Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Politik dari bahasa Yunani: politicos, yang berarti dari, untuk, atau yang berkaitan
dengan warga Negara. dari bahasa Inggris politic : bijaksana, beradab, berakal, yg
dipikirkan, polite : sopan, halus, beradab, sopan santun, terpilih, yg halus budi bahasanya.
Politik juga dapat diartikan sebagai proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam
masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam
Negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang
berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik.
Politik tidak bisa dilepaskan dari sebuah Negara. politik dapat berdampak positif dan
berdampak negative. Maka daripada itu pentingnya kita mengetahui sejarah dari pada politik
itu sendiri. Sejarah politik di era orde lama, era orde baru dan era reformasi. Dengan kita
mengetahui sejarah politik di Indonesia. Kita dapat menilai atau membandingkan politik di
masa dahulu dengan masa sekarang.
Rumusan masalah:
1. Bagaimana keadaan politik di era orde lama (1945 - 1966)
2. Bagaimana keadaan politik di era orde baru (1966 - 1998)
3. Bagaimana keadaan politik di era reformasi (1998 - sekarang)

BAB II
ISI
PENGERTIAN POLITIK
Politik dari bahasa Yunani: politicos, yang berarti dari, untuk, atau yang berkaitan dengan
warga Negara. dari bahasa Inggris politic : bijaksana, beradab, berakal, yg dipikirkan,
polite : sopan, halus, beradab, sopan santun, terpilih, yg halus budi bahasanya. Politik juga
dapat diartikan sebagai proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat
yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam Negara. Pengertian
ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat
politik yang dikenal dalam ilmu politik.
Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun
nonkonstitusional.
Di samping itu politik juga dapat dilihat dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain:

politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan
bersama (teori klasik Aristoteles)

politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara

politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan


kekuasaan di masyarakat

politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan
publik.

POLITIK DI ERA ORDE LAMA (1945- 1968)


KONFIGURASI POLITIK ERA ORDE LAMA
Presiden Soekarno pada tanggal 5 Juli 1959 mengeluarkan Dekrit Presiden yang isinya
pembubaran konstituante, diundangkan dengan resmi dalam Lembaran Negara tahun 1959
No. 75, Berita Negara 1959 No. 69 yang berisi beberapa penetapan- penetapan berikut ini:

a. berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950,
b. pembentukan MPRS dan DPAS. Salah satu dasar pertimbangan dikeluarkannya
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 adalah gagalnya konstituante melaksanakan tugasnya. Pada masa
ini Soekarno memakai sistem DEMOKRASI TERPIMPIN. Tindakan Soekarno
mengeluarkan Dekrit pada tanggal 5 Juli 1959 dipersoalkan keabsahannya dari sudut yuridis
konstitusional, sebab menurut UUDS 1950 Presiden tidak berwenang memberlakukan atau
tidak memberlakukan sebuah UUD, seperti yang dilakukan melalui dekrit. Sistem ini yang
mengungkapkan struktur, fungsi dan mekanisme, yang dilaksanakan ini berdasarkan pada
sistem Trial and Error yang perwujudannya senantiasa dipengaruhi bahkan diwarnai oleh
berbagai paham politik yang ada serta disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang cepat
berkembang. Sistem Trial and Error telah membuahkan sistem multi ideologi dan multi
partai politik yang pada akhirnya melahirkan multi mayoritas, keadaan ini terus berlangsung
hingga pecahnya pemberontakan DI/TII yang berhaluan theokratisme Islam fundamental
(1952-1962) dan kemudian Pemilu 1955 melahirkan empat partai besar yaitu PNI, NU,
Masyumi dan PKI yang secara perlahan terjadi pergeseran politik ke sistem catur mayoritas.
Kenyataan ini berlangsung selama 10 tahun dan terpaksa harus kita bayar tingggi berupa:
(1). Gerakan separatis pada tahun 1957
(2). Konflik ideologi yang tajam yaitu antara Pancasila dan ideologi Islam, sehingga terjadi
kemacetan total di bidang Dewan Konstituante pada tahun 1959.

