Anda di halaman 1dari 10

Tugas Agama

Pernikahan Islam dalam adat istiadat


D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
Selvy julia saputri
XII IPS 1
TA 2015/2016
Kata pengantar
Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunianya saya dapat
menyelesikan makalah agama ini dengan baik .
Tak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada bapak Aswir S.ag selaku guru agama saya serta temanteman yang telah membantu saya dalam menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah agama ini masih jauh dari kesempurna. Oleh karna itu,
saya menharapkan saran dan kritik yang membangun.
Demikian yang dapat saya sampaikan semoga makalah agama yang saya buat dapat bermanfaat.

Tembilahan, 21 Desember 2015


Penyusun,
(Selvy julia saputri)

Daftar isi
Halaman Cover
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan ....................... 1
1.1 LatarBelakang ........................... 1
1.2 Maksud ............................................ 2
1.3 Tujuan penulisan .............................................................................................................. 2
Bab II Pembahasan .......................... 3
2. Tata cara dalam adat istiadat yang berkaitan dengan proses perkawinan........... 3
2.1 Basasuluh ...................................................................... 3
2.2 Badatang............................................................................................ 4
2.3 Nikah ................................................................................. 4
2.4 Batimung ........................................................................................................................... 4
2.5 Mandi-mandi ................................................................................. 4

2.6 Betapung tawar ......................................................................................................... 5


2.7 Batamat Al-quran ........................................................................................................... 5
2.8 Walimah ........................................................................................................................... 5
2.9 Petataian ........................................................................................................................... 6
2.10 Batataian ......................................................................................................................... 6
2.11 Kelambu pengantin ........................................................................................................ 7
Bab III Penutup ........................
4. Kesimpulan......................................................................................................................... 8
4.1 Saran.................................................................................................................................. 8
Daftar Pustaka....................... 9

BAB 1
Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Pernikahan adalah hal yang terindah, karna kita bisa menyatukan kedua
insan dalam suatu ikatan yang suci. Kata daasar pernikahan adalah nikah.
Menurut bahasa Indonesia, nikah artinya bersatu atau berkumpul. Menurut
istilah syariat, nikah itu berarti melakukan suatu akad atau perjanjian untuk
mengikatkan diri antara seorang laki-laki dan seorang perempuan serta
menghalalkan hubungan kelamin antara keduanya dengan dasar suka rela dan
persetujuan bersama, demi terwujudnya keluarga (rumah tangga) bahagia, yang
diridai oleh Allah SWT.
Kebudayaan adalah totalitas latar belakang system nilai, lembaga dan
perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Itu
merupakan seluruh gagasan, tidakan dan hasil karya manusia untuk memenuhi
kehidupannya dengan cara belajar, yang semuanya tersusun dalam kehidupan
masyarakat. Kebudayaan sekaligus menjadi identitas masyarakat yang
bersangkutan sehingga dalam kenyataannya tidak ada dua masyarakat yang
kebudayaannya seluruhnya sama. Melihat demikian beragamnya kebudayaan,
seperti beragamnya lingkungan, maka dapat dikatakan bahwa kebudayaan itu
merupakan suatu respon terhadap lingkungan sekitar. Baik lingkungan manusia
maupun lingkungan alam. Respon itu tidak akan sama dari suatu masyarakan ke
masyarakat lain, karena manusia mempunyai kemampuan kreatif.
Demikian pula perkawinan adat orang banjar adalah satu aspek budaya banjar
yang harus dilestarikan kebudayaannya, karena prosesi perkawinan tersebut
menjadi identitas dan jati diri orang banjar. Khususnya upaya mempelajari tata
kehidupan adat perkawinan masyarakat banjar sejak dulu sampai sekarang.

1
1.2

Maksud
Penulisan adat istiadat yang berkaitan dengan prosesi perkawinan di kelurahan teluk tiram kecamatan
Banjarmasin barat ini bermaksud untuk memberikan gambaran keadaan kebudayaan adat istiadat
perkawinan masyarakat banjar kepada generasi muda untuk dilestarikan keberadaannya.

1.3 Tujuan
Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran kepada pimpinan dalam rangka menyikapi arus
pergeseran nilai kebudayaan dan adat istiadat setempat.

