Anda di halaman 1dari 15

TUGAS INDIVIDU PC 142375

STRATEGI PEMENUHAN KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR DALAM


PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN CIREBON RAYA

RANGGA KUSUMA SAPUTRO


NRP. 3114207818
Dosen
Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.Rer.Reg

PROGRAM PASCASARJANA
BIDANG KEAHLIAN MANAJEMEN ASET INFRASTRUKTUR
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 2015

Halaman 1 dari 14

STRATEGI PEMENUHAN KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR DALAM


PENGEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN CIREBON RAYA
Oleh :
Rangga Kusuma Saputro 1
LATAR BELAKANG
Cirebon Raya merupakan salah satu Wilayah Metropolitan yang sedang dan akan
terus berkembang di Provinsi Jawa Barat. Seperti Wilayah Metropolitan Jabodetabek dan
Bandung Raya, Wilayah Metropolitan ini memiliki ciri aglomerasi jumlah penduduk, aktivitas
sosial dan ekonomi, serta persentase lahan terbangun yang lebih tinggi dibandingkan
dengan wilayah lain di sekitarnya. Berdasarkan data-data empiris, pada tahun 2010,
Metropolitan Cirebon Raya memiliki jumlah penduduk sebesar 1,58 juta jiwa di 29 kecamatan
yang terdapat di tiga Kabupaten/Kota (Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, dan Kabupaten
Kuningan) dengan luas lahan terbangun sekitar 25%.

Mahasiswa Pascasarjana S2 Bidang Keahlian Manajemen Aset Infrastruktur, Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (NRP. 3114207818)

Halaman 2 dari 14
Berdasarkan proyeksi tahun 2015, 2020, 2025 dan 2040 di atas, jumlah penduduk di
Metropolitan Cirebon Raya akan meningkat dengan pesat, begitu pula dengan luas wilayah
urban dan suburbannya. Mulai tahun 2015, ciri metropolitan telah beraglomerasi hingga ke
Kabupaten Majalengka. Pada tahun 2040, Metropolitan Cirebon Raya diprediksikan akan
meluas hingga ke Kabupaten Indramayu. Peningkatan jumlah penduduk dan aktivitas
ekonomi masyarakat mendorong peningkatan kebutuhan akan berbagai infrastruktur
perkotaan, seperti infrastruktur transportasi, air bersih, persampahan, listrik dan energi,
telekomunikasi, dan infrastruktur pendukung lainnya. Infrastruktur transportasi strategis
seperti jalan tol, jalur kereta api, serta pelabuhan laut dan udara juga menjadi semakin
penting untuk diperhatikan, karena ketersediaannya mampu memberikan akses penghubung
yang lebih baik antara Wilayah Metropolitan Cirebon Raya dengan wilayah lain di sekitarnya.
Fenomena metropolitan yang terjadi di Wilayah Cirebon Raya memberikan peluang
sekaligus tantangan tersendiri. Fenomena ini memungkinkan Wilayah Cirebon Raya berperan
sebagai pendorong pembangunan ekonomi, kesejahteraan, modernisasi dan keberlanjutan
bagi seluruh masyarakat Jawa Barat. Namun pada saat bersamaan, pesatnya pertumbuhan
jumlah penduduk dan aktivitas sosial ekonomi masyarakat di wilayah ini juga bisa
memunculkan berbagai isu dan permasalahan, salah satunya seperti masalah ketersediaan
infrastruktur yang segera membutuhkan solusi pemecahannya. Berdasarkan hal tersebut,
maka pada kajian ini akan dibahas mengenai ketersediaan infrastruktur dari sudut pandang
analisis kebutuhan infrastruktur dalam konteks pengembangan kawasan Metropolitan
Cirebon Raya.
TUJUAN
Tujuan dari penulisan kajian ini adalah untuk mengetahui bagaimakah strategi yang
diterapkan pada pemenuhan kebutuhan infrastruktur dalam pengembangan wilayah
Metropolitan Cirebon Raya. Adapun secara rinci bagian pertama akan membahas terkait
konsep pengembangan wilayah Metropolitan Cirebon Raya; bagian kedua akan membahas
terkait kebutuhan infrastruktur sebagai akibat dari penerapan konsep pengembangan
wilayah tersebut; dan bagian ketiga akan membahas terkait strategi/upaya yang dilakukan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan infrastruktur baik untuk saat ini maupun masa yang
akan datang.
KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH METROPOLITAN CIREBON RAYA
Metropolitan Cirebon Raya sebagai salah satu metropolitan di Provinsi Jawa Barat
memiliki keunggulan yang berbeda dengan Metropolitan Jabodetabek dan Metropolitan
Bandung Raya. Keunggulan yang dimiliki tersebut juga berbeda antar Kota dan Kabupaten
yang termasuk ke dalam Metropolitan Cirebon Raya. Metropolitan Cirebon Raya terdiri dari
Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan, dan Kabupaten Majalengka.
Meskipun demikian, keunggulan setiap Kota/Kabupaten tersebut tentunya dapat
dimanfaatkan untuk mengembangkan Metropolitan Cirebon Raya secara keseluruhan.
Dalam mengindentifikasi keunggulan-keunggulan yang dimiliki masing-masing
daerah, dapat dilihat berdasarkan keunggulan absolut (absolute advantage), keunggulan
komparatif (comparative advantage), dan keunggulan kompetitif (competitive advantage).
Masing-masing keunggulan tersebut dapat berbeda satu sama lainnya. Secara umum,
karakteristik antar Kota dan Kabupaten yang termasuk ke dalam wilayah Metropolitan
Cirebon Raya memiliki beberapa persamaan. Jika dilihat sebagai satu wilayah metropolitan,
dapat dikatakan bahwa keberadaan objek wisata sejarah, wisata alam dan wisata budaya

