Anda di halaman 1dari 3

Paket Kebijakan Ekonomi Jilid X : Freeport Reborn

Akhir-akhir ini hampir setiap negara mengalami kelesuan ekonomi, tak terkecuali
Indonesia. Pada 2015 lalu, neraca pembayaran indonesia (NPI) mengalami defisit sebesar
US$1,1 miliar. Padahal pada 2014, NPI mengalami surplus sebesar US$15,2 miliar.
Penyebab utamanya adalah melemahnya arus modal asing dalam neraca modal dan finansial
(NMF). Selain itu turunnya defisit transaksi dari 2014 ke 2015 bukan diakibatkan
meningkatnya ekspor, melainkan penurunan impor yang lebih tajam. Dengan kata lain, fakta
itu menunjukkan adanya gejala perlambatan ekonomi domestik. 1
Setiap negara mengembangkan respon kebijakan yang berbeda-beda meski tujuan
mereka sama, yaitu mengungkit kinerja perekonomian domestik agar keluar dari zona
perlambatan. Inovasi kebijakan terus dilakukan demi mendorong perekonomian. Sejak awal
September 2015, Pemerintah terus mengeluarkan paket kebijakan yang fokus di berbagai
sektor dimulai dari Paket kebijakan ekonomi Jilid I yang membahas soal deregulasi untuk
menggerakkan sektor riil dalam mengantisipasi dampak krisis global hingga yang terbaru
Paket Kebijakan Ekonomi Jilid X yang di keluarkan pada tanggal 11 Februari 2016.
Paket kebijakan X dikeluarkan dengan berfokus pada perombakan Daftar Negatif
Investasi Indonesia DNI merupakan ketentuan yang mengatur sektor dan bidang apa saja
yang kepemilikannya terbuka untuk asing. Sebelumnya, DNI telah diatur dalam Peraturan
Presiden (Perpres) No 34 Tahun 2014 dan perubahannya diatur dalam Peraturan Presiden
Nomor 39 Tahun 2014.2 Jumlah porsi investasi asing yang telah direvisi meliputi :
Bidang Usaha
Cold storage
Sport center, laboratorium pengolahan film, industri crumb rubber, dsb (8
bidang usaha)
Restoran (1 bidang usaha)
Industri bahan baku obat (1 bidang usaha)
Pengusahaan jalan tol, pembentukan lembaga pengujian perangkat
telekomunikasi/tes laboratorium, dsb (5 bidang usaha)
Distributor dan pergudangan (3 bidang usaha)
Pelatihan kerja, biro perjalanan wisata, lapangan golf, jasa penunjang
angkutan udara, dsb (14 bidang usaha)
Museum swasta, jasa boga, jasa konvensi, pameran dan perjalanan insentif,
dsb (10 bidang usaha)
Jasa bisnis/jasa konsultansi konstruksi dengan nilai pekerjaan diatas Rp.
10.000.000.000,00. (19 bidang usaha)
Penyelenggaraan jaringan telekomunikasi yang terintegrasi dengan jasa
telekomunikasi, Penyelenggaraan jaringan telekomunikasi yang terintegrasi
dengan jasa telekomunikasi, dsb (3 bidang usaha)
1

%
%
Lama Baru
33% 100%
49% 100%
51%
85%
95%

100%
100%
100%

33%
49%

67%,
67%

51%

67%

55%

67%

65%

67%

BAPPENAS, Paket Kebijakan Ekonomi X: Memperlonggar Investasi Sekaligus Meningkatkan


Perlindungan Bagi UMKM, Berita Utama, diakses dari http://www.bappenas.go.id/id/berita-dansiaran-pers/paket-kebijakan-ekonomi-x-memperlonggar-investasi-sekaligus-meningkatkanperlindungan-bagi-umkm/, pada 1 Maret 2016 pukul 12.01
2

Ibid.

Tujuan yang akan dicapai dengan perubahan DNI ini antara lain :

Untuk meningkatkan daya tarik investasi baik dari dalam negeri maupun luar negeri
dengan meyakinkan para investor bahwa Indonesia adalah tempat yang aman,
nyaman, dan menguntungkan untuk berinvestasi.
Untuk menggalang modal dari luar negeri dan membuka lapangan pekerjaan baru.
Untuk memperluas jaringan pasar ke luar negeri.
Untuk memotong mata rantai oligarki dan kartel di bidang perfilman, sinema, dan
bidang lainnya yang selama ini hanya dinikmati kelompok tertentu.
Untuk menyongsong Masyarakat Ekonomi Asean yang tak memungkinkan proteksi
terhadap sektor domestik.
Untuk meningkatkan daya beli domestik seiring dengan peningkatan sektor produktif
sekaligus penurunan harga.
Untuk meningkatkan kreativitas, sinergitas, inovasi dan kemampuan pengusaha
indonesia untuk menyerap teknologi baru di era keterbukaan.

