Anda di halaman 1dari 14

ARTIKEL PENENTUAN STATUS GIZI

TENTANG ANTROPOMETRI

Disusun oleh

HAIRONI

13.07.0133

UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARY


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
BANJARMASIN
2016

A. Apa Itu Antropometri?


Antropometri berasal dari kata anthropos yang berarti manusia dan metros yang
berarti ukuran. Antropometri dapat didefinisikan sebagai suatu studi tentang pengukuran
tubuh manusia dalam hal dimensi tulang, otot, dan jaringan lemak. Dengan pengukuran
antropometri ini akan diketahui tinggi badan, berat badan, dan ukuran badan aktual
seseorang. Selanjutnya tinggi badan, berat badan dan ukuran tubuh (termasuk skinfolds
dan circumferences) aktual seseorang ini dapat digunakan untuk tujuan menilai
pertumbuhan dan distribusi lemak tubuh seseorang, serta dapat berguna sebagai data
referensi.

Oke, sekarang kita akan langsung melanjutkan dengan beberapa peralatan yang
dibutuhkan. Dalam kesempatan kali ini tidak semua alat ukur antropometri akan dibahas
tapi hanya beberapa alat saja yang terdapat di ruang Lakesma seperti timbangan, pita
LILA dan mikrotoise.
1. Timbangan
Timbangan merupakan salah satu alat ukur antropometri yang sudah tidak asing
lagi bagi sebagian besar orang. Dengan alat ini seseorang dapat mengetahui berat badan
aktual mereka yang kemudian dapat digunakan untuk menilai apakah berat badan
seseorang dikatakan normal atau tidak. Rumus yang paling sering digunakan adalah
rumus BMI (Body Mass Index atau Indeks Massa Tubuh) (BB(kg)/TB2(m)). Di mana
rentang BMI normal adalah 18,5 22,9. Namun perlu diperhatikan bahwa hasil
pehitungan BMI ini tidak dapat digunakan untuk membedakan kelebihan berat badan
seseorang dikarenakan massa ototnya atau dikarenakan massa lemak tubuh. Seorang atlet
dengan massa otot besar bisa saja memiliki hasil perhitungan BMI di atas rentang normal.

2. Pita LILA
Pita LILA (lingkar lengan atas) biasa digunakan untuk mengukur lingkar lengan
atas dari lengan kiri atau lengan yang tidak aktif. Pita ukur ini terbuat dari karton
berukuran 36,8 x 3,5 cm dengan lubang di ujungnya dan memiliki skala dalam ukuran
sentimeter di kedua sisinya. Sisi pertama untuk mengukur lingkar lengan atas dan sisi
lainnya untuk mengukur berat badan. Warna putih menandakan bahwa berat
badan/lingkar lengan atas yang cukup, sedangkan warna merah merah menandakan
bahwa berat badan/lingkar lengan atas kurang.

Pi
ta LILA
Hasil pengukuran LILA < 23,5 cm biasanya dipakai untuk menunjukkan bahwa
seorang wanita usia subur atau wanita hamil beresiko menderita KEK (Kurang Energi
Kronis). Selain digunakan untuk menilai resiko KEK seorang wanita, hasil pengukuran
LILA juga dapat dipakai untuk mencari tahu nilai BMI. Dalam sebuah penelitian yang
dilakukan oleh Powell dan Hennessy (2003) terhadap 1561 pasien emergensi di suatu
rumah sakit didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang cukup dekat antara BMI dan
LILA yang dinyatakan dalam persamaan:
Untuk pria : BMI=1.01 x LILA 4.7
Untuk wanita : BMI=1.10 x LILA -6.7

3. Mikrotoise
Mikrotoise adalah alat yang digunakan untuk mengukur tinggi badan seseorang.
Dalam menggunakan mikrotoise seseorang perlu berhati-hati dan teliti saat memasang alat
sebelum digunakan. Selain itu perlu diperhatikan pula prosedur pelaksanaan pengukuran
tinggi bada yang tepat untuk mendapatkan hasil yang benar. Berikut adalah hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam penggunaan mikrotoise, antara lain:
Microtoise