Halaman 3 dari 14
dapat menjadi keunggulan absolut dari Metropolitan Cirebon Raya. Hal tersebut terlihat dari
persebaran objek-objek wisata yang cukup banyak. Setiap potensi yang dimiliki
Kota/Kabupaten di Metropolitan Cirebon Raya, dapat pula mencerminkan keunggulan dari
wilayah Metropolitan Cirebon Raya secara umum. Untuk itu dapat dirumuskan bahwa
keunggulan absolut, keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif untuk Metropolitan
Cirebon Raya adalah sebagai berikut.

Metropolitan Cirebon Raya merupakan daerah iklim tropis berupa dataran rendah dan
pegunungan dengan kekhasan budaya dan sejarah yang berbeda dengan wilayah lain.
Budaya menjadi salah satu ciri khas dari Metropolitan Cirebon Raya seperti tari topeng, kuda
lumping, tayuban dan budaya-budaya lainnya. Keanekaragaman budaya tersebut menjadi
keunggulan absolut dari Metropolitan Cirebon Raya. Selain itu, keberadaan kampung batik
Trusmi juga menjadi keunggulan absolut dari nilai segi budaya karena wilayah-wilayah lain
tidak memiliki perkampungan batik Trusmi.
Perkampungan batik di Trusmi merupakan salah satu potensi wilayah tempat
dihasilkannya produk batik. Batik yang dihasilkan memiliki ciri khas yang sangat tinggi
nilainya, baik nilai seni maupun nilai ekonomisnya. Hal tersebut sejalan dengan adanya
pengakuan dunia internasional terhadap batik sebagai salah satu produk asli Indonesia.
Batik-batik yang dihasilkan dari perkampungan batik di Trusmi dapat mewakili budaya
Cirebon yang mampu bersaing dengan batik hasil produksi wilayah lain seperti Batik Tasik,
Batik Pekalongan, Batik Solo, dan Batik Yogya.
Metropolitan Cirebon Raya memiliki letak yang strategis dengan tersedianya lahan
yang cukup luas untuk investasi. Letaknya yang strategis tersebut akan memberikan
keuntungan antara lain kemudahan akses keluar dan masuk wilayah tersebut karena berada

Halaman 4 dari 14
di jalur pantura dan terhubung dengan kota lainnya seperti Jakarta dan Bandung.
Keberadaan Metropolitan Cirebon Raya yang strategis ini dapat dibandingkan dengan
wilayah-wilayah lain yang berada pada lokasi strategis pula.
Adanya industri-industri skala kecil sampai industri besar serta ketersediaan sumber
daya alam menyebabkan munculnya tenaga kerja-tenaga kerja yang terampil. Tenaga kerja
di Metropolitan Cirebon Raya sangat terampil dalam membuat kerajinan rotan dan juga
perabot rumah tangga. Selain itu, tenaga kerja di Metropolitan Cirebon Raya terampil dalam
hal membatik baik buatan tangan ataupun dengan bantuan alat.
Keberadaaan pelabuhan laut dan bandar udara di Metropolitan Cirebon Raya telah
menjadi simpul pergerakan transportasi. Pelabuhan Cirebon merupakan pelabuhan yang
memiliki peranan yang penting sebagai akses barang dan penumpang dengan skala
pelayanan nasional. Sedangkan keberadaan Bandara Cakrabhuwana merupakan bandara
dengan fungsi khusus seperti sekolah penerbangan atau militer dan pusat penyebaran
tersier. Selain itu, adanya rencana pengembangan Bandara Internasional Jawa Barat
Kertajati yang dilengkapi dengan Aerocity Majalengka di Kabupaten Majalengka juga dapat
menjadi salah satu keunggulan yang dapat bermanfaat bagi pengembangan Metropolitan
Cirebon Raya.
Melihat keunggulan wilayah seperti yang telah diuraikan di atas, maka
pengembangan Metropolitan Cirebon Raya diharapkan dapat sejalan dengan konsep
pengembangan metropolitan dan growth center sebagai pendorong percepatan
pembangunan di Jawa Barat. Untuk itu diperlukan konsep pengembangan masing-masing
metropolitan di Jawa Barat dengan mengoptimalkan pemanfaatan komponen atau faktorfaktor produksi yang terdapat di wilayah metropolitan masing-masing. Berdasarkan potensi
dan perkembangan jumlah penduduk serta aktivitas perekonomian di Metropolitan Cirebon
Raya, maka pengembangunan Metropolitan Cirebon Raya akan diarahkan sebagai

