Studi PEMENUHAN - KEBUTUHAN - INFRASTRUKT PDF
Studi PEMENUHAN - KEBUTUHAN - INFRASTRUKT PDF
PROGRAM PASCASARJANA
BIDANG KEAHLIAN MANAJEMEN ASET INFRASTRUKTUR
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 2015
Halaman 1 dari 14
Mahasiswa Pascasarjana S2 Bidang Keahlian Manajemen Aset Infrastruktur, Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (NRP. 3114207818)
Halaman 2 dari 14
Berdasarkan proyeksi tahun 2015, 2020, 2025 dan 2040 di atas, jumlah penduduk di
Metropolitan Cirebon Raya akan meningkat dengan pesat, begitu pula dengan luas wilayah
urban dan suburbannya. Mulai tahun 2015, ciri metropolitan telah beraglomerasi hingga ke
Kabupaten Majalengka. Pada tahun 2040, Metropolitan Cirebon Raya diprediksikan akan
meluas hingga ke Kabupaten Indramayu. Peningkatan jumlah penduduk dan aktivitas
ekonomi masyarakat mendorong peningkatan kebutuhan akan berbagai infrastruktur
perkotaan, seperti infrastruktur transportasi, air bersih, persampahan, listrik dan energi,
telekomunikasi, dan infrastruktur pendukung lainnya. Infrastruktur transportasi strategis
seperti jalan tol, jalur kereta api, serta pelabuhan laut dan udara juga menjadi semakin
penting untuk diperhatikan, karena ketersediaannya mampu memberikan akses penghubung
yang lebih baik antara Wilayah Metropolitan Cirebon Raya dengan wilayah lain di sekitarnya.
Fenomena metropolitan yang terjadi di Wilayah Cirebon Raya memberikan peluang
sekaligus tantangan tersendiri. Fenomena ini memungkinkan Wilayah Cirebon Raya berperan
sebagai pendorong pembangunan ekonomi, kesejahteraan, modernisasi dan keberlanjutan
bagi seluruh masyarakat Jawa Barat. Namun pada saat bersamaan, pesatnya pertumbuhan
jumlah penduduk dan aktivitas sosial ekonomi masyarakat di wilayah ini juga bisa
memunculkan berbagai isu dan permasalahan, salah satunya seperti masalah ketersediaan
infrastruktur yang segera membutuhkan solusi pemecahannya. Berdasarkan hal tersebut,
maka pada kajian ini akan dibahas mengenai ketersediaan infrastruktur dari sudut pandang
analisis kebutuhan infrastruktur dalam konteks pengembangan kawasan Metropolitan
Cirebon Raya.
TUJUAN
Tujuan dari penulisan kajian ini adalah untuk mengetahui bagaimakah strategi yang
diterapkan pada pemenuhan kebutuhan infrastruktur dalam pengembangan wilayah
Metropolitan Cirebon Raya. Adapun secara rinci bagian pertama akan membahas terkait
konsep pengembangan wilayah Metropolitan Cirebon Raya; bagian kedua akan membahas
terkait kebutuhan infrastruktur sebagai akibat dari penerapan konsep pengembangan
wilayah tersebut; dan bagian ketiga akan membahas terkait strategi/upaya yang dilakukan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan infrastruktur baik untuk saat ini maupun masa yang
akan datang.
KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH METROPOLITAN CIREBON RAYA
Metropolitan Cirebon Raya sebagai salah satu metropolitan di Provinsi Jawa Barat
memiliki keunggulan yang berbeda dengan Metropolitan Jabodetabek dan Metropolitan
Bandung Raya. Keunggulan yang dimiliki tersebut juga berbeda antar Kota dan Kabupaten
yang termasuk ke dalam Metropolitan Cirebon Raya. Metropolitan Cirebon Raya terdiri dari
Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan, dan Kabupaten Majalengka.
Meskipun demikian, keunggulan setiap Kota/Kabupaten tersebut tentunya dapat
dimanfaatkan untuk mengembangkan Metropolitan Cirebon Raya secara keseluruhan.