a. Pilihlah tempat dengan dinding vertical (sedapat mungkin 90 derajat) dan


permukaan lantai yang horizontal (180 derajat).
b. Letakan microtoise di lantai dan tarik pita sentimeter ke atas sepanjang dinding
sampai angka 0 muncul dan persis pada penunjuk angka microtoise.
c. Pasang ujung microtoise pada dinding dengan paku/ lakban.
d. Periksa kembali alat penunjuk angka pada microtoise di lantai apakah masih
menunjukan angka 0. Jika tidak pasang ulang posisi microtoise yang benar.
e. Subjek yang akan diukur tidak boleh menggunakan alas kaki dan topi.
f. Mikrotoa digeser ke atas sehingga lebih tinggi dari subjek yang akan di ukur.
g. Pastikan bahwa subjek tersebut tidak menggunakan alas kaki dan tutup kepala
(Topi).
h. Subjek yang akan diukur berdiri tegak lurus dan rapat ke dinding tepat dibawa
mikrotoa (kepala bagian belakang, bahu bagian belakang, pantat dan tumit
harus rapat ke dinding serta pandangan rata ke depan)
i. Geser mikrotoa sampai menyentuh tapat pada bagian atas kepala dan pastikan
sisi mikrotoa tetap menempel rapat ke dinding.
j. Lalu baca penunjukan mikrotoa dengan pembacaan dilakukan dari arah depan
tegak lurus dengan mikrotoa (Posisi pembacaan sangat mempengaruhi hasil
tinggi badan.
k. Pencatatan tinggi badan silakukan dengan ketelitian satu angka sibelakang
koma. (0,1)
B. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan dan perkembangan adalah proses pertambahan ukuran, bentuk serta
volume yang di iringi dengan proses menuju kedewasaan. Pertumbuhan dan
perkembangan tidak hanya terjadi pada makhluk hidup tetapi juga dapat terjadi pada
benda-benda lain yang mempunyai sifat yang hampir sama dengan makhluk hidup

hanya saja tidak bernyawa. Contohnya pertumbuhan dan perkembangan ekonomi,


pertumbuhan dan perkembangan dunia pendidikan,
Pertumbuhan dan perkembangan biasanya di definisikan secara terpisah. Karena
yang satu terjadi setelah yang lain dan kalaupun terjadi secara simultan tetap saja ada
tahapan-tahapan yang harus di lalui. Dalam ilmu Biologi, pertumbuhan dan
perkembangan di definiskan sebagai berikut:

1. Pertumbuhan adalah proses pertambahan ukuran, volume dan massa yang bersifat
irreversible(tidak dapat balik) karena adanya pembesaran sel dan pertambahan jumlah
sel akibat adanya proses pembelahan sel. Pertumbuhan dapat dinyatakan secara
kuantitatif karena pertumbuhan dapat diketahui dengan cara melihat perubahan yang
terjadi pada makhluk hidup yang bersangkutan. Contohnya adalah pertumbuhan pada
tumbuhan dapat di lihat dengan adanya perubahan tinggi babatang, menghitung
jumlah daun, jumlah bunga, dll.
2. Perkembangan adalah suatu proses untuk menuju kedewasaan pada makhluk hidup
yang bersifat kualitatif, artinya tidak dapat dinyatakan dengan suatu bilangan tatpi
dapat di amati dengan mata telanjang. Proses perkembangang dapat di lihat dengan
terbentuknya organ-organ perkembangbiakan seperti munculnya bunga pada
tumbuhan yang kemudian di ikuti oleh buah atau umbi,
C. Faktor Yang Mempegaruhi Pertumbuhan
1. Gen (Genetik)
Gen adalah faktor pembawa sifat menurun yang terdapat di dalam sel
makhluk hidup. Gen berpengaruh pada setiap struktur makhluk hidup dan juga
perkembangannya,

walaupun

gen

bukan

satu-satunya

faktor

yang

mempengaruhinya. Artinya, sifat-sifat yang tampak pada makhluk hidup seperti


bentuk tubuh, tinggi tubuh, warna mata, warna bulu mata, warna rambut dan
sebagainya dipengaruhi oleh gen yang dimilikinya.
2. Nutrisi (Makanan)
Nutrisi atau makanan berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan
makhluk hidup. Fungsi nutrisi di antaranya adalah sebagai bahan pembangun tubuh
makhluk hidup. Sampai batas usia tertentu manusia akan mengalami pertumbuhan,
yaitu bertambah tinggi dan besar. Hal ini dapat terjadi karena setiap hari manusia
makan makanan yang cukup bergizi. Nutrisi bagi sebagian besar hewan dan

manusia dapat berupa protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Protein
merupakan

bahan

pembangun

sel-sel

tubuh.

