Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANTENATAL DENGAN ABORTUS


A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi Abortus

Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa


gestasi belum mencapai usia 20 minggu dan beratnya kurang dari 500 gr (Mansjoer,
2010). Pengguguran kandungan atau aborsi atau abortus adalah berakhirnya
kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia luar, tanpa mempersoalkan
penyebabnya. Bayi baru mungkin hidup di dunia luar bila berat badannya telah
mencapai lebih daripada 500 gram atau umur kehamilan lebih daripada 20 minggu.
(Salmah, 2006). Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Abortus ditentukan sebagai
pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari 20
minggu (Prawirohardjo S, 2009).
2. Etiologi/Faktor predisposisi

Menurut Prawirohardjo S (2009) penyebab abortus antara lain adalah :


a. Infeksi akut : virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis. Infeksi bakteri, misalnya
streptokokus. Parasit, misalnya malaria. Infeksi kronis : Sifilis, biasanya
menyebabkan abortus pada trimester kedua. Tuberkulosis paru, aktif, pneumonia.
b. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah,air raksa, dan lain-lain.
c. Penyakit kronis, misalnya : hipertensi, nephritis, diabetes, anemia berat
penyakit jantung : toxemia gravidarum.
d. Gangguan fisiologis, misalnya syok, ketakutan, dan lain-lain.
e. Trauma fisik. Penyebab yang bersifat lokal: Fibroid, inkompetensia serviks.
Radang pelvis kronis, endometrtis. Retroversi kronis. Hubungan seksual yang
f.
g.
h.
i.

berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan hiperemia dan abortus.


Kelainan alat kandungan.
Penyebab dari segi Janin / Plasenta Kematian janin akibat kelainan bawaan.
Kelainan kromosom.
Lingkungan diendometrium disekitar tempat implantasi kurang sempurna sehingga

penberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu.


j. Penyakit plasenta, misalnya inflamasi dan degenerasi.
4. Klasifikasi Abortus

Menurut Nugroho (2011), abortus dibagi menjadi :


a. Abortus Provokatus : Disengaja, digugurkan.

1) Abortus Provokatus artifisial atau abortus therapeutic : Pengguran kehamilan


biasanya

menggunakan

alat-alat

dengan

alasan,

bahwa

kehamilan

membahayakan bagi ibunya sebelum usia kandungan 28 minggu.


2) Abortus provocatus criminalis : Pengguran kehamilan tanpa adanya alasan
medis yang sah dan dilarang oleh hukum.
b. Abortus Spontan : Terjadi dengan sendirinya, keguguran. Biasanya abortus spontan
dikarenakan kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma.
1) Abortus imminens : Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan
tanpa adanya dilatasi serviks.
2) Abortus insipiens : Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil
konsepsi masih dalam uterus.
3) Abortus inkomplet : Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
4) Abortus kompletus : Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
5. Manifestasi Klinis

Menurut Mansjoer (2010) tanda dan gejala abortus secara umum yaitu :
a. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
b. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun,
tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil,
suhu badan normal atau meningkat.
c. Perdarahan pervaginam kemungkinan disertai dengan keluarnya jaringan hasil
konsepsi.
d. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat
kontraksi uterus.
6. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Mansjoer (2010) pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada abortus yaitu :
a. Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah mati
b. pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
c. Pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion Data laboratorium tes
urine, hemoglobin dan hematokrit, menghitung trombosit
d. kultur darah dan urine
e. Pemeriksaan Ginekologi:
1) Inspeksi vulva

a) Perdarahan pervaginam sedikit atau banyak


b) Adakah disertai bekuan darah
c) Adakah jaringan yang keluar utuh atau sebagian
d) Adakah tercium bau busuk dari vulva
2) Pemeriksaan dalam speculum
a) Apakah perdarahan berasal dari cavum uteri
b) Apakah ostium uteri masih tertutup / sudah terbuka
c) Apakah tampak jaringan keluar ostium
d) Adakah cairan/jaringan yang berbau busuk dari ostium.
3) Pemeriksaan dalam/ Colok vagina
a) Apakah portio masih terbuka atau sudah tertutup
b) Apakah teraba jaringan dalam cavum uteri
c) Apakah besar uterus sesuai, lebih besar atau lebih kecil dari usia
d)
e)
f)
g)

kehamilan
Adakah nyeri pada saat porsio digoyang
Adakah rasa nyeri pada perabaan adneksa
Adakah terasa tumor atau tidak
Apakah cavum douglasi menonjol, nyeri atau tidak

