Akreditasi Internasional Oleh Riana
Akreditasi Internasional Oleh Riana
Akreditasi Internasional
01 January 2012 - dalam ADMINISTRASI RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS Oleh
riana-a-h-fkm10
BAB I
PENDAHULUAN
Di Indonesia akreditasi rumah sakit baik tingkat nasional maupun internasional sudah
diatur oleh pemerintah melalui Undang Undang maupun peraturan tertulis lainnya, yaitu:
1. UU no. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit pasal 40
1. ayat 1. Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit wajib
dilakukan akreditasi secara berkala menimal 3 (tiga) tahun sekali.
2. ayat 2. Akreditasi Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh suatu lembaga independen baik dari dalam maupun dari luar
negeri berdasarkan standar akreditasi yang berlaku.
3. Permenkes No. 659 tahun 2009 tentang rumah sakit kelas dunia
1. SK Menkes No.436 tahun 1993 menyatakan berlakunya standar
pelayanan rumah sakit dan standar pelayanan medis.
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa pemerintah memberikan dukungan
sepenuhnya terhadap rumah sakit untuk mengembangkan kualitas pelayanan kesehatan
sehingga mendapat akreditasi internasional. Dengan demikian diharapkan setiap organisasi
rumah sakit mampu mengembangkan potensi dan kualitas pelayanan kesehatan dengan
semaksimal mungkin.
BAB II
KOMPONEN PENILAIAN JCI
1)
Pasien diidentifikasi menggunakan dua pengidentifikasi pasien, tidak termasuk
penggunaan nomor kamar pasien atau lokasi.
2)
3)
Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lainnya untuk pengujian
klinis.
4)
5)
Kebijakan dan prosedur mendukung praktik yang konsisten dalam segala situasi dan
lokasi.
Komunikasi efektif harus dilakukan oleh semua petugas medis maupun non medis di
rumah sakit. Misalnya komunikasi antar perawat yang melakukan shift jaga. Selama
pergantian shift perawat harus ada komunikasi yang efektif antar perawat, baik dalam
penyampaian maupun penerimaan pesan tentang pasien yang dijaga. Mulai dari tindakan atau
perlakuan kepada pasien, obat obatan, dll. Sehingga tidak ada kesalahan dalam perlakuan
kepada pasien.
Selain itu komunikasi efektif juga berfokus dalam penyampaian pesan melalui
telefon. Misalnya pesan dari dokter kepada petugas medis tentang tindakan kepada pasien.
Instruksi atau pesan yang disampaikan melalui telefon harus dituliskan, dibacakan kembali
dan mendapat konfirmasi kebenaran dari pemberi pesan (read back repeat back). Cara
seperti ini dilakukan di semua unit di rumah sakit.
1. Improve the Safety of High-Alert Medications (Peningkatan Keamanan Obat yang
Perlu Diwaspadai)
1. Standar
Organisasi ini mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan keamanan obat yang
perlu diwaspadai.
1. Tujuan
Menyingkirkan elektrolit yang terkonsentrasi tinggi (termasuk didalamnya adalah ,
meskipun maksudnya bukan satu-satunya, potassium chloride, potassium phospat, sodium
chloride > 0.9%) dari unit perawatan pasien. Organisasi bersama-sama mengembangkan
kebijakan dan atau prosedur yang mengidentifikasi daftar organisasi obat yang perlu
diwaspadai berdasarkan data sendiri. Kebijakan dan atau prosedur juga mengidentifikasi
daerah-daerah mana elektrolit terkonsentrasi secara klinis diperlukan sebagaimana ditentukan
oleh bukti dan praktek profesional, seperti gawat darurat atau ruang operasi, dan
mengidentifikasi bagaimana mereka dilabeli secara jelas dan bagaimana mereka disimpan di
daerah-daerah dengan cara membatasi akses untuk mencegah ketidaksenggajaan administrasi.
1. Elemen yang dapat Diukur :
1)
Kebijakan dan atau prosedur yang dikembangkan untuk mengatasi identifikasi, lokasi,
pelabelan, dan penyimpanan obat yang perlu diwaspadai.
2)
3)
Konsentrat elektrolit tidak ditemukan di unit perawatan pasien kecuali untuk keperluan
klinis dan tindakan diambil untuk mencegah penggurus tidak sengaja di area-area yang
diizinkan oleh kebijakan.
4)
Elektrolit terkonsentrasi yang disimpan di unit perawatan pasien diberi label dan
disimpan dengan cara yang membatasi akses.
1. Implementasi di Rumah Sakit
Ketentuan lokasi, label, dan penyimpanan larutan elektrolit pekat misalnya, KCl,
Mg(SO)4, NaCl 3%. Obat obatan tersebut bila terjadi kesalahan penggunaan dapat
berdampak serius kepada pasien. Sehingga obat obat tersebut harus diatur agar tidak
disimpan secara bebas di ruang rawat, kecuali dibutuhkan secara klinis dan dengan peraturan
tertentu.