Metropolitan Budaya dan Sejarah dengan sektor unggulan pariwisata, industri, dan
kerajinan.
Dalam mengembangkan konsep pengembangan Metropolitan Cirebon Raya sebagai
metropolitan budaya dan sejarah, pelestarian warisan budaya dan kawasan cagar budaya
sebagai daya tarik wisata baik skala lokal, regional, nasional dan internasional diperlukan.
Hal tersebut dilakukan mengingat keberadaan warisan budaya tersebut perlu dijaga sebagai
aset wilayah yang akan mendorong pembangunan wilayah tersebut. Selain pelestarian
budaya, prioritas pengembangan budaya dan kesenian dengan penyediaan fasilitas memadai
seperti gedung kesenian sebagai tempat pameran dan festival, padepokan seni dan sanggar
seni budaya, pusat kebudayaan serta museum dan galeri juga diperlukan. Penyediaan
fasilitas-fasilitas tersebut harus pula didukung oleh penyediaan infrastruktur dasar untuk
pengembangan metropolitan secara menyeluruh seperti penyediaan perumahan vertikal
skala besar di Kota Cirebon, penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan,
peparkiran dan fasilitas dasar lainnya sesuai dengan hirarki skala pelayanan yang melayani
pusat-pusat kegiatan masyarakat serta penyediaan infrastruktur permukiman, energi,
transportasi, telekomunikasi, dan sumber daya air.
Wisata menjadi salah satu sektor yang dapat mendorong pencapaian Metropolitan
Cirebon Raya sebagai metropolitan budaya dan sejarah. Prioritas pengembangan produk
wisata dan strategi pemasaran juga perlu dilakukan sebagai salah satu upaya preservasi
warisan budaya yang memiliki nilai sejarah tinggi yang juga dapat dijadikan potensi wisata
dan penggerak pembangunan untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan
masyarakat. Pengembangan potensi wisata tersebut juga harus disertai dengan peningkatan

Halaman 5 dari 14
sarana dan prasarana penunjang seperti aksesibilitas jalan yang terintegrasi antar kawasan
wisata, optimalisasi sarana dan prasarana transportasi, penyediaan hotel dan restoran di
sekitar tempat wisata, penyediaan pusat informasi wisata dan rekreasi serta fasilitas
perdagangan sebagai bagian dari pengembangan wisata.
Berdasarkan potensi yang dimiliki Metropolitan Cirebon Raya, sektor industri memiliki
peranan yang cukup penting dalam mengembangkan metropolitan tersebut. Keberadaan
berbagai jenis industri seperti penggalian, kimia, sampai industri pengolahan makanan dapat
menjadi sektor unggulan dalam pengembangan Metropolitan Cirebon Raya, serta didukung
pula oleh tenaga kerja yang kompeten. Untuk mengarahkan agar sektor industri dapat
berperan optimal, maka selanjutnya akan dibentuk kawasan industri yang terintegrasi di
wilayah Metropolitan Cirebon Raya, tepatnya di Aerocity Kabupaten Majalengka. Aerocity
merupaan bagian yang tidak terpisahkan dari Bandara Internasional Jawa Barat di Kertajati.
Pengembangan industri di kawasan Aerocity tersebut akan meningkatkan perekonomian dan
menyerap tenaga kerja.
Pengembangan kerajinan berupa kerajinan batik dan rotan yang menjadi ciri khas
Metropolitan Cirebon Raya akan menjadi salah satu ikon budaya di metropolitan tersebut.
Dalam mengembangkan konsep pengembangan Metropolitan Cirebon Raya sebagai
metropolitan budaya dan sejarah dengan sektor unggulan kerajinan, prioritas terhadap
peningkatan dan pertumbuhan kegiatan kerajinan batik dan kerajinan rotan diperlukan
sebagai bagian dari budaya Cirebonan. Selain itu, pengembangan kegiatan kerajinan batik
dan rotan sebaiknya dilakukan secara terintegrasi, ramah lingkungan, berteknologi tinggi dan
mampu membangkitkan kegiatan ekonomi wilayah.
Pengembangan kerajinan perlu juga ditunjang dengan ketersediaan infrastruktur
yang memadai bagi kegiatan industri seperti penyediaan air baku, sistem pengelolaan limbah
yang baik dan aksesibilitas untuk jalur distribusi bahan baku serta pemasaran hasil produksi.
Keberadaan industri kerajinan yang menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar pun perlu
ditunjang dengan penyediaan perumahan vertikal skala besar untuk dapat menampung
jumlah penduduk metropolitan yang terus meningkat. Pengembangan perumahan vertikal
skala besar tersebut juga perlu ditunjang dengan penyediaan infrastruktur permukiman yang
memadai.

KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR DI WILAYAH METROPOLITAN CIREBON RAYA


Ruang lingkup kebutuhan infrastruktur yang akan dibahas pada bagian ini adalah
terkait kebutuhan infrastruktur dasar yang mencakup sektor perumahan, air bersih,
pengelolaan sampah, air limbah dan drainase di wilayah Metropolitan Cirebon Raya.

K ebutuhan Perum ahan


Perhitungan kebutuhan infrastruktur perumahan dilakukan untuk mengetahui
besarnya kebutuhan perumahan dibandingkan dengan ketersediaannya saat ini. Adapun
secara umum, perhitungan kebutuhan perumahan di wilayah Metropolitan Cirebon Raya
dilakukan secara sederhana, dengan mempertimbangkan:
1. Jumlah rumah tangga yang ada di Metropolitan Cirebon Raya
2. Jumlah penduduk yang ada di Metropolitan Cirebon Raya
3. Jumlah rata-rata anggota keluarga di Metropolitan Cirebon Raya
4. Jumlah rumah yang telah tersedia di Metropolitan Cirebon Raya

Halaman 6 dari 14
Penentuan besar kebutuhan perumahan didasarkan pada jumlah penduduk
Metropolitan Cirebon Raya saat ini yang kemudian dihitung dalam satuan rumah tangga.
Pada tahun 2010, jumlah rumah tangga di Metropolitan Cirebon Raya adalah sebesar
395.530 jiwa yang tersebar di 3 (tiga) Kabupaten/Kota. Adapun jumlah rumah tangga
Metropolitan Cirebon Raya dihitung dengan formula:

Dengan mengasumsikan bahwa satu rumah tangga terdiri dari 4 (empat) jiwa, maka
berdasarkan data jumlah penduduk eksisting akan dapat diketahui perkiraan jumlah rumah
tangga di Metropolitan Cirebon Raya. Berikut adalah hasil perkiraan jumlah rumah tangga di
Metropolitan Cirebon Raya beserta jumlah penduduk eksisting tahun 2010.

Sementara itu, jumlah rumah yang tersedia di Metropolitan Cirebon Raya dihitung
berdasarkan persentase jumlah rumah di Jawa Barat. Jumlah rumah di Jawa Barat sebesar
75,67% dari jumlah rumah tangga di Jawa Barat, sehingga didapatkan angka sebesar
8.133.251 rumah. Selanjutnya, jumlah rumah di masing-masing Kabupaten/Kota dihitung
berdasarkan persentase jumlah penduduk. Adapun jumlah rumah yang tersedia pada
masing-masing Kabupaten/Kota di Metropolitan Cirebon Raya yaitu:

Berdasarkan tabel di atas, dengan membandingkan jumlah kebutuhan rumah dengan


jumlah rumah yang tersedia, maka didapat backlog perumahan di Metropolitan Cirebon
Raya. Adapun besarnya backlog perumahan di Metropolitan Cirebon Raya adalah sebagai
berikut:

Halaman 7 dari 14

Jumlah backlog perumahan di Metropolitan Cirebon Raya pada tahun 2010 sebesar
96.233. Artinya bahwa terdapat 96.233 keluarga yang belum memiliki rumah pada tahun
2010 dan perlu segera untuk dipenuhi. Dengan menghitung selisih antara jumlah
permukiman eksisting dengan jumlah kebutuhan rumah tersebut, maka akan dapat
dilakukan analisis lebih lanjut terhadap luas kebutuhan lahan yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan permukiman di Metropolitan Cirebon Raya.
Untuk menghitung jumlah tambahan lahan yang dibutuhkan dalam pemenuhan
kebutuhan rumah secara keselutuhan, maka digunakan asumsi untuk membangun satu unit
rumah sebesar 36 m2. Dasar perhitungan yang digunakan dalam asumsi tersebut yaitu
bahwa satu orang membutuhkan 9 m2 lahan. Nilai ini merupakan nilai yang ditetapkan oleh
International Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights (ICESCR) pasal 2 ayat (1)
serta dalam UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Adapun jumlah kebutuhan lahan tambahan untuk menutupi backlog perumahan adalah
sebesar 3.464.388 m2 atau 346,4 Ha.

K ebutuhan Air Bersih


Sistem penyediaan air bersih merupakan salah satu infrastruktur penunjang
Perumahan dan Permukiman. Infrastruktur ini memegang peranan penting bagi
kelangsungan hidup penduduk yang mendiami suatu kawasan perumahan dan permukiman.
Dalam upaya pemenuhan air bersih di Metropolitan Cirebon Raya, pemerintah memiliki peran
yang besar. Melalui perusahaan penyedia air minum, pemerintah berupaya untuk memenuhi
segala kebutuhan terhadap air bersih yang ada di masyarakat. PDAM Tirta Dharma, PDAM
Tirta Kamuning, dan PDAM Kabupaten Cirebon merupakan PDAM yang mengelola air bersih
di wilayah Metropolitan Cirebon. Namun, pemanfaatan air bersih di wilayah Metropolitan
Cirebon Raya tidak hanya berasal dari PDAM, melainkan juga dari air tanah serta dari mata
air. Untuk melihat kondisi pemenuhan kebutuhan air bersih di Metropolitan Cirebon Raya,
perlu untuk menghitung bagaimana kebutuhannya saat ini, sehingga dapat diprediksi
bagaimana kebutuhan tersebut di masa akan datang. Dalam proses perhitungan kebutuhan
air bersih tersebut, digunakan tiga standar perhitungan kebutuhan minimum. Adapun
standar minimum air bersih tersebut antara lain:
1. Berdasarkan kesepakatan Konferensi Air PBB di Mal del Plata Argentina tahun 1977,
kebutuhan dasar air bersih disarankan bagi setiap orang adalah sebanyak 50
liter/hari;
2. Berdasarkan Permendagri no.23 tahun 2006 tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara
Pengaturan Air Minum pada Perusahaan Air Minum, kebutuhan dasar air bersih
disarankan bagi setiap orang adalah 60 liter/hari;
3. Berdasarkan standar kebutuhan air bersih menurut Ditjen Cipta Karya Kementerian
Pekerjaan Umum, kebutuhan dasar air bersih disarankan bagi setiap orang adalah
sebanyak 160 liter/hari.

Halaman 8 dari 14
Dengan memperhatikan jumlah penduduk di Metropolitan Cirebon Raya tahun 2010,
maka kebutuhan air bersih untuk perumahan dan permukiman tahun 2010 adalah:

Selain perhitungan kebutuhan air pada tahun 2010, dilakukan pula prediksi
kebutuhan air bersih pada tahun 2010, 2020, dan 2025 dengan menggunakan standar
kebutuhan air bersih menurut Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum, yaitu
sebanyak 160 liter/hari.

Selain itu, dilakukan pula perhitungan kebutuhan air bersih non domestik dengan
menggunakan standar yang sama. Kebutuhan air bersih non domestik dihitung berdasarkan
asumsi sebesar 20 persen dari kebutuhan air bersih domestik.

Sehingga total kebutuhan air bersih di Metropolitan Cirebon Raya yang terdiri atas
kebutuhan air bersih domestik dan non domestik dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Halaman 9 dari 14

Setelah mendapatkan jumlah produksi air bersih ideal berdasarkan perhitungan,


maka perlu untuk membandingkannya dengan kondisi eksisting, sehingga dapat diketahui
bagaimana kondisi pemenuhan kebutuhan air tahun 2010 di Metropolitan Cirebon Raya.
Adapun kondisi pemenuhan kebutuhan air bersih Metropolitan Cirebon Raya adalah sebagai
berikut:

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat kelebihan kapasitas


produksi eksisting dibandingkan perhitungan ideal pada dua daerah di Metropolitan Cirebon
Raya yaitu Kota Cirebon dan Kabupaten Kuningan. Apabila dihitung secara keseluruhan,
masih terdapat surplus pada produksi air bersih di kedua wilayah tersebut pada tahun 2010.
Namun, pada tahun 2025, kebutuhan air bersih telah melebihi kondisi eksistingnya, sehingga
terdapat defisit pada pemenuhan kebutuhan air bersih yang cukup signifikan di Metropolitan
Cirebon Raya. Dengan melihat hal tersebut, maka perlu adanya penyediaan dan
pemeliharaan air bersih yang lebih baik lagi, termasuk pencarian sumber air bersih alternatif
lainnya, sehingga segala kebutuhan air, termasuk kebutuhan untuk perumahan dan
permukiman dapat terpenuhi dengan baik.

