Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN

HALUSINASI
DI POLIKLINIK JIWA RSJD SAMBANG LIHUM

Disusun Oleh :

1.
2.
3.
4.

Khairir Ramadhani, S.Kep


Ridha Fahliati Dewi, S.Kep
Zhavira Fakhrianti, S.Kep
Anna Maulina Kustantie, S.Kep

I4B112026
I4B112002
I4B112027
I4B112031

PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2016

SATUAN ACARA PENYULUHAN


Topik

: Halusinasi

Sub Topik

: Perawatan Halusinasi

Sasaran

: pasien dan keluarga pasien

Hari/Tanggal

: Sabtu, 17 September 2016

Waktu / Jam

: 09.00 09.20 WITA

Tempat

: Di Poliklinik Jiwa RSJD Sambang Lihum

1. TUJUAN UMUM
Diharapkan setelah mendapatkan penyuluhan tentang perawatan Halusinasi selama
20 menit, pasien dan keluarga pasien dapat mengerti serta memahami yang telah di
jelaskan oleh perawat.
2.

TUJUAN KHUSUS
Setelah di lakukan penyuluhan tentang Halusinasi diharapkan pasien dan keluarga
pasien dapat:
a. Mengetahui definisi Halusinasi
b. Mengetahui penyebab Halusinasi
c. Mengetahui rentang respon Halusinasi
d. Mengetahui jenis-jenis Halusinasi
e. Memahami fase-fase Halusinasi
f. Mengetahui tanda dan gejala Halusinasi
g. Memahami perawatan pasien dengan Halusinasi

3.

MATERI (Terlampir)
a. Definisi Halusinasi
b. Penyebab Halusinasi
c. Rentang respon Halusinasi
d. Jenis-jenis Halusinasi
e. Fase-Fase Halusinasi
f. Tanda dan Gejala Halusinasi
g. Perawatan Pasien dengan Halusinasi

4. METODE PENYULUHAN
a. Ceramah
b. Tanya jawab
5.

MEDIA
a. LCD
b. Leaflet

6.

SETTING TEMPAT

Moderator
Penyuluh

Fasilitator, Observer
7.

PENGORGANISASIAN
a. Penyuluh
: Zhavira Fakhrianti, S.Kep
Tugas
: Memberikan materi penyuluhan, membantu observer
membuat laporan
b. Observer
: Anna Maulina Kustantie, S.Kep
Tugas
: Memperhatikan jalannya penyuluhan, time keeper,
Penanggung jawab dalam pembuatan laporan
penyuluhan.
c. Pembawa Acara
: Ridha Fahliati Dewi, S.Kep
Tugas
: Membuka dan menutup acara, membantu membantu
observer membuat laporan
d. Fasilitator
: Khairir Ramadhani, S.Kep
Anna Maulina Kustantie, S.Kep.
Tugas
: Penyedia fasilitas penyuluhan (kursi, media, lefleat,
hadiah) dokumentasi, mendampingi audiens selama
penyuluhan, mengevaluasi audiens, membantu obserever
membuat laporan

8.

KEGIATAN PENYULUHAN
Alokasi waktu :
a. Pembukaan

: 3 menit

b. Peyampaian materi

: 10 menit

c. Tanya jawab

: 5 menit

d. Penutup

: 2 menit

Susunan Acara :
No Waktu Rangkaian Kegiatan
1.
09.00 - Pembukaan
09.03

A.
B.
C.
D.

2.

09.0309.18

Kegiatan inti
penyuluhan

3.

