digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Impor buah akhir-akhir ini menunjukkan peningkatan bahwa
permintaan pasar belum mampu dipenuhi oleh produksi dalam negeri.
Apabila kondisi ini terus berlangsung, maka Indonesia akan sangat tergantung
dari produk hortikultura impor.
pepaya
memerlukan
ketersediaan
benih
secara
2
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan cara generatif menggunakan biji. Selain itu dapat juga dilakukan
dengan cara vegetatif, namun cara ini jarang digunakan. Kelemahan cara
vegetatif seperti stek dan cangkok membutuhkan tanaman induk yang banyak
untuk perbanyakan masal. Ketersediaan benih dengan mutu dan jumlah yang
mencukupi menjadi prioritas dalam perluasan areal tanaman pepaya untuk
memenuhi permintaan pasar yang cenderung meningkat (Wulandari, 2009).
Menurut Sadjad (1993) benih berkualitas adalah benih yang menjamin mutu
fisik, mutu genetik, dan mutu fisiologis. Untuk menduga mutu fisiologis dari
suatu benih dapat diketahui melalui kadar air benih, pendugaan viabilitas
melalui tolok ukur daya berkecambah, pendugaan vigor benih melalui tolok
ukur indeks vigor, kecepatan tumbuh, daya hantar listrik dan tetrazolium.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
48/Permentan/SR.120/8/2012 Tentang Produksi, Sertifikasi Dan Pengawasan
Peredaran Benih Hortikultura pada Pasal 48, untuk mengetahui mutu fisik,
fisiologi dan/atau status kesehatan benih yang berbentuk biji dilakukan
pengujian mutu benih di laboratorium. Pengujian mutu benih di laboratorium
dilakukan terhadap contoh benih yang mewakili kelompok benih. Referensi
pengujian mutu benih dan pengambilan contoh benih mengacu pada
ketentuan International Seed Testing Association (ISTA) Rules. Pengujian
laboratorium dinyatakan lulus apabila memenuhi standar mutu atau
persyaratan teknis minimal uji laboratorium. Sampai dengan saat ini
pengujian mutu benih
setiap produsen
benih
selalu
menginginkan agar benihnya dapat segera dipasarkan sesuai dengan Undangundang No.12 tahun 1992, benih dapat diedarkan apabila telah dipasang label.
commit to user
3
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Data pada label tersebut harus sesuai dengan hasil pengujian laboratorium.
Dengan demikian durasi pengujian mempengaruhi waktu peredaran benih.
Industri benih dan petani membutuhkan informasi faktor mutu yang
lain, bukan hanya persentase perkecambahan. Pengujian vigor benih dapat
mengidentifikasi lot benih yang dapat mempertahankan kualitasnya selama
penyimpanan jangka panjang. Juga dapat membantu perusahaan benih dalam
menetapkan level minimal kualitas benih untuk benih yang dipasarkan. Saat
ini
efisien,
seperti
permasalahan-permasalan
uji
tetrazolium
diatas,
maka
sangat
salah
diperlukan.
satu
langkah
Melihat
untuk
4
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pewarnaan
pewarnaan
uji
TZ,
dilakukan
korelasi
dengan
performa
topografi pewarnaan pada uji TZ yang diperoleh sebagai tolok ukur vigor
mempunyai korelasi yang tinggi dengan performa pertumbuhan di lapang
sebagai suatu persyaratan yang harus dipenuhi oleh pengujian vigor.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan dalam penelitian
ini difokuskan pada pengembangan metode uji TZ untuk menentukan tingkat
viabilitas dan tingkat vigor benih pepaya. Untuk mendapatkan hasil yang
akurat dalam memberikan solusi yang tepat, maka permasalahan tersebut
dapat dirinci sebagai berikut :
1. Apakah pola topografi pewarnaan TZ dapat menentukan viabilitas benih
2. Apakah pola topografi pewarnaan TZ dapat menentukan vigor benih
secara laboratoris
3. Apakah pola topografi pewarnaan TZ sebagai tolok ukur vigor benih dapat
digunakan untuk pendugaan pertumbuhan tanaman.
commit to user
5
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Tujuan
Mengingat perlunya mempercepat proses sertifikasi benih pepaya,
maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Membuat klasifikasi pola topografi pewarnaan TZ untuk menentukan
viabilitas benih.
2. Membuat klasifikasi pola topografi pewarnaan TZ untuk menentukan
tingkat vigor benih secara laboratoris.
3. Mengevaluasi pola topografi pewarnaan TZ sebagai tolok ukur vigor benih
yang dapat digunakan untuk pendugaan pertumbuhan tanaman di media
tanam.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memecahkan
permasalahan
sebagai tolok ukur vigor benih pepaya sehingga dapat digunakan sebagai
metode pengujian rutin di laboratorium benih dalam proses sertifikasi benih.
Uji TZ sebagai tolok ukur vigor benih diharapkan dapat digunakan untuk
pendugaan performa pertumbuhan benih di lapang sehingga perhitungan
kebutuhan benih dapat lebih tepat dan menekan kerugian akibat buruknya
performa tanaman.
commit to user
6
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
A. Pepaya
Pepaya (Carica papaya L) merupakan tanaman buah, berupa herba
dari famili caricaceae yang berasal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat,
bahkan kawasan sekitar Meksiko dan Costa Rica. Tanaman pepaya banyak
ditanam baik di daerah tropis maupun subtropis, di daerah basah dan kering,
atau di daerah dataran rendah dan pegunungan (Soedarya, 2009). Suhu
optimum untuk pertumbuhan pepaya berkisar antara 22-26C dengan curah
hujan 1000-2000 mm/tahun. Pepaya dapat ditanam di dataran rendah sampai
dataran tinggi, dengan pH tanah sekitar 6-7 (netral). Kondisi pertanaman
dengan drainase yang buruk dapat menyebabkan kematian, karena tanaman
pepaya tidak dapat tumbuh pada kondisi tanah yang tergenang (Fardilawati,
2008). Syarat tumbuh yang tidak terpenuhi akan menyebabkan penurunan
produksi secara kualitas maupun kuantitas.
Biji pepaya berbentuk agak bulat dengan bobot dan ukuran yang
berbeda antar varietas. Bagian biji terdiri dari embrio, endosperm, endotesta
dan aril benih yang disebut sarkotesta (Suwarno, 1984). Endotesta atau kulit
biji berwarna coklat-kehitaman hingga hitam dan memiliki alur sepanjang
permukaan benih. Sarkotesta adalah bagian selaput lunak berwarna bening
yang melapisi biji. Sarkotesta harus dihilangkan untuk mempercepat proses
perkecambahan. Sari (2005) menyatakan sarkotesta yang tetap dipertahankan
dalam proses pengeringan benih akan menyebabkan benih mengalami
hambatan dalam berkecambah, karena adanya senyawa fenolik Phydroxybenzoic acid yang terkandung dalam sarkotesta dan struktur testa
yang menjadi masif.
Pada saat ini program pemuliaan tanaman pepaya di Pusat Kajian
Buah-Buahan
Tropika
(PKBT)
IPB
telah
menghasilkan
beberapa
7
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
IPB 6 (Sukma), IPB 8, IPB 9 (Callina), dan IPB 10 (Wulung Bogor). Salah
satu jenis pepaya yang saat ini mulai banyak dikebunkan adalah jenis Pepaya
Callina. Pepaya Callina yang merupakan buah lokal asli Indonesia
merupakan petemuan Prof Dr Ir Sriani Sujiprihati MS dari Institut Pertanian
Bogor. Kini banyak ditanam para petani di berbagai daerah karena berbagai
keunggulannya dan tingginya permintaan pasar.
dengan bobot rata-rata 1,3 kg per buah ini banyak dijual di supermarketsupermarket, dan di label dengan nama pepaya california.
Pepaya california dengan ukuran antara 0,8 2 kg/buah, berkulit tebal,
berbentuk lonjong buah matang berwarna kuning, rasanya manis, daging buah
kenyal dan tebal.
genjah, batangnya lebih pendek dibanding jenis pepaya lain, tinggi tanaman
sekitar 2 meter dan sudah bisa dipanen setelah berumur 7 hingga 9 bulan.
Pohonnya dapat berbuah hingga umur empat tahun. Dalam satu bulan bisa
dipanen sampai empat kali. Sekali panen, setiap pohon Pepaya california
dapat menghsilkan 10 hingga 20 buah. Dengan sekali panen setiap minggu
bisa mencapai 2 ton per hektar (Isnawan, 2014).
Benih pepaya yang diproses dari buah masak pohon akan memiliki
viabilitas dan vigor yang tinggi. Benih pepaya yang berasal dari buah matang
atau buah lewat matang adalah yang paling tepat untuk perbanyakan
(Sangakkara, 1995). Sementara Lubangaol (2008) menyatakan bahwa benih
yang berasal dari buah pepaya mengkal yang telah diperam selama 0 hari
memiliki viabilitas dan vigor benih yang rendah. Pemeraman buah pepaya
mengkal dapat meningkatkan viabilitas dan vigor benih. Pemeraman buah
pepaya mengkal selama 4 dan 7 hari menghasilkan viabilitas dan vigor yang
sama baiknya dengan benih yang berasal dari buah pepaya matang pohon
dengan semburat kuning 80 - 85 %.
B. Daya Berkecambah
Benih
dari
8
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perkecambahan adalah
proses perubahan bentuk dari embrio benih menjadi tanaman yang dapat
melakukan fotosintesis sendiri (ISTA , 2014).
