TENTANG ANTROPOMETRI
Disusun oleh
HAIRONI
13.07.0133
Oke, sekarang kita akan langsung melanjutkan dengan beberapa peralatan yang
dibutuhkan. Dalam kesempatan kali ini tidak semua alat ukur antropometri akan dibahas
tapi hanya beberapa alat saja yang terdapat di ruang Lakesma seperti timbangan, pita
LILA dan mikrotoise.
1. Timbangan
Timbangan merupakan salah satu alat ukur antropometri yang sudah tidak asing
lagi bagi sebagian besar orang. Dengan alat ini seseorang dapat mengetahui berat badan
aktual mereka yang kemudian dapat digunakan untuk menilai apakah berat badan
seseorang dikatakan normal atau tidak. Rumus yang paling sering digunakan adalah
rumus BMI (Body Mass Index atau Indeks Massa Tubuh) (BB(kg)/TB2(m)). Di mana
rentang BMI normal adalah 18,5 22,9. Namun perlu diperhatikan bahwa hasil
pehitungan BMI ini tidak dapat digunakan untuk membedakan kelebihan berat badan
seseorang dikarenakan massa ototnya atau dikarenakan massa lemak tubuh. Seorang atlet
dengan massa otot besar bisa saja memiliki hasil perhitungan BMI di atas rentang normal.
2. Pita LILA
Pita LILA (lingkar lengan atas) biasa digunakan untuk mengukur lingkar lengan
atas dari lengan kiri atau lengan yang tidak aktif. Pita ukur ini terbuat dari karton
berukuran 36,8 x 3,5 cm dengan lubang di ujungnya dan memiliki skala dalam ukuran
sentimeter di kedua sisinya. Sisi pertama untuk mengukur lingkar lengan atas dan sisi
lainnya untuk mengukur berat badan. Warna putih menandakan bahwa berat
badan/lingkar lengan atas yang cukup, sedangkan warna merah merah menandakan
bahwa berat badan/lingkar lengan atas kurang.
Pi
ta LILA
Hasil pengukuran LILA < 23,5 cm biasanya dipakai untuk menunjukkan bahwa
seorang wanita usia subur atau wanita hamil beresiko menderita KEK (Kurang Energi
Kronis). Selain digunakan untuk menilai resiko KEK seorang wanita, hasil pengukuran
LILA juga dapat dipakai untuk mencari tahu nilai BMI. Dalam sebuah penelitian yang
dilakukan oleh Powell dan Hennessy (2003) terhadap 1561 pasien emergensi di suatu
rumah sakit didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang cukup dekat antara BMI dan
LILA yang dinyatakan dalam persamaan:
Untuk pria : BMI=1.01 x LILA 4.7
Untuk wanita : BMI=1.10 x LILA -6.7
3. Mikrotoise
Mikrotoise adalah alat yang digunakan untuk mengukur tinggi badan seseorang.
Dalam menggunakan mikrotoise seseorang perlu berhati-hati dan teliti saat memasang alat
sebelum digunakan. Selain itu perlu diperhatikan pula prosedur pelaksanaan pengukuran
tinggi bada yang tepat untuk mendapatkan hasil yang benar. Berikut adalah hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam penggunaan mikrotoise, antara lain:
Microtoise
1. Pertumbuhan adalah proses pertambahan ukuran, volume dan massa yang bersifat
irreversible(tidak dapat balik) karena adanya pembesaran sel dan pertambahan jumlah
sel akibat adanya proses pembelahan sel. Pertumbuhan dapat dinyatakan secara
kuantitatif karena pertumbuhan dapat diketahui dengan cara melihat perubahan yang
terjadi pada makhluk hidup yang bersangkutan. Contohnya adalah pertumbuhan pada
tumbuhan dapat di lihat dengan adanya perubahan tinggi babatang, menghitung
jumlah daun, jumlah bunga, dll.
2. Perkembangan adalah suatu proses untuk menuju kedewasaan pada makhluk hidup
yang bersifat kualitatif, artinya tidak dapat dinyatakan dengan suatu bilangan tatpi
dapat di amati dengan mata telanjang. Proses perkembangang dapat di lihat dengan
terbentuknya organ-organ perkembangbiakan seperti munculnya bunga pada
tumbuhan yang kemudian di ikuti oleh buah atau umbi,
C. Faktor Yang Mempegaruhi Pertumbuhan
1. Gen (Genetik)
Gen adalah faktor pembawa sifat menurun yang terdapat di dalam sel
makhluk hidup. Gen berpengaruh pada setiap struktur makhluk hidup dan juga
perkembangannya,
walaupun
gen
bukan
satu-satunya
faktor
yang
manusia dapat berupa protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Protein
merupakan
bahan
pembangun
sel-sel
tubuh.