PARTAI POLITIK DALAM ERA ORDE LAMA


Orde Lama adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soekarno di Indonesia.
Orde Lama berlangsung dari tahun 1945 hingga 1968. Dalam jangka waktu tersebut,
Indonesia menggunakan bergantian sistem ekonomi liberal dan sistem ekonomi komando.
Di saat menggunakan sistem ekonomi liberal, Indonesia menggunakan sistem
pemerintahan

parlementer.

Presiaden

Soekarno

di

gulingkan

waktu

Indonesia

menggunakan sistem ekonomi komando.


Pada 18 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) melantik Soekarno
sebagai Presiden dan Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden dengan menggunakan
konstitusi yang dirancang beberapa hari sebelumnya. Kemudian dibentuk Komite Nasional
Indonesia Pusat (KNIP) sebagai parlemen sementara hingga pemilu dapat dilaksanakan.

Kelompok ini mendeklarasikan pemerintahan baru pada 31 Agustus dan menghendaki


Republik Indonesia yang terdiri dari 8 provinsi: Sumatra, Kalimantan (tidak termasuk
wilayah Sabah, Sarawak dan Brunei), Jawa Barat, Jawa

Tengah, Jawa

Timur, Sulawesi, Maluku (termasuk Papua) dan NusaTenggara

Pada masa sesudah kemerdekaan, Indonesia menganut sistem multi partai yang
ditandai dengan hadirnya 25 partai politik. Hal ini ditandai dengan Maklumat Wakil Presiden
No. X tanggal 16 Oktober 1945 dan Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945.
Menjelang Pemilihan Umum 1955 yang berdasarkan demokrasi liberal bahwa jumlah parpol
meningkat hingga 29 parpol dan juga terdapat peserta perorangan.
Pada masa diberlakukannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, sistem kepartaian Indonesia
dilakukan penyederhanaan dengan Penpres No. 7 Tahun 1959 dan Perpres No. 13 Tahun 1960
yang mengatur tentang pengakuan, pengawasan dan pembubaran partai-partai. Kemudian
pada tanggal 14 April 1961 diumumkan hanya 10 partai yang mendapat pengakuan dari
pemerintah, antara lain adalah sebagai berikut: PNI, NU, PKI, PSII, PARKINDO, Partai
Katholik, PERTI MURBA dan PARTINDO. Namun, setahun sebelumnya pada tanggal 17
Agustus

1960,

PSI

dan

Masyumi

dibubarkan.

Dengan berkurangnya jumlah parpol dari 29 parpol menjadi 10 parpol tersebut, hal ini tidak
berarti bahwa konflik ideologi dalam masyarakat umum dan dalam kehidupan politik dapat
terkurangi. Untuk mengatasi hal ini maka diselenggarakan pertemuan parpol di Bogor pada
tanggal

12

Desember

1964

yang

menghasilkan

"Deklarasi

Bogor."

POLITIK DI ERA ORDE BARU (1966- 1998)


KONFIGURASI POLITIK ERA ORDE BARU

Peristiwa yang lazim disebut Gerakan 30 September/Partai Komunis Indonesia


(G30S/PKI) menandai pergantian orde dari Orde Lama ke Orde Baru. Pada tanggal 1 Maret
1966 Presiden Soekarno dituntut untuk menandatangani sebuah surat yang memerintahkan
pada Jenderal Soeharto untuk mengambil segala tindakan yang perlu untuk keselamatan
negara dan melindungi Soekarno sebagai Presiden. Surat yang kemudian dikenal dengan
sebutan Surat Perintah Sebelas Maret ( SUPERSEMAR ) itu diartikan sebagai media

pemberian wewenang kepada Soeharto secara penuh.


