit-1 3MAOit-1 x OCFit 4 *52:7+LW5SIZEit it
(3.1)
Dimana:
ICFit

: Investment cash flow (pembayaran kas untuk pembelian aset


tetap, aset tidak berwujud, dan aset jangka panjang lainnya).

OCFit

: Operating cash flow (arus kas dari aktivitas operasi).

MAOit-1

: Opini audit, dimana 1 jika opini audit tahun t-1 adalah modified
audit opinion dan 0 jika opini audit tahun t-1 adalah wajar tanpa
pengecualian bentuk baku.

GROWTHit : Pertumbuhan penjualan (


SIZEit

: Ukuran perusahaan (log total aset)

it

: Error term

Model 2b:
ICFit 0 1OCFit 2UQAO_CONSit-1 3UQAO_GOINGit-1 4UQAO_AUDit-1 + 5DISCit-1
6UQAO_CONSit-1 x OCFit 7UQAO_GOINGit-1 x OCFit +
8UQAO_AUDit-1 x OCFit 9DISCit-1 X OCFit + 10 *52:7+LW11SIZEit it

(3.3)

Dimana:
ICFit

: Investment cash flow (pembayaran kas untuk pembelian aset


tetap, aset tidak berwujud, dan aset jangka panjang lainnya).

OCFit

: Operating cash flow (arus kas dari aktivitas operasi).

UQAO_CONSit-1 : Opini audit, dimana 1 jika opini audit tahun t-1 adalah wajar
tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan mengenai
kurang konsistennya penggunaan prinsip akuntansi dan 0 jika
opini audit tahun t-1 adalah yang lainnya.
UQAO_GOINGit-1: Opini audit, dimana 1 jika opini audit tahun t-1 adalah wajar
tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan mengenai
going concern dan 0 jika opini audit tahun t-1 adalah yang
lainnya.
UQAO_AUDit-1 : Opini audit, dimana 1 jika opini audit tahun t-1 adalah wajar
tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan mengenai
terlibatnya auditor lain dan 0 jika opini audit tahun t-1 adalah
yang lainnya.
DISCit-1

: Opini audit, dimana 1 jika opini audit tahun t-1 adalah tidak
menyatakan pendapat dan 0 jika opini audit tahun t-1 adalah
yang lainnya.

GROWTHit
SIZEit
it

: Pertumbuhan penjualan (

: Ukuran perusahaan (log total aset)


: Error term

Variabel dependen untuk model 1b dan 2b adalah investment cash flow.


Variabel investment cash flow digunakan sebagai proksi dari pengeluaran investasi.
Pengeluaran investasi digunakan untuk melihat dampak dari penerimaan modified
audit opinion terhadap pendanaan investasi yang dilihat dari apakah operating cash
flow berhubungan kuat dengan pengeluaran investasi. Jika hal tersebut terjadi,
maka financial constraint meningkat karena perusahaan mengandalkan operating cash

flow untuk membiayai investasi. Pengeluaran investasi dapat dihitung sebagai


berikut.
ICF = pembayaran kas untuk membeli aset tetap, aset tidak berwujud, dan aset
jangka panjang / beginning balance aset tetap tahun t
Variabel investment cash flow diambil dari laporan arus kas bagian pengeluaran kas
untuk pembelian aset tetap, aset tidak berwujud, dan aset jangka panjang
lainnya dalam arus kas dari aktivitas investasi (cash flow from investing activities).
Variabel independen dalam penelitian ini adalah opini audit dimana bernilai 1
jika perusahaan mendapatkan modified audit opinion dan bernilai 0 jika wajar tanpa
pengecualian bentuk baku (unqualified opinion). Untuk melihat pengaruh masingmasing jenis modified audit opinion, opini tersebut dibagi menjadi empat opini, yaitu
wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan mengenai kurang
konsistennya penggunaan prinsip akunransi, gong concern, dan terlibatnya auditor
lain serta opini disclaimer. Selain itu, variabel operating cash flow (OCF) juga
merupakan variabel independen. Variabel OCF dihitung dari operating cash flow
dibagi dengan aset tetap.
Variabel kontrol untuk kedua model tersebut adalah growth dan ukuran
perusahaan. Growth merupakan pertumbuhan penjualan perusahaan. Sedangkan
ukuran perusahaan diproksikan dengan total aset perusahaan.

