Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebiasaan merokok saat ini sudah menjadi salah satu gaya hidup yang
tidak sehat pada masyarakat Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2013 menunjukkan, Perilaku merokok penduduk 15 tahun keatas
masih belum terjadi penurunan dari 2007 ke 2013, cenderung meningkat dari
34,2 persen tahun 2007 menjadi 36,3 persen tahun 2013. 64,9 persen laki-laki
dan 2,1 persen perempuan masih menghisap rokok tahun 2013. 1 Pada hasil
Global Adult Tobacco Survey (GATS) tahun 2011 yang diadakan World
Health Organization (WHO) menunjukkan, perokok pria di Indonesia
menduduki peringkat ke-3 dan perokok perempuan pada perinkat ke-17.2
Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi perokok di Indonesia
menurut kebiasaan merokok (setiap hari) didominasi pada usia 30-34 tahun
yaitu 33,4 %. Perokok juga ditemukan pada kelompok usia yang lebih muda
yaitu 15-19 tahun 11,2 % dan 20-14 tahun 27,2 %. 1
Menurut perkiraan WHO, 5.4 juta kematian lebih cepat terjadi di
seluruh dunia yang disebabkan oleh merokok tembakau 4 dan lebih dari lima
juta orang meninggal akibat penggunaan tembakau secara langsung yaitu
melalui rokok sedangkan lebih dari 600.000 terjadi pada perokok pasif. Jika
tidak ditangani dengan serius, pada tahun 2030 diperkirakan kematian akan
meningkat hingga delapan juta kematian.4,5 Rokok tembakau paling sering

dihubungkan sebagai

penyebab kematian pada penyakit kardiovaskuler,

paru-paru obstruksi kronik, dan berbagai macam jenis kanker, terkhusus pada
kanker paru. 8
Rokok mempunyai lebih dari 4000 kandungan substansi yang telah
diidentifikasi, termasuk beberapa bahan yang secara farmakologis bersifat
aktif, antigenik, sitotoksik, mutagenik, dan karsinogenik. Berbagai efek
biologik ini menjadi dasar untuk menimbulkan efek yang merugikan dari
merokok seperti penyakit kardiovaskuler, kanker, penyakit pernapasan, serta
gangguan saluran makanan. 6
Tembakau juga mengandung alkaloid yang beracun yaitu nikotin,
nikotinin, nikotein dan nikotelin. Gejala kerancunannya berupa diare, muntah,
kejang-kejang dan sesak nafas (Suryo Sukendro, 2007 : 28). 7
Berbagai

substansi

yang

terkandung

dalam

rokok

tersebut

menyebabkan cedera sistem respirasi mulai dari bronkus sampai ke alveoli.


Akibatnya hilangnya silia dan hipertrofi glandula mukosa terjadi di saluran
napas atas; inflamasi, perubahan sel epitel, fibrosis dan kongesti sekret terjadi
di saluran napas perifer, serta rusaknya alveoli menyebabkan hilangnya
permukaan untuk pertukaran gas dan fleksibilitas saluran nafas yang
berdampak

pada

gangguan

fungsi

paru.

Pada

perokok

sering

memperlihatkan kelainan pada pemeriksaan fungsi paru seperti obstruksi


aliran udara yang ringan pada jalan napas kecil. 6 Spirometri adaah alat yang
dapat mengukur volume saat inspirasi dan ekspirasi seseorang. Spirometri
dapat mengukur kapasitas vital paksa (FVC) dan volume ekspirasi paksa

selama detik pertama (FEV1) yang dapat menggambarkan kelainan dasar


fungsi paru, yaitu kelainan obstruksi, restriksi, atau kombinasi. 10
Merokok dapat menurunkan kapasitas vital paru yang lebih besar pada
pria dewasa perokok dibandingkan dengan pria dewasa non perokok (Putra,
2006; Halim, 2011; Maulida, 2015).