Daya berkecambah adalah kemampuan benih untuk berkecambah dan
berproduksi normal dalam kondisi optimum, dengan kriteria kecambah
normal yaitu akar primer dan hipokotil tumbuh lurus dan panjang, daun
pertama tumbuh normal serta tidak ada akar sekunder. Pengamatan pertama
perkecambahan benih pepaya pada hari ke-14 dan pengamatan akhir pada
hari ke-21 (Sari, 2005).
Perkecambahan yang terjadi pada benih dipengaruhi oleh faktor yang
bersifat eksternal maupun internal. Faktor eksternal meliputu faktor
lingkungan perkecambahan, sedangkan faktir internal berhubungan dengan
apa yang dialami benih selama pembentukannya. Faktor-faktor utama adalah
air, kondisi udara, suhu dan cahaya. Faktor-faktor lain yang berpengaruh
adalah defisiensi kimia, kondisi cuaca selama perkecambahan benih,
ketidakmasakan benih (immaturity), kerusakan mekanis, kerusakan akibat
panas, pengaruh bahan kimia, serangga dan tungau, penyakit tanaman dan
periode hidup benih (seed longevity) (BBPPMBTPH, 2012).
Diketahui bahwa perlakuan priming dapat memberikan pengaruh
positif pada benih. Priming merupakan salah satu teknik sederhana yang
dapat meningkatkan vigor dan terjadinya
perkecambahan, sehingga
9
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Alium cepa
Amaranthus
sp.
Capsicum sp.
Oryza sativa
Vigna
unguiculata
Zea mays
Nama
Indonesia
Subtrat
Rincian untuk
Suhu (oC) Evaluasi
I (hari)
Bawang
Bombay
Bayam
TP;BP;S
20; 15
TP
Cabai
Padi
TP;BP;S
TP;BP;S
Kacang
tunggak
Jagung
BP; BS
BP; TPS;S
Petunjuk
tambahan
Evaluasi
Akhir
(hari)
12
20<->30;
20
20<->30
20<->30;
25
4-5
14
7
5
14
14
20<->30;
25
20<->30;
25;20
Prechill,
KNO3
KNO3
Preheat
(50oC),
rendam air
atau KNO3
(24 jam)
-
Prechill
perpustakaan.uns.ac.id
10
digilib.uns.ac.id
Menurut
Apabila
11
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terakhir terdapat 5% atau lebih benih segar, maka benih segar tersebut harus
diverifikasi viabilitasnya atau dilakukan pengujian ulang dengan aplikasi
pematahan dormansi (ISTA, 2014).
Dormansi pada benih bisa berlangsung selama beberapa hari,
semusim, atau bahkan sampai beberapa tahun tergantung pada jenis tanaman
dan tipe dari dormansinya. Pertumbuhan tidak akan terjadi selama benih
belum melalui masa dormansinya, atau sebelum dikenakan suatu perlakuan
khusus terhadap benih tersebut.
12
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
GA3 dapat
mempercepat perkecambahan biji duku (Pinta et al., 2008) dan bibit kina
(Mayerni, 2008).
D. Uji Tetrazolium
Pengujian tetrazolium adalah suatu pengujian biokemis yang
digunakan untuk membuat penilaian viabilitas benih secara cepat. Pengujian
TZ hanya membutuhkan waktu kurang lebih 22 jam, sehingga dapat
mempercepat proses benih pepaya. Pengujian TZ sudah secara luas dikenal
sebagai metode yang akurat untuk mengestimasi viabilitas benih dan disebut
sebagai uji cepat. Metode ini dikembangkan pertama kali di Jerman pada
awal tahun 1940 oleh Prof. George Lakon yang mencoba membedakan benih
hidup dan mati dengan menggunakan garam Selenium.
Pengujian TZ
digunakan bila benih harus segera ditabur setelah dipanen, atau benih dengan
dormansi cukup lama, maupun benih yang menunjukkan perkecambahan
benih yang lambat, maupun pada kasus diperlukan pendugaan yang sangat
cepat untuk potensi perkecambahan. Selain itu, pengujian tetrazolium dapat
juga digunakan sebagai berikut :
1. Untuk menentukan viabilitas individu pada akhir pengujian daya
berkecambah, khususnya bila benih diduga dormansi;
2. Untuk mendeteksi adanya gejala pertumbuhan kecambah dan berbagai
jenis kerusakan akibat pemanenan dan atau pengolahan benih (kerusakan
yang disebabkan panas, kerusakan mekanis, kerusakan oleh serangga);
3. Untuk mengatasi masalah-masalah yang ditemukan dalam pengujian
commitjika
to user
perkecambahan sebagai contoh
alasan penyebab abnormal tidak jelas
13
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perkecambahan
benih
menekankan
bahwa
analis
benih
Kondisi
optimum digunakan untuk mendapatkan hasil uji yang seragam. Uji ini
harus dilakukan pada media standar yang steril dalam ruangan lembab
dengan suhu terkontrol, suatu kondisi buatan yang jarang berkorelasi
dengan kondisi lapang.
Penghitungan
Dengan demukian
perpustakaan.uns.ac.id
14
digilib.uns.ac.id
pepaya dengan benih direndam pada suhu 30oC selama 24 jam lalu dilepaskan
testa dan endospermanya, kemudian direndam dalam 0.5% larutan tetrazolim
o
selama 3 jam pada suhu 37.5 commit
C menghasilkan
to user 12 kategori pewarnaan embrio
15
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
benih pepaya (Shie dan Kuo, 1999). Pola yang memberikan koefisien
determinasi dan koefisien korelasi yang tertinggi (mendekati 1) adalah
kriteria yang dipilih untuk penentuan viabilitas benih.
Tabel 2. Prosedur pengujian tetrazolium pada benih tanaman budidaya dan
hortikultura
No.
Spesies
Pelembaban
Tipe
Waktu
Minimu
m
A
18
Amaranthus
sp
Capsicum sp
Hordeum
vulgare
Oryza sativa
18
Phaseolus
AK
18
18
Persiapan
Sebelum
pewarnaan
Tusuk benih
dekat mikrofil
Pewarnaan
Persentase
Waktu
Larutan
Optimum
(%)
(Jam)
1
20
Potong dengan
irisan kecil
kulit benih di
dekat dasar
benih, hanya
untuk
membuka
rongga embrio
Keluarkan
embrio dengan
skutellumnya
Potong
membujur
melalui embrio
dan
endosperm
-
18
commit to user
Persiapan
evaluasi
Jaringan Non
Viabel yang
diperbolehkan
Potong
benih secara
longitudinal
1/3
radikula
diukur
dari
ujung, 1/3 dari
ujung
distal
kotiledon
-
Poting benih
pada sisi
datar
menjadi 2
bagian dan
amati
embrio dan
endosperm
Amati
permukaan
eksternal
embrio dan
bagian
belakang
skutellum
Amati
permukaan
potongan
Kupas kulit
benih untuk
membuka
embrio
Daerah akar
kecuali satu
inisial akar,
1/3 dari ujung
skutellum
2/3 radikula
2/3
radikula
diukur
dari
ujung radikel,
daerah
distal
kotiledon,
distal plumula
16
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E. Kerangka Berfikir
commit to user
17
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
17
18
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berat 1000 butir 1.68 g dan lot C memiliki KA 10.1% dan berat 1000 butir
1.66 g (Lampiran 1). Penelitian dilakukan dalam 4 (empat) tahap percobaan
yaitu pengembangan metode pengujian daya berkecambah dan pengujian
tetrazolium (percobaan pendahuluan), penentuan pola topografi pewarnaan
TZ sebagai tolok ukur viabilitas (percobaan 1) dan selanjutnya sebagai tolok
ukur vigor baik secara laboratoris (percobaan 2) dan berdasarkan pengamatan
di media tanam (percobaan 3).
Percobaan Pendahuluan I
Pengembangan metode
pengujian daya berkecambah
Percobaan Pendahuluan II
Pengembangan metode
pengujian tetrazolium
Pengamatan DB dan TZ
Output :
Metode pengujian daya
berkecambah
Output :
Metode pengujian
tetrazolium
Percobaan 1
commitalur
to user
Gambar 2. Diagram
penelitian pendahuluan
19
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Percobaan 1
Uji viabilitas :
Uji DB dan TZ
Klasifikasi pola
topografi viabilitas
laboratoris
Percobaan 2
Percobaan 3
Uji vigor :
Uji IV, Kct, AA, LPK, TZ
Pengujian di
media tanam
Klasifikasi pola
topografi vigor
laboratoris
Klasifikasi pola
topografi vigor
Output :
Pola topografi pewarnaan TZ vigor
lebih spesifik dibandingkan viabilitas
Output :
Pola topografi pewarnaan TZ
sebagai tolok ukur vigor yang
berkorelasi dengan pertumbuhan
Output Akhir :
Pola topografi pewarnaan TZ untuk tolok ukur vigor yang
berkorelasi dengan pertumbuhan tanaman
Gambar 3. Diagram alur penelitian uji tetrazolium sebagai tolok ukur vigor
benih pepaya (Carica papaya)
perpustakaan.uns.ac.id
20
digilib.uns.ac.id
21
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pengamatan dan
22
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengeluarkan
embrio
benih,
kemudian
direndam
dalam
larutan
tetrazolium klorida 1% pada suhu 30oC selama 18 jam pada kondisi gelap.