Jawabanataspermasalahanpenelitia
n
KUALITATIF

Symptom of Fraud
Jenis fraud yang telah dikelompokan oleh para ahli menjadi tiga macam yaitu
fraudulent financial statement, misappropriation asset dan korupsi, ketiganya memiliki
karakteristik berbeda mengenai motif dan pelaku fraud tersebut atau yang
dikenal dengan istilah Fraudster. Bagi organisasi yang tidak berorientasi pada laba
maka misappropriation asset berpotensi lebih sering terjadi dibandingkan dengan
jenis fraud lainnya. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan Informan1 dalam
wawancara :

-HQLV fraud yang berpotensi mungkin terjadi dilingkungan Perguruan


Tinggi adalah terkait dengan pengelolaan asset karena jumlah asset yang
ada dilingkungan universitas itu cukup banyak sedangkan pengendalian
internal atas asset tersebut relative masih rendah sehingga hal ini
menjadi peluang bagi pihak yang ada dalam lingkungan organisasi
maupun yang ada diluar organisasi untuk memanfaatkan kelemahan
tersebut. Terutama dalam pengadaan barang dan jasa atau proses markup
barang dan jasa. Untuk creative accounting jarang terjadi
Hal senada seperti yang diungkapkan oleh Informan 2 bahwa missaprropriation asset
berpotensi terjadi lebih sering dibandingkan dengan fraudulent financial report pada
Institusi Perguruan Tinggi, seperti yang dikutip dalam wawancara berikut ini :
3DGD XPXPQ\D SHPLVDKDQ IXQJVL GDQ EDJLDQ \DQJ NKXVXV
PHQDQJDQL DVVHW GLOLQJNXQJDQ Perguruan Tinggi telah dimiliki akan
tetapi bahaya penyalahgunaan asset masih mengancam institusi
institusi Perguruan Tinggi. Seperti masalah inventarisasi asset yang
dimiliki Perguruan Tinggi masih terdapat perbedaan antara pencatatan
dengan bukti fisik atas asset tersebut, hal ini terjadi karena sistem
akuntansi yang ada pada tahun tahun sebelumnya belum mampu
menghasilkan informasi yang berkualitas, akhirnya berpengaruh pada
penyajian neraca pada tahun-tahun berikutnya. Akan tetapi saya melihat
kecenderungan upaya akuntabilitas dan transparansi publik mendorong
pencatatan asset serta pengendalian intern atas asset di lingkungan
SHUJXUXDQWLQJJLPHQMDGLOHELKEDLN
Potensi terjadinya penyalagunaan asset juga sangat mungkin terjadi pada
kas. Jumlah dana yang dikelola Institusi Perguruan tinggi sangat besar. Dimana
unit satuan terkecil dalam entitas pengguna dana adalah
fakultas/jurusan/program studi. Kelemahan pengendalian intern atas kas juga
menyebabkan peluang bagi fraudster untuk melakukan tindakan fraud. Hal ini
senada dengan yang diungkapkan oleh Informan 2, 3 dan 4, dimana mereka juga
beberapa kali pernah mendapatkan penugasan audit investigasi atas kasus
pengelapan kas. Skema larceny atau pencurian uang yang paling berpotensi
terjadi apabila pengendalian internal kas sangat rendah. Selain itu, skema
fraudulent disbursment juga dapat berpotensi terjadi dengan sistem perencanaan
anggaran yang tidak matang.

Berdasarkan uraian diatas bahwa potensi fraud yang paling mungkin


terjadi dilingkungan Perguruan Tinggi terkait penyalahgunaan asset, walaupun
tidak menutup kemungkinan kedua jenis fraud lainnya terjadi dilingkungan
Perguruan Tinggi. Apalagi ditambah dengan pandangan sebagian masyarakat
yang meragukan bersihnya institusi pemerintah dari tindakan korupsi .Hal ini
sejalan dengan pendapat Informan 4 :
Potensi terbesar dalam tindakan korupsi adalah pada pengadaan barang
dan jasa yang tidak transparan dan akuntabel. Apabila hal tersebut terjadi
di lingkungan perguruan tinggi maka kekecewaan masyarakat akan
semakin meningkat karena institusi pendidikan yang diharapkan mampu
menanamkan nilai-nilai moral pada mahasiswa ternyata dapat menjadi
pelaku tindakan yang tidak sesuai nilai moral tersebut.

Hasil penelitian ini mengenai potensi penyalahgunaan asset sejalan


dengan penelitian yang dilakukan The Association Certified Fraud Examiners (ACFE )
2010 berdasarkan data dari 1843 kasus fraud yang terjadi di seluruh dunia antara
Januari 2008 sampai dengan Desember 2009. Semua informasi didapat dari para
Certified Fraud Examiners (CFEs) yang menginvestigasi kasus-kasus ini di 106
negara. Estimasi dari para CFEs, organisasi kehilangan 5% kekayaan pada
laporan keuangan akhir tahun disebabkan karena fraud. Asset misappropriation
merupakan bentuk kasus fraud terbanyak yaitu 90% kasus meskipun akibat
kerugian adalah yang paling sedikit yaitu sebesar $135.000.
Setelah diuraikan mengenai skema fraud yang berpotensi terjadi di lingkungan
Perguruan Tinggi maka perlu diketahui secara dini gejala-gejala yang terjadi
atas tindakan fraud tersebut. Berikut ini adalah tabel perbandingan hasil
wawancara dengan teori mengenai gejala fraud.
Tabel 2 Perbandingan hasil wawancara dengan teori mengenai gejala fraud