09.1809.20

Penutup

Materi
Salam pembuka
Perkenalan
Kontrak waktu dan
menjelaskan tujuan
penyuluhan
Validasi keadaan

A.
B.
C.

atau A. Menanyakan
A.
pengetahuan dasar
tentang halusinasi
B. Menjelaskan tentang:
1. Definisi
Halusinasi
B.
2. Penyebab
Halusinasi
3. Rentang Respon
Halusinasi
4. Jenis-jenis
Halusinasi
5. Fase-Fase
Halusinasi
6. Tanda
dan
Gejala
Halusinasi
7. Perawatan
Pasien dengan
Halusinasi
C. Mengadakan sesi
C.
tanya jawab (diskusi)

A. Mengadakan
evaluasi setelah
penyuluhan
B. Validasi keadaan

A.
B.

Metode Pelaksanaan
Penyuluh
mengucapkan salam
pembuka
Memperkenalkan
anggota tim penyuluh
Penyuluh menjelaskan
tujuan penyuluhan
Penyuluh menanyakan
kepada peserta tentang
definisi halusinasi dan
berbagi pengalaman
pada klien
Penyuluhan melakukan
ceramah tentang:
1. Definisi Halusinasi
2. Penyebab
Halusinasi
3. Rentang
Respon
Halusinasi
4. Jenis-jenis
Halusinasi
5. Fase-Fase
Halusinasi
6. Tanda dan Gejala
Halusinasi
7. Perawatan Pasien
dengan Halusinasi
Moderator meminta
pada keluarga dan
pasien untuk
menanyakan hal yang
tidak dimengerti
Menanyakan kembali
materi penyuluhan
yang diberikan
Menyimpulkan
kembali materi yang

telah diberikan
C. Mengucapkan salam
penutup
9.

EVALUASI
a. Evaluasi Struktur
1) Media yang akan digunakan dalam penyuluhan semuanya lengkap dan siap
digunakan. Media yang digunakan adalah LCD dan leaflet.
2) Penyuluh sudah menyiapkan bahan dan memahami apa yang akan
dijelaskan.
3) Pasien dan keluarga pasien bersedia untuk mendapatkan penyuluhan.
4) Jumlah peserta 8-10 peserta
b. Evaluasi Proses
1) Keluarga pasien terlihat antusias dan tenang saat mendengarkan penjelasan
materi.
2) Keluarga bertanya hal hal yang tidak dipahami
3) Penyuluh menyampaikan materi dengan lancer
4) Tidak ada peserta yang drop out.
c. Evaluasi hasil
Jangka pendek
1) Sasaran mengerti sekitar 50% dari materi yang diberikan dengan

menanyakan kembali.
2) Sasaran memahami tentang:
a) Definisi halusinasi
b) Penyebab halusinasi
c) Tanda-dan gejala halusinasi
d) Perawatan pasien dengan halusinasi
Lampiran materi:
KONSEP DASAR HALUSINASI
A. Definisi Halusinasi
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra
tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui
panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis, 2005).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami
perubahan sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya

tidak ada (Isaacs, 2002).


Halusinasi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses
diterimanya, stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan
ke otak dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan
persepsi (Stuart, 2007).
B. Penyebab Halusinasi
1. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah
sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Diperoleh
baik dari klien maupun keluarganya. Faktor predisposisi dapat meliputi faktor
perkembangan, sosiokultural, biokimia, psikologis, dan genetik (Keliat, 2006).
a. Faktor perkembangan
Tugas perkembangan pasien yang terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan pasien tidak mampu mandiri sejak kecil,
mudah frustasi, hilang percaya diri, dan lebih rentan terhadap stress.
b. Faktor sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi (unwanted
child) akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada
lingkungannya.
c. Faktor biokimia
Adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan
dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti
Buffofenon dan dimetytranferase (DMP). Akibat stress berkepanjangan
menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak.
d. Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggungjawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan
pasien dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Pasien
lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam
khayal.
e. Faktor genetik dan pola asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orangtua
skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukkan
bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh
pada penyakit ini.
2. Faktor presipitasi

Secara umum pasien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah


adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus
asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping
dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