Dalam mengindentifikasi keunggulan-keunggulan yang dimiliki masing-masing
daerah, dapat dilihat berdasarkan keunggulan absolut (absolute advantage), keunggulan
komparatif (comparative advantage), dan keunggulan kompetitif (competitive advantage).
Masing-masing keunggulan tersebut dapat berbeda satu sama lainnya. Secara umum,
karakteristik antar Kota dan Kabupaten yang termasuk ke dalam wilayah Metropolitan
Cirebon Raya memiliki beberapa persamaan. Jika dilihat sebagai satu wilayah metropolitan,
dapat dikatakan bahwa keberadaan objek wisata sejarah, wisata alam dan wisata budaya
Halaman 3 dari 14
dapat menjadi keunggulan absolut dari Metropolitan Cirebon Raya. Hal tersebut terlihat dari
persebaran objek-objek wisata yang cukup banyak. Setiap potensi yang dimiliki
Kota/Kabupaten di Metropolitan Cirebon Raya, dapat pula mencerminkan keunggulan dari
wilayah Metropolitan Cirebon Raya secara umum. Untuk itu dapat dirumuskan bahwa
keunggulan absolut, keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif untuk Metropolitan
Cirebon Raya adalah sebagai berikut.
Metropolitan Cirebon Raya merupakan daerah iklim tropis berupa dataran rendah dan
pegunungan dengan kekhasan budaya dan sejarah yang berbeda dengan wilayah lain.
Budaya menjadi salah satu ciri khas dari Metropolitan Cirebon Raya seperti tari topeng, kuda
lumping, tayuban dan budaya-budaya lainnya. Keanekaragaman budaya tersebut menjadi
keunggulan absolut dari Metropolitan Cirebon Raya. Selain itu, keberadaan kampung batik
Trusmi juga menjadi keunggulan absolut dari nilai segi budaya karena wilayah-wilayah lain
tidak memiliki perkampungan batik Trusmi.
Perkampungan batik di Trusmi merupakan salah satu potensi wilayah tempat
dihasilkannya produk batik. Batik yang dihasilkan memiliki ciri khas yang sangat tinggi
nilainya, baik nilai seni maupun nilai ekonomisnya. Hal tersebut sejalan dengan adanya
pengakuan dunia internasional terhadap batik sebagai salah satu produk asli Indonesia.
Batik-batik yang dihasilkan dari perkampungan batik di Trusmi dapat mewakili budaya
Cirebon yang mampu bersaing dengan batik hasil produksi wilayah lain seperti Batik Tasik,
Batik Pekalongan, Batik Solo, dan Batik Yogya.
Metropolitan Cirebon Raya memiliki letak yang strategis dengan tersedianya lahan
yang cukup luas untuk investasi. Letaknya yang strategis tersebut akan memberikan
keuntungan antara lain kemudahan akses keluar dan masuk wilayah tersebut karena berada
Halaman 4 dari 14
di jalur pantura dan terhubung dengan kota lainnya seperti Jakarta dan Bandung.
Keberadaan Metropolitan Cirebon Raya yang strategis ini dapat dibandingkan dengan
wilayah-wilayah lain yang berada pada lokasi strategis pula.
Adanya industri-industri skala kecil sampai industri besar serta ketersediaan sumber
daya alam menyebabkan munculnya tenaga kerja-tenaga kerja yang terampil. Tenaga kerja
di Metropolitan Cirebon Raya sangat terampil dalam membuat kerajinan rotan dan juga
perabot rumah tangga. Selain itu, tenaga kerja di Metropolitan Cirebon Raya terampil dalam
hal membatik baik buatan tangan ataupun dengan bantuan alat.