7. Penatalaksanaan Medis

Menurut Rukiyah (2010), penatalaksanaan pada abortus :


a. Abortus iminens
1) Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang mekanik
berkurang.
2) Periksa denyut nadi dan suhu badan 2 kali sehari bila pasien tidak panas dan
tiap 4 jam bila pasien panas.
3) Tes kehamilan dapat dilakukan, bila hasil negatif mungkin jaringan sudah
mati.
4) Tentang pemberian hormon progesteron pada abortus imminens belum pada
persesuaian faham. Sebagian besar ahli tidak menyetujuinya, dan mereka yang
menyetujui bahwa harus ditentukan dahulu adanya kekurangan hormone
progesteron. Apabila difikirkan bahwa sebagian besar abortus didahului oleh
kematian hasil konsepsi dan kematian ini dapat disebabkan oleh banyak factor,
maka pemberian hormon progesteron memang tidak banyak manfaatnya.
5) Pemeriksaan ultrasonografi penting di lakukan untuk menentukan apakah
masih janin hidup.
6) Berikan obat penenang, biasanya Fenobarbital 3 x 30 mg. Berikan preprat
hematinik misalnya, sulfas ferosus 600-1000 mg.
7) Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
8) Membersihkan vulva minimal 2 kali sehari dengan cairan antiseptik.
b.

Abortus insipiens
1) Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa

pertolongan selama 36 jam dengan diberikan morfin.


2) Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan,
ditangani dengan penosongan uterus memakai kuret vacum atau cunam
abortus disusul kerokan memakai kuret tajam. Suntikan ergometrin 0,5 mg IM.
3) Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU dalam
dekstrose 5%, 500ml dimulai 8 per menit dan naikan sesuai kontraksi uterus
sampai terjadi abortus komplit.
4) Bila janin sudah keluar, tapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran
plasenta secara manual.
c. Abortus incomplit
1) Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus NaCl fisiologis atau Ringer
Laktat dan selekas mungkin ditransfusi darah.
2) Setelah syok diatasi, dikerok dengan kuret tajam lalu suntikkan ergometrin 0,2
mg IM.
3) Bila janin sudah keluar, tapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran
plasenta secara manual.
4) Berikan antibiotic.
d. Abortus komplit
1) Bila pasien baik, berikan ergometri 3 x 1 tablet selama 3-5 hari.
2) Pasien anemi, berikan sufas ferosus atau transfusi darah.
3) Berikan antibiotik.
4) Diet tinggi protein, vitamin, dan mineral.
8. Komplikasi

Ada pun komplikasi medis yang dapat timbul pada ibu : (Prawirohardjo, 2009)
a. Perforasi
Dilatasi dan kerokan yang dilakukan menyebabkan kemungkinan terjadinya
perforasi dinding uterus, yang dapat menjurus ke rongga peritoneum, ke
ligamentum latum, atau ke kandung kencing. Bahaya perforasi ialah perdarahan
dan peritonitis.
b. Luka pada serviks uteri
Apabila jaringan serviks keras dan dilatasi dipaksakan maka dapat timbul
sobekan pada serviks uteri yang perlu dijahit. Apabila terjadi luka pada ostium
uteri internum, maka akibat yang segera timbul ialah perdarahan yang
memerlukan pemasangan tampon pada serviks dan vagina. Akibat jangka panjang
ialah kemungkinan timbulnya incompetent cerviks.
c. Pelekatan pada kavum uteri