Menurut Rawlins dan Heacock, halusinasi dapat dilihat dari 5 dimensi yaitu:
a. Dimensi fisik
Halusinasi dapat timbul oleh kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa,
penyalahgunaan obat, demam, kesulitan tidur.
b. Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas masalah yang tidak dapat diatasi
merupakan penyebab halusinasi berupa perintah memaksa dan menakutkan.
c. Dimensi intelektual
Halusinasi merupakan usaha dari ego untuk melawan implus yang menekan
merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat
mengambil seluruh perhatian klien.
d. Dimensi sosial
Klien mengalami interaksi sosial menganggap hidup bersosialisasi di alam
nyata sangat membahyakan. Klien asyik dengan halusinasinya seolah
merupakan tempat memenuhi kebutuhan dan interaksi sosial, kontrol diri
dan harga diri yang tidak di dapatkan di dunia nyata.
e. Dimensi spiritual
Secara spiritual halusinasi mulai dengan kehampaan hidup, ritinitas tidak

bermakna, hilangnya aktifitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual


untuk menyucikan diri.
C. Rentang Respon
Respon adaptif

- Pikiran logis
- Persepsi akurat
- Emosi konsisten

Respon maladaptive

- Kadang-kadang
proses pikir
terganggu (distorsi

dengan
pengalaman
- Perilaku sesuai
- Hubungan sosial
harmonis
D. Jenis- jenis Halusinasi

pikiran
Ilusi
Menarik diri
Reaksi emosi >/<
Perilaku tidak biasa

Waham
Halusinasi
Sulit berespons
Perilaku

disorganisasi
Isolasi sosial

Jenis-jenis halusinasi (Menurut Stuart, 2007):


1. Halusinasi dengar (akustik, auditorik), pasien itu mendengar suara yang
membicarakan, mengejek, menertawakan, atau mengancam padahal tidak ada
suara di sekitarnya.
2. Halusinasi lihat (visual), pasien itu melihat pemandangan orang, binatang atau
sesuatu yang tidak ada.
3. Halusinasi bau / hirup (olfaktori). Halusinasi ini jarang di dapatkan. Pasien yang
mengalami mengatakan mencium bau-bauan seperti bau bunga, bau kemenyan,
bau mayat, yang tidak ada sumbernya.
4. Halusinasi kecap (gustatorik). Biasanya terjadi bersamaan dengan halusinasi bau
/ hirup. Pasien itu merasa (mengecap) suatu rasa di mulutnya.
5. Halusinasi singgungan (taktil, kinaestatik). Individu yang bersangkutan merasa
ada seseorang yang meraba atau memukul. Bila rabaab ini merupakan
rangsangan seksual halusinasi ini disebut halusinasi heptik.
E. Fase-Fase Halusinasi
Fase halusinasi ada 4 yaitu (Stuart dan Laraia, 2001):
1. Fase Pertama / comforting / menyenangkan
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan gelisah, kesepian.

Klien

mungkin

melamun

atau

memfokukan

pikiran

pada

hal

yang

menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan dan stress. Cara ini menolong


untuk sementara. Klien masih mampu mengotrol kesadarnnya dan mengenal
pikirannya, namun intensitas persepsi meningkat.
Perilaku klien : tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir
tanpa bersuara, pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat jika sedang
asyik dengan halusinasinya dan suka menyendiri.
2. Fase Kedua / condemming/menghukum
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan
eksternal, klien berada pada tingkat listening pada halusinasi. Pemikiran
internal menjadi menonjol, gambaran suara dan sensasi halusinasi dapat berupa
bisikan yang tidak jelas klien takut apabila orang lain mendengar dan klien
merasa tak mampu mengontrolnya. Klien membuat jarak antara dirinya dan
halusinasi dengan memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang dari orang
lain.
Perilaku klien : meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti
peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan
halusinasinya dan tidak bisa membedakan dengan realitas.
3. Fase Ketiga / controlling/mengontrol
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi terbiasa
dan tak berdaya pada halusinasinya. Termasuk dalam gangguan psikotik.
Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan
mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap
halusinasinya.
Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya
beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor
dan tidak mampu mematuhi perintah.
4. Fase Keempat / conquering/ panik
Klien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari kontrol
halusinasinya. Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah menjadi
mengancam, memerintah dan memarahi klien tidak dapat berhubungan dengan
orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya klien berada dalam dunia
yang menakutkan dalam waktu singkat, beberapa jam atau selamanya. Proses ini
menjadi kronik jika tidak dilakukan intervensi.
Perilaku klien : perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku
kekerasan, agitasi, menarik diri atau katatonik, tidak mampu merespon terhadap