K ebutuhan Pengelolaan Sam pah


Produksi sampah di wilayah Metropolitan Cirebon Raya diakibatkan dari adanya
kegiatan industri, perdagangan, pertanian, rumah tangga, dan sebagainya. Peningkatan
produksi sampah per harinya terutama disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk
Metropolitan Cirebon Raya serta meningkatnya aktivitas masyarakat setempat. Untuk melihat

Halaman 10 dari 14
bagaimana kebutuhan akan fasilitas pengelolaan sampah di Metropolitan Cirebon Raya,
maka dilakukan perhitungan terhadap besarnya produksi sampah per harinya. Nilai tersebut
merupakan nilai pendekatan yang diperoleh melalui kalkulasi antara jumlah penduduk
eksisting dengan nilai rata-rata produksi sampah per jiwa per hari. Adapun nilai rata-rata
standar yang digunakan merupakan nilai yang dikeluarkan Kementerian Lingkungan Hidup
Republik Indonesia, dimana ditentukan bahwa setiap orang rata-rata menghasilkan 0,8 kg
sampah domestik perhari.
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan, maka diperoleh besarnya produksi
sampah domestik per hari di Metropolitan Cirebon Raya. Adapun besar produksi sampah
domestik tersebut adalah sebagai berikut:

Dengan tingginya volume sampah di Metropolitan Cirebon Raya tersebut, maka


dibutuhkan pengelolaan sampah yang baik di tingkat lokal maupun regional. Selain itu,
diperlukan juga penyediaan fasilitas pengelolaan sampah yang lebih memadai seperti
penyediaan gerobak sampah atau bak sampah kecil di tingkat RW, penyediaan gerobak
sampah atau bak sampah besar di tingkat kelurahan, dan seterusnya, serta pemanfaatan
yang lebih efektif TPS dan TPA yang telah tersedia.

K ebutuhan Air Lim bah


Air limbah atau air buangan adalah sisa air dibuang yang berasal dari rumah tangga,
industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan pada umumnya mengandung bahanbahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan serta mengganggu
lingkungan. Air limbah dapat berasal dari berbagai sumber, secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu Air buangan yang bersumber dari rumah tangga
(domestic wastes water), yaitu limbah yang berasal dari permukiman penduduk, air buangan
industri (industri wastes water), yang berasal dari berbagai jenis industri akibar proses
produksi, dan air buangan kotapraja (municipal wastes water), yaitu air buangan yang
berasal dari daerah: perkantoran, perdagangan, hotel, restoran, tempat-tempat umum,
tempat-tempat ibadah, dan sebagainya.
Permasalahan pengelolaan air limbah di wilayah metropolitan secara umum terjadi
baik di hulu maupun di hilir. Beberapa permasalahan pengelolaan air limbah diantaranya
adalah tingkat pelayanan air limbah permukiman melalui Sistem Perpipaan (sistem
Sewerage) baru mencapai kurang dari 5% dan melalui jamban (pribadi dan fasilitas umum)
yang aman baru mencapai kurang dari 50%, jumlah daerah yang memiliki sistem
pengelolaan air limbah terpusat masih sangat rendah, dan sebagian besar fasilitas
pengolahan air limbah setempat masih belum memenuhi standar teknis yang ditetapkan. Hal
ini perlu menjadi perhatian mengingat perkembangan wilayah metropolitan harus sebanding
dengan kesediaan sistem pengolahan limbah, sehingga mampu menjamin tingkat kebersihan
dan kesehatan masyarakatnya.