sidang MPRS yang berlangsung pada Juni-Juli 1966. Hasil yang ditetapkan oleh sidang
tersebut adalah
a. Mengukuhkan Supersemar dan melarang PKI berikut ideologinya tubuh dan
berkembang di Indonesia.
b. Menyusul PKI sebagai partai terlarang, setiap orang yang pernah terlibat dalam
aktivitas PKI ditahan. Sebagian diadili dan dieksekusi, sebagian besar lainnya
diasingkan ke pulau Buru.
Pada masa Orde Baru pula pemerintahan menekankan stabilitas nasional dalam program
politiknya dan untuk mencapai stabilitas nasional terlebih dahulu diawali dengan apa yang
disebut dengan konsensus nasional. Ada dua macam konsensus nasional, yaitu :
1. Pertama berwujud kebulatan tekad pemerintah dan masyarakat untuk melaksanakan
Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Konsensus pertama ini disebut juga
dengan konsensus utama.
2. Sedangkan konsensus kedua adalah konsensus mengenai cara-cara melaksanakan
konsensus utama. Artinya, konsensus kedua lahir sebagai lanjutan dari konsensus utama dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan. Konsensus kedua lahir antara pemerintah dan
partai-partai politik dan masyarakat.
PARTAI POLITIK DALAM ERA ORDE BARU
Dalam masa Orde Baru yang ditandai dengan dibubarkannya PKI pada tanggal 12 Maret
1966 maka dimulai suatu usaha pembinaan terhadap partai-partai politik. Pada tanggal 20
Pebruari 1968 sebagai langkah peleburan dan penggabungan ormas-ormas Islam yang sudah
ada tetapi belum tersalurkan aspirasinya maka didirikannyalah Partai Muslimin Indonesia
(PARMUSI) dengan massa pendukung dari Muhammadiyah, HMI, PII, Al Wasliyah, HSBI,
Gasbindo, PUI dan IPM.
Selanjutnya pada tanggal 9 Maret 1970, terjadi pengelompokan partai dengan terbentuknya
Kelompok Demokrasi Pembangunan yang terdiri dari PNI, Partai Katholik, Parkindo, IPKI

dan Murba. Kemudian tanggal 13 Maret 1970 terbentuk kelompok Persatuan Pembangunan
yang terdiri atas NU, PARMUSI, PSII, dan Perti. Serta ada suatu kelompok fungsional yang
dimasukkan dalam salah satu kelompok tersendiri yang kemudian disebut Golongan Karya.
Dengan adanya pembinaan terhadap parpol-parpol dalam masa Orde Baru maka terjadilah
perampingan parpol sebagai wadah aspirasi warga masyarakat kala itu, sehingga pada
akhirnya dalam Pemilihan Umum 1977 terdapat 3 kontestan, yaitu Partai Persatuan
Pembangunan (PPP) dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) serta satu Golongan Karya.
Hingga Pemilihan Umum 1977, pada masa ini peserta pemilu hanya terdiri sebagaimana
disebutkan diatas, yakni 2 parpol dan 1 Golkar. Dan selama masa pemerintahan Orde Baru,
Golkar selalu memenangkan Pemilu. Hal ini mengingat Golkar dijadikan mesin politik oleh
penguasa saat itu.

POLITIK DI ERA REFORMASI (1998- sekarang)


Mundurnya Soeharto dari jabatannya pada tahun 1998 dapat dikatakan sebagai tanda
akhirnya Orde Baru, untuk kemudian digantikan Era Reformasi.Masih adanya tokoh-tokoh
penting pada masa Orde Baru di jajaran pemerintahan pada masa Reformasi ini sering
membuat beberapa orang mengatakan bahwa Orde Baru masih belum berakhir. Oleh karena
itu Era Reformasi atau Orde Reformasi sering disebut sebagai Era Pasca Orde Baru.
Berakhirnya rezim Orde Baru, telah membuka peluang guna menata kehidupan demokrasi.
Reformasi politik, ekonomi dan hukum merupakan agenda yang tidak bisa ditunda.
Demokrasi menuntut lebih dari sekedar pemilu. Demokrasi yang mumpuni harus dibangun
melalui struktur politik dan kelembagaan demokrasi yang sehat. Namun nampaknya tuntutan
reformasi politik, telah menempatkan pelaksanan pemilu menjadi agenda pertama. Pemilu
pertama di masa reformasi hampir sama dengan pemilu pertama tahun 1955 diwarnai dengan
kejutan dan keprihatinan. Pertama, kegagalan partai-partai Islam meraih suara siginifikan.
Kedua, menurunnya perolehan suara Golkar. Ketiga, kenaikan perolehan suara PDI P.
Keempat, kegagalan PAN, yang dianggap paling reformis, ternyata hanya menduduki urutan
kelima. Kekalahan PAN, mengingatkan pada kekalahan yang dialami Partai Sosialis, pada
pemilu 1955, diprediksi akan memperoleh suara signifikan namun lain nyatanya.
Pemerintahan B.J Habibie

