Anda di halaman 1dari 16

BAB II

POTENSI SUMBER DAYA ALAM DAN


KONSEP EKSPLORASINYA

2.1. Potensi Sumber Daya Alam


Peradaban manusia tidak lepas dari pemanfaatan sumber daya alam (SDA), hubungan
antara keberadaan bahan galian serta SDA dengan bentuk kebudayaan yang ditimbulkan
terlihat misalnya pada kebudayaan Babilonia, Yunani, Romawi, Swarna Dwipa, Jawadwipa,
Cina, India dan lain-lain. Pada peradaban modern bahan galian merupakan faktor sangat
penting untuk menunjang industri yang secara langsung membentuk kebudayaan dan
peradaban tersendiri. Makin tinggi peradaban manusia, makin tinggi kebutuhan akan macam
dan jumlah bahan galian dari sumber daya alam yang digunakan. Beberapa bahan galian
terutama sebagai penyangga peradaban untuk saat ini adalah : Minyak dan gas bumi, energi
geotermal, mineral logam besi dan batubara sebagai fungsi langsung dalam industri
Metalurgi, tembaga dan peranannya dalam industri listrik dan elektronika, emas-perak
sebagai bahan industri, maupun sebagai perhiasan, timah-timbal-seng sebagai bahan
industri, aluminium sebagai bahan industri tinggi, logam-logam langka, mineral rare earth
untuk industri informatika, dan mineral metal lainnya, non metals atau industrial minerals
golongan C dan lainnya, sumber daya air dan lain-lainnya.
Di alam hampir semua unsur terdapat pada kulit bumi secara sedikit dan merata akan
tetapi konsentrasinya sangat rendah, cebakan Sumber Daya Alam (SDA) adalah
konsentrasi suatu bahan galian yang telah mengalami proses geologi tertentu sehingga
terjadi pengayaan. Untuk dapat dimanfaatkan bagi kehidupan manusia, cebakan tersebut
harus memenuhi persyaratan tertentu, antara lain konsentrasi, pengotoran, nilai ekonomi dan
lain-lainnya. Ekonomis atau tidaknya suatu cebakan tergantung dari beberapa faktor antara
lain : tatanan geologi (konsentrasi alamiah), kadar bahan SDA, faktor ekonomis, faktor
kesulitan eksplorasi dan eksploitasi, extraksi, dampak terhadap lingkungan, faktor
resiko yang harus diambil, keadaan sosial, politik dan faktor lainnya.

Tabel 2.1
Metal
Al
Cu
Cr
Au
Fe
Pb
Mn
Ni
Sn
Zn
U

Konsep dan strategi eksplorasi

Kandungan rata-rata
8.13
0.007
0.02
0.0000003
5.00
0.0016
0.10
0.008
0.004
0.013
0.0002

Bijih
30% - 50%
1%
30
0.00044
30 50%
4 7%
35%
1.5%
1%
4%
0.1%

Faktor Konservasi
4-6
140
1500
1400
6-10
2500-3500
350
175
250
300
500

2-1

Faktor Geologi menyangkut proses Geologi yang mengendalikan terjadinya konsentrasi


alamiah SDA, tatanan geologi menentukan macam eksplorasi, eksploitasi yang akan
dilakukan. Faktor Ekonomi menyangkut konsep ekonomi yang luas, naik turunnya dolar
serta naik turunnya harga minyak, bahan bakar dan sebagainya (untuk bahan logam bukan
hanya harga dari logam itu saja, tetapi termasuk substitute yang lebih murah). Faktor
Teknologi menyangkut pilihan teknologi, makin sulit keadaan SDA makin canggih
teknologinya yang digunakan, misalnya SDA yang terletak dibawah laut akan lebih sulit
daripada SDA didarat, makin dalam lau makin rumit juga penggunaan teknologi yang
digunakan dan sebagainya.
Faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi nilai ekonomis cebakan bahan
galian, makin besar resiko kerusakan lingkungan yang akan ditimbulkan makin tinggi isinya
yang harus dikeluarkan. Kendala lain adalah bahwa sumber daya alam (SDA) bersifat
Habis (exhaustabie) tidak tergantikan, makin lama endapan dengan konsentrasi tinggi
akan makin habis, akan tetapi endapan dengan konsentrasi lebih rendah terdapat jauh lebih
banyak, untuk itu dibutuhkan proses penyelidikan, eksplorasi, penambangan yang makin
rumit. Secara singkat status prospek bahan galian tergantung sekali pada konsep antara lain
oleh : Konsepsi Exhaustabie of Natural Resources, Konsepsi Ekonomis, Konsepsi Teknologi
Ekonomi, Konsepsi tentang dampak lingkungan di suatu daerah dan sebagainya.