Halaman 11 dari 14

K ebutuhan Drainase
Banjir atau terjadinya genangan di perkotaan banyak terjadi di berbagai daerah di
Jawa Barat. Genangan tidak hanya dialami oleh kawasan perkotaan yang terletak di dataran
rendah saja, bahkan dialami di kawasan yang terletak di dataran tinggi. Banjir atau
genangan terjadi apabila sistem yang berfungsi untuk menampung genangan itu tidak
mampu menampung debit yang mengalir. Hal ini akibat dari tiga kemungkinan yang terjadi,
yaitu: kapasitas sistem yang menurun, debit aliran air yang meningkat, atau kombinasi dari
kedua-duanya. Pengertian sistem disini adalah sistem jaringan drainase di wilayah
metropolitan. Sedangkan sistem drainase secara umum dapat didefinisikan sebagai
serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan
air (banjir) dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.
Jadi sistem drainase adalah rekayasa infrastruktur di suatu wilayah untuk menanggulangi
adanya genangan banjir.
Pengembangan jaringan drainase di Metropolitan Cirebon Raya menjadi penting
untuk segera dilakukan mengingat sistem drainase yang ada saat ini sudah tidak mampu
menampung aliran air permukaan terutama ketika musim hujan. Hal ini disebabkan oleh
beberapa hal, seperti kondisi infrastruktur drainase yang sudah rusak, terjadinya
penyempitan drainase, banyak timbunan sampah pada saluran drainase yang menyumbat
aliran air, kondisi infrastruktur pengendali banjir yang tidak berfungsi dengan baik, dan
beberapa penyebab lainnya.
STRATEGI
PEMENUHAN
KEBUTUHAN
INFRASTRUKTUR
DI
WILAYAH
METROPOLITAN CIREBON RAYA
Berdasarkan konsep pengembangan wilayah dan analisis kebutuhan infrastruktur di
wilayah Metropolitan Cirebon Raya, maka dapat diuraikan beberapa strategi-strategi dalam
rangka pemenuhan kebutuhan infrastruktur sebagai berikut.
No.
1.

Infrastruktur
Sektor
Perumahan

Strategi Pemenuhan Kebutuhan


Infrastruktur
Terdapat backlog kebutuhan - Pengembangan hunian vertikal
rumah
layak
huni
di
kawasan
Ketersediaan lahan terbatas
perumahan kepadatan tinggi
- Pengembangan
kawasan
perumahan
berdasarkan
ketentuang luas kapling rumah
- Zonasi
kepadatan
kawasan
perumahan
- Pengendalian
kawasan
permukiman horizontal pada
kawasan perkotaan
- Perbaikan kualitas perumahan
yang ada dan lingkungan
perumahan
- Pengembalian fasilitas ruang
publik
- Pengembangan
kawasan
permukiman
perkotaan
diupayakan tidak merambah
areal pertanian lahan basah
beririgasi teknis
Permasalahan

Halaman 12 dari 14
No.
2.

3.

Infrastruktur
Sektor
Air Bersih

Pengelolaan
Sampah

Permasalahan
-

Diprediksi pada tahun 2025,


tingkat kebutuhan air bersih
akan melampaui kapasitas
produksi air bersih

Peningkatan produksi sampah


per
harinya
terutama
disebabkan
oleh
meningkatnya
jumlah
penduduk
Potensi peningkatan sampah
non domestik (perdagangan
jasa dan industri)

4.

Air Limbah

Tingkat pelayanan air limbah


permukiman melalui Sistem
Perpipaan (sistem Sewerage)
baru mencapai kurang dari
5% dan melalui jamban
(pribadi dan fasilitas umum)
yang aman baru mencapai
kurang dari 50%
Jumlah daerah yang memiliki
sistem pengelolaan air limbah
terpusat masih sangat rendah
Sebagian
besar
fasilitas
pengolahan
air
limbah
setempat
masih
belum
memenuhi standar teknis
yang ditetapkan

Strategi Pemenuhan Kebutuhan


Infrastruktur
- Meningkatkan
kemampuan
dalam penyediaan air baku yang
berasal dari air permukaan dan
mata air
- Mewujudkan
keseimbangan
ketersediaan air pada musim
hujan dan kemarau melalui
pembangunan
penampungan
dan embung/dam
- Melestarikan daerah resapan air
untuk menjaga ketersediaan
sumberdaya air
- Pemanfaatan air tanah dangkal
dan artesis secara terkendali
- Reduksi dan pengolahan sampah
secara terpadu di TPS
- Pengembangan
pengelolaan
sampah
skala
lingkungan
berbasis
komunitas
dengan
pendekatan metode 3R
- Pengolahan sampah buangan
industri yang berbahaya hingga
layak dan tidak berbahaya untuk
dibuang
- Peningkatan kualitas prasarana
pengolahan limbah medis dan
limbah B3 mandiri
- TPA
menggunakan
sistem
sanitary landfill
- Pengembangan
teknologi
komposing sampah organik pada
kawasan permukiman perdesaan
dan perkotaan
- Persiapan pembangunan TPA
Regional
- Peningkatan Sistem pengolahan
limbah secara On Site
- Peningkatan Sistem pengolahan
limbah secara Off Site
- Pengembangan jamban komunal
pada
kawasan
permukiman
padat
masyarakat
berpenghasilan rendah dan area
fasilitas umum
- pengembangan
prasarana
terpadu Instalasi Pengolahan
Limbah
Terpadu
(IPLT)
terintegrasi dengan TPA
- Pembangunan
Instalasi
Pengelolaan Air Limbah (IPAL)
Industri

Halaman 13 dari 14
No.
5.