BAB II
Pembahasan
2. TATA CARA ADAT ISTIADAT YANG BERKAITAN DENGAN PROSES PERKAWINAN

Suatu kehidupan yang paling menarik dan tak pernah terlupakan bagi individu masyarakat adalah acara

perkawinan. Oleh sebab itu perkawinan tersebut selalu ditandai oleh sifatnya yang khas dan unik yang
merupakan suatu tata traditional bagi setiap suku.
Dalam peristiwa itu selalu terjalin dengan harmonis ketentuan menurut agama dan adat istiadat sebagai
lembaga tak tertulis yang dipatuhi tanpa pertentangan pertentangan antara satu dengan yang lainnya
dalam strata masyarakat adat.
Suku banjar sebagai salah satu suku bangsa Indonesia di Kalimantan Selatan yang juga mempunyai tata
cara keadatan tentang peristiwa perkawinan itu, meskipun keadatan tersebut telah mengalami perubahan
perubahan secara evolusi.
Adat istiadat yang menurut kurun waktunya sangat menonjol adalah pada abad ke-18, suatu gambaran yang
dapat dinilai secara fisik maupun psikis adalah pembauran antara peninggalan zaman Hindu, Islam dan
pengaruh asing lainnya.
Secara kronologis, maka peristiwa perkawinan menurut adat suku Banjar dapat diuraikan sebagai berikut:
2.1 BASASULUH
Bilamana seseorang telah sampai saat ingin kawin lazimnya oleh keluarganya yang terdekat
diadakanlah apa yang yang dinamakan Basasuluh. Yakni ingin mendapatkan keterangan tentang calon
isteri yang diinginkan setelah mendapatkan persetujuan dari pihak keluarga yang bersangkutan.
Beberapa hal yang ingin diketahui diantaranya:
1. Tentang agamanya
2. Tentang keturunannya
3. Tentang kemampuan rumah tangganya
4. Tentang kecantikan wajahnya
Dari empat hal tersebut di atas yang menjadi titik tumpu perhatian itu adalah pada dua hal yaitu agama
dan keturunannya. Sebaliknya, bagi keluarga calon isteri di samping hal di atas, akan diperhatikan pula
apakah lapangan pekerjaan calon suaminya tersebut. Hal itu sangat penting karena akan turut
menentukan nilai rumah tangga mereka kelak.
3
2.2 BADATANG
Pihak keluarga pria pada saatnya yang diberitahukan sebelumnya, datang dengan beberapa orang ke
rumah calon isteri yang disebut dengan istilah badatang. Kedatang ini diterima antara kedua
keluarga calon suami isteri itu secara traditional biasanya lahirlah dialog yang mempunyai versi prosa
liris bahasa daerah Banjar yang umumnya disebut Baturai Pantun, yakni berbalas pantun antara
keluarga pihak calon.
Adat orang banjar tidak mengenal istilah Batunangan atau Bapacaran. Istilah Balarangan tidak sama
dengan istilah Batunangan, karena belarangan adalah suatu perencanaan ancer ancer para pihak
orang tua masing masing, ketika kedua anak masih remaja.
Menurut adat seorang gadis yang akan kawin, maka untuk selama 40 hari sebelumnya dia tidak
diperkenankan keluar rumah.
Selama itu dia harus membersihkan diri, berlangsir mempercantik dirinya, yang disebut dengan
istilah bekasai, sekaligus dia diberi beberapa nasehat.
2.3 NIKAH
Yang dimaksud dengan nikah adalah upacara keagamaan untuk melangsungkan ijab kabul di hadapan
seorang penghulu dan saksi saksi. Acara ini sering kali juga disebut Meantar Jujuran.
2.4 BATIMUNG
Bagi pengantin pria maupun wanita terutama menjelang hari persandingan dua atau tiga hari
sebelumnya, maka pada malam harinya harus melaksanakan mandi uap yang dikenal dengan istilah