Keberadaaan pelabuhan laut dan bandar udara di Metropolitan Cirebon Raya telah
menjadi simpul pergerakan transportasi. Pelabuhan Cirebon merupakan pelabuhan yang
memiliki peranan yang penting sebagai akses barang dan penumpang dengan skala
pelayanan nasional. Sedangkan keberadaan Bandara Cakrabhuwana merupakan bandara
dengan fungsi khusus seperti sekolah penerbangan atau militer dan pusat penyebaran
tersier. Selain itu, adanya rencana pengembangan Bandara Internasional Jawa Barat
Kertajati yang dilengkapi dengan Aerocity Majalengka di Kabupaten Majalengka juga dapat
menjadi salah satu keunggulan yang dapat bermanfaat bagi pengembangan Metropolitan
Cirebon Raya.
Melihat keunggulan wilayah seperti yang telah diuraikan di atas, maka
pengembangan Metropolitan Cirebon Raya diharapkan dapat sejalan dengan konsep
pengembangan metropolitan dan growth center sebagai pendorong percepatan
pembangunan di Jawa Barat. Untuk itu diperlukan konsep pengembangan masing-masing
metropolitan di Jawa Barat dengan mengoptimalkan pemanfaatan komponen atau faktorfaktor produksi yang terdapat di wilayah metropolitan masing-masing. Berdasarkan potensi
dan perkembangan jumlah penduduk serta aktivitas perekonomian di Metropolitan Cirebon
Raya, maka pengembangunan Metropolitan Cirebon Raya akan diarahkan sebagai
Metropolitan Budaya dan Sejarah dengan sektor unggulan pariwisata, industri, dan
kerajinan.
Dalam mengembangkan konsep pengembangan Metropolitan Cirebon Raya sebagai
metropolitan budaya dan sejarah, pelestarian warisan budaya dan kawasan cagar budaya
sebagai daya tarik wisata baik skala lokal, regional, nasional dan internasional diperlukan.
Hal tersebut dilakukan mengingat keberadaan warisan budaya tersebut perlu dijaga sebagai
aset wilayah yang akan mendorong pembangunan wilayah tersebut. Selain pelestarian
budaya, prioritas pengembangan budaya dan kesenian dengan penyediaan fasilitas memadai
seperti gedung kesenian sebagai tempat pameran dan festival, padepokan seni dan sanggar
seni budaya, pusat kebudayaan serta museum dan galeri juga diperlukan. Penyediaan
fasilitas-fasilitas tersebut harus pula didukung oleh penyediaan infrastruktur dasar untuk
pengembangan metropolitan secara menyeluruh seperti penyediaan perumahan vertikal
skala besar di Kota Cirebon, penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan,
peparkiran dan fasilitas dasar lainnya sesuai dengan hirarki skala pelayanan yang melayani
pusat-pusat kegiatan masyarakat serta penyediaan infrastruktur permukiman, energi,
transportasi, telekomunikasi, dan sumber daya air.
Wisata menjadi salah satu sektor yang dapat mendorong pencapaian Metropolitan
Cirebon Raya sebagai metropolitan budaya dan sejarah. Prioritas pengembangan produk
wisata dan strategi pemasaran juga perlu dilakukan sebagai salah satu upaya preservasi
warisan budaya yang memiliki nilai sejarah tinggi yang juga dapat dijadikan potensi wisata
dan penggerak pembangunan untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan
masyarakat. Pengembangan potensi wisata tersebut juga harus disertai dengan peningkatan
Halaman 5 dari 14
sarana dan prasarana penunjang seperti aksesibilitas jalan yang terintegrasi antar kawasan
wisata, optimalisasi sarana dan prasarana transportasi, penyediaan hotel dan restoran di
sekitar tempat wisata, penyediaan pusat informasi wisata dan rekreasi serta fasilitas
perdagangan sebagai bagian dari pengembangan wisata.