3. Hormon(ZatTumbuh)
Hormon merupakan senyawa organik (zat kimia) pada manusia dan sebagian
hewan. Hormon dihasilkan oleh kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin merupakan
kelenjar buntu, artinya kelenjar itu tidak memiliki saluran.
Oleh karena itu, hasil sekresi kelenjar endokrin (hormon) langsung masuk ke
pembuluh darah. Hormon diedarkan ke seluruh tubuh oleh darah.
Hormon

mempengaruhi

reproduksi,

metabolisme

(pertukaran

zat),

serta

pertumbuhan dan perkembangan pada manusia. Pada manusia, hormon pertumbuhan


mempengaruhi kecepatan pertumbuhan seseorang. Seseorang yang kelebihan hormon
ini akan mengalami pertumbuhan raksasa atau gigantisme. Sebaliknya, seseorang
yang kekurangan hormon pertumbuhan dapat mengakibatkan kekerdilan
D. Keunggulan dan Klemeahan Antropometri
1. Keunggulan Antropmetri
a. Prodedurnya sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang
besar.
b. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, tetapi cukup dilakukan oleh tenaga
yang sudah dilatih dalam waktu yang singkat.
c. Alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dbuat di daerah
setempat.
d. Metode ini tepat dan akurat, karena dapat dibekukan.
e. Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwat gizi dimasa lampau.
f. Umumnya dapat mengidentifikasi status gizi sedang, kurang dan gizi buruk
kaena sudah ada ambang batas yang jelas.
g. Metode antropometri dapat mengevaluasi perubahan status gizi periode
tertentu, atau dari satu generasi ke generasi berikutnya.
h. Metode antropometri dapat digunakan untik penapisan kelompok yang rawan
terhadap gizi.
2. Kelemahan Antropometri
a. Tidak sensitive, metode ini tidak dapat mendeteksi status gizi dengan singkat.
Disamping itu tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu seperti
Zinc dan Fe.
b. Faktor diluar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan energi) dapat
menurunkan sfesifitas dan sensitifitas penggunaan antropometri.
c. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi,
akurasi, dan validitas pengukuran antropometri gizi.
d. Kesalahan ini terjadi karena :
1) Pengukuran
2) Perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun komposisi jaringan
3) Analisis dan asumsi yang keliru

e. Sumber kesalahan, biasanya berhubungan dengan :


1) Latihan petugas yang tidak cukup
2) Kesalahan alat atau alat tidak ditera
3) Kesulitan pengukuran
E. Index Antropometri
Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi
antara beberapa parameter disebut indeks antropometri. Beberapa indeks antropometri
yang sering digunakan yaitu:
1. Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh.
Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal,
dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan
gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Mengingat
karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status
gizi seseorang saat ini (Current Nutrirional Status).
2. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan
skeletal. Pada keadaan normal tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur.
3. Berat badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)
Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan
normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan
dengan kecepatan tertentu.
4. Lingkar Lengan Atas Menurut Umur (LLA/U)
Lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan
lemak bawah kulit. Lingkar lengan atas berkolerasi dengan indeks BB/U maupun
BB/TB.
5. Indeks Massa Tubuh (IMT)
IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa yang
berumur diatas 18 tahun khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan
berat badan.

IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan.
Disamping itu pula IMT tidak bisa diterapkan pada keadaan khusus (penyakit) lainnya,
seperti adanya edema, asites dan hepatomegali.
Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:
Berat Badan (kg)
IMT =
Tinggi badan (m) x Tinggi Badan (m)
Atau
Barat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m).
Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO, yang
membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan.
Batas ambang normal laki-laki adalah 20,1-25,0 dan untuk perempuan adalah 18,723,8.
Batas ambang IMT untuk Indonesia, adalah sebagai berikut:
IMT < 17,0: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat badan
tingkat berat atau Kurang Energi Kronis (KEK) berat. IMT 17,0-18,4: keadaan orang
tersebut disebut kurus dengan Kekurangan Berat Badan tingkat ringan atau KEK
ringan. IMT 18,5-25,0: keadaan orang tersebut termasuk kategori normal. IMT 25,127,0: keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat badan tingkat
ringan. IMT > 27,0: keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat
badan tingkat berat.
6. Tebal Lemak Bawah Kulit Menurut Umur
Pengukuran lemak tubuh melalui pengukuran ketebalan lemak bawah kulit dilakukan
pada beberapa bagian tubuh, misalnya pada bagian lengan atas, lengan bawah, di
tengah garis ketiak, sisi dada, perut, paha, tempurung lutut, dan pertengahan tungkai
bawah.
7. Rasio Lingkar Pinggang dengan Pinggul
Rasio Lingkar Pinggang dengan Pinggul digunakan untuk melihat perubahan
metabolisme yang memberikan gambaran tentang pemeriksaan penyakit yang
berhubungan dengan perbedaan distribusi lemak tubuh.
Dari berbagai jenis indeks tersebut di atas, untuk menginterpretasikannya dibutuhkan
ambang batas. Ambang batas dapat disajikan kedalam 3 cara yaitu: persen terhadap
median, persentil, dan standar deviasi unit.

