Anda di halaman 1dari 2

*Gaji 100 juta/bulan

Jika gaji kita Rp. 100.000.000/bulan, apakah kita bisa membeli rumah dengan harg
a 10 milyar? Bisa, tapi itu butuh 10 tahun baru terkumpul uangnya. Rp 100.000.00
0 kali 12 bulan, sama dengan Rp 1.2 milyar, anggap saja 200 juta buat biaya hidu
p selama setahun. 1 milyar ditabung. Itu berarti persis di tahun ke sepuluh, bar
u punya uang 10 Milyar.
Maka, sangat tidak masuk akal, perwira menengah polisi, PNS kejaksaan, pengadila
n, pajak, bea cukai, dan aparat negara lainnya, tiba2 punya aset rumah milyaran,
belasan, bahkan puluhan milyar. Berapa gaji mereka? Jenderal saja tidak sampai
100 juta/bulan. Lebih crazy lagi, jika baru menjabat beberapa bulan, langsung bi
sa membeli aset2 berharga mahal.
Kadang mereka mengaku punya bisnis. Ada usaha sampingan. Ayolah, kalau situ mema
ng jago sekali berbisnis, bisa menghasilkan milyaran per tahun, maka ngapain tet
ap jadi polisi, PNS? Pakai akal sehat dong. Bukan berarti polisi atau PNS itu ti
dak boleh berbisnis, silahkan, tapi jika kalian ngantor jam 8 pagi, pulang jam 5
sore, hanya utk digaji 4-5 juta, sementara bisnis sampingan yg santai dapat mil
yaran, ngapain tetap jadi polisi atau PNS? Mending fokus menggarap bisnisnya. Ke
cuali, BISNIS yang kita maksud adalah bisnis yang memang harus mewajibkan kita tet
ap sebagai polisi dan PNS? BISNIS yang terkait sekali dengan posisi kita sebagai p
olisi dan PNS.
Tulisan ini tidak sedang berprasangka buruk kepada semua polisi, kepada semua PN
S, karena di luar sana, juga banyak polisi, PNS yang amanah, jujur dan sungguh2
mengabdi. Tapi tulisan ini simpel membuka mata siapapun, ada yang masuk akal dan
tidak masuk akal di dunia ini. Dan itu tidak memerlukan kecerdasan hebat memaha
minya, sederhana saja penjelasannya.
Petinggi kepolisian, kepala kantor PNS, harusnya sensitif sekali soal ini. Saat
ada anak buahnya kongkow, asyik mesra2-an dengan pengusaha, pihak2 tertentu yang
berkepentingan, dia harusnya melotot, memeriksa dengan cermat. Bukan dibela, di
maklumi. Sudah bukan rahasia umum lagi, pihak yang berkepentingan bisa menyuap p
olisi, PNS demi menegakkan kepentingannya tersebut. Jangankan perusahaan ecek2,
yg sekelas perusahaan internasional saja, tetap berkubang lumpur suap, selalu me
ncari cara memuluskan kepentingannya. Di negeri ini, bahkan saat nyata2 ada bukt
i aparatur berkongsi dengan pengusaha, atasannya malah membela. Widih, situ dapa
t setoran juga?
Entahlah, nampaknya kita mulai harus terbiasa dengan kata memaafkan . Koruptor dima
afkan diremisi, pajak di amnesty, semua dimaafkan, dimaklumi.
Baiklah, saya akan fokus saja ke anggota page ini, 2/3 mereka adalah remaja seko
lah. Adik-adik sekalian, besok lusa jika kalian berminat menjadi aparat negara,
ingatlah selalu, kekayaan, kekuasaan, jabatan itu sementara sekali sifatnya. Kit
a bangga punya rumah 10 Milyar? Seolah punya istana? Itu kosong sekali. Hampa sa
ja. Kita merasa keren dengan mobil2 mewah? Gaya hidup mewah? Itu juga kosong sek
ali. Orang2 ini, tidak pernah tahu hakikat kehidupan sejati, sifatnya selalu rak
us, dengan tetangga dia dengki, urusan orang lain dia buat susah, dan semua keje
lekan berkumpul satu di hatinya. Jika di dunia dia tidak mendapatkan balasannya,
besok lusa, sungguh pedih saat sakratul maut, sungguh menyakitkan di alam kubur
, pun di akherat, tak terbayangkan.
Maka adik2 sekalian, pilihlah hidup mulia meski sederhana. Orang2 yg sungguh mul
ia, sifatnya jelas terlihat. Dia bersahaja, dengan tetangga dia saling tegur sap
a, senantiasa memudahkan urusan orang lain, berkumpul semua sifat kebaikan di ha
tinya. Hidup ini sebentar saja, kemuliaan hidup tidak akan pernah tertukar walau
sesenti.

*Tere Liye

Anda mungkin juga menyukai