Uji DB dilakukan pada media pasir di rumah kaca dengan data suhu dan
kelembaban pada Lampiran 2. Kriteria kecambah normal adalah hipokotil
lurus dan sehat, kotiledon telah terbuka sempurna disertai tunas yang sehat.
Pengamatan hitungan pertama dilakukan pada 10 hari setelah tanam (HST)
dan hitungan kedua pada 21 HST. Pengamatan dilakukan dengan
mengelompokkan benih sesuai dengan pola topografi dan pewarnaan yang
terbentuk. Kemudian persentase benih dalam tiap pola dihitung.
Penentuan pola topografi dan pewarnaan TZ untuk tolok ukur
viabilitas benih didasarkan pada perhitungan Root Mean Square (RMS)
antara hasil uji DB dan hasil uji TZ (Kuo et al. 1996 dan Pant et al., 1999),
dimana G adalah persentase hasil uji DB, P adalah persentase hasil uji TZ
dalam suatu pola atau kombinasi beberapa pola dan N adalah jumlah lot
(dalam penelitian ini tiga lot). Indeks angka menunjukan lot (1=lot A,
2=lot B dan 3=lot C). Nilai G dan P merupakan rata-rata dari delapan
ulangan pada suatu lot. commit to user
23
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tiga pola topografi dengan nilai RMS terkecil diuji lanjut dengan
analisis regresi dan korelasi untuk menentukan pola topografi yang paling
sesuai dengan sebagai tolok ukur viabilitas benih.
Nilai koefisien
Model
lanjut dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) 5%. Analisis ini
untuk melihat perbedaan DB antar lot.
4. Percobaan 2 : Uji Vigor
Tolok ukur pengujian vigor benih di laboratorium yang digunakan
adalah accelerated aging (AA), indeks vigor (IV), kecepatan tumbuh (Kct)
dan kecepatan tumbuh relatif, laju pertumbuhan kecambah (LPK) dan uji
TZ. Uji AA dilakukan dengan mengecambahkan benih yang telah didera
pada suhu 41oC dan RH tinggi selama 72 jam (ISTA 2004). Nilai IV
adalah persentase kecambah normal pada hitungan pertama dalam DB
(Copeland dan McDonald 1995).
24
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tiga pola topografi dan pewarnaan dengan nilai RMS terkecil pada
tiap tolok ukur vigor diuji lanjut dengan analisis regresi dan korelasi untuk
menentukan pola yang paling sesuai sebagai tolok ukur vigor benih.
Khusus untuk LPK, BKKN dan Kct tidak dilakukan perhitungan RMS
karena mempunyai satuan yang berbeda sehingga langsung dianalisis
regresi dan korelasi. Analisis regresi dan korelasi dilakukan setelai nilai
LPK dan Kct ditransformasi ke nilai Z baku untuk memperoleh
perbandingan relatifnya. Menurut Walpole (1993) suatu pengamatan x
dari suatu populasi yang mempunyai nilai tengah dan simpangan baku ,
mempunyai nilai Z yang didefinisikan sebagai :
Z=x-
commit to user
25
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Rancangan Percobaan
Untuk pengujian vigor benih di laboratorium, digunakan Rancangan
Acak Lengkap dengan satu faktor yaitu lot benih yang terdiri atas tiga taraf
umur simpan. Setelah dianalisis sidik ragam (ANOVA) dilakukan uji
lanjut dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) 5%. Analisis statistik
ini digunakan untuk melihat perbedaan hasil pengujian antar lot.
5. Percobaan 3 : Hubungan antara uji tetrazolium dan pertumbuhan
tanaman pepaya di media tanam
Penanaman dilakukan dengan menanam benih di polybag.
Pengamatan pertumbuhan hingga 8 (delapan) minggu setelah tanam.
Setiap ulangan terdiri dari 10 polybag.
Pengamatan dilakukan pada daya tumbuh (DT) minggu ke-2, ke-3 dan ke4, persentase tanaman yang hidup berumur dua bulan (DT total), tinggi
tanaman minggu ke-2, ke-3 dan ke-4. Persentase DT dihitung berdasarkan
jumlah kecambah dengan satu daun trifoliate telah muncul dan terbuka
diatas permukaan tanah.
Setiap fase pertumbuhan yang diamati dianalisis regresi dan korelasi
dengan pola topografi yang merupakan tolok ukur viabilitas dan pola
topografi
yang
merupakan
tolok
ukur
vigor.
Semua
data
26
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
27
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Jika
Perlakuan
T
Interaksi
P*T
**
**
KK
(%)
Daya Berkecambah
**
12.10
Tinggi Kecambah
**
**
tn
19.58
**
**
**
13.98
Keterangan : tn = tidak pengaruh nyata, **= berpengaruh sangat nyata pada uji
DMRT 1%
28
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DB
(%)
BSTT
(%)
Perlakuan Pendahuluan
5,0d
77.5ab
85.0a
7.0d
73.0b
73.0b
29.5c
85.0a
80.5ab
91.0d
13.5b
1.0 a
87.0d
9.5 b
2.0 a
61.0c
3.0 a
2.0 a
Keterangan : Nilai pada masing-masing tolok ukur pada kolom dan baris yang
berbeda yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji
DMRT 1%
mengalami masa dormansi karena benih tanpa perlakuan pada suhu 25-34oC
dapat tumbuh maksimum dengan peresentase BSTT terendah. Sedangkan
untuk benih pepaya yang mengalami mengalami dormansi dapat dilakukan
validasi metode dengan menggunakan metode perkecambahan suhu 25 <=>
30oC (T2), dengan perlakuan pendahuluan perendaman air 24 jam + media
dilembabkan dengan GA3 0.05% (P3).
commit to user
29
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tolok Ukur
TK (cm)
BSTT
(%)
Perlakuan pendahuluan
Tanpa perlakuan
55.83b
4.44b
35.17b
51.00b
4.66b
32.83b
65.00a
10.17a
22.00a
Suhu 25oC
13.83b
4.68b
79.67c
78.50a
7.34a
8.67b
Suhu 25 34oC
79.50a
7.25a
1.67a
Keterangan : Nilai pada masing-masing tolok ukur pada kolom dan baris yang
berbeda yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji
DMRT 1%
30
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pepaya dengan media pasir optimum pada suhu 25 34oC dan suhu 20
30oC.
Tinggi kecambah yang dihasilkan dengan perlakuan perendaman
benih selama 24 jam dan media perkecambahan yang dilembabkan dengan
larutan GA3 0.05% lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa perlakuan dan
dengan perendaman benih selama 24 jam. Meningkatnya kandungan
giberelin biasanya didahului oleh menurunnya kandungan inhibitor. Diduga
perlakuan suhu pada benih yang digunakan untuk mengatasi dormansi
menyebabkan bertambahnya level promotor endogenus pada benih, dan
mengurangi level inhibitor (BBPPMBTPH, 2012).
Tabel 6. Rekapitulasi analisis ragam pengaruh perlakuan pendahuluan, suhu
perkecambahan dan interaksinya terhadap tolok ukur DB, tinggi
tanaman dan benih segar tidak tumbuh (BSTT) pada media kertas
Tolok ukur
P
Perlakuan
T
Daya Berkecambah
**
Tinggi Kecambah
Benih
Segar
Tumbuh
Tidak
KK
(%)
**
Interaksi
P*T
**
17.44
**
**
tn
24.73
**
**
**
21.41
Keterangan : tn = tidak pengaruh nyata, **= berpengaruh sangat nyata pada uji
DMRT 1%
commit to user
31
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan media kertas pada Tabel 7. adalah benih yang ditumbuhkan pada
suhu 25 <=> 30oC (T3), Perendaman air 24 jam + media dilembabkan dengan
GA3 0.05% (P3). Dengan metode tersebut benih menghasilkan persentase
daya berkecambah tertinggi (84%) dan persentase BSTT terendah (0%).
Tabel 7. Pengaruh interaksi perlakuan pendahuluan (P) dan suhu
perkecambahan (T) terhadap DB dan benih segar tidak tumbuh
(BSTT) pada media kertas
Tolok Ukur
Perlakuan Pendahuluan
Tanpa Perlakuan (P1)
DB (%)
BSTT (%)
6.5 c
40.0 b
79.5 a
84.0 a
48
32.25c
45.25d
27.75b
0.75 a
Keterangan : Nilai pada masing-masing tolok ukur pada kolom dan baris yang
berbeda yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji
DMRT 1%
Pengaruh
32
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
faktor yang paling penting, tetapi perubahan komposisi gas, potensial air dan
hormon juga termasuk faktor yang mengatur perkecambahan.
Tabel 8. Pengaruh tunggal perlakuan pendahuluan dan suhu perkecambahan
terhadap tolok ukur DB, TK dan BSTT benih pepaya pada media
kertas
Perlakuan
Tolok Ukur
DB (%)
TK (cm)
BSTT (%)
Tanpa perlakuan
15.25c
3.33c
35.17b
23.25b
5.99a
32.83b
82.25a
5.74a
22.00a
Suhu 25oC
29.00b
2.45b
79.67c
51.50a
7.58a
8.67b
Perlakuan pendahuluan
Keterangan : Nilai pada masing-masing tolok ukur pada kolom dan baris yang
berbeda yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji
DMRT 1%
commit to user
33
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
34
digilib.uns.ac.id
35
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
80.5 ab
10.6
88 a
10.5
83.5b
10.1
Keterangan : Huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata pada DMRT 5%.