Dalam setiap kebijakan ekonomi, selalu terkandung unsur dilema karena secara
alamiah kebijakan ekonomi menimbulkan efek negatif di tempat lain (trade-off). Karena itu,
setiap kebijakan ekonomi wajib mempertimbangkan efek samping dengan memformulasikan
kebijakan mitigasi. 3 Dalam konteks paket kebijakan ekonomi ini, salah satu implikasi negatif
yang diproyeksikan akan terjadi ialah sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM)
yang kalah saing dan gulung tikar. Selain itu, tujuan mengurangi adanya kartel dapat berbalik
180o apabila investor asing memilih bekerjasama dengan perusahaan raksasa di Indonesia.
Bukan malah mengurangi kartel dan memperketat kompetisi, tapi malah memperburuk
ketidakmerataan.
Dikhawatirkan juga meskipun tempat investasinya di Indonesia, sumber daya
perusahaan lebih banyak diimpor dari luar seperti bahan baku, tenaga kerja, dll. Banyaknya
proteksi yang dilakukan pemerintah terhadap sektor UMKMK justru akan menyebabkan
adanya ketergantungan dari perusahaan besar terhadap proteksi perdagangan yang di lakukan
pemerintah.
Dari segi ekonomi makro, masyarakat juga menanyakan akankah dengan semakin
banyaknya investor yang berinvestasi di Indonesia dan bertambahnya jumlah dolar yang
tersebar di masyarakat, pada akhirnya dapat melemahkan nilai rupiah dibanding mata uang
asing terutama dolar. Hal ini bergantung pada bagaimana pemerintah menjaga stabilitas
ekonomi, politik, keamanan, dan penerimaan karena bertambahnya jumlah dolar bukan
semata-mata penyebab devaluasi.
Untuk mengantisipasi dampak buruk di buka lebarnya pasar Indonesia untuk investor
asing, perlu adanya regulasi/pembatasan/syarat yang diperlukan untuk masuknya investasi
3

A Prasetyantoko, Paket Kebijakan Ekonomi Jilid 10 dan Tantangan Global, Opini, diakses dari
http://www.mediaindonesia.com/news/read/28756/paket-kebijakan-ekonomi-jilid-10-dantantangan-global/2016-02-15 , pada 1 Maret 2016 pukul 11.55

asing ke Indonesia. Tentunya pembuka lebaran pintu investasi untuk investor asing tidak
akan berlangsung selamanya atau dalam jangka waktu yang sangat panjang. Oleh sebab itu,
MOU/kesepakatan penanaman investasi asing harus jelas batasan waktunya. Bukan untuk
mempersulit, tetapi menghindari akibat-akibat buruk yang dapat terjadi kepada ekonomi
Indonesia. Tentu kita tidak ingin apabila kasus Freeport terulang kembali.
Paket kebijakan terbaru juga akan memberi perlindungan penuh terhadap pengusaha
kecil dan menengah, serta proyek di bawah Rp10 miliar tidak akan tersentuh berdasarkan
landasan hukum Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah. Untuk memfokuskan investasi, dilakukan reklasifikasi yang menyederhanakan
bidang usaha, misalnya 19 bidang usaha jasa bisnis/jasa konsultasi konstruksi dijadikan 1
bidang usaha yang dapat dilakukan oleh 19 kegiatan. Selain itu untuk memperluas cangkupan
usaha yang termasuk UMKM, terdapat 39 bidang usaha yang dicadangkan untuk UMKM
yang ditingkatkan nilai pekerjaannya dari semula sampai dengan Rp1 miliar menjadi sampai
dengan Rp10 miliar. 4
Namun proteksi ini tidak boleh diberikan terlalu banyak agar usaha tidak menjadi
infant dengan terus menerus meminta proteksi meskipun telah berkembang pesat. Perusahaan
besar harus sudah berlari menjelajahi pasar internasional meskipun negara lain juga
memproteksi usaha dalam negeriya masing-masing dan bukan ingin diperlakukan seperti
UMKM. Selain itu, kemitraan antara investor asing dan UMKM juga sudah diatur sehingga
terjadi transfer of knowledge di bidang pemasaran, atau bidang-bidang lainnya sehingga
seiring berjalannya waktu, kualitas/skill tenaga kerja Indonesia terus meningkat. Diharapkan
juga Indonesia menjadi tempat peningkatan nilai tambah produk dan hasil akhir produk akan
diekspor ke luar negeri.
Di ruang lingkup Jawa Timur sendiri, tujuan dan peran Paket Kebijakan Jilid X belum
dapat dirasakan karena penerapan paket kebijakan ini tegolong masih baru. Namun
diharapkan PDRB Jatim dari sektor industri manufaktur dan pertanian dapat meningkat
seiring lebih banyaknya produk olahan hasil panen dan pada akhirnya Indonesia dapat
menyaingi Thailand. Dengan melaksanakan paket kebijakan ini secara simultan, bersama,
beriringan, tujuan-tujuan yang awalnya sudah diharapkan, dapat tercapai.

A Prasetyantoko, loc. cit.

Anda mungkin juga menyukai