Batimung. Diharapkan dengan batimung ini akan menguras habis keringat tubuh, menyehatkan dan
mengharumkan tubuh pengantin tersebut. Dengan demikian pada saat persandingan nanti kedua
pengantin tidak akan berkeringat lagi.
2.5 MANDI MANDI
Pada waktu pagi hari menjelang acara persandingan siang, pengantin wanita melangsungkan acara
mandi mandi pengantin dengan air yang ditaburi macam macam bunga. Pada daerah Kuala
kadang kadang disebut dengan istilah Badudus atau Bapapai dengan mayang Pinang. Jumlah
bunga bunga yang diperlukan lebih banyak dan lebih berkesan sebagai salah satu upacara.
Acara mandi mandi dilakukan oleh tiga orang wanita tua yang telah berpengalaman, yang
umumnya dipimpin oleh seorang bidan kampong atau wanita tua lainnya. Selesai mandi, pengantin
wanita disuruh menjejak telur ayam sampai pecah dengan ujung tumit. Ketika itu juga pengantin
wanita tersebut dicukur yaitu dengan istilah Belarap, membikin cecantung pada kiri kanan
wajahnya.
4
Biasanya kemudian diikuti acara selamatan kecil dengan nasi lamak (ketan) berinti gula merah dan
pisang mauli.

2.6 BATAPUNG TAWAR


Seiring dengan acara mandi mandi tadi pada saat itu juga diadakan acara batapung tawar,
dimaksudkan sebagai penebus atas berakhirnya masa perawan bagi seorang wanita. Untuk itu
disediakan apa yang dinamakan piduduk, yaitu seperangkat keperluan pokok bahan makanan dalam
wadah sasanggan (bokor kuning) yang terdiri dari sagantang beras, sebiji nyiur, gula merah, seekor
ayam betina hitam, telur ayam tiga butir, lading, lilin, sebiji uang bahari (perak), jarum dengan
benangnya, sesuap sirih, rokok daun, dan rerempah dapur. Isi piduduk: beras melambangkan rezeki,
nyiur melambangkan lemak (kehidupan), gula merah lambing manis (kehidupan), ayam lambing
cangkal becari, telur ayam lambang sum-sum, lading makna semangat yang keras, lilin lambang
penerangan, uang lambang persediaan dalam hidup, jarum dan benang lambang ikatan suami isteri,
sesuap sirih lambang kesatuan, rokok daun lambang kelaki-lakian, rerempah dapur lambang
keterampilan kerja di dapur. Selanjutnya seluruh isi piduduk ini diberikan kepada bidan kampong
yang memimpin acara mandi mandi.
Untuk yang hadir pada acara betapung tawar disuguhi air teh manis atau kopi dengan kue, bubur
habang bubur putih, cucur, wadai gincil, wadai galang, dan lakatan ber-inti.
2.7 BATAMAT AL-QURAN
Baik pengantin pria maupun pengantin wanita pada waktu menjelang acara persandingan biasanya
melangsungkan acara betamat Quran yakni membaca kitab suci Al-Quran sebanyak 22 surah yang
dimulai dari surah ke 93 (Ad-Dhuha) sampai dengan surah ke 114 (An-Nas) ditambah dengan
beberapa ayat pada surah Al-Baqarah, ditutup dengan doa khatam Quran, pembaca doa biasanya
guru mengaji pengantin tersebut.
Suatu kebiasaan yang unik dan lucu, ialah apabila pengantin telah sampai pada bacaan surah ke 105
(Al-Fiil) biasanya ramailah anak-anak dan remaja di sekitar itu memperebutkan telur masak sekaligus
memakannya. Sebab menurut cerita konon yang mendapatkan telur masak itu akan menjadi terang
hatinya, cepat menjadi pandai membaca kitab suci Al-Quran.
2.8 WALIMAH
Yang dimaksud dengan walimah ialah suatu pesta perkawinan dalam rangkaian acara-acara