Kadar air lot benih yang digunakan dalam penelitian menyajikan nilai
yang hampir sama, variasi yang diperoleh dari 10.1 sampai 10.6 (Tabel 9).
Hal tersebut sangat penting dalam pelaksanan pengujian ini untuk
standarisasi evaluasi dan pencapaian hasil yang konsisten. Pada Tabel 11
disajikan hasil uji tetrazolium pada tiga lot benih pepaya dengan berbagai
waktu perendaman dalam larutan tetrazolim.
Dalam penelitian diperoleh bahwa prosedur pewarnaan dengan
perendaman dalam larutan tetrazolium
pada konsentrasi 1% selama 18 jam
commit to user
36
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mampu menyortir lot benih sama seperti hasil yang diperoleh dalam uji daya
berkecambah, datanya disajikan pada Tabel 10, mengklasifikasi lot 1, sebagai
benih berkualitas tinggi; lot 2 pada kualitas menengah; dan lot 3 sebagai
benih kualitas terendah. Metode tersebut memungkinkan untuk dilakukan dan
hasil akhir untuk viabilitas benih dapat diperoleh sekitar 40 jam. Hasil ini
dibutuhkan, ketika kontrol internal kualitas benih suatu perusahaan
membutuhkan respons yang cepat mengenai status lot benih secara benar,
untuk memberikan hasil yang tepat.
Tabel 10. Viabilitas dengan uji tetrazolium pada tiga lot benih pepaya pada
berbagai waktu perendaman dalam larutan tetrazolim
Lama Perendaman
2 jam
LOT
4 jam
9 jam
12 jam
18 jam
46.00b
50.00b
62.50c
78.50b
82.00c
60.75a
64.50a
75.75a
84.50a
90.00a
61.00a
62.75a
69.25b
80.00b
85.50b
CV(%)
14.78
13.05
9.18
5.40
5.32
`Keterangan : Huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata pada uji DMRT 5%
menggunakan
metode
tetrazolium,
yang
bertujuan
untuk
37
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 11. Koefisien korelasi antara data rata-rata yang diperoleh dari
pengujian daya berkecambah dan pengujian viabilitas
menggunakan metode tetrazolium pada tiga lot benih A, B dan C
pada berbagai waktu perendaman
Waktu Perendaman
R2
2 jam
0.249
0.442*
4 jam
0.349
0.495*
9 jam
0.646
0.786**
12 jam
0.769
0.833**
18 jam
0.888
0.916**
Waktu
Pengalaman menunjukkan
diperpanjang
jika benih
belum
terwarnai
dengan
sempurna
untuk
berlebihan harus dihindari karena hal ini dapat menyamarkan perbedaan pola
pewarnaan yang disebabkan benih lemah dan kerusakan spesifik seperti
akibat pembekuan (ISTA, 2014).
C. Percobaan I : Uji Viabilitas
Pada tahap uji viabilitas menghasilkan 12 (dua belas) pola topografi
dan pewarnaan TZ yang dibedakan berdasarkan daerah yang terwarnai pada
radikula dan kotiledon, di mana pola topografi benih viabel dan nonviabel
ditampilkan (Gambar 8.).
38
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kotiledon berwarna merah cerah. Pola 6 Pelukaan pada seluruh embrio yang
berwarna merah muda sangat pucat. Pola 7. seluruh embrio berwarna merah
buram. Pola 8. Radikula tidak terwarnai. Pola 9 kotiledon tidak terwarnai.
Pola 10 bagian dasar radikula dan kotiledon berwarna merah muda pucat.
Pola 11 lebih dari 1/3 kotiledon tidak terwarnai. Pola 12 seluruh embrio tidak
terwarnai, seluruh jaringan embrio berwarna putih, beberapa radikula
berwarna merah muda yang sangat terang.
commit to user
39
Keterangan :
Pola 1
Pola 2
Pola 3
Pola 4
Pola 5
Pola 6
Pola 7
Pola 8
Pola 9
Pola 10
Pola 11
Pola 12
39
Gambar 8. Pola topografi pewarnaan tetrazolium yang terbentuk pada percobaan I uji viabiltas benih pepaya varietas Callina
perpustakaan.uns.ac.id
40
digilib.uns.ac.id
Benih nonviable
menunjukkan defisiensi dan atau keabnormalan dari sifat alami yang dapat
menghambat perkembangannya menjadi kecambah normal (ISTA, 2014).
Warna merah pada pola pertama memiliki perbedaan yang tipis dengan pola
7. Pola topografi yang diperoleh dalam percobaan, daerah yang tak terwarnai
dengan luasan kurang dari 1/3 pada bagian jaringan radikula dan kotiledon
dapat diterima sebagai benih viable.
Beberapa pola pewarnaan benih dikategorikan viable bila terwarnai
seluruhnya, kerusakan kecil (kurang dari 50%) pada kotiledon, tetapi bukan
pada bagian penghubung antara kotiledon dan radikula dan bukan pada
daerah satu sisi dengan hilum, kerusakan kecil (kurang dari 50%) pada
radikula, tetapi bukan pada bagian ujung atau pada bagian penghubung antara
kotiledon dan radikula. Bagian dalam kotiledon berwarna merah atau
bergradasi secara teratur dari merah di bagian tepi dan memudar di bagian
tengah (suatu kondisi yang wajar akibat berkurangnya penetrasi larutan
commit
to user
tetrazolium di bagian dalam).
Benih
dikategorikan nonviable bila tidak
41
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ISTA
reprodusibilitas
dan
lebih
ditujukan
untuk
persyaratan
42
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lot A (%)
Lot B (%)
Lot C (%)
70
76
76
10
11
0commit to user 0
12
43
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
eberapa kombinasi gabungan antar pola yang memberikan RMS terkecil yaitu
antara 1.08 8.57 seperti yang tertera pada Tabel 13. Pada saat persentase
viabilitas tiga kategori dijumlahkan, potensi viabilitas adalah sebanding
dengan daya berkecambah benih di semua lot benih yang digunakan. Tiga
pola dengan RMS terkecil adalah pola 1,2,3 (RMS = 1.08), pola 1,2,4 (RMS
= 1.44), dan pola 1,2,7 (RMS = 2.35).
determinasi (R2) dan koefisien korelasi (r) tertinggi adalah kombinasi pola
1,2,3 (R2=0.782 dan r=0.885) (Tabel 14.).
RMS
RMS
1,2,3
1.08
1,3,4
4.62
1,2,4
1.44
1,4,7
4.81
1,2,7
2.35
1,2,4,7
6.33
1,2,3,4
2.95
1,3
6.73
1,2
3.07
1,7
6.84
1,3,7
3.82
1,4
8.11
1,3,4,7
4.19
1,2,3,7
8.57
menunjukkan terdapat selisih yang tinggi antar jumlah benih viable dan
jumlah kecambah normal yang menyebabkan kesalahan viabilitas benih (Pant
et al. 1999). Nilai koefisien determimasi dan korelasi pola 1,2,3 (0.782 dan
0.885) dan pola 1,2,4 (0.745 dan 0.863) lebih tinggi dari pada pola 1,2,7
(0.547 dan 0.740) (Tabel 14).commit to user
44
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 14. Hasil analisis regresi dan korelasi antara uji tetrazolium dan uji
daya berkecambah pada tiga kombinasi dengan nilai RMS
terkecil
Kombinasi Pola
R2
1,2,3
26.23
0.695
0.782
0.885
1,2,4
-14.37
1.181
0.745
0.863
1,2,7
32.81
0.623
0.547
0.740
Keterangan :
a : intersep, b : koefisien regresi r, R2 : koefisien determinasi, r : koefisien korelasi
Nilai
koefisien yang diperoleh adalah 0.88 dan 0.86 yang berarti variabel y
dipengaruhi variabel x sebanyak 88% dan 86%. Nilai RMS pola 1,2,3 dan
pola 1,2,4 mempunyai hubungan yang lebih kecil dibandingkan pola 1,2,7
yang berarti selisih persentase DB dengan jumlah benih pada pola tersebut
lebih rendah dibandingkan selisih DB dengan pola 1,2,7. Evaluasi pewarnaan
TZ menggunakan nilai RMS berhasil dilakukan pada benih Carica papaya
(Shie dan Kuo, 1995), Salvia splendens and S. farinacea (Kuo et al., 1996)
and Dendrocalamus strictus (Pant et al., 1999). Hasil penelitian Aslam, et
al., (2010) menyatakan
commit to user
45
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 9. Grafik regresi antara uji tetrazolium dan uji daya berkecambah
pada tiga kombinasi dengan nilai RMS terkecil
Nilai RMS pola viable 1,2,7 memiliki nilai RMS dalam kategori tiga
terendah. Namun demikian, pola 7 tidak dapat dimasukkan sebagai pola
viabel karena kotiledon berwarna tua. Pewarnaan merah tua menunjukkan
kurang hermetis dan penetrasi yang cepat dari larutan tetrazolium melalui
commit to user
tegument dan jaringan sel-sel dengan struktur seminal yang berbeda. Sebagai
46
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Namun demikian,
tidak akan ada perbedaan yang nyata antara viabilitas dan persentase
perkecambahan bila : (1) benih tidak dalam kondisi dorman atau tidak
sebagai benih keras atau sudah diberi perlakuan untuk pematahan dormansi
dan kekerasan benih (2) benih tidak terinfeksi atau telah sudah didesinfektan
(3) tidak disemprot sewaktu di lapang ataupun tidak diberi perlakuan bahan
kimia berbahaya selama pengolahan benih, (4) belum difumigasi, (5) belum
mengalami kemunduran selama waktu yang diperlukan untuk pengujian daya
berkecambah, serta (7) benih berkecambah dibawah kondisi optimum.