2.2. Konsep Eksplorasi Mineral Bijih


Eksplorasi mineral bijih (mineral ekonomis) memerlukan Model Geologi Konseptual,
dimana dari sana akan didapatkan arahan eksplorasi yang akan dilakukan.

2.2.1 Model Geologi Konseptual


Seperti dijelaskan di atas, usaha eksplorasi mempunyai sasaran suatu objek geologi
atau gejala geologi yang mempunyai nilai ekonomis, misalnya suatu cebakan mineral. Kita
hanya bisa merancang suatu usaha eksplorasi jika kita mempunyai bayangan atau wujud
pasti mengenai gejala geologi yang akan kita cari ini. Wujud dari gejala geologi yang kita cari
ini adalah disebut Model Geologi Konseptual, dan model ini didapatkan dari pengetahuan
geologi yang didasarkan research dari gejala tersebut, dan terdapat dalam publikasi
keilmuan. Dengan kata lain pemodelan ini adalah aplikasi pengetahuan geologi untuk
hipotesa kerja (Kosoemadinata, 1950).
Model geologi dari sasaran eksplorasi ini harus diformulasikan dahulu, bukan saja
wujud dari objek geologi itu tetapi juga keadaan geologi yang memungkinkan terdapatnya
objek geologi itu serta letaknya dalam kerangka geologi itu.
Model geologi merupakan idealisasi dari keadaan geologi yang memungkinkan
terdapatnya objek geologi tersebut, posisinya dalam kerangka geologi itu serta
wujudnya dari objek geologi tersebut.
Visualisasi dari model ini dapat dalam bentuk diagram block, penampang ataupun
peta, tetapi tidak perlu divisualisasikan, karena menyangkut proses dan waktu.

Konsep dan strategi eksplorasi

2-2

Untuk perencanaan eksplorasi ada dua macam model yaitu:


1.

Model Konseptual Geologi Regional

2.

Model Konseptual Geologi Detail

Sebagai dasar dari model Konseptual geologi regional biasanya adalah teori proses
cara terbentuknya tatanan Geologi dimana objek itu terdapat, a.l. genesa dari endapan
mineral. Model ini dapat bersifat global, misalnya proses pembentukan endapan logam atau
proses pembentukan cekungan minyak dan batubara ditinjau dari segi tektonik lempeng.
Untuk Indonesia yang penting adalah daerah penekukan (subduction zone).

Gambar 2.1 Model konseptual regional keberadaan mineral bijih


pada jalur kepulauan (island arc)

Gambar 2.2 Model konseptual regional keberadaan mineral bijih


pada daerah subduksi

Konsep dan strategi eksplorasi

2-3

Gambar 2.3 Model konseptual pada regional

Gambar 2.4 Model konseptual detail pada endapan phosphire di Irian Jaya

Konsep dan strategi eksplorasi

2-4

2.2.2 Genesa Endapan Mineral Bijih


Genesa Endapan Mineral sebagai dasar Model Geologi Konseptual didasarkan
kepada genesa endapan mineralterbentuk ;
Karena genesa endapan mineral akan merupakan dasar untuk memformulasikan
(membentuk) model geologi regional:
Klasifikasi pembentukan endapan mineral untuk model geologi harus didasarkan atas
genesa; atau cara terbentuknya endapan mineral atau gejala geologi yang di eksplorasiyang
menyangkut Model geologi antara lain:
1. Waktu Pembentukan relative terhadap batuan sekelilingnya.
2. Batuan sumber dari unsure-unsur yang membentuk endapan mineral tsb
3. Proses Pembentukan Geologi