11

Terdapat perbedaan yang bermakna

antara Kapasitas Vital Paksa Paru pada mahasiswa perokok dan bukan
perokok (Rokky dkk, 2015). 12
Kebiasaan merokok ternyata masih dapat kita temukan dikalangan
mahasiswa laki-laki Universitas Muhammadiyah Makassar. Kebiasaan
merokok seperti ini dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti yang sudah
peneliti jelaskan di atas.
Sesuatu yang dapat kita lakukan untuk mengubah kebiasaan merokok
mahasiswa yaitu dengan memperlihatkan dampak dari merokok. Dengan
demikian,

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian Volume Ekspirasi

Paksa Detik Pertana (FEV1) Perokok dan Bukan Perokok pada Mahasiswa
Laki-laki di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.
B. Rumusan Masalah
Penggunaan rokok yang lama dapat meningkatkan risiko terjadinya
obstruksi paru. Berbagai hasil penelitian yang membuktikan adanya
penurunan kapasitas vital paru paksa yang disebabkan oleh gangguan
obstruksi paru.
Dengan demikian, masalah penelitian ini adalah Bagaimana
perbedaan volume ekspirasi paksa detik pertama paru pada mahasiswa laki-

laki perokok dan bukan perokok di Fakultas Kedokteran Universitas


Muhammadiyah Makassar
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbedaan volume ekspirasi paksa detik
pertama mahasiswa laki-laki perokok aktif dan perokok pasif di Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui volume ekspirasi paksa detik pertama paru
mahasiswa laki-laki yang perokok di FK Unismuh
b. Untuk mengetahui volume ekspirasi paksa detik pertama paru
mahasiswa laki-laki yang bukan perokok di FK Unismuh
D. Manfaat penelitian
1. Bagi Responden
a. Dapat mengetahui dampak dari merokok bagi kesehatan paru-paru
dan dapat menghentikan kebiasaan merokok.
2. Bagi Penulis
a. Dapat menambah wawasan keilmuan bagi peneliti
b. Dapat menambah pengalaman dan pengembagan diri dalam
melakukan penelitian
3. Bagi Masyarakat
a. Memberikan informasi tentang bahaya merokok, terutama yang
berhubungan dengan penurunan fungsi paru-paru kepada pengguna
rokok dan terutama untuk masyarakat yang belum terjerumus dengan
rokok agar menjauhinya.
4. Bagi Pembaca
a. Dapat menyebarluaskan semua informasi yang bermanfaat dari
penelitian ini.

BAB II
Tinjauan Pustaka

A. Anatomi dan Fisiologi Paru-paru


1. Anatomi Paru

Gambar 2.1 Anatomi Paru-paru

Terdapat dua buah paru, masing-masing dibagi menjadi beberapa


lobus dan masing-masing mendapat satu bronkus. Jaringan paru itu sendiri
terdiri dari serangkaian satu bronkus. Jaringan paru itu sendiri terdiri dari
serangkaian saluran napas yang sangat bercabang-cabag, alveolus, pembuluh
darah paru, dan sejumlah besar jaringan ikat elastis. 3
Paru kanan sedikit lebih besar dari paru kiri dan dibagi oleh fissura
obliqua dan fissura horizontalis. Paru kiri terbagi atas tiga lobus; lobus
superior, lobus medius, dan lobus inferior. Paru kiri dibagi oleh fissura
obliqua dengan cara yang sama menjadi dua lobus; lobus superior dan lobus
inferior. Pada pulmo sinistra tidak ada fissura horizontalis. 4
a. Perdarahan paru
Bronchi, jaringan ikat paru, dan pleura visceralis menerima darah dari
arteria bronchiales yang merupakan cabang aorta descendens. Venae
bronchiales (yang berhubungan dengan venae pulmonales) mengalirkan
darahnya ke vena azygos dan vena hemiazygos. 4
Alveoli menerima darah teroksigenasi dari cabang-cabang terminal
arteriae pulmonales. Darah yang teroksigenasi meninggalkan kapiler-kapiler
alveoli masuk ke cabang-cabang venae pulmonales yang engikuti jaringan
ikat septa intersegmentalis ke radix pulmonis. Dua venae pulmonales
meninggalkan ssetiap radix pulmonis untuk bermuara ke dalam atrium
sinistrum cor. 4
b. Aliran Limfe paru