Berdasarkan potensi yang dimiliki Metropolitan Cirebon Raya, sektor industri memiliki
peranan yang cukup penting dalam mengembangkan metropolitan tersebut. Keberadaan
berbagai jenis industri seperti penggalian, kimia, sampai industri pengolahan makanan dapat
menjadi sektor unggulan dalam pengembangan Metropolitan Cirebon Raya, serta didukung
pula oleh tenaga kerja yang kompeten. Untuk mengarahkan agar sektor industri dapat
berperan optimal, maka selanjutnya akan dibentuk kawasan industri yang terintegrasi di
wilayah Metropolitan Cirebon Raya, tepatnya di Aerocity Kabupaten Majalengka. Aerocity
merupaan bagian yang tidak terpisahkan dari Bandara Internasional Jawa Barat di Kertajati.
Pengembangan industri di kawasan Aerocity tersebut akan meningkatkan perekonomian dan
menyerap tenaga kerja.
Pengembangan kerajinan berupa kerajinan batik dan rotan yang menjadi ciri khas
Metropolitan Cirebon Raya akan menjadi salah satu ikon budaya di metropolitan tersebut.
Dalam mengembangkan konsep pengembangan Metropolitan Cirebon Raya sebagai
metropolitan budaya dan sejarah dengan sektor unggulan kerajinan, prioritas terhadap
peningkatan dan pertumbuhan kegiatan kerajinan batik dan kerajinan rotan diperlukan
sebagai bagian dari budaya Cirebonan. Selain itu, pengembangan kegiatan kerajinan batik
dan rotan sebaiknya dilakukan secara terintegrasi, ramah lingkungan, berteknologi tinggi dan
mampu membangkitkan kegiatan ekonomi wilayah.
Pengembangan kerajinan perlu juga ditunjang dengan ketersediaan infrastruktur
yang memadai bagi kegiatan industri seperti penyediaan air baku, sistem pengelolaan limbah
yang baik dan aksesibilitas untuk jalur distribusi bahan baku serta pemasaran hasil produksi.
Keberadaan industri kerajinan yang menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar pun perlu
ditunjang dengan penyediaan perumahan vertikal skala besar untuk dapat menampung
jumlah penduduk metropolitan yang terus meningkat. Pengembangan perumahan vertikal
skala besar tersebut juga perlu ditunjang dengan penyediaan infrastruktur permukiman yang
memadai.
Halaman 6 dari 14
Penentuan besar kebutuhan perumahan didasarkan pada jumlah penduduk
Metropolitan Cirebon Raya saat ini yang kemudian dihitung dalam satuan rumah tangga.
Pada tahun 2010, jumlah rumah tangga di Metropolitan Cirebon Raya adalah sebesar
395.530 jiwa yang tersebar di 3 (tiga) Kabupaten/Kota. Adapun jumlah rumah tangga
Metropolitan Cirebon Raya dihitung dengan formula:
Dengan mengasumsikan bahwa satu rumah tangga terdiri dari 4 (empat) jiwa, maka
berdasarkan data jumlah penduduk eksisting akan dapat diketahui perkiraan jumlah rumah
tangga di Metropolitan Cirebon Raya. Berikut adalah hasil perkiraan jumlah rumah tangga di
Metropolitan Cirebon Raya beserta jumlah penduduk eksisting tahun 2010.
Sementara itu, jumlah rumah yang tersedia di Metropolitan Cirebon Raya dihitung
berdasarkan persentase jumlah rumah di Jawa Barat. Jumlah rumah di Jawa Barat sebesar
75,67% dari jumlah rumah tangga di Jawa Barat, sehingga didapatkan angka sebesar
8.133.251 rumah. Selanjutnya, jumlah rumah di masing-masing Kabupaten/Kota dihitung
berdasarkan persentase jumlah penduduk. Adapun jumlah rumah yang tersedia pada
masing-masing Kabupaten/Kota di Metropolitan Cirebon Raya yaitu:
Halaman 7 dari 14
Jumlah backlog perumahan di Metropolitan Cirebon Raya pada tahun 2010 sebesar
96.233. Artinya bahwa terdapat 96.233 keluarga yang belum memiliki rumah pada tahun
2010 dan perlu segera untuk dipenuhi. Dengan menghitung selisih antara jumlah
permukiman eksisting dengan jumlah kebutuhan rumah tersebut, maka akan dapat
dilakukan analisis lebih lanjut terhadap luas kebutuhan lahan yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan permukiman di Metropolitan Cirebon Raya.