3. Hormon(ZatTumbuh)
Hormon merupakan senyawa organik (zat kimia) pada manusia dan sebagian
hewan. Hormon dihasilkan oleh kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin merupakan
kelenjar buntu, artinya kelenjar itu tidak memiliki saluran.
Oleh karena itu, hasil sekresi kelenjar endokrin (hormon) langsung masuk ke
pembuluh darah. Hormon diedarkan ke seluruh tubuh oleh darah.
Hormon
mempengaruhi
reproduksi,
metabolisme
(pertukaran
zat),
serta
IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan.
Disamping itu pula IMT tidak bisa diterapkan pada keadaan khusus (penyakit) lainnya,
seperti adanya edema, asites dan hepatomegali.
Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:
Berat Badan (kg)
IMT =
Tinggi badan (m) x Tinggi Badan (m)
Atau
Barat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m).
Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO, yang
membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan.
Batas ambang normal laki-laki adalah 20,1-25,0 dan untuk perempuan adalah 18,723,8.
Batas ambang IMT untuk Indonesia, adalah sebagai berikut:
IMT < 17,0: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat badan
tingkat berat atau Kurang Energi Kronis (KEK) berat. IMT 17,0-18,4: keadaan orang
tersebut disebut kurus dengan Kekurangan Berat Badan tingkat ringan atau KEK
ringan. IMT 18,5-25,0: keadaan orang tersebut termasuk kategori normal. IMT 25,127,0: keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat badan tingkat
ringan. IMT > 27,0: keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat
badan tingkat berat.
6. Tebal Lemak Bawah Kulit Menurut Umur
Pengukuran lemak tubuh melalui pengukuran ketebalan lemak bawah kulit dilakukan
pada beberapa bagian tubuh, misalnya pada bagian lengan atas, lengan bawah, di
tengah garis ketiak, sisi dada, perut, paha, tempurung lutut, dan pertengahan tungkai
bawah.
7. Rasio Lingkar Pinggang dengan Pinggul
Rasio Lingkar Pinggang dengan Pinggul digunakan untuk melihat perubahan
metabolisme yang memberikan gambaran tentang pemeriksaan penyakit yang
berhubungan dengan perbedaan distribusi lemak tubuh.
Dari berbagai jenis indeks tersebut di atas, untuk menginterpretasikannya dibutuhkan
ambang batas. Ambang batas dapat disajikan kedalam 3 cara yaitu: persen terhadap
median, persentil, dan standar deviasi unit.
a.
b.
. Persentil
Cara lain untuk menentukan ambang batas selain persen terhadap median
adalah persentil. Persentil 50 sama dengan Median atau nilai tengah dari
jumlah populasi berada diatasnya dan setengahnya berada dibawahnya.
NCHS merekomendasikan persentil ke 5 sebagai batas gizi buruk dan
c.
kurang, serta persentil 95 sebagai batas gizi lebih dan gizi baik.
Standar Deviasi Unit (SDU)
Standar Deviasi Unit disebut juga Z-skor. WHO menyarankan menggunakan
cara ini untuk meneliti dan untuk memantau pertumbuhan.
Daftar Pustaka
http://www.kamusq.com/2013/08/pertumbuhan-dan-perkembanganadalah.html#sthash.JRcrOOy3.dpuf
https://www.google.co.uk/#q=keunggulan+dan+kelemahan+antropometri
http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/ped-ops-Kadarzi.pdf.
Diakses
pada
Nama
Fakultas
: FKIP
Jurusan
Tinggi
: 170 cm
Berat
: 48 kg
IMT =
BB(Kg)
TB ( m) xTB(m)
48
1,7 x 1,7
48
2,89
IMT Normal
Nama
: Supriadi
Tinggi
: 155 cm
Berat
: 55 kg
IMT =
BB(Kg)
TB ( m) xTB(m)
= 22,91
> Normal
55
1,55 x 1,55
55
22,91
IMT Lebih
Nama
: Rina Maria
Tinggi
: 144 cm
Berat
: 56 kg
IMT =
BB(Kg)
TB ( m) xTB(m)
56
1,44 x 1,44
56
2 7,05