a.

Persen terhadap Median


Median adalah nilai tengah dari suatu populasi. Dalam antropometri gizi,
median sama dengan persentil 50. Nilai median dinyatakan sama dengan
100% (untuk standar). Setelah itu dihitung persentase terhadap nilai median
untuk mendapatkan ambang batas.
Tabel 2.2 Klasifikasi Status Gizi Masyarakat Direktorat Bina Gizi
Masyarakat Depkes RI Tahun 1999
Kategori
Cut of point*)
Gizi Lebih >120%
Gizi Baik 80% - 120%
Gizi Sedang 70% - 79,9%
Gizi Kurang 60% - 69,9%
Gizi Buruk <60%
Persen dinyatakan terhadap Median BB/U baku WHO-NCHS, 1983
*) Laki-laki dan perempuan sama
Sumber: supariasa. IDN, 2002: 76

b.

. Persentil
Cara lain untuk menentukan ambang batas selain persen terhadap median
adalah persentil. Persentil 50 sama dengan Median atau nilai tengah dari
jumlah populasi berada diatasnya dan setengahnya berada dibawahnya.
NCHS merekomendasikan persentil ke 5 sebagai batas gizi buruk dan

c.

kurang, serta persentil 95 sebagai batas gizi lebih dan gizi baik.
Standar Deviasi Unit (SDU)
Standar Deviasi Unit disebut juga Z-skor. WHO menyarankan menggunakan
cara ini untuk meneliti dan untuk memantau pertumbuhan.

Daftar Pustaka

Depkes. 2007. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:


747/Menkes/SK/VI/2007 tentang Pedoman Operasional Keluarga Sadar Gizi Di Desa Siaga.
Ismail, Ikram Shah. 2004. Management of Obesity.
National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES). 2004. Anthropometry
Procedures Manual. http://www.cdc.gov/nchs/data/nhanes/nhanes_03_04/BM.pdf. Diakses
pada tanggal 14 Juni 2012.
Powell et al. 2003. A comparison of mid upper arm circumference, body mass index and weight loss
as indices of undernutrition in acutely hospitalized patients. http://www.umdnj.edu/
idsweb/idst8000/charney_article.pdf. Diakses pada tanggal 9 Mei 201 2

http://www.kamusq.com/2013/08/pertumbuhan-dan-perkembanganadalah.html#sthash.JRcrOOy3.dpuf
https://www.google.co.uk/#q=keunggulan+dan+kelemahan+antropometri
http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/ped-ops-Kadarzi.pdf.

Diakses

tanggal 14 Juni 2012.


http://www.moh.gov.my/attachments/3932. Diakses pada tanggal 16 April 2012.
http://www.pusatbiologi.com/2013/01/faktor-yang-mempengaruhi-pertumbuhan_17.html

pada

Indeks Massa Tubuh(IMT)


IMT Kurang

Nama

: Wayan Putra Purwate

Fakultas

: FKIP

Jurusan

: Pendidikan Sekolah Dasar

Tinggi

: 170 cm

Berat

: 48 kg
IMT =

BB(Kg)
TB ( m) xTB(m)

48
1,7 x 1,7

48
2,89

= 16,6 > kekurangan berat badan tingkat berat

IMT Normal

Nama

: Supriadi

Tinggi

: 155 cm

Berat

: 55 kg

IMT =

BB(Kg)
TB ( m) xTB(m)

= 22,91

> Normal

55
1,55 x 1,55

55
22,91

IMT Lebih

Nama

: Rina Maria

Tinggi

: 144 cm

Berat

: 56 kg

IMT =

BB(Kg)
TB ( m) xTB(m)

56
1,44 x 1,44

56
2 7,05

= 27,05 > kelebihan berat badan tingkat ringan

Anda mungkin juga menyukai