Pada pola 6 seluruh embrio berwarna merah yang sangat muda,
dominan putih dan pucat. Pola ini menunjukkan kurang sempurnanya
aktivitas metabolik yang berkaitan dengan respirasi sel, kondisi yang tidak
sehat atau kematian jaringan. Pada umumnya disertai dengan kurangnya
turgiditas pada sebagian atau
Kondisi yang tidak sehat dapat disebabkan oleh serangan hama atau penyakit.
Jumlah pola 6 pada lot A 9%, lot B 5% dan lot C 6%. Perlu pengkajian lebih
commit to user
47
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
fisiologis
benih
yang
mengontrol
kemampuan
untuk
48
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lot A
Lot B
Lot C
77c
90a
83b
73c
84.5a
79b
7.895b
8.601a
7.814b
78.96b
86.67a
77.38b
3.677b
4.469a
4.147ab
0.092a
0.102a
0.099a
Keterangan : Huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata pada DMRT 5%
Pada pengujian AA, benih didera pada kondisi suhu tinggi (41oC) dan
RH tinggi selama 72 jam. Benih yang bervigor tinggi akan tetap memiliki
nilai perkecambahan yang tinggi setelah didera, sedangkan benih yang
bervigor rendah akan mengalami penurunan hasil nilai perekecambahan yang
didera.
Indeks vigor menunjukkan jumlah kecambah normal pada hitungan
pertama yaitu hari ke-10. Nilai Kct relatif merupakan perbandingan antara
nilai Kct yang diperoleh dengan Kct maksimalnya.
merupakan nilai dugaan, yaitu bila semua benih telah menjadi kecambah
normal pada hari ke-10, karena pada hari ke-8 dan ke-9 telah berkecambah
tetapi belum menjadi kecambah normal. Nilai Kct dengan satuan %N/etmal
menunjukkan jumlah benih yang tumbuh menjadi normal setiap 24 jam.
Pada lot A dengan nilai Kct 7.895%N/etmal berarti untuk mencapai
perkecambahan hingga 100%, lot A membutuhkan waktu 100/7.895 atau 12.7
commit to user
49
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hari, lot B 11.6 hari dan lot C 12.8 hari. Semakin tinggi nilai Kct semakin
cepat benih tersebut tumbuh menjadi kecambah normal.
Tabel 16. Nilai RMS untuk pola vigor pada pola topografi pewarnaan
tetrazolium 1,2,3,4,7
Pola berkemungkinan vigor
Nilai RMS
IV
5.661
AA
10.023
Kct relatif
8.204
1,2
3.948
3.536
3.013
1,3
6.705
2.923
5.230
1,4
8.089
3.992
6.194
1,7
6.871
3.747
6.236
1,2,3
3.342
6.331
4.495
1,2,4
3.473
5.282
3.412
1,2,7
4.036
6.961
5.884
1,3,4
4.985
2.712
3.651
1,3,7
4.345
4.208
5.109
1,4,7
5.230
3.620
5.012
1,2,3,4
4.750
8.390
6.139
1,2,3,7
10.822
17.596
14.791
1,2,4,7
9.155
15.397
12.533
1,3,4,7
6.466
9.750
9.042
1,2,3,4,7
14.029
21.120
17.796
50
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 17. Hasil analisis regresi dan korelasi antara hasil uji tetrazolium dan
uji vigor laboratoris
Pola vigor
TZ-AA
1,2
1,2,3
1,2,4
TZ-IV
1,2
1,3
1,3,4
TZ-KCT relatif
1,2
1,2,4
1,3,4
TZ-KCT
1,2
1,2,4
1,3,4
TZ-BKKN
1,2
1,2,3
1,2,3,7
TZ-LPK
1,2
1,3
1,2,3
R2
-34.36
-36.39
-44.43
1.450
1.414
1.534
0.695
0.689
0.701
0.8341
0.8306
0.8374
-55.23
-12.07
-1.723
1.651
1.173
1.012
0.827
0.471
0.349
0.9096
0.6868
0.5909
-13.17
-21.00
31.76
1.160
1.225
0.618
0.574
0.576
0.183
0.7580
0.7592
0.4284
0.546*
0.588*
0.232*
0.7391
0.7668
0.4824
0.811
0.784
0.554
0.9949*
0.9898*
0.7448*
0.678
0.490
0.607
0.8235*
0.7001*
0.7794*
Hubungan yang paling erat antara hasil uji TZ dengan AA, IV dan
Kct relatif dan LPK berbeda-beda sesuai dengan yang ditunjukkan oleh nilai
korelasi yang tinggi (Tabel 17). Kombinasi gabungan pola yang memberikan
nilai R2 dan r tertinggi pada AA adalah pola 1,2,4 (R2=0.701 dan r=0.8374),
2
pada IV pola 1,2 (R2=0.827 dan
r=0.9096),
commit
to userdan Kct relatif pola 1,2 (R =0.576
51
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berlawanan dengan radikula, dengan warna merah yang cerah dan merata,
tidak terlalu gelap, jaringan terlihat kuat dan bagian ujung radikula berwarna
lebih tua dibandingkan kotiledon. Pola-pola lainnya memiliki kelemahan
yang menunjukkan benih bervigor menengah, rendah atau tidak vigor. Pola
1,2 memberikan nilai koefisien determinasi dan korelasi tertinggi pada
analisis TZ-IV dan TZ-BKKN .
E. Percobaan 3 : Hubungan Antara Uji tetrazolium dan pertumbuhan
tanaman pepaya di polybag
Penanaman benih di polybag bertujuan untuk meningkatkan
keseragaman pengaruh kondisi tanah terhadap pertumbuhan benih, sehingga
diharapkan perbedaan pertumbuhan tanaman hanya disebabkan oleh
performa benih itu sendiri. Keuntungan penanaman di polybag antara lain :
hara yang tersedia pada setiap tanaman relatif sama, tidak ada pengaruh aliran
air dan tidak ada pengaruh antar individu akar tanaman (Dina, 2006).
commit todalam
user penelitian disesuaikan dengan
Penggunaan polybag dan naungan
52
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Masa
Lot A
Lot B
Lot C
78a
81a
79a
80a
84a
80a
80a
88a
81a
75b
88a
81ab
3.64b
4.32a
3.60b
5.72b
6.38a
5.77b
7.98b
8.81a
7.64b
Keterangan : Huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata pada uji DMRT 5%. Pengamatan tinggi tanaman
dilakukan pada 5 tanaman secara acak pada tiap ulangan.
commit to user
53
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 19. Hasil analisis regresi dan korelasi pola topografi pewarnaan
tetrazolium dengan tolak ukur daya tumbuh
Pola topografi
Lot
Pola 1,2
A
B
C
A
B
C
Pola 1,2,3
Pola 1,2
Pola 1,2,3
Pola 1,2
Pola 1,2,3
Pola 1,2
Pola 1,2,3
A
B
C
A
B
C
A
B
C
A
B
C
A
B
C
A
B
C
a
DT hari ke-14
-70.43
-135.60
-72.41
-195.80
-168.00
-64.35
DT hari ke-21
-173.2000
-108.6000
-51.4500
-216.1000
-155.3000
-51.4500
DT hari ke-28
-173.2000
-51.6600
-141.0000
-216.1000
-44.7600
-88.0000
DT hari ke-56
-178.2000
-70.8800
-51.4500
-198.3000
-44.760
-56.2900
R2
1.843
2.598
1.854
3.3330
2.8480
1.6930
0.4660
0.7750
0.7410
0.6950
0.7860
0.6180
0.5618
0.8808
0.8614
0.8341
0.8868
0.7865
3.2250
2.3030
1.6120
3.6110
2.7320
1.6120
0.5370
0.5480
0.8060
0.7820
0.6500
0.8060
0.7332
0.7405
0.8980
0.8845
0.8064
0.8980
3.2250
1.6660
2.3700
3.6110
1.5110
2.0000
0.5370
0.8090
0.9060
0.7820
0.5610
0.6400
0.7332
0.8997
0.9491
0.8845
0.7493
0.7765
3.2250
1.9110
1.6120
3.3330
1.5110
1.6120
0.6450
0.7640
0.8060
0.8000
0.5610
0.8060
0.8032
0.8745
0.8980
0.8944
0.7570
0.8980
commit to user
54
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 20. Hasil analisis regresi dan korelasi pola topografi pewarnaan
tetrazolium dengan performa tanaman
Tolok Ukur
R2
R2
0.64
0.8006
0.573
0.7573
0.823
0.9068
0.715
0.8456
0.539
0.7348
0.502
0.7090
55
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
definisi yang sama dengan field emergence pada penelitian Qasim et al (2010)
yaitu jumlah kecambah dengan satu daun trifoliat yang telah muncul dan
terbuka diatas permukaan tanah. Hasil penelitian Qasim et al (2010)
menunjukkan hubungan antara uji TZ dan field emergence adalah positif dan
signifikan (0.609) pada kasus persemaian diakhir masa tanam. Pengujian di
polybag di bawah naungan plastik, meminimalkan deraan cuaca, sehingga
kondisi yang tercipta mendekati kondisi optimum. Suhu lingkungan selama
pengujian berlangsung pada bulan November-Desember berkisar antara 23.2
- 32.10C (Lampiran 8), tidak jauh berbeda dengan pengujian daya
berkecambah di rumah kaca pada suhu 25-34oC. Kondisi penanaman yang
lebih mendekati kondisi rumah kaca, maka pola 1, 2, 3 uji TZ yang menjadi
tolok ukur viabilitas berkorelasi lebih erat dengan tinggi tanaman.