Lack of Internal Control


Gejala fraud yang paling sering terjadi di lingkungan perguruan tinggi adalah
lemahnya pengendalian internal seperti yang diungkapkan oleh Informan 3 :
Kewajiban melakukan pengendalian intern yang dilakukan oleh pihak
manajemen, melalui dekan fakultas atau ketua program studi masih
belum dapat dilakukan secara penuh terkait dengan tumpang tindihnya
jabatan struktural dan fungsional serta beban kerja yang cukup banyak.
Disamping itu hasil rekomendasi yang diberikan audit internal atas
pengendalian internal yang belum memadai tersebut belum sepenuhnya
GDSDWGLODNXNDQ
Informan 5 mengungkapkan bahwa pemisahan fungsi di level program studi
belum dilaksanakan sepenuhnya. Seperti yang diungkapkan berikut ini :
Pemisahan fungsi belum dilakukan secara memadai di level program
studi yang memiliki tanggung jawab sebagai pelaksana anggaran. Ketua
program memiliki beban kerja yang cukup banyak, sebagai pengguna
anggaran dia juga yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan
NHJLDWDQ
Pengendalian intern selain dilakukan oleh pihak manajemen melalui dekan
fakultas atau ketua program, seharusnya pula dilakukan pengendalian intern
oleh pihak yang independen dengan membentuk Satuan Pengendalian Internal.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan (Rozmita & Nelly, 2012)
menunjukan 21% Perguruan tinggi dari sampel yang ada belum memiliki bagian
yang khusus melakukan pengendalian internal dalam keuangan padahal jumlah
dana yang dikelola Perguruan Tinggi tidaklah sedikit. Penelitian tersebut juga
menunjukan masih rendahnya upaya perwujudan transparansi dan akuntabilitas
perguruan tinggi terbukti 42,1% dari sampel yang ada, laporan keuangan yang
dimiliki oleh perguruan tinggi yang dijadikan sampel tidak diaudit oleh Auditor
Eksternal (Kantor Akuntan Publik).

Accounting Anomaly
Selain dari lemahnya pengendalian internal, gejala lainnya yang terjadi adalah
ketidaknormalan data akuntansi. Seperti yang dikutip dalam wawancara dengan
Informan 5 :
Dana yang dikelola pada unit entitas terkecil pada umumnya dilakukan di
level program studi/fakultas, dimana dibeberapa Perguruan Tinggi tugas
pengelolaan kas dibebankan kepada dosen sehingga terjadinya
penambahan beban kerja secara struktural. Oleh karenanya
keterlambatan dalam penyampaian laporan pertanggungjawaban
penggunaan kas sering terjadi. Sehingga gejala yang ada selain lemahnya
pengendalian internal adalah Accounting Anomaly yang ditandai dengan
adanya penundaan pencatatan.Hal ini menurut saya dapat disebabkan
karena pengelola kas yang tidak memiliki latar belakang dalam bidang
keuangan serta beban pekerjaan yang cukup tinggi.Sedangkan gejala
lainnya yaitu perencanaan anggaran yang belum matang dapat memicu
terjadinya transaksi fiktif karena adanya kegiatan yang penting untuk
dilakukan akan tetapi tidak tercantum pada anggaran tahun berjalan.
Meskipun mekanisme perubahan anggaran telah ada namun hal tersebut
tidak dapat mengatasi secara keseluruhan atas perencanaan anggaran
yang tidak matang. Perencanaan anggaran yang belum matang selain
disebabkan oleh penyusun anggaran itu sendiri dapat pula disebabkan
oleh belum adanya standar harga barang dan jasa, kalaupun sudah ada
tetapi standar tersebut belum sepenuhnya dapat mengakomodir kegiatan
yang akan dilakukan

Gejala fraud lainnya juga dapat terjadi akibat keterlambatan pencairan


dana. Seperti yang dikutip dari hasil wawancara dengan Informan 4 :
Persoalan keterlambatan pencairan dana pun masih menjadi hambatan
dalam penyerapan anggaran. Jika dana yang disampaikan tidak tepat
waktu terutama apabila penyerahan dana yang dilakukan untuk kegiatan
akhir tahun dalam jumlah yang banyak, hal ini dapat memicu terjadinya
transaksi fiktif

Hal yang dinyatakan Informan 4 senada dengan yang dinyatakan Informan


5, yang menyebutkan bahwa keterlambatan pencairan dana juga merupakan
permasalahan yang sering dihadapi. Seperti yang dikutip dalam wawancara
berikut ini :