Sidang Istimewa MPR yang mengukuhkan Habibie sebagai Presiden, ditentang oleh
gelombang demonstrasi dari puluhan ribu mahasiswa dan rakyat di Jakarta dan di kota-kota
lain. Gelombang demonstrasi ini memuncak dalam peristiwa Tragedi Semanggi, yang
menewaskan 18 orang. Masa pemerintahan Habibie ditandai dengan dimulainya kerjasama
dengan Dana Moneter Internasional untuk membantu dalam proses pemulihan ekonomi.
Selain itu, Habibie juga melonggarkan pengawasan terhadap media massa dan kebebasan
berekspresi.
Presiden BJ Habibie mengambil prakarsa untuk melakukan koreksi. Sejumlah tahanan
politik dilepaskan. Sri Bintang Pamungkas dan Muchtar Pakpahan dibebaskan, tiga hari
setelah Habibie menjabat. Tahanan politik dibebaskan secara bergelombang.
Beberapa langkah perubahan diambil oleh BJ Habibie adalah sebagai berikut:
a. liberalisasi parpol
b. pemberian kebebasan pers
c. kebebasan berpendapat dan
d. pencabutan UU Subversi.
Walaupun begitu Habibie juga sempat tergoda meloloskan UU Penanggulangan Keadaan
Bahaya, namun urung dilakukan karena besarnya tekanan politik dan kejadian Tragedi
Semanggi II yang menewaskan mahasiswa UI, Yun Hap.
Kejadian Penting Dalam Masa Pemerintahan Habibie
Kejadian

tersebut

adalah

mengadakan referendum yang

keputusannya
berakhir

untuk
dengan

mengizinkan Timor
berpisahnya

Timur untuk

wilayah

tersebut

dari Indonesia pada Oktober 1999. Keputusan tersebut terbukti tidak populer di mata
masyarakat sehingga hingga kini pun masa pemerintahan Habibie sering dianggap sebagai
salah satu masa kelam dalam sejarah Indonesia.
Walaupun pengesahan hasil Pemilu 1999 sempat tertunda, secara umum proses pemilu
multi partai pertama di era reformasi jauh lebih Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia
(Luber) serta adil dan jujur dibanding masa Orde Baru. Hampir tidak ada indikator siginifikan
yang menunjukkan bahwa rakyat menolak hasil pemilu yang berlangsung dengan aman.
Realitas ini menunjukkan, bahwa yang tidak mau menerima kekalahan, hanyalah mereka
yang tidak siap berdemokrasi, dan ini hanya diungkapkan oleh sebagian elite politik, bukan
rakyat.
Pemerintahan Abdurahman Wahid.

Pemilu

untuk

MPR,

DPR,

dan

DPRD

diadakan

pada 7

Juni 1999.PDI

Perjuangan pimpinan putri Soekarno, Megawati Sukarnoputrikeluar menjadi pemenang pada


pemilu parlemen dengan mendapatkan 34% dari seluruh suara; Golkar (partai Soeharto
sebelumnya selalu menjadi pemenang pemilu-pemilu sebelumnya) memperoleh 22%;Partai
Persatuan