1. Ensure Correct-Site, Correct-Procedure, Correct-Patient Surgery
1. Standar
Organisasi ini mengembangkan pendekatan untuk memastikan tepat lokasi, tepat
prosedur, dan tepat pasien operasi
1. Tujuan
Meminimalisir salah-situs operasi, salah-prosedur, salah-pasien merupakan kejadian
kekhawatiran yang umum dalam organisasi perawatan kesehatan. Praktek-praktek berbasis
bukti (evidence-based practices) yang dijelaskan dalam The (US) Joint Commissions
Universal Protocol untuk mencegah salah situs, salah prosedur, salah pasien operasi. Proses
penting yang ditemukan di Protokol Universal yaitu menandai situs bedah, proses verifikasi
sebelum operasi, dan time-out yang diadakan segera sebelum memulai prosedur.
1. Elemen yang dapat Diukur :
1)
Menggunakan tanda yang langsung dikenali untuk identifikasi pada lokasi bedah dan
melibatkan pasien dalam proses menandai.
2)
Menggunakan daftar periksa atau proses lain untuk memverifikasi lokasi yang tepat,
prosedur yang tepat, dan pasien yang tepat dan bahwa semua dokumen dan peralatan yang
dibutuhkan berada di tangan, benar, dan fungsional sebelum melakukan operasi.
3)
Tim bedah lengkap melakukan dan mendokumenkan prosedur time-out tepat sebelum
memulai prosedur bedah.
4)
Kebijakan dan prosedur yang dikembangkan yang akan mendukung proses seragam
untuk memastikan lokasi yang tepat, prosedur yang tepat, dan pasien yang tepat, termasuk
prosedur medis dan mengenai gigi dilakukan dalam pengaturan selain ruang operasi.
1. Implementasi di Rumah Sakit
Sebelum dilakukannya operasi harus terlebih dahulu dilaksanakan beberapa prosedur,
diantaranya:
1)
2)
Memastikan semua dokumen dan peralatan telah lengkap tersedia, tepat, dan berfungsi
dengan baik.
3)
1. Tujuan
Pusat untuk penghapusan infeksi adalah kebersihan tangan yang benar. Pedoman
kebersihan tangan yang diterima oleh internasional tersedia dari Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO), Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC AS) dan
berbagai organisasi nasional dan internasional lainnya. Organisasi memiliki proses
kolaboratif untuk mengembangkan kebijakan dan atau prosedur yang mengadaptasi atau
mengadopsi keadaan saat ini diterbitkan dan pedoman kebersihan tangan diterima secara
umum dan untuk pelaksanaan pedoman tersebut dengan organisasi.
1. Elemen yang dapat diukur
1)
Organisasi yang telah diadopsi atau diadaptasi saat ini menerbitkan dan umumnya
menerima pedoman kebersihan tangan.
2)
3)
Kebijakan dan atau prosedur yang dikembangkan yang mendukung lanjutan
pengurangan perawatan kesehatan terkait infeksi.
1. Implementasi di Rumah Sakit
Rumah Sakit berupaya dalam menekan infeksi nosokomial, salah salah satunya
dengan cara komitmen pelaksanaan hand hygiene, yaitu mengadopsi, melakukan adaptasi,
melaksanakan, serta mengimplementasi program hand hygiene terbaru.
1. Reduce the Risk of Patient Harm Resulting from Falls (Pengurangan Resiko Pasien
Jatuh)
1. Standar
Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk mengurangi resiko membahayakan
pasien akibat jatuh.
1. Tujuan
Menilai dan menilai kembali risiko secara berkala setiap pasien untuk jatuh, termasuk
potensi risiko yang terkait dengan rejimen pengobatan pasien, dan mengambil tindakan untuk
mengurangi atau menghilangkan risiko yang teridentifikasi.
1. Elemen yang dapat diukur :
1)
Rumah sakit menerapkan suatu proses untuk penilaian awal pasien untuk risiko jatuh
dan penilaian ulang pasien ketika ditunjukkan oleh perubahan dalam kondisi atau
pengobatan, atau yang lain.
2)
Ukuran yang diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang dinilai
beresiko.
3)
Ukuran dipantau untuk hasil, baik kesuksesan pengurangan cedera jatuh dan apapun
yang terkait konsekuensi yang tidak diinginkan.
4)
Kebijakan dan atau prosedur terus mendukung pengurangan resiko membahayakan
pasien akibat jatuh di organisasi.
1. Implementasi di Rumah Sakit
Pencegahan pasien jatuh yaitu dengan penilaian awal risiko jatuh, penilaian berkala
setiap ada perubahan kondisi pasien, serta melaksanakan langkah langkah pencegahan pada
pasien berisiko jatuh. Implementasi di rawat inap berupa proses identifikasi dan penilaian
pasien dengan risiko jatuh serta memberikan tanda identitas khusus kepada pasien tersebut,
misalnya gelang kuning, penanda di pintu, serta informasi tertulis kepada pasien atau
keluarga pasien.