Keterlambatan pencairan dana pada awal tahun menyebabkan terjadinya


kesulitan dalam pelaksanaan kegiatan. Transaksi fiktif dapat muncul
akibat hal tersebut. Masalah lain juga yang dihadapi adalah pada saat
pelaporan dana tersebut, jika komitmen pengguna dana dalam
PHODNVDQDNDQDQJJDUDQWLGDNWHSDWZDNWXSXQGDSDWPHPLFXW
HUMDGLQ\DWUDQVDNVLILNWLI

Walaupun anggaran masih menjadi permasalahan dalam pengelolaan


keuangan, akan tetapi beberapa Perguruan tinggi yang kami jadikan sampel
penelitian menunjukan fenomena positif yaitu peningkatan komitmen Perguruan
Tinggi dalam mewujudkan transparansi dan akuntabilitas sektor publik. Sistem
penyusunan anggaran yang sudah memadai pun banyak dimiliki oleh berbagai
perguruan tinggi diantaranya seperti yang diungkapkan oleh Informan 4 :
Penyusunan anggaran pada perguruan tinggi kami sudah dilaksanakan
dengan system online mulai dari perencanaan, pengajuan dana sampai
dengan pelaporan penggunaan dana, hal ini sudah dilaksanakan sebelum
tahun 2008. Pada tahun tahun kedepan upaya peningkatan akurasi
SHQFDWDWDQGDSDWWHUXVGLWLQJNDWNDQGHQJDQV\VWHP\DQJDGD
Hal senada diungkapkan oleh Informan 3 mengungkapkan bahwa :
6LVWHP DNXQWDQVL NHXDQJDQ \DQJ WHULQWHJUDVL pada web
universitas sudah dimiliki pada perguruan tinggi kami sejak tahun 2010,
dimana semua Program Studi wajib untuk mengisi anggaran secara online
serta menyampaikan laporan pertanggungjawaban dana secara online.
Hal ini meningkatkan proses verifikasi bagian anggaran
aWDVSDJX\DQJWHODKGLWHWDSNDQ
Hal yang diungkapkan dalam wawancara diatas mengenai system penganggaran
yang berkuaitas dapat memacu dalam proses transparansi dan akuntabilitas
sejalan dengan yang diungkapkan (Prof.Dr.Azhar Susanto, 1998) bahwa sistem
akuntansi yang memadai akan mampu menghasilkan informasi yang berkualitas
yaitu informasi yang memenuhi unsur relevan, tepat waktu, akurat dan reliable.
Sehingga hal tersebut dapat mencegah terjadinya accounting anomaly

KUALITATIF
Hasil Analisis

1. Uji Metode Regresi


Metode analisis data pada penelitian ini menggunakan pemodelan data panel.
Dalam pengujian data panel, terdapat tiga metode analisis yaitu pooled leased
square, leased square dummy variable (fixed effect), dan random effect. Untuk dapat
menentukan metode mana yang terbaik dari ketiga metode tersebut dalam
melakukan analisis regresi perlu dilakukan tiga pengujian, yaitu Chow test, Hausman
test, dan LM test. Dari ketiga pengujian tersebut, dihasilkan bahwa model 1a dan
1b menggunakan fixed effect dan model 2a dan 2b menggunakan random effect.

2. Uji Asumsi Klasik


Uji Multikolinearitas
Terdapat dua cara untuk melakukan pengujian multikolinearitas. Cara
yang pertama adalah dengan melakukan uji Pairwise Pearson Correlation Matrix.
Indikasi adanya multikolinearitas ditunjukkan dengan nilai korelasi yang lebih
besar dari 0,8. Berdasarkan pengujian tersebut, tidak terdapat nilai korelasi yang
lebih dari 0,8. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat masalah
multikolinearitas di dalam model-model penelitian.
Cara yang kedua adalah dengan menggunakan variance inflation factors (VIF).
Jika nilai VIF lebih besar dari 10, maka dapat disimpulkan bahwa regresi tersebut
memiliki masalah multikolinearitas. Berdasarkan pengujian tersebut, tidak
terdapat nilai VIF yang lebih besar dari 10 sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat masalah multikolinearitas di dalam model-model penelitian.
Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah adanya varians error yang berbeda dari satu
observasi ke observasi lainnya. Untuk mendeteksi adanya gejala
heteroskedatisitas dapat dilakukan dengan metode White Heteroscedasticity Test atau
Breusch-Pagan Test. Untuk model 1a dan 1b, hasil pengujian menunjukkan model 1a
dan 1b terdapat masalah heteroskedastisitas. Namun, masalah tersebut telah
diatasi dengan menggunakan robust.
Untuk model 2a dan 2b telah ditetapkan bahwa metode random effect adalah
metode terbaik untuk analisis regresi. Di dalam metode random effect, tidak perlu
lagi ada pengujian heteroskedastisitas karena dalam metode random effect
parameter-parameter yang berbeda antar daerah maupun antar waktu telah
dimasukkan ke dalam error.
Uji Autokorelasi

