PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Anak merupakan hal yang penting artinya bagi sebuah keluarga.
akan
bangkitan
kejang
yang
sering.
Untuk
itu
tenaga
keluarga
preventif,
kuratif
dan
dan
rehabilitatif
secara
promotif,
terpadu
dan
yang
utuh
secara
bio-psiko-sosial-spiritual.
Prioritas
asuhan
Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan kejang demam ?
Apa etiologi dari kejang demam ?
Bagaimana patofisiologi dari kejang demam ?
Bagaimana manifestasi klinis dari kejang demam ?
Bagaimana pemeriksaan fisik dari kejang demam ?
Bagaimana pemeriksaan penunjang dari kejang demam ?
Bagaimana penatalaksanaan dari kejang demam ?
Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan kejang
demam ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan anak kejang
demam dengan masalah resiko kejang berulang berhubungan
dengan peningkatan suhu tubuh
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui dan memahami definisi dari kejang demam
2. Mengetahui dan memahami etiologi dari kejang demam
3. Mengetahui dan memahami patofisiologi dari kejang demam
4. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis dari kejang
demam
5. Mengetahui dan memahami pemeriksaan fisik dari kejang
demam
6. Mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang dari kejag
demam
7. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan dari kejang
demam
8. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada anak
dengan kejang demam
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang
yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38 oC)
yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Ngastiyah, 1997:229).
Kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi dan anak
biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun, berhubungan
dengan
demam
tetapi
tidak
pernah
terbukti
adanya
infeksi
Etiologi
Menurut Mansjoer, dkk (2000: 434) Lumban Tobing (1995: 18-19)
tinggi.
Efek produk toksik daripada mikroorganisme
Respon alergik atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi.
Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan, yang tidak
diketahui atau enselofati toksik sepintas.
Menurut staf pengajar ilmu kesehatan anak FKUI (1985: 50),
infeksi
pernafasan
bagian
Patofisiologi
sering
perbedaan
potensial
membran
yang
disebut
potesial
ini
dapat
diubah
oleh
yang
tersebut
neurotransmitter
dan
terjadi
kejang.
lama
(>15
menit)
biasanya
disertai
apnea.
berlangsung
singkat,
bilateral,
serta
gerakan
sentakan
terulang.
2.5
Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
1. Kepala
Tanda-tanda mikro atau makrosepali. Dispersi bentuk kepala.
ke
sisi
sehat.
Adakah
tanda
rhisus
sardonicus,
dan
ketajaman
penglihatan.
Keadaan
sklera
dan
konjungtiva.
5. Telinga
Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda
adanya infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di daerah
belakang telinga, keluar cairan dari telinga, berkurangnya
pendengaran.
6. Hidung
Adanya cuping hidung, polip yang menyumbat jalan napas, ada
tidaknya pengeluaran sekret dan komsistensinya.
7. Mulut
Ada tidaknya tanda-tanda sardonicus dan cyanosis. Keadaan
lidah, ada tidaknya stomatitis.
8. Tenggorokan
Apakah ada tanda-tanda peradangan tonsil. Adanya tanda-tanda
infeksi faring, cairan eksudat.
9. Leher
Tanda-tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid.
Adanya
dan
warna
kulit.
Ada
tidaknya
oedema
atau
Pemeriksaan Penunjang
1. Darah
1. Neonatus
: 30 mg I.M
2. 1 bulan 1 tahun
: 50 mg I.M
3. 1 tahun
: 75 mg I.M
lendir
harus
dilakukan
secara
teratur
dan
diberikan oksigen
3. Pengobatan rumat
Fenobarbital dosis maintenance : 8-10 mg/kg BB dibagi 2 dosis
pada hari pertama, kedua diteruskan 4-5 mg/kg BB dibagi 2
dosis pada hari berikutnya.
4. Mencari dan mengobati penyebab
Penyebab kejang demam adalah infeksi respiratorius bagian atas
dan astitis media akut. Pemberian antibiotik yang adekuat untuk
mengobati penyakit tersebut. Pada pasien yang diketahui kejang
lama pemeriksaan lebih intensif seperti fungsi lumbal, kalium,
magnesium, kalsium, natrium dan faal hati. Bila perlu rontgen
foto tengkorak, EEG, ensefalografi, dll.
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1.
Identitas
Biodata anak mencakup nama, umur dan jenis kelamin.
Biodata orang tua perlu dipertanyakan untuk mengetahui status
sosial anak meliputi nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan,
2.
demam.
mengetahui
pengobatan.
Lama
bangkitan
kemungkinan
Pola
respon
serangan,
kejang
sehingga
terhadap
frekuensi
prognosa
serangan,
dapat
dan
keadaan
Riwayat penyakit
riwayat
e. Riwayat Perkembangan
1.
2.
3.
4.
Bahasa
kemampuan
memberikan
respon
atau
penyakit
infeksi
menular
yang
mencetuskan
hidup
yang
berkaitan
dengan
kesehatan,
setiap
perawatan
dan
tindakan
medis.
Pandangan
Pola Nutrisi
Asupan kebutuhan gizi anak. Kualitas dan kuantitas dari
makanan yang dikonsumsi oleh anak. Makanan yang disukai
dan yang tidak, selera makan. Jenis, sering dan jumlah minum
per hari.
c.
Pola Eliminasi
BAK : frekuensi, jumlah, secara makroskopis warna, bau,
terdapat darah. Disertai nyeri saat anak kencing.
BAB
waktu
BAB,
teratur
atau
tidak.
Konsistensi
e.
Pola Tidur/Istirahat
Lama
tidur,
mulai
tidur
berapa.
Pemeriksaan Umum
Pada kejang demam sederhana akan didapatkan suhu tinggi
sedangkan kesadaran setelah kejang akan kembali normal seperti
Rambut
Dimulai warna, kelebatan, distribusi serta karakteristik lain
rambut. Klien dengan malnutrisi energi protein mempunyai
Muka/Wajah
Paralisis fasialis menyebabkan asimetri wajah : sisi yang paresis
tertinggal bila anak menangis atau tertawa, sehingga wajah
tertarik ke sisi sehat, tanda rhisus sardonicus, opistotonus,
trimus dan gangguan nervus cranial.
e.
Mata
Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil.
f.
Telinga
Fungsi telinga, kebersihan telinga, tanda-tanda adanya infeksi
seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga,
keluar cairan dari telinga serta berkurangnya pendengaran.
g.
Hidung
Ada pernapasan cuping hidung, polip yang menyumbat jalan
napas dan keluar sekret.
h.
Mulut
Sardonicus, cyanosis, lidah stomatitis dan adanya caries gigi.
i.
Tenggorokan
Peradangan tonsil, infeksi faring dan cairan eksudat.
j.
Leher
Kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid dan pembesaran vena
jugulans.
k.
Thorax
Pada
infeksi,
bentuk
dada
klien,
gerak
pernapasan,
l.
Jantung
Saat diperiksa keadaan dan frekwensi jantung serta iramanya,
adanaya bunyi tambahan, bradicardi atau tachycardia.
m.
Abdomen
Distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen. Pada
turgor kulit dan peristaltik usus, adanya tanda meteorismus dan
pembesaran lien serta hepar.
n.
Kulit
Pada keadaan kulit, kebersihan maupun warnanya adanaya
oedema, hemangioma.
o.
Ekstremitas
Terdapat oedema, atau paralise terutama setelah terjadi
kejang.
p.
Genetalia
Kelainan bentuk oedema, sekret yang keluar dari vagina, tandatanda infeksi
Diagnosa
tindakan
e. Kesadaran composmentis
4. Rencana Tindakan :
a.
Longgarkan
pakaian,
berikan
pakaian
tipis
yang
mudah
menyerap keringat
Rasional : proses konveksi akan terhalang oleh pakaian yang
ketat dan tidak menyerap keringat
b.
c.
saat
demam
kebutuhan
akan
cairan
tubuh
meningkat
d.
meningkatkan panas
f.
sebagai propilaksis
3.4 Implementasi
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan
kegiatan
dapat
bersifat
mandiri
dan
kolaboratif.
Selama
evaluasi
adalah
perbandingan
yang
keperawatan
merupakan
kegiatan
dalam
melaksanakan
rencana kegiatan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses
keperawatan.
Penilaian keperawatan
adalah
mengukur
keberhasilan
dari
BAB 4
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Penyakit kejang demam merupakan penyakit yang paling sering
menyerang pada bayi dan balita dan lebih banyak menyerang pada
anak laki-laki. Yang jika tidak diobati dengan cepat dan baik akan
meyebabkan gangguan pada syaraf dan berakibat pada terganggunya
pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dan balita.
Penyebab kejang demam belum diketahui dengan pasti. Demam
sering disebabkan infeksi saluran pernafasan atas, otitis media,
pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran kemih.
Penanganan kejang pada anak dimulai dengan memastikan adanya
kejang. Kejang dapat berhenti sendiri, atau memerlukan pengobatan
saat kejang. Tatalaksana kejang yang adekuat dibutuhkan untuk
mencegah kejang menjadi status konvulsivus. Setelah kejang teratasi
dilakukan anamnesis, pemeriksaan klinis neurologis, dan pemeriksaan
penunjang sesuai indikasi untuk mencari penyebab kejang.
4.2. Saran
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan demam
kejang, harus diperhatikan penyebab kejang. Dengan diketahui
penyebab kejang yang jelas diharapkan pemberian terapi dalam
asuhan keperawatan dapat meminimalkan kejang kembali terulang.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawaan Edisi III.
Jakarta : EGC.
Lumbantobing, SM. 1989. Penatalaksanaan Mutakhir Kejang Pada Anak,
Gaya Baru. Jakarta.
Lynda Juall C. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan,
Penerjemah Monica Ester. Jakarta : EGC.
Mansjoer,
Arief.
2000.
Kapita
Selekta
Kedokteran,
Jilid
II,
Media