Sisa-sisa hasil konsepsi harus dikeluarkan, tetapi jaringan miometrium jangan


sampai terkerok, karena hal itu dapat mengakibatkan terjadinya perlekatan
dinding kavum uteri di beberapa tempat. Sebaiknya kerokan dihentikan pada
suatu tempat apabila pada suatu tempat tersebut dirasakan bahwa jaringan tidak
begitu lembut lagi.
d. Perdarahan
Kerokan pada kehamilan yang sudah agak tua atau pada mola hidatidosa terdapat
bahaya perdarahan. Oleh sebab itu, jika perlu hendaknya dilakukan transfusi
darah dan sesudah itu, dimasukkan tampon kasa ke dalam uterus dan vagina.
e. Infeksi
Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan, maka bahaya infeksi
sangat besar. Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke seluruh
peredaran darah, sehingga menyebabkan kematian. Bahaya lain yang ditimbulkan
abortus kriminalis antara lain infeksi pada saluran telur. Akibatnya, sangat
mungkin tidak bisa terjadi kehamilan lagi.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :
a. Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- ,
lamanya perkawinan dan alamat
b. Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan
pervaginam berulang
c. Riwayat kesehatan , yang terdiri atas :
1) Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah
Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus
haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
2) Riwayat kesehatan masa lalu
a) Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh
klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut
berlangsung.
b) Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah
dialami oleh klien misalnya DM , jantung , hipertensi , masalah
ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan penyakit-penyakit lainnya.

c) Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan


dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan
dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
d) Riwayat

kesehatan

reproduksi :

Kaji

tentang

mennorhoe,

siklus

menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya


dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan
yang menyertainya
e) Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak
klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan
kesehatan anaknya.
f) Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi
yang digunakan serta keluahn yang menyertainya.
g) Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi
oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
d. Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi
(BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat
sakit.
e. Pemeriksaan fisik, meliputi :
1) Inspeksi
Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap
drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh,
pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan
seterusnya
2) Palpasi
Merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan
tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus, menentukan karakter
nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit
untuk mengamati turgor, melakukan pemeriksaan dalam : menentukan
tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal.
3) Perkusi
Memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak.
4) Auskultasi
Mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi
jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.

f. Pemeriksaan laboratorium :
1) Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap
smear.
2) Keluarga berencana : Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah
klien setuju, apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB
jenis apa.
g. Data lain-lain :
1) Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan selama dirawat
di RS.
2) Data psikososial : Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola
komunikasi dalam keluarga, hal yang menjadi beban pikiran klien dan
mekanisme koping yang digunakan.
3) Status sosio-ekonomi : Kaji masalah finansial klien
4) Data spiritual : Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan
kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan.
2. Diagnosa Keperwatan
Menurut Herdman (2014), kemungkinan diagnosa yang muncul pada pasien dengan
abortus yaitu :
a. Ansietas berhubungan dengan pengeluaran konsepsi.
b. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus.
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan pervaginam.
d. Risiko syok hipovolemik.
e. Risiko infeksi.
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Hasil

Intervensi

Ansietas
dengan
konsepsi

NIC :

berhubungan NOC :
pengeluaran -

Kontrol kecemasan
Koping

Setelah dilakukan asuhan


selama klien

Anxiety Reduction (penurunan


kecemasan)

kecemasan teratasi dgn


kriteria hasil:
Klien

mampu

mengidentifikasi dan
mengungkapkan
gejala cemas
Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan
menunjukkan
untuk

tehnik

mengontol

cemas

pendekatan

yang

menenangkan

Nyatakan

dengan

jelas

harapan

terhadap pelaku pasien

Jelaskan semua prosedur dan apa


yang dirasakan selama prosedur

Temani pasien untuk memberikan


keamanan dan mengurangi takut

Berikan informasi faktual mengenai


diagnosis, tindakan prognosis

Libatkan

keluarga

untuk

mendampingi klien

Vital sign dalam batas


normal

Gunakan

Instruksikan

pada

pasien

untuk

menggunakan tehnik relaksasi

Postur tubuh, ekspresi


wajah, bahasa tubuh

Dengarkan dengan penuh perhatian

dan tingkat aktivitas

Identifikasi tingkat kecemasan

menunjukkan

Bantu pasien mengenal situasi yang

berkurangnya
kecemasan

menimbulkan kecemasan

Dorong

pasien

untuk

mengungkapkan perasaan, ketakutan,


persepsi

Kelola

pemberian

cemas:........

obat

anti

Nyeri

akut

berhubungan NOC :

dengan kontraksi uterus.