perintah kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari satu orang.
F. Tanda dan Gejala
Berikut ini merupakan gejala klinis berdasarkan halusinasi Rasmun, (2001):
1. Tahap I : halusinasi bersifat menyenangkan
Karakteristik:
Orang yang berhalusinasi mengalami keadaan emosi seperti ansietas, kesepian,
merasa bersalah, dan takut serta mencoba untuk memusatkan pada penenangan
pikiran untuk mengurangi ansietas, individu mengetahui bahwa pikiran dan
sensori yang dialami tersebut dapat dikendalikan jika ansietasnya bias diatasi
(Non Psikotik).
Gejala klinis :
a. Menyeringai/ tertawa tidak sesuai
b. Menggerakkan bibir tanpa bicara
c. Gerakan mata cepat
d. Bicara lambat
e. Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan
2. Tahap II : halusinasi bersifat menjijikkan
Karakteristik:
Pengalaman sensori bersifat menjijikkan dan menakutkan, orang yang
berhalusinasi mulai merasa kehilangan kendali dan mungkin berusaha untuk
menjauhkan dirinya dari sumber yang dipersepsikan, individu mungkin merasa
malu karena pengalaman sensorinya, dan menarik diri dari orang lain (Non
Psikotik).
Gejala klinis :
a. Cemas
b. Konsentrasi menurun
c. Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata
3. Tahap III : halusinasi yang bersifat mengendalikan
Karakteristik:
Orang yang berhalusinasi menyerah untuk melawan pengalaman halusinasi dan
membiarkan halusinasi menguasai dirinya, isi halusinasi dapat berupa
permohonan, individu mungkin mengalami kesepian jika pengalaman sensori
tersebut berakhir (Psikotik).
Gejala klinis :
a. Cenderung mengikuti halusinasi
b. Kesulitan berhubungan dengan orang lain
c. Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah
d. Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti petunjuk)
4. Tahap IV : halusinasi bersifat menaklukkan
Karakteristik:

Pengalaman sensori mungkin menakutkan jika individu tidak mengikuti


perintah, halusinasi bisa berlangsung dalam beberapa jam atau beberapa hari bila
tidak ada intervensi terapeutik (Psikotik).
Gejala klinis :
a. Pasien mengikuti halusinasi
b. Tidak mampu mengendalikan diri
c. Tidak mampu mengikuti perintah nyata
Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Jenis-jenis halusinasi (Menurut Stuart, 2007):
Jenis Halusinasi
Halusinasi
pendengaraan

Data Objektif
Bicara atau tertawa
sendiri
Marah-marah tanpa
sebab
Mengarahkan telinga
ke arah tertentu
Menutup telinga

Halusinasi penglihatan

Menunjuk-nunjuk ke
arah tertentu
Ketakutan kepada
sesuatu yang tidak
jelas
Menghidu seperti
sedang mambaui baubauan tertentu
Menutup hidung
Sering meludah
Muntah
Menggaruk-garuk kulit