Cara untuk mengetahui adanya autokorelasi adalah dengan menggunakan uji


Durbin Watson atau Breusch-Godfrey. Dari hasil pengujian, model 1a tidak terdapat
masalah autokorelasi dan model 1b memiliki masalah korelasi. Masalah korelasi
telah diatasi dengan menggunakan robust.
Untuk model 2a dan 2b telah ditetapkan bahwa metode random effect adalah
metode terbaik untuk analisis regresi. Di dalam metode random effect, tidak perlu
lagi ada pengujian autokorelasi karena dalam metode random effect parameterparameter yang berbeda antar daerah maupun antar waktu telah dimasukkan ke
dalam error.

3. Pengujian Hipotesis
Tabel 1
Hasil Regresi untuk Model 1a dan 2a (Pengaruh MAO Terhadap Kemampuan
Perusahaan untuk Memperoleh Pinjaman)

Keterang
an:
ICFit : Investment cash flow; BCFit : Borrowing cash flow; MAOit-1: Opini audit, bernilai 1 jika opini
audit tahun t-1 adalah modified audit opinion dan 0 jika opini audit tahun t-1 adalah wajar
tanpa pengecualian bentuk baku; UQAO_CONSit-1: Opini audit, bernilai 1 jika opini audit
tahun t-1 adalah wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan mengenai
kurang konsistennya penggunaan prinsip akuntansi dan 0 jika opini audit tahun t-1
adalah yang lainnya; UQAO_GOINGit-1: Opini audit, bernilai 1 jika opini audit tahun t-1
adalah wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan mengenai going concern dan
0 jika opini audit tahun t-1 adalah yang lainnya; UQAO_AUDit-1: Opini audit, bernilai 1 jika
opini audit tahun t-1 adalah wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan
mengenai terlibatnya auditor lain dan 0 jika opini audit tahun t-1 adalah yang lainnya;

DISCit-1: Opini audit, bernilai 1 jika opini audit tahun t-1 adalah tidak menyatakan
pendapat dan 0 jika opini audit tahun t-1 adalah yang lainnya; GROWTHit: Pertumbuhan
penjualan; SIZEit: Ukuran perusahaan (log total aset); ROAit-1: Return on assets tahun t-1;
LEVit-1: Financial leverage tahun t-1. *signifikansi pada VLJQLILNDQVLSDGD
VLJQLILNDQVLSDGD

Model 1a memiliki nilai Prob F sebesar 0,000. Nilai tersebut lebih kecil
darL yang artinya variabel independen di dalam model tersebut dapat secara
bersama-sama mempengaruhi variabel dependen secara signifikan atau
setidaknya terdapat satu variabel independen yang dapat mempengaruhi
variabel dependen secara signifikan. Dengan kata lain, variabel opini, investment
cash flow, pertumbuhan penjualan, profitabilitas, tingkat utang, dan ukuran
perusahaan secara bersama-sama dapat mempengaruhi variabel borrowing cash
flow secara signifikan. Model 2a memiliki nilai Prob F sebesar 0,000 yang artinya
variabel masingmasing jenis opini, investment cash flow, pertumbuhan penjualan,
profitabilitas, tingkat utang, dan ukuran perusahaan dapat secara bersama-sama
mempengaruhi variabel borrowing cash flow secara signifikan.
Dalam tabel 1 kolom 4, nilai R-square untuk model 1a sebesar 0,1208. Hal
ini berarti sebesar 12,08% variasi di dalam borrowing cash flow dapat dijelaskan
oleh variabel opini, investment cash flow, pertumbuhan penjualan, profitabilitas,
tingkat utang, dan ukuran perusahaan. Nilai R-square untuk model 2a adalah
sebesar 0,0943 atau sebesar 9,43% variasi borrowing cash flow dapat dijelaskan
oleh masing-masing jenis opini, investment cash flow, pertumbuhan penjualan,
profitabilitas, tingkat utang, dan ukuran perusahaan.

Tabel 2
Hasil Regresi untuk Model 1b dan 2b (Pengaruh MAO Terhadap Kemampuan
Perusahaan untuk Melakukan Investasi)

Keterangan: ICFit : Investment cash flow; OCFit : Operating cash flow; MAOit-1: Opini audit, bernilai
1 jika opini audit tahun t-1 adalah modified audit opinion dan 0 jika opini audit tahun t-1
adalah wajar tanpa pengecualian bentuk baku; UQAO_CONSit-1: Opini audit, bernilai 1 jika
opini audit tahun t-1 adalah wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan
mengenai kurang konsistennya penggunaan prinsip akuntansi dan 0 jika opini audit
tahun t-1 adalah yang lainnya; UQAO_GOINGit-1: Opini audit, bernilai 1 jika opini audit
tahun t-1 adalah wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan mengenai going
concern dan 0 jika opini audit tahun t-1 adalah yang lainnya; UQAO_AUDit-1: Opini audit,
bernilai 1 jika opini audit tahun t-1 adalah wajar tanpa pengecualian dengan paragraf
penjelasan mengenai terlibatnya auditor lain dan 0 jika opini audit tahun t-1 adalah yang
lainnya; DISCit-1: Opini audit, bernilai 1 jika opini audit tahun t-1 adalah tidak menyatakan
pendapat dan 0 jika opini audit tahun t-1 adalah yang lainnya; GROWTHit: Pertumbuhan
penjualan; SIZEit: Ukuran perusahaan (log total aset). VLJQLILNDQVLSDGD
VLJQLILNDQVLSDGD
VLJQLILNDQVLSDGD

Berdasarkan tabel 2 kolom 5 untuk model dengan pengeluaran investasi


sebagai variabel dependennya, model 1b memiliki nilai Prob F sebesar 0,000.
Nilai tersebut lebih NHFLO GDUL \DQJ DUWLQ\D YDULDEHO LQGHSHQGHQ GL
GDODP PRGHO WHUVHEXW GDSDW VHFDUD bersama-sama mempengaruhi
variabel dependen secara signifikan atau setidaknya terdapat satu variabel
independen yang dapat mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.
Dengan kata lain, variabel operating cash flow, opini, pertumbuhan penjualan, dan
ukuran perusahaan secara bersama-sama dapat mempengaruhi variabel
pengeluaran investasi secara signifikan. Model 2b memiliki nilai Prob F sebesar
0,000 (tabel 2 kolom 9) yang artinya variabel masing-masing jenis opini, operating
cash flow, pertumbuhan penjualan, dan ukuran perusahaan secara bersama-sama
dapat mempengaruhi variabel pengeluaran investasi secara signifikan.

Dalam tabel 2 kolom 4, nilai R-square untuk model 1b sebesar 0,4578. Hal
ini berarti sebesar 45,78% variasi di dalam pengeluaran investasi dapat
dijelaskan oleh variabel opini, investment cash flow, pertumbuhan penjualan, dan
ukuran perusahaan. Nilai R-square untuk model 2b adalah sebesar 0,5594 atau
sebesar 55,94% variasi pengeluaran investasi dapat dijelaskan oleh masingmasing jenis opini, operating cash flow, pertumbuhan penjualan, dan ukuran
perusahaan.
Uji Parsial (Uji t)
a. Pengaruh modified audit opinion terhadap kemampuan perusahaan untuk
memperoleh pinjaman.
Tabel 1 kolom 4 menunjukkan bahwa modified audit opinion memiliki Prob t
sebesar 0,277 untuk model 1a yang berarti modified audit opinion tidak
mempengaruhi borrowing cash flow
VHFDUDVLJQLILNDQNDUHQDQLODLWHUVHEXWOHELKEHVDUGDUL+DOLQLVH
MDODQGHQJDQ temuan Lin et al. (2011) yang menunjukkan bahwa modified audit
opinion tidak mempengaruhi borrowing cash flow secara signifikan dari tahun 1998
hingga tahun 2004 (kecuali tahun 2003).
Hasil ini mungkin terjadi karena laporan audit bukan lah satu-satunya
pertimbangan bagi bank dan perusahaan finansial lainnya untuk memberikan
pinjaman. Menurut panduan pemberian pinjaman dari salah satu bank di
Indonesia, terdapat lima pertimbangan yang dinilai untuk memberikan kredit,
yaitu character, capacity, capital, conditions, dan collateral. Bank dalam menilai risiko
kredit perusahaan juga melihat itikad, integritas, dan kejujuran dari pemimpin
perusahaan (character). Capacity dan capital dilihat dari laporan keuangan yang telah
diaudit. Bank juga menilai variabel eksternal untuk lingkungan bisnisnya
(conditions). Selain itu, bank juga melihat aset apa saja yang dapat dijadikan
jaminan ketika debitur gagal bayar.
Temuan ini juga didukung oleh hasil temuan Omri, Errhili, dan Ghorbel (2011)
yang menyatakan bahwa opini audit menempati urutan keempat sebagai
sumber informasi untuk memberikan kredit bagi bank di Tunisia. Informasi yang
dinilai berasal dari laporan keuangan, informasi dari Bank Sentral Tunisia, dan
hubungan (relasi) antara bank dan perusahaan. Setelah itu bank baru
mempertimbangkan opini audit.
Tabel 1 kolom 8 menunjukkan bahwa hanya opini wajar tanpa pengecualian
dengan paragraf penjelasan mengenai going concern yang mempengaruhi borrowing
cash flow. Hal ini berarti hanya opini wajar tanpa pengecualian dengan paragraf
penjelasan mengenai going concern yang mempengaruhi keputusan pemberian
pinjaman oleh kreditor. Tanda koefisien negatif yang menandakan bahwa ketika
perusahaan mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian dengan paragraf
penjelasan mengenai going concern, maka perusahaan tersebut cenderung
mendapatkan pinjaman yang lebih sedikit dibandingkan dengan perusahaan
yang mendapatkan opini lainnya.
Variabel kontrol untuk model 1a dan 2a adalah pengeluaran investasi,
pertumbuhan penjualan, return on asset, leverage, dan ukuran perusahaan.
pengeluaran investasi berpengaruh signifikan dan positif terhadap borrowing cash

flow. Pengeluaran investasi (growth) berpengaruh signifikan dan positif terhadap


borrowing cash flow. Return on asset tidak berpengaruh terhadap keputusan kreditor
dalam memberikan pinjaman. Leverage mempengaruhi borrowing cash flow secara
signikan dan positif. Ukuran perusahaan mempengaruhi keputusan kreditor
dalam memberikan pinjaman.
b. Pengaruh modified audit opinion terhadap kemampuan perusahaan untuk
berinvestasi
Dalam tabel 2 kolom 4, nilai Prob t untuk interaksi antara modified audit
opinion dengan operating cash flow
VHEHVDUXQWXNPRGHOE1LODLWHUVHEXWOHELKNHFLOGDUL 1% yang berarti
interaksi antara modified audit opinion dan operating cash flow berpengaruh positif
(coef. = 4,039) dan signifikan terhadap pengeluaran investasi. Hal ini sejalan
dengan Fazzari et al. (1988) yang menyatakan bahwa ketika perusahaan
mendapatkan modified audit opinion, maka hubungan antara investasi perusahaan
dan arus kas internal menjadi kuat dan positif. Dengan kata lain, perusahaan
yang mendapatkan modified audit opinion akan menggunakan kas internal (operating
cash flow) untuk membiayai pembelian aset. Hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan menghadapi financial constraint.
Hasil ini juga menandakan bahwa efek informasi asimetri lebih besar dari efek
soft budget. Soft budget dalam penelitian ini diwakili oleh sampel perusahaan yang
semuanya memiliki controlling shareholder (kepemilikian lebih dari 50%). Hal ini
menunjukkan bahwa controlling shareholder tidak sepenuhnya membantu
perusahaan ketika perusahaan mendapatkan modified audit opinion yang terlihat
dari adanya hubungan kuat yang positif antara pengeluaran investasi dan
operating cash flow. Hal ini tentunya menandakan bahwa perusahaan
mengandalkan arus kas internal untuk membiayai pembelian aset ketika
mendapatkan modified audit opinion.
Namun, hasil ini tidak sejalan dengan peneltian Lin et al. (2011) yang
menemukan bahwa financial constraint menurun ketika perusahaan mendapatkan
modified audit opinion. Hal tersebut terjadi karena sebagian besar perusahaan di
Cina dimiliki oleh pemerintah sehingga pemerintah dapat memberikan bantuan
ketika perusahaan mengalami kesulitan mendapatkan dana. Dengan kata lain,
perusahaan yang dimiliki pemerintah dapat mendapatkan pinjaman yang murah
dari bank.
Hasil ini juga didukung oleh temuan dalam tabel 2 kolom 4 dan 3 bahwa
operating cash flow EHUSHQJDUXKVLJQLILNDQSUREGDQSRVLWLIFRHI
WHUKDGDSSHQJHXDUDQ investasi yang artinya semakin besar operating cash flow,
maka semakin banyak aset yang dibeli. Hal ini didukung oleh Daniati dan Suhairi
(2006) dimana operating cash flow dapat digunakan untuk melunasi pinjaman,
memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen, dan
melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari
luar. Sedangkan koefisien interaksi MAO*OCF sebesar 4,039. Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan yang mendapatkan modified audit opinion lebih
banyak menggunakan kas internal (operating cash flow) untuk membeli aset
dibandingkan dengan perusahaan secara umum (4,039>1,546). Tentunya hal ini
mengindikasikan bahwa perusahaan yang mendapatkan modified audit opinion
menghadapi financial constraint.