NIC :

Pain Level,

Lakukan

pengkajian

nyeri

secara

pain control,

komprehensif

comfort level

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas

Setelah

dan faktor presipitasi

dilakukan

termasuk

lokasi,

keperawatan Observasi reaksi nonverbal dari


selama . Pasien tidak ketidaknyamanan
mengalami nyeri, dengan Bantu pasien dan keluarga untuk
tinfakan

mencari dan menemukan dukungan

kriteria hasil:

mengontrol Kontrol

Mampu
nyeri

(tahu

penyebab

nyeri,

mampu

lingkungan

mempengaruhi

nyeri

yang

dapat

seperti

suhu

ruangan, pencahayaan dan kebisingan

menggunakan

tehnik Kurangi faktor presipitasi nyeri

nonfarmakologi

untuk Kaji tipe dan sumber nyeri untuk

mengurangi

nyeri,

mencari bantuan)
Melaporkan

menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non farmakologi:

bahwa

nyeri berkurang dengan

napas dala, relaksasi, distraksi, kompres


hangat/ dingin
Berikan analgetik untuk mengurangi

menggunakan
manajemen nyeri

nyeri: ...

Mampu mengenali nyeri Tingkatkan istirahat


(skala,

intensitas, Berikan informasi tentang nyeri seperti

frekuensi

dan

tanda

nyeri)

berkurang

Menyatakan
nyaman

rasa

setelah

antisipasi

ketidaknyamanan dari prosedur


pemberian analgesik pertama kali

vital

dalam

rentang normal
Tidak

dan

nyeri Monitor vital sign sebelum dan sesudah

berkurang
Tanda

penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan

mengalami

gangguan tidur

Kekurangan volume cairan NOC:


berhubungan

NIC :

dengan Fluid balance

perdarahan pervaginam.

Nutritional

Status

Setelah

selama.. defisit volume


teratasi

Monitor status hidrasi ( kelembaban

diperlukan

keperawatan

Monitor hasil lab yang sesuai dengan


retensi

dengan

cairan

kriteria hasil:

osmolalitas

Mempertahankan

protein )

output

sesuai

BJ urine normal,
Tekanan darah, nadi,
tubuh

dalam

batas normal

turgor

Elastisitas
kulit

mukosa

Hmt

albumin,

total

Monitor vital sign setiap 15menit 1


Kolaborasi pemberian cairan IV

Monitor status nutrisi

Berikan cairan oral

Berikan

penggantian

nasogatrik

sesuai output (50 100cc/jam)

Dorong keluarga untuk membantu


pasien makan

baik,

membran

urin,

Tidak ada tanda tanda


dehidrasi,

(BUN

jam

dengan usia dan BB,

suhu

dan

tekanan darah ortostatik ), jika

dilakukan

urine

intake

membran mukosa, nadi adekuat,

Food and Fluid Intake

cairan

catatan

output yang akurat

Hydration

tindakan

Pertahankan

Kolaborasi dokter jika tanda cairan


berlebih muncul meburuk

lembab, tidak ada rasa

Atur kemungkinan tranfusi

terhadap

Persiapan untuk tranfusi

waktu dan tempat baik

Pasang kateter jika perlu

Monitor intake dan urin output setiap

haus yang berlebihan


Orientasi
Jumlah

dan

pernapasan

irama
dalam

batas normal
Elektrolit, Hb, Hmt
dalam batas normal
pH urin dalam batas
normal
Intake

oral

dan

8 jam

intravena adekuat

Risiko syok

NOC

NIC

Syok prevention
Syok management

Syok Prevention

Setelah
tindakan

monitor status sirkulasi BP, warna

dilakukan

kulit, suhu kulit, denyut jantung, HR,

keperawatan

dan ritme, nadi, perifer, dan kapiler

selama . Syok tidak

refill.
Monitor

oksigenasi jaringan.
Monitor suhu dan pernafasan.
Monitor input dan output.
Pantau nilai laboratorium: HB,

batas yang normal


Frekuensi nafas dalam

HT, AGD, dan elektrolit.