Pembuluh limfe berasal dari plexus superficialis dan plexus


profundus, pembuluh-pembuluh ini terdapat pada dinding alveoli. 4
c. Persarafan paru
Pada radix setiap paru terdapat plexus pulmonalis yang terdiri atas
serabut eferen dan aferen saraf otonom. Plexus dibentuk dari cabang-cabang
truncus symphaticus dan menerima erabut-serabut parasimpatis dari nervus
vagus.4
2. Fisiologi Paru
a. Fungsi paru
Fungsi paru yang utama adalah proses respirasi yaitu pengambilan
oksigen dari udara luar yang masuk ke dalam saluran napas dan terus ke
dalam darah. Oksigen digunakan untuk proses metabolisme dan
karbondioksida yang terbentuk pada proses tersebut dikeluarkan dari
dalam darah ke udara luar. 15
Proses respirasi di bagi menjadi tiga tahap, yaitu :
1) Ventilasi yaitu proses keluar dan masuknya udara ke dalam paru, serta
keluarnya karbondioksida dari alveoli ke udara luar.
2) Difusi yaitu proses berpindahnya oksigen dari alveoli ke dalam darah,
serta keluarnya karbondioksida dari darah ke alveoli.
3) Perfusi yaitu distribusi darah yang telah teroksigenasi di dalam paru
untuk dialirkan ke seluruh tubuh. 15
b. Mekanika pernapasan
Inspirasi merupakan proses aktif. Kontraksi otot inspirasi akan
meningkatkan volume intratoraks. Tekanan intrapleura di bagian basis paru
akan turun dari nilai normal sekitar -2,5 mmHG (relatif terhadap tekanan
atmosfer) pada awal indpirasi, mejadi -6 mmHG. Jaringan paru akan

semakin teregang. Tekanan di dalam saluran udara menjadi sedikit lebih


negatif, dan udara mengalir ke dalam paru. Pada akhir inspirasi, daya
recoil paru mulai menarik dinding dada kembali ke kedudukan ekspirasi,
sampai tercapai keseimbangan kembali antara daya recoil jarinagn paru
dan dinding dada. Tekanan di saluran udara menjadi ssedikit lebiih positif,
dan udara mengalir meninggalkan paru. Selama pernapasan tenang,
ekspirasi merupakan proses pasif yang tidak memerlukan kontraksi otot
untuk menurunkan volume intratoraks. Namun, pada awal ekspirasi,
sedikit kontraksi otot inspirasi masih terjadi. Kontraksi ini berfungsi
sebagai peredam daya recoil paru dan memperlambat ekspirasi
c. Gangguan ventilasi paru
Gangguan ventulasi paru merupakan salah satu gangguan faal paru.
Gangguan ventilasi paru dikelompokkan menjadi 3 kategori 15 :
1) Gangguan fungsi paru restriksi
2) Gangguan fungsi paru obstruktif
3) Gangguan fungsi paru campuran ( Obstrutif-restriktif)
B. Konsep Rokok dan Perokok
1.
Konsep rokok
a.
Definisi rokok
Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk
dibakar, dihisap dan/atau dihirup termasuk rokok kretek, rokok putih,
cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana
Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesisnya yang
asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan. 1
b. Jenis Rokok
Rokok dapat dikelompokkan berdasarkan bahan pembungkus rokok,
proses pembuatan rokok dan penggunaan filter pada rokok. Maka rokok
dibagi : 2

1) Rokok berdasarkan bahan pembungkus :


a) Klobot
: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun
jagung
b) Kawung : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun
aren
c) Sigaret
d) Cerutu

: rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas


: rokok yang bahan pembunngkusnya berua daun

tembakau
2) Rokok berdasarkan bahan baku :
a) Rokok putih
: rokok yang bahan baku atau isinya hanya
daun tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa
dan aroma tertentu
b) Rokok kretek
: rokok yang bahan baku atau isinya berupa
daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk
mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu
c) Rokok klembak : rokok yang bahan baku atau isinya berupa
daun tembakau, cengkeh dan kemenyan yang diberi saus untuk
mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu
3) Rokok berdasarkan proses pembuatannya :
a) Sigaret kretek tagan
: rokok yang cara pembuatannya
dengan cara digiling dengan menggunakan tangan atau alat
bantu sederhana
b) Sigaret kretek mesin

rokok

yang

menggunakn mesin
4) Rokok berdasarkan penggunaan filter :
a) Rokok filter (RF)
: rokok yang

pembuatannya

pada

pangkalnya

terdapat gabus
b) Rokok non filter (RNF) : rokok yang pada pangkalnya tidak
terdapat gabus
c. Kandungan rokok