Daya tumbuh lot A dan lot B lebih kecil dibandingkan DB-nya (Lot
A DT 75%, DB 80.5%, Lot C DT 81%, DB 83.5% ), sedangkan DT lot B
sama dengan DB-nya (DT 88%, DB 88%). Dalam keadaan normal, DB selalu
tinggi atau sama dengan pertumbuhan di lapang. DT total pada tanaman lot
A mengalami penurunan sebesar 5%. Hal tersebut terjadi karena tanaman
terserang penyakit sehingga mati. Pada saat penelitian berlangsung hujan
hampir terjadi setiap hari, dengan cuaca yang lembab
memungkinkan
perpustakaan.uns.ac.id
56
digilib.uns.ac.id
Apabila faktor
pula yang
ditanam di bawah 600 m dpl (Hamzah, 2009). Produksi buah yang kurang
baik dapat mempengaruhi mutu benih yang dihasilkan, dapat menurunkan
tingkat viabilitas dan vigor benih. Seperti halnya dengan lot A yang memiliki
viabilitas dan vigor paling rendah dibandingkan lot B dan C. Berat 1000 butir
merupakan salah satu tolok ukur mutu benih. Menurut Kartikasari (1999),
pada benih yang berukuran besar tolok ukur viabilitas potensial dan vigor
memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan benih yang berukuran kecil.
Pada pengujian mutu awal benih diperoleh lot A dan lot C memiliki berat
1000 butir lebih rendah dibandingkan lot B, sesuai dengan hasil penelitian
commit to user
57
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pada uji viabilitas dan vigor yang menunjukkan bahwa viabilitas dan vigor
lot A dan C lebih rendah dengan dari lot B.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh dua belas pola topografi
pada uji TZ. Pola 1, 2, 3 sebagai pola viabilitas dan pola 1, 2 sebagai pola
topografi pewarnaan untuk vigor yang mempunyai korelasi yang tinggi
dengan pertumbuhan tanaman baik secara laboratoris maupun di media
tanam.
2. Pola 1, 2, 3 yaitu seluruh bagian embrio (radikula dan kotiledon) berwarna
merah cerah atau bergradasi merah cerah - merah muda menunjukkan
benih viable, sedangkan pola yang lebih spesifik yaitu pola 1, 2 dimana
pewarnaan pada bagian embrio (radikula dan kotiledon) merah cerah dan
merata.
3. Pola 1,2,3 dan pola 1,2 dapat digunakan untuk mengestimasi pertumbuhan
tanaman di media tanam hingga minggu ke-56.
B. Saran
Agar hasil penelitian ini dapat diterapkan di laboratorium benih,
maka perlu dilakukan beberapa hal, yaitu :
1. Validasi metode dengan melakukan pengujian kembali di laboratorium
dan di lapangan hingga panen dengan menggunakan lot yang lebih banyak
dengan berbagai tingkat vigor pada varietas yang sama atau varietas lain
sehingga didapatkan klasifikasi vigor kuat, sedang, lemah dan tidak vigor.
2. Pengkajian lebih lanjut terhadap pola 6 dalam hubungannya dengan
jumlah benih yang terinfeksi penyakit.
commit to user
58
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
57
Andi W.A., A. Purwantoro dan P. Yudono. 2012. Studi Aspek Fisiologis dan
Biokimia Perkecambahan Benih Jagung (Zea mays l.) pada Umur
Penyimpanan Benih yang Berbeda. Vegetalika. Vol 1 (3):1-11.
Aslam, M., Z. A. Reshi, dan T.O. Siddiqi. 2010. Standardization of seed viability
protocol for Pinus wallichiana A.B.Jackson
in Kashmir, India.
International Journal of Pharmaceutical Sciences Review and Research.
Volume 4(3):93-98.
Badan Pusat Statistik. 2014. Produksi Buah-buahan dan Sayuran Tahunan di
Indonesia.
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=3&tabel
=1&daftar=1&id_subyek=55&no
ab=15. Diakses pada tanggal 16
Juni 2014.
Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan
Hortikultura (BBPPMBTPH), 2012. Perkecambahan Benih Prinsip dan
Pengujiannya. BBPPMBTPH. Depok.
Bradford
KJ.
2004.
Seed
Production
and
Quality.
www.ufvjm.edu.br/disciplinas/agr058/files/2013/06/BradfordLivro2004.p
df. Diakses pada tanggal 21 Mei 2014.
Baskin, C. C., N. W. Hopper, G. R. Tupper, dan O. R. Kunze. 1986. Techniques
to evaluate planting seed quality, in J.R. Mauney and J. McD. Stewart
(eds), Cotton Physiology. The Cotton Foundation. Memphis.
Copeland OL, Mc Donald MB. 1995. Seed Science and Technology. New York:
Chapman & Hall, 408 hal.
Craviotto, R.M.,M.A. Perearmau dan C. Gallo. 2008. Topographic Tetrazolium
For Soybean. Centra Regional Santa Fe INTA. Argentina.
Dermawan, M. 2007. Studi Pengujian Tetrazolium Sebagai Peubah Viabilitas
Benih Buncis. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Dias, D. C. F. D. S., W. T. Estanislau, F. L. Finger, E. M. Alvarenga, dan L. A. D.
S. Dias. 2010. Physiological and enzymatic alterations in papaya seed
during storage. Revista Brasileira de Sementes 32 (1): 148-157.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
59
digilib.uns.ac.id
Dina, 2006. Uji Tetrazolium secara Kualitatif dan Kuantitatif sebagai Tolok Ukur
Vigor Benih Kedelai (Glycine max L. Merr) serta Hubungannya dengan
Pertumbuhan Tanaman di Lapang. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Entesari, M., F. Sharifzadeh, M. Ahmadzadeh dan M. Farhangfar. 2013. Seed
biopriming with trichoderma species and pseudomonas fluorescent on
growth parameters, enzymes activity58and nutritional status of soybean.
International Journal of Agronomy and Plant Production. Vol.4 (4):610619.
Erinnovita, M. Sari dan D. Guntoro. 2008. Invigorasi Benih untuk Memperbaiki
Perkecambahan Kacang Panjang (Vigna unguiculata Hask.
ssp.sesquipedalis) pada Cekaman Salinitas. Bul. Agron. 36 (3) : 214
220.
Fardilawati, Novita. 2008. Pengaruh perbedaan umur pohon induk terhadap
karakter morfologi dan kualitas buah pepaya (Carica papaya L.). Skripsi.
Departemen Agronomi dan Hortikutura IPB. Bogor.
Franca Neto, J.B., Krzyzanowski, F.C. dan Costa, N.P. da. 1998. The
Tetrazolium Test For Soybean Seeds. Embrapa-CNPSo. Brazil.
Hamzah,
H..
2009.
Syarat
ideal
tumbuh
tanaman
pepaya.
http://blog.agroprima.com/syarat-idealtumbuhtanaman-pepaya/
Diakses pada tanggal 4 Maret 2015.
Ilyas, Satriyas,. 2010. Ilmu dan Teknologi Benih, Teori dan Hasil-hasil Penelitian.
Institut Pertanian Bogor. IPB Press. Bogor.
Isnawan , Y. 2014. Budidaya Pepaya California. UPTB BPKP Kec Montong
Tuban. http://epetani.deptan.go.id/budidaya/budidaya-pepaya-california8475. Diakses pada tanggal 27 Mei 2014.
Justice, O. L. dan L. N. Bass. 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih.
Rennie Roesli, penerjemah (terjemahan dari : The Principle nad Practises
of Seed Storage). PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
International Seed Testing Association (ISTA). 2003. ISTA Handbook for
Seedling Evaluation. Ed Ke-3. Zurich: International Seed Testing
Association.
. 2004. Seed Science and Technology.
International Rules for Seed Testing. Zurich: Internationnal Seed Testing
Association.
. 2014. International Rules for Seed
commit
to
user
Testing 2014. ISTA, Bassersdorf, Switzerland.
60
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Phytopathology Vol
perpustakaan.uns.ac.id
61
digilib.uns.ac.id
Muchlis A. 1995. Studi pola pewarnaan uji tetrazolium pada benih kacang
panjang (Arachis hypogeal L.) sebagai tolok ukur viabilitas. Skripsi.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Murni, Pinta., D. P. Harjono dan Harlis. 2008. Pengaruh Asam Giberelat (GA3)
Terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan Vegetatif Duku (Lansium
Dookoo Griff.). Biopecies Vol. 1 (2): 63-66.
Nerson, H. 2007. Seed production and germinability of cucurbit crops. Seed
Science and Biotecnology 1(1) : 1-10.
Pant NC, Purohit M, Lal RB. 1999. Tetrazolium test for the seeds of
Dendrocalanus. J. Seed Science and Tecnology 27:907-910.