Untuk menghitung jumlah tambahan lahan yang dibutuhkan dalam pemenuhan
kebutuhan rumah secara keselutuhan, maka digunakan asumsi untuk membangun satu unit
rumah sebesar 36 m2. Dasar perhitungan yang digunakan dalam asumsi tersebut yaitu
bahwa satu orang membutuhkan 9 m2 lahan. Nilai ini merupakan nilai yang ditetapkan oleh
International Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights (ICESCR) pasal 2 ayat (1)
serta dalam UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Adapun jumlah kebutuhan lahan tambahan untuk menutupi backlog perumahan adalah
sebesar 3.464.388 m2 atau 346,4 Ha.
Halaman 8 dari 14
Dengan memperhatikan jumlah penduduk di Metropolitan Cirebon Raya tahun 2010,
maka kebutuhan air bersih untuk perumahan dan permukiman tahun 2010 adalah:
Selain perhitungan kebutuhan air pada tahun 2010, dilakukan pula prediksi
kebutuhan air bersih pada tahun 2010, 2020, dan 2025 dengan menggunakan standar
kebutuhan air bersih menurut Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum, yaitu
sebanyak 160 liter/hari.
Selain itu, dilakukan pula perhitungan kebutuhan air bersih non domestik dengan
menggunakan standar yang sama. Kebutuhan air bersih non domestik dihitung berdasarkan
asumsi sebesar 20 persen dari kebutuhan air bersih domestik.
Sehingga total kebutuhan air bersih di Metropolitan Cirebon Raya yang terdiri atas
kebutuhan air bersih domestik dan non domestik dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Halaman 9 dari 14
Halaman 10 dari 14
bagaimana kebutuhan akan fasilitas pengelolaan sampah di Metropolitan Cirebon Raya,
maka dilakukan perhitungan terhadap besarnya produksi sampah per harinya. Nilai tersebut
merupakan nilai pendekatan yang diperoleh melalui kalkulasi antara jumlah penduduk
eksisting dengan nilai rata-rata produksi sampah per jiwa per hari. Adapun nilai rata-rata
standar yang digunakan merupakan nilai yang dikeluarkan Kementerian Lingkungan Hidup
Republik Indonesia, dimana ditentukan bahwa setiap orang rata-rata menghasilkan 0,8 kg
sampah domestik perhari.
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan, maka diperoleh besarnya produksi
sampah domestik per hari di Metropolitan Cirebon Raya. Adapun besar produksi sampah
domestik tersebut adalah sebagai berikut:
Halaman 11 dari 14
K ebutuhan Drainase
Banjir atau terjadinya genangan di perkotaan banyak terjadi di berbagai daerah di
Jawa Barat. Genangan tidak hanya dialami oleh kawasan perkotaan yang terletak di dataran
rendah saja, bahkan dialami di kawasan yang terletak di dataran tinggi. Banjir atau
genangan terjadi apabila sistem yang berfungsi untuk menampung genangan itu tidak
mampu menampung debit yang mengalir. Hal ini akibat dari tiga kemungkinan yang terjadi,
yaitu: kapasitas sistem yang menurun, debit aliran air yang meningkat, atau kombinasi dari
kedua-duanya. Pengertian sistem disini adalah sistem jaringan drainase di wilayah
metropolitan. Sedangkan sistem drainase secara umum dapat didefinisikan sebagai
serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan
air (banjir) dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.
Jadi sistem drainase adalah rekayasa infrastruktur di suatu wilayah untuk menanggulangi
adanya genangan banjir.