Rokok mempunyai lebih dari 4000 kandungan substansi yang telah


diidentifikasi,.

termasuk beberapa bahan yang secara farmakologis

bersifat aktif, antigenik, sitotoksik, mutagenik, dan karsinogenik. 5 Dan


sudah ada 250 bahan kimia yang diketahui berbahaya dan diketahui lebih
dari 50 menyebabkan kanker .6 Zat kimia yang dikeluarkan ini terdiri dari
komponen gas (85%) dan partikel. Nikotin, gas karbonmonoksida,
nitrogen

oksida,

benzaldehid,

hydrogen

urethane,

sianida,

benzen,

amoniak,

methanol,

akrolein,

kumarin,

asetilen,

4-etilalkohol,

ortokresol dan perylene adalah sebagian sari beribu-ribu zat di dalam


rokok. 2
Kandungan yang terdapat pada rokok yaitu :
1) Tar
Yang dimaksud dengan tar adalah senyawa

polinuklir

hidrokarbon aromatika yang bersifat karsinogenik (PP RI No. 19 Tahun


2003). Tar terbentuk selama pemanasan tembakau dan kadar tar yang
terdapat asap rokok inilah yang menyebabakan adanya resiko kanker.

Tar dapat merusak sel paru-paru karena lengket serta menempel pada
saluran nafas dan paru-paru sehingga dapat mengakibatkan kanker.
Endapan tar berupa warna coklat dapat terjadi di gigi, saluran
pernafasan dan paru-paru. Masuknya tar ke dalam saluran pernafasan
dan paru-paru tergantung pada hisapan yang dalam, menghisap berkalikali, dan banyaknya rokok yang dihisap. 11
2) Nikotin

Rokok umumnya menggunakan nikotin dalam jumlah kecil dan


tubuh dapat segera menghilangkan efek ini. Oleh karena itu, nikotin
dalam rokok tidak memberi efek mematikan. Sigaret mengandung
nikotin rata-rata 8,4 mg meskipun banyak pula yang mengandung 100200 mg.
Nikotin merupakan bahan yang dapat menyebabkan adiksi atau
ketergantungan. Toleransi terhadap nikotin mulai berkembang pada saat
dosis pertama, oleh karena itu si pemakai terus menambah dosis untuk
mempertahankan efek dan mencegah hilangnya gejala. Dosis pertama
nikotin memberi perasaan segar atau waspada sedangkan dosis
selanjutnya menimbulkan perasaan tenang dan rileks. Saat diisap,
nikotin mencapai otak dalam waktu 7 detik, dua kali lebih cepat dari
penggunaan obat intravena. Nikotin dapat bekerja sebagai sedatif,
bergantung pada kadar nikotin dalam tubuh dan lamanya. Nikotin
meningkatkan denyut jantung dan menyebabkan vasokonstriksi
pembuluh darah sehingga menganggu sirkulasi darah. 12
3) CO (Karbon Monoksida)
CO (Karbon monoksida) merupakan gas beracun yang
menyebabkan penurunan kemampuan butir darah merah yang
mengangkut oksigen sehingga sel tubuh yang kekurangan oksigen akan
melakukan spasme yaitu menciutkan pembuluh darah dan bila proses
ini berlangsung terus menerus, maka pembuluh darah akan mudah
rusak dengan terjadinya proses aterosklerosis. Pada akhirnya semua
bahan-bahan berbahaya rokok akan menstimulus produksi berlebihan
dari radikal bebas atau oksidan dalam tubuh manusia. 13

2. Konsep Perokok
Menurut WHO perokok adalah seseorang yang merokok beberapa
produk tembakau, tiap hari atau kadang-kadang.