2.2
The International Essentials of Health Care Quality and Patient Safety Framework
(IEHCQPSF) atau Kerangka Kerja Internasional yang Penting untuk Keselamatan Pasien dan
Kualitas di Pelayanan Kesehatan didisain oleh Joint Commission International (JCI) sebagai
suatu bentuk alat dan strategi yang ditujukan untuk berbagai kebutuhan yang beragam
tersebut, berfungsi dengan cara memperlihatkan bagaimana cara mengidentifikasi resiko
terhadap kualitas dan keamanan pada suatu organisasi kesehatan tunggal ataupun dalam suatu
system pemberian pelayanan kesehatan nasional. Kerangka kerja ini dapat diadaptasi sesuai
kebutuhan per organisasi ataupun sesuai prioritas nasional, dengan hasil yang diperoleh dari
penggunaan alat kerja ini akan berharga bagi proses perbaikkan, kebijakan public,
dikenalinya pencapaian kegiatan pengurangan resiko dalam suatu organisasi kesehatanm cara
penyelesaian suatu kontrak, serta tujuan tujuan lainnya. JCI mengembangkan IEHCQPSF
untuk memberikan strategi strategi yang bersifat non akreditasi untuk segmen pelayanan
kesehatan dan system kesehatan public yang lebih luas, dalam rangka mencapai misi JCI
untuk meningkatkan kemanan dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan pada
masyarakat. Kerangka kerja tersebut juga melengkapi berbagai alat/tool kualitas dan
keamanan pasien dan strategi pendidikan serta cara transfer pengetahuan lainnya dari JCI.
International Essentials of Health Care Quality and Patient Safety Framework
mengidentifikasi lima fokus area yang dikaitkan dengan pelayanan, kualitas dan keamanan
pasien, yang merupakan langkah awal dan terfokus dari upaya pengembangan kualitas dan
keamanan. Lima fokus area ini dikembangkan melalui suatu riset literature internasional yang
intensif dilakukan dalam hal keselamatan dan kualitas pelayanan kesehatan. Kriteria untuk
tiap fokus area memberikan strategi pengurangan resiko yang jelas dan dapat dicapai. Level
of Effort (Tingkat Pencapaian Usaha) diidentifikasi untuk tiap kriteria sehingga mampu
memberikan petunjuk untuk mengevaluasi kemajuan yang sudah dicapai dalam mengurangi
resiko dan meningkatkan kualitas.
Dokumen ini mencakup beberapa informasi, yaitu :
1. Lima fokus area yang terkait dengan pelayanan pasien, kualitas dan keamanan telah
dikenal secara luas sebagai domain/ bagian utama yang menjadi sasaran strategi
pengurangan resiko.
2. Kriteria mewakili 10 strategi pengurangan resiko yang ditujukan untuk domain/
bagian tersebut.
3. Level of Effort memperlihatkan kemajuan pencapaian persyaratan seperti yang
diminta dalam kriteria
4. Pada level 0 : aktifitas yang diinginkan tidak dijumpai, atau sebagian besar aktifitas
yang terkait pengurangan resiko hanya bersifat sementara.
5. Pada level 1 : struktur aktifitas pengurangan resiko yang lebih seragam mulai ada.
6. Pada level 2 : proses yang ada sesuai dengan aktifitas penurunan resiko dan dilakukan
secara konsisten dan efektif.
7. Pada level 3 : ada data untuk memperkuat strategi pengurangan resiko dan
pengembangan terus menerus.
BAB III
STUDI KASUS
3.1
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian
Kesehatan RI
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalu:
Telepon: 021-52907416-9
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Dari pemaparan tentang Akreditasi Internasional rumah sakit diatas dapat ditarik beberapa
kesimpulan yaitu:
1. Akreditasi internasional rumah sakit adalah proses penilaian organisasi kesehatan oleh
lembaga akreditasi internasional berdasar standar dan kriteria yang ditetapkan untuk
meninngkatkan kualitas pelayanan dan perawatan kesehatan.
1. Joint of Commision International (JCI) adalah lembaga akreditasi internasional rumah
sakit yang telah diakui oleh dunia
2. Joint of Commision International (JCI) sangat bermanfaat bagi pasien rumah sakit
dan rumah sakit yang telah terkareditasi Internasional oleh badan ini.
3. Joint of Commision International (JCI) memiliki dua fokus standar yakni pelayanan
rumah sakit dan keselamatan pasien.
4. International Patient Safety Goal (IPSG) merupakan salah satu standar Joint of
Commision International (JCI) yang memiliki enam tujuan yakni.
a)
b)
c)
d)
e)
f)
DAFTAR PUSTAKA