Halusinasi penghidu

Halusinasi pengecap
Halusinasi perabaan

Data Subjektif
Mendengar suara
atau kegaduhan
Mendengar suara
yang mengajak
bercakap-cakap
Mendengar suara
yang menyuruh
melakukan sesuatu
yang berbahaya
Melihat
banyangan,
sinar bentuk geometris,
bentuk kartoon, melihat
hantu atau monster
Membaui
bau-bauan
seperti bau darah urine,
feses
kadang-kadang
bau itu menyenangkan
Merasakan rasa seperti
darah, urine atau feses
Menyatakan ada
serangga di
permukaan kulit
Merasa tersengat
listrik

G. Perawatan Pasien dengan Halusinasi


Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara Rasmun, (2001):
a. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien

akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan dilakukan secara


individual dan usahakan agar terjadi kontak mata, kalau bisa pasien disentuh
atau dipegang. Pasien jangan diisolasi baik secara fisik atau emosional.
Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati pasien, bicaralah dengan
pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya hendaknya pasien diberitahu.
Pasien diberitahu tindakan yang akan dilakukan. Di ruangan itu hendaknya
disediakan sarana yang dapat merangsang perhatian dan mendorong pasien
untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding, gambar atau
hiasan dinding, majalah dan permainan.
b. Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali pasien menolak obat yang diberikan sehubungan dengan
rangsangan halusinasi yang diterimanya. Pendekatan sebaiknya secara
persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang diberikan
betul ditelannya, serta reaksi obat yang diberikan.
c. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali
masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta
membantu mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat
melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain yang dekat dengan
pasien.
d. Memberi aktivitas pada pasien
Pasien diajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya
berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat
membantu mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan
dengan orang lain. Pasien diajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih
kegiatan yang sesuai.

DAFTAR PUSTAKA

Fitria. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika.

Iyus, Yosep. 2011. Keperawatan Jiwa. Edisi 4. Jakarta: Refika Aditama.


Kusumawati dan Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika
Nita Fitria. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan untuk 7 Diagnosis Keperawatan
Jiwa Berat. Jakarta: Salemba Medika.
Rasmun, (2001). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan
Keluarga. Konsep, Teori, Asuhan Keperawatan dan Analisa Proses Interaksi
(API). Jakarta : fajar Interpratama.
Stuart dan Sundeen. 2005. Buku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

DAFTAR HADIR PESERTA


Di Ruang Poli Jiwa RSJD Sambang Lihum
17 September 2016

No.
1.

1. Khairir Ramadhani, S.Kep

NIM. I4B112026

2. Anna Maulina Kustantie, S.Kep

NIM. I4B112031

3. Ridha Fahliati Dewi, S.Kep

NIM. I4B112002

4. Zhavira Fakhrianti, S.Kep

NIM. I4B112027

Nama

Tanda Tangan
1.

2.

2.

3.

3.

4.

4.

5.

5.

6.

6.

7.

7.

8.

8.

9.

9.

10.

10.

11.

11.

12.

12.

13.

13.

14.

14.

15.

15.

16.

16
LEMBAR OBSERVASI
HASIL EVALUASI PENYULUHAN HALUSINASI
DI POLI JIWA RSJD SAMBANG LIHUM
17 SEPTEMBER 2016

No.

Aspek yang Dinilai

1.

Evaluasi struktur
a. Media Lengkap
- LCD
- Leaflet
b. Penyuluh menyiapkan bahan dan
menguasai materi
c. Pasien dan keluarga bersedia
mendapatkan penyuluhan
d. Jumlah peserta sesuai dengan tujuan
pencapaian
Evaluasi Proses
a. Pasien dan keluarga antusias dan tenang
saat penjelasan materi
b. Pasien atau keluarga menanyakan hal-hal
yang tidak dimengerti
c. Penyuluh menyampaikan materi dengan
lancar
Evaluasi hasil
a. Sasaran mengerti dengan materi yang
diberikan
b. Sasaran mampu menjelaskan kembali
penjelasan pemateri

2.

3.

Keterangan:
Beri tanda () apabila telah dilakukan

Keterangan
Ya (ada)
Tidak

Anda mungkin juga menyukai