Infrastruktur
Sektor
Drainase

Permasalahan
-

Sistem drainase yang ada saat


ini sudah tidak mampu
menampung
aliran
air
permukaan terutama ketika
musim
hujan.
Hal
ini
disebabkan oleh beberapa hal,
seperti kondisi infrastruktur
drainase yang sudah rusak,
terjadinya
penyempitan
drainase, banyak timbunan
sampah pada saluran drainase
yang menyumbat aliran air

Strategi Pemenuhan Kebutuhan


Infrastruktur
- Perbaikan
dan
peningkatan
fungsi
pelayanan
sistem
drainase kota yang ada dengan
pembangunan saluran baru,
rehabilitasi
saluran,
dan
pemeliharan saluran
- Pembangunan waduk sebagai
pengendali banjir dan Sumber
air baku air minum
- Pembuatan sumur resapan di
kawasan
peruntukan
perumahan,
industri,
serta
perdagangan dan jasa
- Pengendalian dan penertiban
bangunan pada Daerah Aliran
Sungai (DAS) yang ada
- Pembangunan sistem pounding
dilengkapi dengan pintu air di
sepanjang saluran primer dan
sekunder di daerah pesisir, yang
sering terjadi backwater

KESIMPULAN
Berdasarkan kajian di atas dapat disimpulkan bahwa disamping faktor jumlah
penduduk yang meningkat, pemenuhan kebutuhan infrastruktur juga harus
mempertimbangkan konsep pengembangan wilayah. Melalui pertimbangan konsep
pengembangan wilayah, kuantitas dan arah pengembangan infrastruktur akan sejalan
dengan pemenuhan kebutuhan infrastruktur, sehingga pemenuhan kebutuhan infrastruktur
akan terkontrol dengan baik. Ketika pemenuhan kebutuhan infrastruktur dihadapkan pada
integrasi wilayah yang lebih luas, seperti kasus Metropolitan Cirebon Raya di atas, maka
paradigma pemenuhan kebutuhan infrastruktur akan bergeser dari yang bersifat lokal
menjadi yang bersifat regional. Beberapa contoh paradigma pemenuhan kebutuhan
infrastruktur yang bersifat regional seperti pembangunan rusunami regional, pembangunan
TPA regional, sistem penyediaan air bersih skala regional dan sebagainya. Dengan demikian
peran konsep pengembangan wilayah menjadi sangat penting dalam mengintegrasikan
pemenuhan kebutuhan infrastruktur wilayah, begitu juga sebaliknya peran pemenuhan
kebutuhan infrastruktur juga menjadi sangat penting dalam rangka mewujudkan
pengembangan wilayah yang diinginkan.

R EFER ENSI
Adisasmita, Rahardjo. 2008. Pengembangan Wlayah: Konsep dan Teori. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Kodoatie, Robert J. 2005. Pengantar Manajemen Infrastruktur. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Pamekas, R. 2013. Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Kawasan Permukiman.
Bandung: PT. Dunia Pustaka Jaya

Halaman 14 dari 14
Rencana Tata Ruang Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten
Kuningan, dan Kabupaten Indramayu 2011-2031.
http://metropolitan.jabarprov.go.id/sources/download/paper/e1148-08-konsep-awalpengembangan-metropolitan-cirebon-raya_juni-2013_a22.pdf
(diunduh tanggal 20 Nopember 2015)
http://www.republika.co.id/berita/nasional/pemprov-jabar/15/04/06/nmd66t-jabarkembangkan-tiga-kawasan-metropolitan ( diunduh tanggal 20 Nopember 2015)
http://cikalnews.com/read/15716/26/3/2015/cirebon-akan-dikembangkan-jadi-kotametropolitan (diunduh tanggal 20 Nopember 2015)
http://jabar.metrotvnews.com/read/2015/05/30/400672/bupati-cirebon-klaim-akan-dapatkucuran-116-triliun-dari-malaysia (diunduh tanggal 20 Nopember 2015)

Anda mungkin juga menyukai