WAKTU PEMBENTUKAN;
Waktu pembentukan dapat dibagi atas:
a. Syngenetic dibentuk pada waktu yang sama dengan batuan yang
mengelilinginya; a.l. batuan sediment (formed at same time as enclosing rock eg.
Sedimentary beds); gold placers; pegmatites; oxides & silphides in some basic
igneous rocks.
b. Epigenetic terbentuk setelah konsolidasi batuan yang mengelilinginya, dengan
demikian diintrodusir dari atas, dari bawah, ataupun dari samping (formed after
consolidation of the rock enclosing them, therefore introduced from either above
supergene, or from below hypogene, or by lateral secretion.)
1. Supergene (Dari atas)
2. Hypogene (Dari bawah)
3. Lateral Secretion (Dari sekelilingnya)
c. Kemungkinan Kombinasi; endapan mineral dapat terjadi secara syngenetic
sebagian, epigenetic sebagian karena rekonsentrasi dari mineral/logam yang
secara aseli telah hadir, atau diintrodusir oleh beberapa logam dari tempat lain ( ore in part may be syngenetic, in part epigenetic due either to re-concentration of
metals originally present, or to later introduction of some metals from elsewhere
(?), contoh: Rand-gold-uranium deposits South Afrika.

Waktu pembentukan sangat penting dalam pembuatan model geologi detail,


terutama yang menyangkut bentuk geometri endapan dalam hubungan dengan batuan
sekelilingnya.

Konsep dan strategi eksplorasi

2-5

ASAL/SUMBER (BATUAN)
a. Sumber Magmatic ; termasuk sumber emanasi volkanik- contoh : Fe, Ni, Co, Pt, W, Mo,
Cu, Pb, Zn, etc.
b. Sumber dari sediment ; contoh batubara, logam-logam : - Cu, Pb, Zn, Fe, oxides.
c.

Sumber dari Batuan Beku/Sediment yang mengalami metamorphisme dan/atau


pelapukan (source in rocks (igneous or sedimentary) undergoing metamorphism and/or
undergoing wathering., contoh minyak dan gas bumi; logam Sn, Ni, Al.

Dalam soal sumber kadangkala sumber aslinya sekarang telah tidak ada lagi, misalnya
jika sumber ini dinyatakan dari sediment, dalam hal ini sumber aselinya adalah air laut dalam
hal seperti fosphat marin, atau organisme tumbuhan/air payau dalam hal batubara.

PROSES-PROSES GEOLOGI
Harus disadari bahwa praktis semua proses geologi mempunyai peranan dalam
waktu ke waktu dalam mengkonsentrasikan endapan geologi (Recognize that all geological
processes may at one time or another play a part in concentration of ores. Through not
important glaciers have been known to pluck and move ore bodies eg. Kennecott Gold in ice
at Yellowknife, wind had distributed copper salts in arid regions, Chile.

Proses-proses geologi utama:


Proses-proses utama yang telah mengkonsentrasikan logam dalam endapan mineral dalam
bentuk yang dikenal sekarang adalah:
1. Proses Ortomagmatik yang membentuk batuan beku dan bijih ortomagmatik
(Orthomagmatic Processes forming igneous rocks and ortho magmatic ores.)
2. Proses-proses pasca Magmatik (Igneous After Effects)
a. Pyrometasomatic
b. Pegmatitic
c. Hydrothermal (Hypogene)
3. Proses Pelapukan (Weathering)
- oxidasi,
- carbonatisasi, hidrasi
- pelarutan (leaching), pengkayaan supergene (enrichment),
- sirkulasi dalam air tanah yang menghasilkan endapan hidrotermal supergene
(deep circulation of ground waters to give supergene hydrothermal deposits)

4. Proses Sedimentasi (Sedimentation)


- Pengendapan Sedimen Mekanis atau Klastik (Deposition mechanical or clastic
sediments)
- Pengendapan Sedimen Kimiawi (Deposition of Chemical sediments)
- Pengendapan sedimen colloid (Deposition of colloidal sediments)