Merokok adalah

membakar rokok dan kemudian dihisap asapnya dapat menggunakan


rokok batangan ataupun menggunakan alat bantu pipa (WHO, 2010).

a. Klasifikasi perokok
US Centres for Disease Control and Prevention telah mengembangkan dan
memperbaharui istilah dari perokok, sebagai berikut : 10
1) Tidak pernah merokok: orang dewasa yang tidak pernah merokok atau
merokok kurang dari 100 batang selama hidupnya
2) Mantan perokok: orang dewasa yang setidaknya merokok 100 batang
selama hidupnya tapi mengatakan saat ini mereka sudah tidak merokok
3) Bukan perokok: orang dewasa yang saat ini tidak merokok, termasuk
mantan perokok dan tidak pernah merokok.
4) Perokok
: orang dewasa yang sudah merokok lenih 100 batang
selama hidupnya dan saat ini masih merokok setiap hari (daily) atau
kadang-kadang (nondaily).

3. Pengaruh rokok terhadap penurunan FVC


Merokok adalah salah satu faktor yang menyebabkan penyakit paru
obstruksi dan restriktif, dapat mempengaruhi nilai FVC maupun FEV1
pada tes spirometri. Pola obstruktif penyakit paru mencakup gangguan
konduksi jalan napas atau asinus yang ditandai dengan menurunnya
kemampuan mengehembuskan udara. Penyebab utama obstruksi aliran

udara

kronik

adalah

bronkitis

kronik,

emfisema,

asma

kronik,

bronkiektasis, dan fibrosis kistik.14


Beberapa penelitian telah dilakukan tentang pengaruh rokok terhadap nilai
KVP dan FEV1. Hasil penelitian Wijayanti (2010) menunjukkan bahwa
semakin menigkat kebiasaan merokok atau jumlah rokok yang dihisap
perhari semakin meningkat menyebabkan menurunnya fungsi paru yaitu
%FEV1. Penelitian yang lain juga menunjukkan bahwa penurunan FEV1
per tahun untuk mereka yang tidak merokok berkisar antara 20-30 ml,
pada bekas perokok 25-50 ml, dan pada perokok sebesar 25-80 ml per
tahun. Secara umum penurunan FEV1 per tahun pada perokok sekitar 1020 ml lebih banyak daripada bukan perokok. 14
C. Konsep Kapasitas Vital Ekspirasi Paksa
1. Definisi Kapasitas Vital
2. Cara pegukran Kapasitas Vital Paksa (FVC)

1. Riset kesehatan dasar 2013. Badan penelitian dan pengembangan


kesehatan kementrian kesehatan RI.
2. WHO.2012. Global Adult Tobacco Survey : Indonesia Report 2011.
3. Talhout, Reinskje et al. 2011. Hazardous Compounds in Tobacco Smoke.
2010. Int. J. Environ. Res. Public Health, 8(2), 613-628; doi:
4. WHO Report on the Global Tobacco Epidemic: The MPOWER Package.
WHO; Geneva, Switzerland: 2008. pp. 1329.
5. World Health Organization (WHO). Tobacco. Mei 2014 [diakses pada 25
oktober].

Tersedia

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs339/en/

dari

6. Braunwald, et al. 2008. Hrrisons Principles of Internal Medicine Edisi 17.


The McGraw Hill Companies Inc. USA
7. (Suryo Sukendro, 2007 : 28
8. The Health Consequences of Smoking: A Report of the Surgeon General;
U.S. Department of Health and Human Services: Atlanta, GA, USA, 2004;
pp. 1-910.
9. Milner, Dawn. 2004 The Physiological Effects of Smoking on The
Respiratory

System.

(http://www.nursingtimes.net/nursing-

practice/clinicalzones/smokingcessation/Vol 100, Issue 24, Hal 56.


Diakses .......... )
10. Harahap F, Aryastuti E. Uji Fungsi Paru. Cermin Dunia Kedokteran 2012;
39(4): 305-306.
11. Wijaya Putri, Maulida. 2015. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok
Dengan Kapasitas Vital Paru. Nakah Publikasi. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta
12. Rokky, dkk. 2015. Perbandingan Kapasitas Vital Paksa Paru Pada
Mahasiswa Perokok Dan Bukan Perokok Di Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi.Skripsi. Manado. Universitas Sam Ratulangi

Anda mungkin juga menyukai