Qasim, G., A.U. Malik, M. Sarfraz, M.A. Alias, H.A. Bukhsh and M. Ishaque.
2010. Relationship between laboratory seed quality tests, field emergence
and yield of chickpea. Crop & Environment 2010, 1(1): 31-34.
Rofiah, Siti. 1996. Penentuan tolak ukur viabilitas benih jagung (Zea mays. L.)
dengan iji tetrazolium. Skripsi. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Sadjad, S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. PT Grasindo. Jakarta.
Sadjad. S., E. Murniati dan S. Ilyas. 1999. Parameter Pengujian Vigour Benih
dari Komparatif ke Simulatif. PT. Grasindo. Jakarta.
Salisbury, F.B. 1996. Units, Simbols, and Terminology Plant Physiology, A
Reference for Presentation of Research Result in the Plant Sciences.
Oxford University Press. New York.
Sangakkara, U.R. 1995. Influence of seed ripeness, sarcotesta, drying and
storage on germinability of papaya (Carica papaya L.) seed. Pertanika J.
Trop. Agric. Sci. 18 (3): 193-199.
Sari, Maryati., E. Murniati, dan M. R. Suhartanto. 2005. Pengaruh sarcotesta dan
pengeringan benih serta perlakuan pendahuluan terhadap viabilitas dan
dormansi benih pepaya (Carica papaya L.). Bul. Agron. 13(2): 23-30.
Shie, C.H. and W.H.J. Kuo. 1999. Tetrazoloium Test for the Seed of Carica
papaya L. Seed and Nursery (Taiwan) 1: 47-56.
Soedarya, A.P. 2009. Agribisnis Pepaya. Pustaka Grafika.Bandung.
Subedi, C.K. dan Bhattarai, T. 2003. Effect of gibberellic acid on reserve food
mobilization of maize (Zea mays L. var Arun-2) endosperm during
germination. Himalayan commit
JournaltoOfuser
Science Vol. 1 : 99-102.
62
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
63
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 1. Tabel kondisi awal benih sumber yang digunakan dalam penelitian
Kondisi Benih
Lot A
Lot B
Lot C
Asal
Ciseeng
Rancamaya
Cicurug
Ketinggian Tanah
100 dpl
400 dpl
500 dpl
Panen
19 Agustus 2014
21 Agustus 2014
16 Agustus 2014
Proses
22 Agustus 2014
24 Agustus 2014
20 Agustus 2014
10.6
10.5
10.1
16.4
17.1
16.6
81%
88%
84%
commit to user
64
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
TGL
JAM 08.00
JAM 12.00
JAM 16.00
JAM 20.00
JAM 24.00
JAM 04.00
Suhu
Suhu
Suhu
RH
SUHU
RH
SUHU
RH
SUHU
RH
SUHU
RH
SUHU
RH
SUHU
RH
min
maks
rata2
rata2
1 11-Oct-14
25.9
62
34.2
26
32.5
60
29.9
64
26.9
72
24.5
76
24.5
34.2
29.0
60
2 12-Oct-14
29.7
61
34.9
38
31.8
53
29.2
70
26.3
70
25.2
80
25.2
34.9
29.5
62
3 13-Oct-14
29.4
68
34.2
47
32.6
59
27.7
70
27.3
70
24.8
78
24.8
34.2
29.3
65
4 14-Oct-14
27.9
77
34.2
47
32.9
58
28.7
66
26.1
78
25.7
84
25.7
34.2
29.3
68
5 15-Oct-14
28.8
73
34.5
46
29.3
72
26.7
82
25.8
85
24.9
84
24.9
34.5
28.3
74
6 16-Oct-14
28.6
78
34.7
49
32.2
69
28.5
77
26.6
83
25.0
86
25.0
34.7
29.3
74
7 17-Oct-14
28.3
77
34.2
51
31.9
59
28.4
72
26.3
81
24.8
84
24.8
34.2
29.0
71
8 18-Oct-14
30.4
66
34.1
52
33
50
28.3
64
26.2
73
25.0
79
25.0
34.1
29.5
64
9 19-Oct-14
29.5
65
35.5
44
33.6
48
29.4
66
26.4
72
24.9
79
24.9
35.5
29.9
62
10 20-Oct-14
29.1
64
34.4
54
32.3
44
29.0
65
26.6
75
25.1
80
25.1
34.4
29.4
64
11 21-Oct-14
29.5
66
33.1
45
31.6
46
29.0
67
26.7
79
25.0
81
25.0
33.1
29.2
64
12 22-Oct-14
31.3
62
34.1
42
31.6
73
29.2
69
26.6
75
25.0
75
25.0
34.1
29.6
66
13 23-Oct-14
33.4
59
35.7
43
29.4
75
28.3
77
24.3
80
23.7
82
23.7
35.7
29.1
69
14 24-Oct-14
32.9
57
35.9
44
31.7
65
29.5
74
26.6
78
25.0
79
25.0
35.9
30.3
66
15 25-Oct-14
33.8
58
33.8
44
33.8
50
26.0
69
24.8
80
23.9
83
23.9
33.8
29.4
64
16 26-Oct-14
31.0
49
33.8
45
32.3
52
28.1
65
26.3
73
25.2
79
25.2
33.8
29.5
60
17 27-Oct-14
28.1
70
33.1
39
31.3
58
27.0
70
26.3
75
25.3
78
25.3
33.1
28.5
65
18 28-Oct-14
28.7
64
34.7
34
33.9
51
27.6
74
26.2
71
24.9
79
24.9
34.7
29.3
62
19 29-Oct-14
27.6
71
34.9
45
32.6
50
27.6
71
26.7
73
26.2
77
26.2
34.9
29.3
64
20 30-Oct-14
31.0
57
35.1
46
33.6
51
27.9
69
26.2
74
24.2
76
24.2
35.1
29.7
62
21 31-Oct-14
31.5
57
34.2
38
31.8
50
28.2
64
26.1
73
25.3
74
25.3
34.2
29.5
59
25
34
29
65
Rata-Rata
commit to user
65
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
II
III
IV
VI
VII
VIII
B1
C2
C3
A4
B5
C6
A7
B8
A1
B2
B3
B4
C5
A6
C7
C8
C1
A2
A3
C4
A5
B6
B7
A8
commit to user
66
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Indeks vigor
(%)
Accelerated aging
(%)
Kecepatan Tumbuh
(%N/etmal)
Ulangan
Lot A
1
84
2
82
3
76
4
76
5
76
6
84
7
84
8
82
Rataan
80.5
1
70
2
66
3
72
4
72
5
80
6
68
7
76
8
80
Rataan
73
1
76
2
72
3
76
4
76
5
80
6
76
7
76
8
84
Rataan
77
1
7.710
2
8.057
3
8.042
4
7.851
5
8.242
6
7.929
7
7.626
8
7.709
Rataan
7.896
commit to user
Lot B
94
80
90
90
86
86
90
88
88
80
88
82
90
94
76
80
86
84.5
88
94
90
90
94
86
86
92
90
9.378
8.792
8.628
8.388
8.986
8.363
8.197
8.602
8.667
Lot C
84
80
82
84
80
84
92
82
83.5
80
74
80
74
82
82
84
76
79
80
78
84
78
88
86
90
80
83
6.675
7.815
8.011
8.329
7.353
7.943
8.435
7.346
7.738
67
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tolok Ukur
Laju pertumbuhan
kecambah
(g/kecambah)
Ulangan
1
2
3
4
5
6
7
8
Rataan
Lot A
0.075
0.083
0.097
0.097
0.101
0.092
0.093
0.096
0.092
commit to user
Lot B
0.077
0.101
0.090
0.090
0.100
0.113
0.114
0.129
0.102
Lot C
0.068
0.099
0.103
0.101
0.107
0.102
0.099
0.116
0.099
68
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 5. Tabel hasil pengujian daya tumbuh dan tinggi tanaman tiga lot
benih pepaya var. Callina sp.