Monitor hemodinamik invasi yang

batas yang normal


Irama
pernafasan

sesuai.
Monitor tanda dan gejala asites.
Monitor tanda awal syok
Tempatkan pasien pada posisi

terjadi

dengan

kriteria

hasil:
Nadi dalam batas yang
normal
Irama jantung dalam

dalam

batas

yang

normal
Natrium serum dbn
Kalium serum dbn
Klorida serum dbn
Kalsium serum dbn
Magnesium serum dbn
PH darah serum dbn
Hidrasi, indikator:
1. Mata

cekung

ditemukan
2. Demam
ditemukan

tidak
tidak

supine,

tanda

kaki

elevasi

inadekuat

untuk

peningkatan preload dengan tepat


Lihat dan pelihara kepatenan jalan

nafas
Berikan cairan iv atau oral yang

tepat
Berikan vasodilator yang tepat
Ajarkan keluarga dan pasien

tentang tanda dan gejala adanya syok


Ajarkan keluarga dan pasien
tentang langkah untuk mengatasi
gejala syok

3. TD dbn

Syok Management
1. Monitor fungsi neurologis
2. Monitor fungsi renal (e.g. BUN dan
Cr level)
3. Monitor tekanan nadi
4. Monitor status cairan input output
5. Catat gas darah arteri dan oksigen di
jaringan
6. Monitor EKG
7. Memanfaatkan

pemantauan

jalur

arteri untuk meningkatkan akurasi


pembacaan tekanan darah
8. Menggambar gas darah arteri dan
memonitor jaringan oksigenasi
9. Memantau tren dalam parameter
hemodinamik
10. Memantau faktor penentu pengiriman
jalur oksigen
11. Memantau tingkat karbon dioksida
sublingual

dan/atau

tonometri

lambung
12. Memonitor gejala gagal pernafasan
13. Monitor nilai laboratorium
14. Masukkan dan memelihara besarnya
Risiko infeksi

kobosanan akses IV
NIC :

NOC :
Immune Status

Pertahankan teknik aseptif

Knowledge : Infection

Batasi pengunjung bila perlu


Cuci

control

tindakan

setiap

sebelum

dan

sesudah tindakan keperawatan

Risk control
Setelah

tangan

dilakukan
keperawatan

selama pasien tidak


mengalami infeksi dengan
kriteria hasil:
Klien bebas dari tanda
dan gejala infeksi
Menunjukkan

Gunakan baju, sarung tangan sebagai

alat pelindung
Ganti letak IV perifer dan dressing

sesuai dengan petunjuk umum


Gunakan

kateter

intermiten

untuk

menurunkan infeksi kandung kencing


Tingkatkan intake nutrisi
Berikan

terapi

kemampuan
mencegah

untuk
timbulnya

infeksi

Monitor tanda dan gejala infeksi


sistemik dan lokal

Jumlah leukosit dalam


batas normal

Pertahankan teknik isolasi k/p


Inspeksi kulit dan membran mukosa

Menunjukkan perilaku
hidup sehat

terhadap kemerahan, panas, drainase


Monitor adanya luka

Status

imun,

gastrointestinal,
genitourinaria

antibiotik:.................................

dalam

batas normal

Dorong masukan cairan


Dorong istirahat
Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
Kaji

suhu

badan

pada

neutropenia setiap 4 jam

DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermilk, & Jensen. 2006. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, alih bahasa
Maria A. Wijayarini, Peter I. Anugrah (Edisi 4). Jakarta: EGC.
Herdman,T.H. & Kamitsuru.S. 2014. NANDA International Nursing Diagnoses Definitions
and Classification 2015-2017. Oxford : Willey Blackwell
Mansjoer, Arif. 2010.Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
Nurarif & Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: MediAction
Nugroho, Taufan. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah dan Penyakit Dalam.
Yogyakarta : Nuha Medika
Prawirohardjo, S. 2009. Buku panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Rukiyah, Ai Yeyeh, Lia Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan 4: Patologi. Jakarta: Trans Info
Media.

pasien

Salmah. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai