(sense of guility )
Psikologi modern tampaknya memberi porsi yang khusus bagi
perilaku keagamaan, walaupun pendekatan psikologis yang
digunakan terbatas pada pengalaman empiris. Psikologi agama
merupakan salah- satu bukti adanya perhatian khusus para ahli
psikologi terhadap peran agama dalam kehidupan kejiwaan
manusia.
Pendapat yang paling ekstrem pun tentang hal itu masih
menunjuk kan betapa agama sudah dinilai sebagai bagian dari
kehidupan pribadi manusia yang erat kaitannya dengan gejalagejala psikologis. Dalam beberapa bukunya, Sigmund Freud yang
dikenal sebagai pengembang psikoanalisis mencoba
mengungkapkan hal itu. Agama menurut Freud tampak dalam
perilaku manusia sebagai simbolisasi dari kebencian terhadap ayah
yang direfleksi dalam bentuk rasa takut kepada Tuhan. Secara
psikologis, agama adalah ilusi manusia. Manusia lari kepada ima
karena rasa ketidakberdayaannya menghadapi bencana. Dengan
demikian, segala bentuk perilaku keagamaan merupakan ciptaan
manusia yang timbul darl dorongan agar dirinya terhindar dari
bahaya dan dajiat membeiikan rasa aman. Untuk keperluan itu
manusia men. ciptakan Tuhan dalam pikirannya (Djamaluddin,
1994:71).
Agama tampaknya memang tak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia. Pengingkaran manusia terhadap agama agaknya
dikarenakan faktor-faktor tertentu baik yang disebabkan oleh
kepribadian maupun lingkungan masing-masing. Namun, untuk
menutupi atau meniadakan sama sekali dorongan dan rasa
keagamaan tampaknya sulit dilakukan. Manusia ternyata memiliki
unsur batin yang cenderung mendorongnya untuk tunduk kepada
Dzat yang gaib. Ketundukan ini merupakan bagian dari fektor intern
manusia yang dalam psikologi kepribadian dinamakan pribadi (self )
ataupun hati nurani (conscience man)
Agama sebagai fitrah manusia telah diinformasikan oleh Alquran:
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah );
tetaplah atas fitrah Allab yang telah menciptakan manusia menurut
fitrah itu. Tidak ada perubaban pada fitrah Allah. (ltulah) agama
yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.(QS
30:30)
B. Agama dan pengaruhnya terhadap kesehatan mental
Kesehatan mental (mental hygiene) adalah ilmu yang meliputl
sistem tentang prinsip-prinsip, peraturan-peraturan serta
prosedur-prosedur untuk mempertinggi kesehatan rohani
(M.Buchori, 1982:13). Orang yang sehat mentalnya ialah orang
yang dalam rohani atau dalam hatinya selalu merasa tenang,
aman, dan tentram. (M.Buchori. 1982:5). Menurut H.C.
Witherington, permasalahan kesehatan mental menyangkut
pengetahuan serta prinsip-prlnsip yang terdapat lapangan
psikologi, kedokteran, psikiatri, biologi, sosiologi, dan agama
(M.Buchori, 1982:5).
Dalam ilmu kedokteran dikenal istilah psikosomatik
(kejiwabadanan). Dimaksudkan dengan istilah tersebut adalah
untuk menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang erat antara
jiwa dan badan. Jika jiwa berada dalam kondisi yang kurang
normal seperti susah, cemas, gelisah, dan sebagainya, maka
badan turut menderita.
jika seseorang berada dalam keadaan normal, seimbang
hormon dan kimiawinya, maka ia akan selalu berada dalam
keadaan aman. Perubahan yang terjadi dalam kejiwaan itu disebut
D. MUSIBAH
Musibah merupakan pengalaman yang dirasakan tidak menyenangkan karena dianggap merugikan oleh korban yang terkena
musibah. Berdasarkan asal katanya, musibah berarti lemparan (
arramyah) yang kemudian digunakan dalam makna bahaya,
celaka, atau bencana dan bala. MenurutAl-Qurtubi,musibah adalah
apa saja yang menyakiti dan menimpa diri seseorang, atau
sesuatu yang berbahaya dan menyusahkan manusia, betapapun
kecilnya (EnsiklopediAl-Qur'an, 1997: 283).
Dalam menghadapi musibah, orang-orang memiliki keyakinan
yang layak.
Diterima oleh Sang Khalik sebagai hamba-Nya yang
berbakti. Memperoleh fasilitas dalam kehidupan surgawi
yang "bergelimang kenikmatan.
Kemudian dalam ajaran Islam, hari kebangkitan
merupakan bagian dari rukun iman. Mengenai Hari
Kebangkitan ini dikemukakan oleh Abul A'la al-Maududi:
Yang wajib kita beriman kepadanya mengenai hari itu,
ialah:
1. Bahwa Allah akan menghapuskan semesta alam ini dan
sekalian makhluk yang ada di dalamnya pada suatu hari
yang dikenal dengan hari kiamat.
2. Kemudian Allah Swt. akan menghidupkan mereka kembali
sekali lagi dan mengumpulkan mereka di hadapan-Nya.
Itu adalah "mahsyar atau "hari kebangkitan."
3. Kemudian segala sesuatu yang diperbuat oleh manusia,
yang baik dan yang buruk dalam kehidupan dunia
mereka, diajukan kepada pengadilan Allah Swt. tanpa
dikurangi dan tanpa dilebihkan.
4. Allah Swt. menimbang bagi tiap-tiap orang dati manusia
akan perbuatannya yang baik dan yang buruk.
Barangsiapa yang lebih berat daun timbangan
perbuatan.perbuatannya yang baik,' maka dia diampuniNya; dan barangsiapa yang lebih berat daun timbangan
perbuatanya yang buruk, maka ia disiksa-Nya.
5. Orang-orang yang diampuni-Nya masuk surga, dan
orang-orang yang disiksa-Nya masuik nerakai" (Abu A'la
AL-Maududi, 1985:93-94)
Masa
Fisik
pertumbuhan
tentu
dan
mengalami
perkembangan
pertumbuhan
yang
hingga
pertumbuhan
fisik
yang
demikian
ini
ikut
metenyentuh
aspek
spiritual.
Khususnya
yang
sudah
berada
dalam
kemantapan,
maka
perkembangan
budaya
ikut
berpengaruh
terhadap
pandangan
Kurosa..
Tetapi,
bagi
penganut
agama,
sikap
dalam
tuntunan
ajaran
agama,
akan
'lebih
tenang
dalam