Konsep dan strategi eksplorasi

2-6

- Proses Diagenesa (Diagenetic processes)

5. Proses Metamorfosisme Regional, Thermal dan Dynamik


- rekristalisasi batuan dan bijih (Recrystallization of rocks and ores.)
- redistribusi logam yang tersebar dalam mineral batuan, atau sebelumnya endapan
bijih endapan hidrotermal sekunder Redistribution of metals disseminated in
rocks minerals, or ini prevo\iously formed ore deposits secondary hydrothermal
deposits.
granitization and Porphyritization.

6. Kombinasi dari Proses-proses tersebut di atas (Combinations of above processes)


a.l.
Eg. Magmatic or hydrothermal plus later weathering, leaching or enrichment.
Regional or dynamic metamorphism imposed on hydrothermal or sedimentary ore
etc.
- Maka suatu model suatu endapan mineral harus mencakup waktu pembentukan,
sumber asal unsure-unsur dalam endapan dan pross pembentukan geologinya.
- Suatu endapan mineral dapat mempunyai lebih dari satu tipe dengan waktu
pembentukan dan proses geologi yang berlainan, sesuai dengan kebutuhannya
untuk menerapkannya pada keadaan geologi lokal maupun regional.
Dalam formulasi model eksplorasi untuk suatu daerah harus dipilihkan jenis
model geologi dari endapan mineral yang dicari dahulu yang sesuai dengan keadaan
geologi daerah tersebut.

Tektonik Global sebagai bagian untuk pengayaan


Teori mengenai tektonik lempeng memberikan model akan terdapatnya berbagai
endapan mineral secara global; jalur-jalur tektonik tertentu lebih memungkinkan terdapatnya
endapan

tertentu;

contohnya

untuk

Indonesia

jalur-jalur

penekukan/subduction

memungkinkan jenis endapan logam tertentu pada bahagian-bahagian tertentu dari jalur
tersebut al :

1.

Outer-arc dengan logam Ni dsb

2.

Fore-arc dengan kemungkinan Kuroko deposits, dan juga


kemungkinan gas.

3.

Magmatic-arc dengan kemungkinan base-metals, mas, Cu, dsb

4.

Back-arc basin, dengan batubara, minyak dan gas bumi dll

5.

Shield, cratoni dengan base metals, Al, Mo, W, dsb.

Lokasi dari endapan mineral juga tergantung dari berbagai jenis subduction,
seperti Andean type, Sunda type, dsb. Jalur-jalur subduksi lama, seperti Suture Zones
juga merupakan loci untuk berbagai endapan mineral.

Konsep dan strategi eksplorasi

2-7

Pembentukan model geologi global ini penting untuk perusahaan multinasional


dalam penentuan program eksplorasinya di seluruh dunia.

2.2.3 Klasifikasi Mineral Bijih


Banyak klasifikasi mineral bijih yg telah dipublikasikan yang terkenal , klasifikasi
berdasarkan genetik magmatik, hidrothermal dari Bateman, Daley adalah :

2.2.3.1 KLASIFIKASI BERDASARKAN GENETIK


UNESCO Classification (Lindqrens & Schneiderhohn), mengeluarkan klasifikasi berdasarkan
konsep di atas berikut: Superficial Alteration, Sedimentary, Alluvial, Exhalati ves Sedimentary,
Volcanogenic, Hydrothermal Undifferentisted, Telethermal or Epithermal, Mesothermal,
Cathathermal,

Cathathermal

or

Pneumatolytic,

Pneumatolytic,

Pegmatic,

Magmatic,

Methamorphogenic or Metasomatic, Methamorphosed.

