Abstract
Morality remains a problem for Indonesia up to now as shown in various kinds of social problems such as
violence, immorality, corruption and others. All these problems are in fact related to the morale of the nation.
Education is an area which is expected to cope with all moral issues. Therefore, moral education is an important
aspect which needs proper strategies and sources in order to be successful. Suluk linglung is one of the ancient
works which contains a lot of moral values highly relevant for education. This paper focuses on the moral values
in Suluk Linglung which portrays Sunan Kalijagas spiritual journey to find the essence of life and its relevance
with Islamic education.
Keywords: Pendidikan, Moral, Suluk Linglung
Pendahuluan
Fenomena sosial negatif seperti korupsi,
tawuran, penyalahgunaan narkoba di kota
besar maupun di desa, tindakan asusila,
pergaulan bebas dan seks bebas, serta beragam
perilaku negatif lainnya, kerap mewarnai
pemberitaan di berbagai media massa di tanah
air. Ini menunjukkan kemerosotan moral
tengah melanda bangsa ini. Bahkan, tindakan
amoral yang terjadi di tengah masyarakat
tidak sedikit dilakukan oleh para intelektual
dan bahkan tokoh masyarakat.
Salah satu cara yang diyakini mampu
untuk mengatasi segala permasalahan bangsa,
begitu juga dalam masalah moral ini adalah
pendidikan. Ki Hajar Dewantara, salah seorang
tokoh pendidikan Indonesia, mengungkapkan
bahwa pendidikan merupakan sebuah daya
dan upaya untuk memajukan pertumbuhan
nilai moral (kekuatan batin, karakter), fikiran
(intelektual) dan tumbuh kembang anak,
yang kesemuanya saling berhubungan satu
sama lain dalam memajukan kesempurnaan
hidup, yakni kehidupan dan penghidupan
yang selaras di kalangan anak didik.1 Ki Hajar
Dewantara mengungkapkan dengan jelas
Dosen STAIN Kediri
Zaim elMubarak, Membumikan Pendidikan Mengumpulkan
yang Terserak Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang
tercerai, (Bandung: Alfabeta, 2007), hlm. 2.
168
2
Juwariyah, Pendidikan Moral dalam Puisi Imam Syafii
dan Ahmad Syauqi, (Yogyakarta: Bidang Akademik UIN Sunan
Kalijaga, 2008), hlm. 3.
Suluk Linglung serta melihat relevansi dari nilainilai akhlak tersebut dengan pendidikan Islam
saat ini. Beragam nilai moral yang terkandung
dalam salah satu literatur kuno Indonesia ini
selanjutnya bisa dijadikan referensi alternatif
dalam upaya penanaman akhlak bangsa
melalui pendidikan moral yang sesuai dengan
budaya dan karakter bangsa.
Akhlak dan Pendidikan akhlak
Istilah akhlak, etika, moral dan karakter
kerap digunakan secara bersamaan. Ditinjau
dari segi istilah, para ahli menganggap sama
kata-kata tersebut, yakni berkaitan dengan
tingkah laku, kebiasaan, perangai, budi pekerti
dan lainnya yang intinya menunjukkan pada
perbuatan seseorang. Kamus Besar Bahasa
Indonesia mengartikan akhlak dengan budi
pekerti, tabiat, kelakuan, watak.3 Etika
diartikan sebagai ilmu tentang apa yang baik
dan apa yang buruk dan tentang hak serta
kewajiban moral, kumpulan asas atau nilai
yang berkenaan dengan akhlak, asas perilaku
yang menjadi pedoman.4 Moral mengacu pada
ajaran tentang baik dan buruk yang diterima
umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban,
dsb.; akhlak; budi perti; susila.5 Karakter
dimaknai dengan tabiat, sifat-sifat kejiwaan,
akhlak atau budi pekerti yang membedakan
seseorang dengan yang lain. Jadi, secara
kebahasaan, keempat istilah tersebut memiliki
pengertian yang hampir sama, yaitu berkaitan
dengan tingkah laku seseorang.
Akhlak berasal dari bahasa Arab akhlq,
bentuk jamak dari kata khuluq yang secara
etimologis berarti tabiat, budi pekerti,
kebiasaan adat, keperwiraan, agama, dan
keramahan.6 Secara terminologis, akhlak
diartikan dengan suatu keadaan yang melekat
pada jiwa manusia yang daripadanya lahir
perbuatan-perbuatan yang mudah tanpa
melalui proses pemikiran, pertimbangan
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Pusat Bahasa, 2008), hlm. 28.
4
Tim Penyusun, Kamus Besar., hlm. 339.
5
Tim Penyusun, Kamus Besar., hlm. 971.
6
Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedi Islam I,
(Jakarta: PT. Ictiar Baru Van Hoeve, 1993), hlm. 102.
3
169
170
171
172
22
23
173
174
175
176
Kesimpulan
Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam
kitab Suluk Linglung (Syekh Malaya) dapat
dibedakan ke dalam tiga bagian: pertama,
akhlak kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya,
yang meliputi tauhid, iman kepada Allah dan
Rasul-Nya, mendekatkan diri kepada Allah
Swt., beribadah, berdoa, zikir, dan meneladani
Rasulullah Muhammad Saw. Kedua, akhlak
kepada diri sendiri, yang meliputi niat dan
motivasi, menuntut ilmu, pantang menyerah,
sikap kritis, mengamalkan ilmu, sadar diri atau
introspeksi diri, memperbaiki akhlak, isn,
jujur, sabar, tawakal, qanaah, memerangi
hawa nafsu, menjauhi sifat sombong, dan
menjauhi amarah dan dendam. Ketiga, akhlak
kepada sesama yang meliputi rendah hati
dan berbuat baik kepada sesama. Nilai-nilai
akhlak di atas adalah sebuah kesatuan yang
diharapkan mampu menjadi landasan berpikir
dan bergerak manusia.
Nilai-nilai akhlak yang terdapat dalam Suluk
Linglung Sunan Kalijaga masih sangat relevan
untuk diintegrasikan ke dalam pendidikan Islam
saat ini. Integrasi nilai-nilai pendidikan akhlak
dalam kurikulum pendidikan sangat penting
bagi proses penanaman dan implementasi
akhlak kepada para peserta didik. Dengan
demikian, peserta didik secara bertahap akan
menjadi pribadi-pribadi berkualitas baik dari
DAFTAR PUSTAKA
AR,
177
al-Rahmaniyah,
Istighfarotu,
Pendidikan Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif
Etika: Konsep Jiwa dan Etika Perspektif Ibnu
Islam, Bandung: PT. Rosdakarya, 1992.
Miskawaih dalam Kontribusinya dalam Bidang Tim Penyusun, Ensiklopedi Indonesia II, V,
Pendidikan, Malang: UIN-Maliki Press, 2010.
Bandung: Hoeve, tt.
Soelarto, B., Riwayat Hidup Sunan Kalijaga, Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Demak: Keluarga Trah Kadilangu, 1974.
Jakarta: Pusat Bahasa, 2008.
Supiyah, Tutik, Pendidikan Islam menurut Sunan Tim Penyusun, Suluk Linglung, Jakarta: Balai
Kalijaga, skripsi Fakultas Agama Islam
Pustaka Jakarta, 1993.
Universitas Muhammadiyah Surakarta,
UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas.
Surakarta: UMS, 2007.
178