perkawinan tersebut. Besar kecilnya walimah ini tergantung pada kemampuan keluarga ahli bait
masing.
5
Menurut adat orang Banjar maka pohon (ahli bait atau tuan rumah) tidak aktif untuk bekerja dalam
persiapan itu.
Justru tetangga lah yang akan melaksanakan semua tugas-tugas, yang dibentuk semacam kepanitiaan
yang disusun secara lisan saja. Biasanya membagi-bagi tugas sebagai berikut:
1. Nang jadi kepala gawe (pimpinan kegiatan)
2. Nang meurus tajak sarubung (mendirikan tenda)
3. Nang meurus pengawahan (bagian masak nasi dan ikan)
4. Nang meurus karasmin (mengurus kesenian)
5. Nang besaruan lalakian (pengundang untuk pria)
6. Nang besaruan bebinian (pengundang untuk wanita)
7. Nang menerima saruan (penerima tamu)
Dalam susunan pembagian tugas ini jelas terlihat bahwa sifat kegotong-royongan merupakan adat
yang sangat menonjol sekali bagi para tetangga, tanpa diminta akan memberikan tenaga dan jasajasanya untuk kepentingan pelaksanaan perkawinan tersebut.
2.9 PETATAIAN
Petataian (pelaminan) dibuat secara khusus yang merupakan ciri khas banjar yang biasanya
diletakkan tepat di tawing halat (dinding batas tengah rumah) atau yang lazim disebut balai kencana.
Terdapat juga yang dibangun khusus yang disebut balai warti yang terdiri dari tempat duduk untuk
dua orang pengantin pria dan wanita yang berlatar belakang air Gucci yang gemerlapan dan pada kiri
kanannya agak kebelakang tersusun bantal yang bersarung merah atau kuning bersulam benang emas,
yang disebut tetumpangan. Di belakang tetumpangan terdapat pucuk tetumpangan yang berbentuk
segitiga sama kaki dengan ornamen yang serasi dengan tetumpangannya. Di situ tersedia pula
sesajian di atas piring kuningan besar yang diletakkan di atas bokor sesanggan kuningan.
2.10 BATATAIAN
Merupakan puncak dari acara perkawinan menurut adat banjar ini adalah pada upacara betataian
(bersanding) pada tempat petataian. Acara ini yang dianggap paling bahagia oleh kedua pengantin
ataupun keluarga mereka.
a. Pengantin wanita.
Pengantin wanita dengan tat arias pengantin bak amar gelung pancar matahari, baju lengan pendek
yang berendase panjang pinggirannya, dikenal dengan nama baju poko. Dipangkal kedua tangannya
terpasang kilat bahu dan gelang tangan jenis gelang tabu-tabu dilengkapi dengan menggunakan
sepasang gelang kaki emas berbentuk akar atau buku manisan.
6
b. Pengantin Pria
Pakaian pengantin pria mengenakan baju jas buka yang terdiri dari baju bagian dalam warna putih,
baju luar jas buka dengan warna yang sesuai dengan warna celana. Tutup kepala disebut laung tutup
yang mempunyai cirri khas banjar tersendiri yaitu simpul laung dalam bentuk lam djalalah,
memakai kalung samban dengan bogam melati sebanyak tiga atau lima, membawa kembang
palimbaian menuju rumah pengantin wanita.
c. Tahap-tahapan betataian

a. Pengantin pria diantar


b. Betawak nasi lamak
c. Sujud dan makan bersama
d. Usung jinggung dan diarak
2.11 KELAMBU PENGANTIN
Begitu pentingnya kelambu pengantin ini bahkan menjadi suatu ukuran bagi orang untuk melihat
sampai dimana kemampuan kepala keluarga yang sedang berminantu itu.
Kelambu ini selalu ditempatkan di kamar depan sebagai suatu bagian rumah yang utama, yakni
ruangan tempat tidur sebelah kanan rumah banjar bahari, atau rumah bubungan tinggi (rumah
beanjung). Karena pada waktu itu belum mengenal atau belum banyak mengenal ranjang. Kelambu
itu digantung di ruang anjung dalam bentuk segi empat yang umumnya mempergunakan warna putih
atau kuning muda. Di atas kelambu di pasang langit-langit dari kain yang agak tipis dengan sulaman
kembang pancar matahari.

BAB III
Penutup

3. Kesimpulan
Dalam kurun waktu yang panjang, adat istiadat atau tradisi perkawinan adat banjar ini mengalami
beberapa perubahan baik tentang acaranya, busana atau sarana perlengkapan lainnya, sepanjang tidak
menggeser keaslian tradisionalnya. Upaya-upaya para budayawan, perias pengantin banjar, dan
penataan busana pengantin memang telah mengambil langkah-langkah untuk menetapkan suatu
standar yang baku. Hal ini sangat penting agar cirri khas perkawinan adat banjar tersebut dapat
terpellihara secara lestari.

3.1 Saran

Daftar pustaka

10

Anda mungkin juga menyukai