2.2.3.2 KLASIFIKASI BIJIH BERDASARKAN BENTUK MORFOLOGI


Pelissonied (1972)
Discordant

1. Purely vein type


2. Multi fissured

Subconcordant discordant
Concordant

3. Subconcordant
4. Concordant

Terminologi yang sering dipakai:


Strata bound;Stratified; Dence not work of mineralized in one lithologic zone
(subconcordant discordant).
Stock work : pipe / chimbey / column 2 fissures stock work in steeply plunging
elongated shear zone or bedding zone; pipe; chimney; column.
Manto : relatively flathying and may or may not be strata bound, bedded vein/; sheet
vein: ; ditto European type; blanket/; Impragnation.

2.2.3.3 KLASIFIKASI BERDASARKAN LINGKUNGAN SONGE (1974)


I.

Exogenetic ore deposit


a. Formed in the Ground water domain
b. Formed in surface water

Konsep dan strategi eksplorasi

2-8

II.

Endogenetic ore deposit


a. Related to Magmatic intrutions
b. Related to Volcanism
c.

Related to Tectonism

d. Related to Metamorphism
III.

Organic ore deposit

2.2.3.4 KLASIFIKASI BERDASARKAN ASOSIASI LINGKUNGAN GEOLOGI


Akhir-akhir ini berkembang suatu klasifikasi cebakan mineral berdasarkan Asosiasi
Lingkungan Geologi. Klasifikasi ini lebih berguna untuk eksplorasi. Pertambangan skala besar
(Large scale mining) pada sistem ini mungkin saja terdapat bermacam-macam pengayaan
yang terjadi seperti Oksidasi, Residual, Placer dan lain-lain, yang mengacu kejadian kepada
Sumber Bahan tersebut akibat suatu tatanan Geologi tertentu. Unsur-unsur yang terkayakan
biasanya suatu kelompok unsur yang mempunyai kesamaan sifat Fisika, Kimia, terjadi
bersamaan karena kesamaan golongan di dalam table Periodik atau ion-ion atom.
Porphyri Copper Type Deposit
Cebakan bijih model ini umumnya terjadi pada lingkungan:
-

Orogen Muda.

Intrusi batuan beku intermediet.

Setting Tektonik tertentu.

Pengkayaan karena pelapukan dan Oksidasi.

Contoh cebakan tembga terdapat di Tembaga Pura yang kaya akan unsur: Cu, Po, Pt, Au,
Ag. Metoda Geofisika, yang digunakan Metoda Geomagnet dan Gaya Berat untuk batuan
intrusinya. Metoda Geolistrik dan seismic refraksi untuk batas pelapukannya, serta Metoda
IP, SP untuk distribusi urat mineral sulfida.
New Caledonian Type Deposit
Cebakan jenis ini biasanya berhubungan dengan intrusi batuan beku ultra basa seperti
Peridotite, Diabase, Gabro, di Soroako, New Caledonia. Pengayaan terjadi karena pelapukan
dan residual yang dikayakan oleh proses oksidasi dan air tanah (zona reduksi): unsurunsurnya Ni, Ca, Ti. Metoda Geofisika yang baik adalh magnetic, gaya berat untuk intrusinya.
Metoda tahan jenis dan seismic refraksi untuk menyelidiki batas pelapukan dan muka air
tanah serta pengayaannya.

Konsep dan strategi eksplorasi

2-9

Nibium Tantalium Type Deposite


Nb, Sn, Co, berhubungan dengan intrusi granite, pegmatik, contoh: endapan timah di Bangka
Belitung, Malaysia, Thailand.
Epitermal Gold
SKARN DEPOSIT, dll.

2.3. Bagaimana Cebakan Hidrokarbon (minyak dan gas bumi) terbentuk dan dimana
mencarinya
Minyak dan gas bumi terbentuk dari jazad renik (plankton) yang ikut terendapkan
bersama-sama pengendapan batuan sedimen pada suatu cekungan sedimen. Selama masa
sedimen cekungan terus ditimbuni bahan endapan sedimen klasik yang akan terus mengubur
endapan terdahulu. Akibat panas dan tekanan yang bertambah tinggi maka kumpulan
endapan jasad renik tadi yang biasanya terkubur bersama-sama dengan formasi batuan
Shale (lempung), akan menjadi batuan sumber minyak dan gas yang disebut Source
Rocks. Akibat besarnya tekanan yang diderita formasi batuan ini maka minyak akan
mengalir keluar dan menuju kepada batuan yang mempunyai porositas tinggi, misalnya batu
pasir, batuan terumbu dan sebagainya, proses perpindahan minyak ini disebut Migrasi.
Batuan tempat minyak menetap disebut batuan waduk atau umum disebut Reservoir
Rocks.