Namun, tabel 2 kolom 4 menunjukkan bahwa modified audit opinion memiliki Prob t
VHEHVDUXQWXNPRGHOE1LODLWHUVHEXWOHELKEHVDUGDUL \DQJEHUDUWL
modified audit opinion tidak mempengaruhi pengeluaran investasi secara signifikan.
Hal ini berarti tidak sejalan dengan penelitian Lin et al. (2011) yang menemukan
bahwa modified audit opinion berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
pengeluaran investasi.
Hal ini terjadi karena opini yang didapatkan perusahaan tidak menentukan
apakah perusahaan akan lebih banyak atau sedikit dalam membeli aset.
Namun, jika opini tersebut mempengaruhi pendanaan dari luar perusahaan,
maka akan berpengaruh terhadap pengeluaran investasi perusahaan. Dari tabel
1 kolom 4 terlihat bahwa opini audit tidak mempengaruhi borrowing cash flow
sehingga dapat dikatakan bahwa perusahaan masih mungkin mendapatkan
pinjaman dari bank walaupun mendapatkan opini yang tidak bersih. Selain itu,
temuan sebelumnya mengindikasikan bahwa perusahaan yang mendapatkan
modified audit opinion akan menggunakan kas internal (operating cash flow untuk
membiayai pembelian aset. Perusahaan juga mungkin mendapatkan bantuan
dari controlling shareholder dan pihak yang memiliki hubungan istimewa. Oleh
karena itu, modified audit opinion yang didapat tidak mempengaruhi besarnya
pengeluaran investasi.
Dalam tabel 2 kolom 8, nilai Prob t untuk interaksi antara opini wajar
tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan mengenai kurang konsistennya
penggunaan prinsip akuntansi dan operating cash flow (UQAO_CONS*OCF) sebesar
0,000 untuk model 2b.
Nilai terseEXWOHELKNHFLOGDUL
\DQJEHUDUWLLQWHUDNVLRSLQLZDMDUWDQSDSHQJHFXDOLDQ dengan
paragraf penjelasan mengenai kurang konsistennya penggunaan prinsip
akuntansi dan operating cash flow berpengaruh secara signifikan terhadap
pengeluaran investasi. Tanda koefisien dari interaksi tersebut adalah positif yang
mengindikasikan bahwa perusahaan mengandalkan kas internal untuk
membiayai pembelian aset ketika perusahaan mendapatkan opini wajar tanpa
pengecualian dengan paragraf penjelasan mengenai kurang konsistennya
penggunaan prinsip akuntansi. Hal ini sejalan dengan temuan Firth (1978) yang
menyatakan bahwa investor bereaksi negatif terhadap opini ketidakkonsistenan
penggunaan prinsip akuntansi yang tercermin dari menurunnya harga saham
perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan lebih banyak menggunakan kas
internal untuk membeli aset.
Dalam tabel 2 kolom 8, nilai Prob t untuk interaksi antara opini wajar
tanpa pengecualian mengenai going concern dengan operating cash flow
(UQAO_GOING*OCF) sebesar 0,000 untuk
modeOE1LODLLQLNXUDQJGDUL\DQJEHUDUWLLQWHUDNVLDQWDUDRSLQL
wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan mengenai going concern
dan operating cash flow berpengaruh signifikan terhadap pengeluaran investasi.
Tanda koefisien dari interaksi tersebut bernilai positif yang mengindikasikan
bahwa perusahaan mengandalkan kas internal untuk membiayai pembelian aset
ketika perusahaan mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian dengan
paragraf penjelasan mengenai going concern. Hal ini terjadi karena terdapat
ketidakpastian mengenai kemampuan perusahaan untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya sehingga kreditor mempertimbangkan hal tersebut

dalam membuat keputusan pinjaman. Dalam tabel 1 kolom 8, opini wajar tanpa
pengecualian dengan paragraf penjelasan mengenai going concern berpengaruh
negatif terhadap borrowing cash flow yang artinya perusahaan sulit mendapatkan
pinjaman ketika mendapatkan opini tersebut. Temuan ini tentunya menjelaskan
mengapa perusahaan yang mendapatkan opini tersebut mengandalkan kas
internal untuk membiayai pembelian aset perusahaan.
Dari tabel 2, terlihat bahwa opini wajar tanpa pengecualian dengan
paragraf penjelasan mengenai terlibatnya auditor lain dan opini disclaimer tidak
mempengaruhi pengeluaran investasi perusahaan dan apakah perusahaan lebih
mengandalkan operating cash flow atau tidak.
Variabel kontrol untuk model 1b dan 2b adalah growth dan ukuran
perusahaan. Terlihat bahwa pertumbuhan penjualan (growth) berpengaruh positif
dan signifikan terhadap pengeluaran investasi. Ukuran perusahaan tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap pengeluaran investasi untuk model 1b.
Namun, ukuran perusahaan mempengaruhi pengeluaran investasi secara
signifikan dan negatif.

Anda mungkin juga menyukai