Pembangunan pimpinan Hamzah

Haz 12%; Partai

Kebangkitan

Bangsa pimpinan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) 10%. Pada Oktober 1999, MPR melantik
Abdurrahman Wahid sebagai presiden dan Megawati sebagai wakil presiden untuk masa
bakti 5 tahun. Wahid membentuk kabinet pertamanya, Kabinet Persatuan Nasional pada awal
November 1999 dan melakukan reshuffle kabinetnya pada Agustus 2000.
Pemerintahan Presiden Wahid meneruskan proses demokratisasi dan perkembangan
ekonomi di bawah situasi yang menantang. Di samping ketidakpastian ekonomi yang terus
berlanjut, pemerintahannya juga menghadapi konflik antar etnis dan antar agama, terutama
di Aceh, Maluku, dan Papua. Di Timor Barat, masalah yang ditimbulkan rakyat Timor Timur
yang tidak mempunyai tempat tinggal dan kekacauan yang dilakukan para militan Timor
Timur pro-Indonesia mengakibatkan masalah-masalah kemanusiaan dan sosial yang besar.
MPR yang semakin memberikan tekanan menantang kebijakan-kebijakan Presiden Wahid,
menyebabkan perdebatan politik yang meluap-luap.
Pemerintahan Megawati soekarno putri
Pada Sidang Umum MPR pertama pada Agustus 2000, Presiden Wahid memberikan
laporan pertanggung jawabannya. Pada 29 Januari2001, ribuan demonstran menyerbu MPR
dan meminta Presiden agar mengundurkan diri dengan alasan keterlibatannya dalam skandal
korupsi. Di bawah tekanan dari MPR untuk memperbaiki manajemen dan koordinasi di
dalam pemerintahannya, dia mengedarkan keputusan presiden yang memberikan kekuasaan
negara sehari-hari kepada wakil presiden Megawati. Megawati mengambil alih jabatan
presiden tak lama kemudian.
Pemerintahan Susilo Bambang Yudoyono
Pemilu 2004, merupakan pemilu kedua dengan dua agenda, pertama memilih anggota
legislatif dan kedua memilih presiden. Untuk agenda pertama terjadi kejutan, yakni naiknya
kembali suara Golkar, turunan perolehan suara PDI-P, tidak beranjaknya perolehan yang
signifikan partai Islam dan munculnya Partai Demokrat yang melewati PAN. Dalam
pemilihan presiden yang diikuti lima kandidat (Susilo Bambang Yudhoyono, Megawati
Soekarno Putri, Wiranto, Amin Rais dan Hamzah Haz), berlangsung dalam dua putaran, telah
menempatkan pasangan SBY dan JK, dengan meraih 60,95 persen.Susilo Bambang

Yudhoyono tampil sebagai presiden baru Indonesia. Pemerintah baru ini pada awal masa
kerjanya telah menerima berbagai cobaan dan tantangan besar, seperti gempa bumi besar di
Aceh dan Nias pada Desember 2004 yang meluluh lantakkan sebagian dari Aceh serta gempa
bumi lain pada awal 2005 yang mengguncang Sumatra.
Pada 17 Juli 2005, sebuah kesepakatan bersejarah berhasil dicapai antara pemerintah
Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka yang bertujuan mengakhiri konflik berkepanjangan
selama 30 tahun di wilayah Aceh. Atas prestasi SBY yang di tanam sejak tahun 2004 telah
mengantar beliau naik kembali duduk di kursi presiden dengan pasanganya pak Budiono pada
pemilu tahun 2009, kinerja mereka pun belum dapat dirasakan dengan maksimal.

BAB III
KESIMPULAN
Politik juga dapat diartikan sebagai proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam
masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam
Negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang
berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik.
Sistem presidensial tidak mengenal adanya lembaga pemegang supremasi tertinggi.
Kedaulatan negara dipisahkan (separation of power) menjadi tiga cabang kekuasaan, yakni
legislatif, eksekutif, dan yudikatif, yang secara ideal diformulasikan sebagai Trias Politica
oleh Montesquieu. Presiden dan wakil presiden dipilih langsung oleh rakyat untuk masa kerja
yang lamanya ditentukan konstitusi. Konsentrasi kekuasaan ada pada presiden sebagai kepala
negara dan kepala pemerintahan. Dalam sistem presidensial para menteri adalah pembantu
presiden yang diangkat dan bertanggung jawab kepada presiden.
DAFTAR RUJUKAN
http://id.wikipedia.org/wiki/Politik
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia_(1959%E2%80%931965)

http://id.wikipedia.org/wiki/Politik_Indonesia
http://roni-bae.blogspot.com/2011/06/persamaan-dan-perbedaan-orde-lamaorde.html

http://politik.kompasiana.com/2013/05/11/stabilitas-politik-era-orde-lama-tolaktarik-ulur-demokrasi-dan-otoriterisme-559319.html
http://khayfauzan13.blogspot.com/2013/06/perkembangan-politik-orde-lamaorde.html

POLITIK
DI ERA ORDE LAMA, ORDE BARU DAN REFORMASI
MAKALAH

Untuk memenuhi tugas matakuliah


Pendidikan Kewarganegaraan yang Dibina oleh
Abd muid Aris Shofa
Kelompok: 1
Rohman Taufik:130513611112
RizkyYudha Prayoga : 130513605999
Samsul Eko Prasetyo: 130513605990
Wira Yogo Minarto: 130513611104
Ihsan Muhammad Irgam: 130513611136

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
PRODI S1 PTO
MALANG
2013

Anda mungkin juga menyukai