Gambar 2.5 Pengendapan Sedimen yang membawa jasad renik pada cekungan
sedimen delta (Jain K. C., 1982)

Konsep dan strategi eksplorasi

2-10

Gambar 2.6 Pengendapan Sedimen yang membawa jasad renik pada cekungan sedimen
Danau (Jain K. C., 1982)

Agar minyak tidak bermigrasi lagi ke tempat lain batuan waduk harus ditutupi oleh
batuan yang bersifat kedap (impermeable) yang disebut lapisan penutup atau Seals.
Batuan dimana tidak mungkin dijumpai minyak pada system cekungan tersebut disebut
batuan dasar atau Basement Rocks. Seluruh sistem dimana minyak terakumulasi disebut
perangkap minyak atau trap. Trap ini dapat bermacam-macam bentuk antara lain : Trap
struktur, stratigrafi atau gabungan dari kedua sistem.
Ada tiga hal mendasar yang mempengaruhi akumulasi hidrokarbon di bawah
permukaan: reservoar, perangkap (trap), dan sumber (source). Reservoar adalah tubuh
batuan yang memiliki porositas yang baik untuk kandungan hidrokarbon. Perangkap (trap)
adalah konfigurasi batuan yang memberikan isolasi terhadap hidrokarbon terhadap batuan di
sekitarnya. Terakhir, sumber (source) yang mengandung bahan organik yang dapat
menghasilkan hidrokarbon, kemudian bermigrasi ke reservoar, dan terakumualsi ke dalam
perangkap yang berkembang.

Reservoar
Reservoar adalah tubuh batuan dengan porositas yang mampu dilaui oleh fluida.
Batupasir, batugamping dan dolomit adalah reservoar yang paling umum ditemukan. Properti
kapilar dari pori sangat berpengaruh terhadap karakter batuan yang menjadi reservoar. Oleh
karenannya, bentuk dan ukuran pori serta kemampuan interkoneksinya, mempengaruhi
kemampuan untuk dilalui fluida. Banyak variasi ukuran pori-pori yang terdapat pada batuan;
dari ukuran sub-mikron pada kapur, hingga ukuran celah besar pada karang karbonat.
Ukuran menjadi aspek yang sangat mempengaruhi jalur interkoneksi antara pori dan tubuh
batuan. Sebagai contoh, banyak batuan sedimen yang terbentuk dari partikel berukuran pasir
(berdiameter 0.6-2 mm) yang terendapkan akibat arus sungai ataupu arus laut. Beberapa
material terbungkus di dalam spasi pori antara satu partikel yang ukurannya sejenis, dan pori

Konsep dan strategi eksplorasi

2-11

ini berhubungan ke jalur yang lebih sempit ke ukuran yang lebih kecil dengan ukuran sejenis,
umumnya hal ini sangat baik untuk dilalui fluida.

Gambar 2.7 Transisi antara batuan reservoar dan batuan seal,


G = Butir S = Matriks Shale O = Minyak dan W = Air

Variasi ukuran dalam unsur batuan akan berpengaruh terhadap ukuran pori dan
kemampuan menghubungkan antar batuan, oleh karenanya akan mempengaruhi karakter
batuan sebagai reservoar.

Perangkap (trap)
Penentuan perangkap merupakan hal yang paling utama dalam tahapan eksplorasi.
Strategi eksplorasi adalah bagaimana memahami kerangka kerja dari unsur struktur dan
strata sedimentasi di cekungan, untuk mendapatkan potensi yang meyakinkan, dan
bagaimana merancang agar dapat mendeteksi keberadaannya.
Perangkap terbentuk akibat dari ketidakmenerusan kerangka batuan, yang sejajar
dengan reservoar dan lapisan penetup, sehingga hidrokarbon tidak dapat keluar dari
reservoar. Lapisan penutup berbeda dengan reservoar, lapisan penutup mengandung spasi
pori yang kecil ataupun interkoneksi yang tidak hadir, sehingga hidrokarbon tidak bisa
melewatinya. Lapisan penutup sangat bervariasi.