Pengembangan jaringan drainase di Metropolitan Cirebon Raya menjadi penting
untuk segera dilakukan mengingat sistem drainase yang ada saat ini sudah tidak mampu
menampung aliran air permukaan terutama ketika musim hujan. Hal ini disebabkan oleh
beberapa hal, seperti kondisi infrastruktur drainase yang sudah rusak, terjadinya
penyempitan drainase, banyak timbunan sampah pada saluran drainase yang menyumbat
aliran air, kondisi infrastruktur pengendali banjir yang tidak berfungsi dengan baik, dan
beberapa penyebab lainnya.
STRATEGI
PEMENUHAN
KEBUTUHAN
INFRASTRUKTUR
DI
WILAYAH
METROPOLITAN CIREBON RAYA
Berdasarkan konsep pengembangan wilayah dan analisis kebutuhan infrastruktur di
wilayah Metropolitan Cirebon Raya, maka dapat diuraikan beberapa strategi-strategi dalam
rangka pemenuhan kebutuhan infrastruktur sebagai berikut.
No.
1.
Infrastruktur
Sektor
Perumahan
Halaman 12 dari 14
No.
2.
3.
Infrastruktur
Sektor
Air Bersih
Pengelolaan
Sampah
Permasalahan
-
4.
Air Limbah
Halaman 13 dari 14
No.
5.
Infrastruktur
Sektor
Drainase
Permasalahan
-
KESIMPULAN
Berdasarkan kajian di atas dapat disimpulkan bahwa disamping faktor jumlah
penduduk yang meningkat, pemenuhan kebutuhan infrastruktur juga harus
mempertimbangkan konsep pengembangan wilayah. Melalui pertimbangan konsep
pengembangan wilayah, kuantitas dan arah pengembangan infrastruktur akan sejalan
dengan pemenuhan kebutuhan infrastruktur, sehingga pemenuhan kebutuhan infrastruktur
akan terkontrol dengan baik. Ketika pemenuhan kebutuhan infrastruktur dihadapkan pada
integrasi wilayah yang lebih luas, seperti kasus Metropolitan Cirebon Raya di atas, maka
paradigma pemenuhan kebutuhan infrastruktur akan bergeser dari yang bersifat lokal
menjadi yang bersifat regional. Beberapa contoh paradigma pemenuhan kebutuhan
infrastruktur yang bersifat regional seperti pembangunan rusunami regional, pembangunan
TPA regional, sistem penyediaan air bersih skala regional dan sebagainya. Dengan demikian
peran konsep pengembangan wilayah menjadi sangat penting dalam mengintegrasikan
pemenuhan kebutuhan infrastruktur wilayah, begitu juga sebaliknya peran pemenuhan
kebutuhan infrastruktur juga menjadi sangat penting dalam rangka mewujudkan
pengembangan wilayah yang diinginkan.
R EFER ENSI
Adisasmita, Rahardjo. 2008. Pengembangan Wlayah: Konsep dan Teori. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Kodoatie, Robert J. 2005. Pengantar Manajemen Infrastruktur. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Pamekas, R. 2013. Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Kawasan Permukiman.
Bandung: PT. Dunia Pustaka Jaya
Halaman 14 dari 14
Rencana Tata Ruang Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten
Kuningan, dan Kabupaten Indramayu 2011-2031.
http://metropolitan.jabarprov.go.id/sources/download/paper/e1148-08-konsep-awalpengembangan-metropolitan-cirebon-raya_juni-2013_a22.pdf
(diunduh tanggal 20 Nopember 2015)
http://www.republika.co.id/berita/nasional/pemprov-jabar/15/04/06/nmd66t-jabarkembangkan-tiga-kawasan-metropolitan ( diunduh tanggal 20 Nopember 2015)
http://cikalnews.com/read/15716/26/3/2015/cirebon-akan-dikembangkan-jadi-kotametropolitan (diunduh tanggal 20 Nopember 2015)
http://jabar.metrotvnews.com/read/2015/05/30/400672/bupati-cirebon-klaim-akan-dapatkucuran-116-triliun-dari-malaysia (diunduh tanggal 20 Nopember 2015)