Tolok Ukur
Daya Tumbuh
hari ke-14
(%)
Daya Tumbuh
hari ke-21
(%)
Daya Tumbuh
hari ke-28
(%)
Daya Tumbuh
total
(%)
Ulangan
Lot A
1
70.0
2
60.0
3
80.0
4
80.0
5
90.0
6
90.0
7
60.0
8
90.0
Rataan
77.5
1
70.0
2
60.0
3
80.0
4
90.0
5
100.0
6
80.0
7
70.0
8
90.0
Rataan
80.0
1
70.0
2
60.0
3
80.0
4
80.0
5
90.0
6
90.0
7
70.0
8
100.0
Rataan
80.0
1
70.0
2
60.0
3
80.0
4
80.0
5
90.0
6
70.0
7
60.0
8
90.0
Rataan
commit to user 75.0
Lot B
80.0
90.0
70.0
90.0
100.0
70.0
70.0
80.0
81.3
80.0
80.0
70.0
90.0
100.0
70.0
80.0
100.0
83.8
90.0
100.0
80.0
90.0
90.0
80.0
80.0
90.0
87.5
90.0
100.0
80.0
90.0
90.0
80.0
80.0
100.0
88.8
Lot C
80.0
70.0
80.0
70.0
80.0
80.0
90.0
80.0
78.8
80.0
70.0
80.0
80.0
80.0
80.0
90.0
80.0
80.0
80.0
70.0
80.0
80.0
80.0
80.0
100.0
80.0
81.3
80.0
70.0
80.0
80.0
80.0
80.0
90.0
80.0
80.0
69
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tolok Ukur
Ulangan
Lot A
Lot B
Lot C
Tinggi tanaman
3.60
4.12
3.70
minggu ke-2
3.10
4.46
3.00
(cm)
3.70
4.24
3.80
3.80
4.36
3.70
3.80
4.80
3.70
3.60
4.08
3.80
3.50
4.22
3.90
4.00
4.30
3.20
Rataan
3.64
4.32
3.60
Tinggi tanaman
5.86
6.26
5.94
minggu ke-3
5.13
6.94
5.26
(cm)
5.92
6.32
5.64
5.54
6.88
5.88
6.06
6.98
5.40
5.64
5.58
5.94
5.30
5.68
6.04
6.30
6.40
6.04
Rataan
5.72
6.38
5.77
Tinggi tanaman
8.06
8.64
7.24
minggu ke-4
6.46
9.22
6.86
(cm)
8.10
8.72
7.88
8.12
8.74
7.12
8.26
9.20
7.82
7.82
8.46
8.10
8.44
8.72
8.32
8.54
8.78
7.76
Rataan
7.98
8.81
7.64
commit to user
Keterangan :
Setiap ulangan pada tinggi tanaman merupakan rataaan dari 5 satuan pengamatan
70
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 6. Analisis ragam lot A, B dan C pada beberapa parameter mutu benih
DB
Sumber
db
JK
KT
F hit
P>F
LOT
228.000
114.000
7.389
0.004
Error
21
324.000
15.429
Total
23
552.000
db
JK
KT
F hit
P>F
LOT
529.333
264.667
10.105
0.001
Error
21
550.000
26.190
Total
23
1079.333
db
JK
KT
F hit
P>F
LOT
677.333
338.667
22.795
0.000
Error
21
312.000
14.857
Total
23
989.333
Kct
Sumber
db
JK
KT
F hit
P>F
LOT
3.947
1.974
11.137
0.001
Error
21
Total
23
3.722
0.177
commit
7.669to user
71
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
LPK
Sumber
db
JK
KT
F hit
P>F
LOT
0.000
0.000
1.216
0.316
Error
21
0.004
0.000
Total
23
0.004
db
JK
KT
F hit
P>F
LOT
677.333
338.667
22.795
0.000
Error
21
312.000
14.857
Total
23
989.333
commit to user
72
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
db
JK
KT
F hit
P>F
Ulangan
850.000
121.429
1.153
0.387
Lot
58.333
29.167
0.277
0.762
Galat
14
1475.000
105.357
Total
23
2383.333
KT
F hit
P>F
db
JK
Ulangan
1329.167
189.881
2.512
0.068
Lot
75.000
37.500
0.496
0.619
Galat
14
1058.333
75.595
Total
23
2462.500
KT
F hit
P>F
db
JK
Ulangan
362.500
51.786
0.433
0.866
Lot
258.333
129.167
1.080
0.366
Galat
14
1675.000
119.643
Total
23
2295.833
commit to user
73
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
db
JK
KT
F hit
P>F
Ulangan
195.833
27.976
0.239
0.968
LOT
625.000
312.500
2.665
0.105
Error
14
1641.667
117.262
Total
23
2462.500
Tgl/Bln/
Tahun
1
1-Nov-14
2-Nov-14
3-Nov-14
4-Nov-14
5-Nov-14
6-Nov-14
7-Nov-14
8-Nov-14
9-Nov-14
10-Nov-14
11-Nov-14
12-Nov-14
13-Nov-14
14-Nov-14
15-Nov-14
16-Nov-14
17-Nov-14
18-Nov-14
19-Nov-14
20-Nov-14
21-Nov-14
22-Nov-14
23-Nov-14
Temperatur
maks
min
rata2
Lama
Kecepatan
Penyinaran
angin
matahari
(10 m)
Kelembapan
min maks rata2
Curah
Hujan
(%)
(mm)
(%)
(knot)
7
79
73
69
67
74
72
78
72
74
77
88
72
78
81
74
77
82
77
76
78
81
78
77
8
153
26.5
26.6
92.3
0
1.3
42
15.5
0.7
44.3
28.2
0.5
15.5
1.3
0.1
77.8
0.5
45
0
9
80
98
100
91
76
88
30
73
86
58
38
49
71
48
78
51
38
38
68
80
83
73
71
10
5
5
4
4
6
5
4
3
4
6
4
3
5
4
3
4
4
4
4
4
4
4
3
(oC)
(oC)
(oC)
(%)
2
34.4
34.3
34.2
34.2
33.3
32.6
31.6
34.4
34
32.6
30
32.4
33.2
31.3
33
32
31.2
31
32.8
32.8
32.6
33
32.7
3
21.6
21.6
24
22.6
22.4
22.2
23.2
22.8
23.7
24
22.4
22.8
22
22
21.5
24
23.2
23.1
23.2
22.2
23.8
23.2
23.3
4
28.0
28.0
29.1
28.4
27.9
27.4
27.4
28.6
28.9
28.3
26.2
27.6
27.6
26.7
27.3
28.0
27.2
27.1
28.0
27.5
28.2
28.1
28.0
5
6
60
97
58
88
48
90
50
83
55
92
56
87
69
87
49
94
56
91
61
92
84
92
54
89
64
91
65
96
55
92
57
96
76
88
69
84
59
93
58
98
63
98
59
97
commit to user
59
94
(%)
74
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
24-Nov-14
25-Nov-14
26-Nov-14
27-Nov-14
28-Nov-14
29-Nov-14
30-Nov-14
1-Dec-14
2-Dec-14
1
3-Dec-14
4-Dec-14
5-Dec-14
6-Dec-14
7-Dec-14
8-Dec-14
9-Dec-14
10-Dec-14
11-Dec-14
12-Dec-14
13-Dec-14
14-Dec-14
15-Dec-14
16-Dec-14
17-Dec-14
18-Dec-14
19-Dec-14
20-Dec-14
21-Dec-14
22-Dec-14
23-Dec-14
24-Dec-14
25-Dec-14
26-Dec-14
27-Dec-14
28-Dec-14
29-Dec-14
30-Dec-14
31-Dec-14
Rata-rata
31.8
31.9
32.2
32.6
33.6
32.5
29.9
32.8
31.1
2
30
30.6
30.2
31
30.4
31.8
30.6
32.6
32.4
30
30
32.2
32
33
32.9
33.2
33.4
32.3
32.8
32.2
33.2
33.2
33.6
32.2
27.4
29
31.7
31.8
28.6
32.1
23.6
22.8
23.4
22.6
23.4
23.2
23
24.8
22.8
3
23.5
23
23.4
23
22.6
23.4
24.3
22.4
23.4
23.1
23.6
23.2
23.4
24.2
24.2
24.4
23.2
23.6
23.2
24
22.2
23.6
23
23
23.7
24.6
23.2
23.8
23.4
23.2
27.7
27.4
27.8
27.6
28.5
27.9
26.5
28.8
27.0
4
26.8
26.8
26.8
27.0
26.5
27.6
27.5
27.5
27.9
26.6
26.8
27.7
27.7
28.6
28.6
28.8
28.3
28.0
28.0
28.1
27.7
28.4
28.3
27.6
25.6
26.8
27.5
27.8
26.0
27.6
79
62
62
64
52
61
68
56
63
5
84
66
72
69
67
62
70
58
55
69
75
58
77
57
60
59
55
71
63
62
61
55
58
66
87
72
60
56
86
63
90
93
92
95
93
91
79
85
85
6
90
95
92
96
95
87
91
89
84
95
95
93
90
88
84
89
93
88
90
97
90
88
95
92
97
76
93
89
90
91
commit to user
85
78
77
80
73
76
74
71
74
7
87
81
82
83
81
75
81
74
70
82
85
76
84
73
72
74
74
80
77
80
76
72
77
79
92
74
77
73
88
77
21.3
16.7
3.1
40.4
0.1
20.5
8
1
0.1
2.6
5.4
TTU
3
0.3
1.3
21
7.4
0.2
1.4
46.7
0.2
4
14.4
74.6
12.8
3.1
0.5
19.8
55
64
40
58
68
60
3
31
4
9
18
33
14
36
34
48
38
96
76
13
3
88
51
66
53
81
78
59
74
66
75
88
88
20
0
0
41
21
14
54
5
3
3
5
4
4
6
8
7
10
4
4
3
3
3
5
4
5
6
4
4
3
5
4
5
4
4
5
3
5
5
4
4
4
3
4
3
4
5
4
75
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ket : TTU = tidak terukur (terjadi hujan tetapi tidak terukur pada alat penakar hujan /
hujan gerimis)
Lampiran 9. Tabel rekapitulasi nilai peluang nyata hasil analisis ragam lot A, B
dan C pada beberapa parameter mutu benih, pertumbuhan bibit
dan tanaman pada percobaan 1 sampai 3
Parameter
Mutu Benih
Tolok Ukur
Pr>F
KK (%)
Daya berkecambah
0.004**
4.68
Indeks vigor
0.001**
6.49
Accelerated aging
0.000**
4.63
Kecepatan tumbuh
0.001**
5.19
0.316tn
0.00
Pertumbuhan
0.762 tn
12.96
Bibit
0.619 tn
10.70
0.366 tn
13.19
0.105 tn
13.33
Pertumbuhan
0.000
7.74
Tanaman
0.009
6.74
0.000
5.41
Keterangan :
commit to user
76
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
77
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
78
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
79
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user