Lapisan penutup dapat berupa batuan

sedimen berporositas kapilar (yang tidak dapat dilewati minyak padat, tetapi sangat permiabel
terhadap air dan gas) hingga batuan yang tidak poros sama sekali, seperti lapisan garam,
anhidrit dan lempung. Pada akhirnya lapisan penutup yang sempurna ialah lapisan yang tidak
dapat dilewati oleh gas ataupun cairan.

Konsep dan strategi eksplorasi

2-12

Gambar 2.8 Contoh Beberapa Pemerangkapan Minyak dan Gas Bumi secara
Ideal (Sheriff, R.E dan L.P Geldart, 1995)

Perangkap dapat muncul dalam bentuk yang bervariasi, tetapi diklasifikasikan


berdasarkan struktur dan stratigrafi. Perangkap stratigrafi terbentuk oleh perubahan pada
lapisan ataupun penjumlahan lentikular

endapan

batuan sedimen berdasarkan karakter

reservoar, yang terdapat pada lapisan penutup. Perangkap stratigrafi diakibatkan oleh
lipatan-lipatan ataupun sesar-sesar dari lapisan batuan, yang memisahkan kesejajaran
reservoar dengan lapisan penutup. Banyak perangkap yang dihasilkan dari kombinasi
struktural dan konfigurasi stratigrafi.

Sumber (source)
Pencarian sumber hidrokarbon telah menjadi subjek penelitian dari tahapan
eksplorasi. Setelah beberapa dekade terakhir pengertian tentang geokimia dan fisika telah
meningkatkan kemampuan sintesa yang signifikan terhadap pola generasi hidrokarbon dan
migrasi. Saat ini telah diterima secara umum, hidrokarbon terbentuk dari batuan yang kaya
akan unsur organik dimana saat organik tersebut, terkubur di sedimen berbutir bagus yang
terisolasi dari oksidasi. Batuan yang kaya akan organik tersebut terkubur pada suatu
kedalaman dalam satu jangka waktu, yang memungkinkan terjadinya alterasi pada material
batuan tersebut menghasilkan satu generasi hidrokarbon. Proses metamorfosa organik
dikontrol oleh faktor termal. Awalnya batuan sumber (source) melalui satu sekuen generasi
hidrokarbon yang diikuti oleh peningkatan temperatur, yang umumnya berasosiasi dengan
peningkatan kedalaman, oleh generasi gas. Umumnya hanya pada sedimen yang lebih
dalam hanya gas (methane) yang akan terbentuk. Jenis organik juga menentukan suatu
generasi hidrokarbon. Organik lipid dapat menghasilkan baik hidrokarbon berat ataupun
ringan. Sedangkan material humic, seperti batubara, menghasilkan hanya hidrokarbon
ringan, umumnya methane.
Suatu pertanyaan yang tidak terpecahkan, subjek dari intensitas penelitian di masa
mendatang, yaitu mengkhawatirkan cara kerja hidrokarbon terusir dari batuan sumber dan
bagaimana mereka bermigrasi ke perangkap dan terakumulasi di perangkap.

Konsep dan strategi eksplorasi

2-13

Gambar 2.9. Berbagai contoh Perangkap (Sheriff. R.E. dan L.P. Geldart, 1995)

Konsep dan strategi eksplorasi

2-14

Gambar 2.10. Pembentukan Hidrokarbon terjadi pada batuan


yang mengandung unsur organik dan mengalami

Kajian Batuan Sumber


Tujuan utama dalam penelitian batuan sumber, beserta generasi dan migrasi
hidrokarbon telah memperhitungkan faktor geokimia organik. Aplikasi geokimia yang luas
pada eksplorasi minyak baru saja diperhitungkan.
Tissot dan Welte (1978) memberikan penjelasan yang seksama tentang geokimia
batuan sumber hidrokarbon dan beberapa penjelasan geologinya serta kontrol-kontrol
hidrokarbon di bumi. Beberapa tahapan dalam sejarah akumulasi bahan organik sbb:
1. Generasi dan akumulasi bahan organik pada cekungan sedimen
2. Tahapan isolasi bahan material yang lebih dulu terkubur kemudian
menggantikan lapisan-lapisan sedimen
3. Suatu tahapan dimana temperatur yang cenderung naik selama proses
penimbunan di cekungan, mengakibatkan alterasi pada bahan material, yang
mempengaruhi kematangan minyak atau gas, dan
4. Perpindahan minyak ataupun gas yang sudah matang dan bermigrasi
menuju lapisan perangkap.
Lingkungan tertentu sangat baik untuk akumulasi bahan material, karena lingkungan
tersebut terlindungi dari perusakan yang disebabkan oleh oksidasi ataupun penurunan pada
saat penimbunan. Oleh karena itu, proses pengendapan yang terjadi di suatu lingkungan
yang memiliki tingkat sirkulasi dan pergolakan yang tinggi, tidak baik untuk perkembangan

Konsep dan strategi eksplorasi

2-15

bahan organik, tetapi merupakan lokasi yang baik untuk pengendapan batuan sedimen kasar,
yang membentuk reservoar yang sangat potensial. Lokasi yang baik untuk perkembangan
bahan organik yaitu, bagian terdalam dari danau, lautan, lagoon yang terperangkap, ataupun
tepian rawa, dimana enerdi pengendapan sangat rendah, yang memungkinkan
terakumulasinya batuan sedimen berbutir halus.
Setiap jenis bahan organik memiliki potensial yang berbeda untuk menjadi generasi
minyak dan gas. Hal ini dibedakan menjadi tiga bagian oleh Tissot dan Welte (1978), ditinjau
dari kandungan bahan lipid dan humic. Umumnya, bahan lipid akan menghasilkan minyak
dan bahan humic akan menghasilkan gas. Kelas I adalah kandungan lipid yang mewakili
bahan organik yang dihasilkan pada daerah lakustrin tertentu ataupun lingkungan laut (marin)
yang berasal dari algal, sebgai contoh batuan lempung yang mengandung minyak di Green
River. Kelas II mewakili lingkungan laut (marin), dengan kehadiran berbagai jenis sumber
bahan organik. Kelas III didominasi oleh humic dan dicirikan oleh bahan batubara yang
dihasilkan di lingkungan marginal hingga nonmarin, sebagai contoh sekuen batubara di
Pennsylvania dan Upper Cretaceous Amerika Utara.
Pengetahuan tentang termal suatu sedimen organik, sangat berpengaruh dalam
menaksir tingkat kematangan hidrokarbon pada masa sekarang. Kematangan adalah satu
fungsi rata-rata penimbunan dari waktu pengendapan hingga sekarang dan penurunan
geotermal terhadap sedimen yang telah dialui. Beberapa tehnik pengukuran, baik kuantitatif
(vitrinite reflectance) dan kualitatif (spore, pollen dan conodont coloration), telah berkembang
dalam menentukan tingkat kematangan saat ini.
Penilaian geologi tentang potensi hidrokarbon pada satu cekungan, harus termasuk
pada penentuan (1) Lokasi stratigrafi dan geografi dari sedimen yang kaya akan bahan
material dan jenis bahan material yang ada, (2) tingkat kematangannnya, dan (3)
kemungkinan jalur migrasi dari sumber ke reservoar. Dengan ketersediaan data tersebut,
prediksi dapat dilakukan hingga besarnya volume dan jenis hidrokarbon yang ada dan daerah
yang terdapat perangkap-perangkap yang memungkinkan untuk dieksploitasi. Penelitian ini
juga termasuk pengembangan model sejarah cekungan yang diprediksi berdasarkan simulasi
komputer, memperhitungkan faktor tersebut ataupun faktor-faktor lainnya.

Konsep dan strategi eksplorasi

2-16

Anda mungkin juga menyukai