Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH TEKNOLOGI PENGEMASAN

PLASTIK SEBAGAI PENGEMASAN BAHAN PANGAN


Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur
Pembimbing: Dr. Ir. Titik Dwi Sulistiati, MP

Disusun Oleh

NAMA

: M.Hafiz Indra Pratama

NIM

: 135080301111070

KELAS

: T03

TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan hidayah Nya
penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas Teknologi
Pengemasan dengan judul Kemasan Plastik
Makalah ini membahas mengenai penggunaan kemasan plastik dalam kehidupan
sehari - hari. Penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan semua pihak yang telah
membantu penulisan makalah ini dan untuk menyempurnakan makalah. Penulis juga
menyadari bahwa makalah ini masih banyak sekali kekurangan dan masih jauh dari
kesempurnaan maka dalam kesempatan ini penulis mohon saran dan pendapat serta
kritikan yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya penulis mengucapkan semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan
hidayah Nya kepada kita semua sehingga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Amin Ya Robbal Alamin.

Malang, 13 Juni 2016

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................

DAFTAR ISI............................................................................................... ii
1. PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................................ 1
1.2
Tujuan Masalah.............................................................................. 2
1.3 Rumusan Masalah.......................................................................... 2
2. PEMBAHASAN................................................................................... 3
2.1
Pengertian Kemasan Plastik............................................................ 3
2.2

Sejarah Kemasan Plastik................................................................. 3

2.3

Jenis dan Sifat-Sifat Kemasan Plastik..............................................4

2.4

Kode dan Penggunaan Kemasan Plastik......................................... 10

2.5

Keunggulan Dan Kelemahan Kemasan Plastik............................... 12

3. PENUTUP....................................................................................... 13
3.1 Kesimpulan...................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 14

ii

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemasan plastik saat ini mendominasi industri makanan di Indonesia, menggeser
penggunaan kemasan logam dan gelas (Elisa dan Mimi, 2006). Penggunaan plastik sebagai
pengemas pangan terutama karena keunggulannya dalam hal bentuknya yang fleksibel
sehingga mudah mengikuti bentuk pangan yang dikemas, berbobot ringan, tidak mudah
pecah, bersifat transparan/tembus pandang, mudah diberi label dan dibuat dalam aneka
warna, dapat diproduksi secara massal, harga relatif murah dan terdapat berbagai pilihan
bahan dasar plastik (Syarief, 1989).
Salah satu bahan plastik yang sering digunakan adalah polipropilen (PP) hal ini
dikarenakan polipropilen memiliki sifat yang lebih kuat dan lebih tahan dari pada polietilen.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Husniah Rubiana Thamrin Akib
mengatakan, kemasan plastik berbahan polietilen (PE) dan polipropilen (PP) paling aman
digunakan untuk makanan jika dibandingkan jenis kemasan plastik yang lain. Saat ini
penggunaan plastik sebagai bahan pengemas menghadapi berbagai persoalan lingkungan,
yaitu tidak dapat didaur ulang dan tidak dapat diuraikan secara alami oleh mikroba di dalam
tanah, sehingga terjadi penumpukan sampah plastik yang menyebabkan pencemaran dan
kerusakan bagi lingkungan. Kelemahan lain adalah bahan utama pembuat plastik yang
berasal dari minyak bumi, yang keberadaannya semakin menipis dan tidak dapat
diperbaharui. Sehingga saat ini banyak penelitian yang dilakukan dengan memanfaatkan
bahan - bahan dari alam untuk menghasilkan suatu bahan kemasan dengan harapan dapat
terurai di alam sehingga dapat mengurangi pencemaran lingkungan, diantaranya adalah: R.
Mitman (2006) yang mengkaji pembuatan plastik selulosa yang lebih kuat dengan proses
larutan ionik.
Antonius Sitorus (2009) juga telah melakukan penelitian pembuatan bahan komposit
yang mudah terbiodegradasi dari matriks polivinil klorida (PVC) dengan bahan pemlastis
stearin dan bahan pengisi serat tandan kosong sawit (TKS) dan pati singkong (PSK) dengan
benzoil peroksida (BPO) sebagai inisiator. Kemudian J.E. Bruna et al (2010) juga melakukan
penelitian dengan menggabungkan selulosa asetat dengan monmorilonit yang telah
dimodifikasi dalam larutan CuSO (MMTCu
4

2+
) sebagai material polimer baru untuk bahan

kemasan makanan.

1.2 Rumusan Masalah


Apakah pengertian dari kemasan plastik?
Bagaimana sejarah berkembangnya plastik?
Apa saja jenis dan sifat-sifat yang dimiliki oleh kemasan plastik?
Apa saja keunggulan dan kelemahan kemasan plastik?
Apa saja jenis-jenis dan kode dari kemasan plastik?
1.3 Tujuan Masalah
Agar dapat mengetahui pengertian dari kemasan plastik
Untuk mengetahui sejarah berkembangnya plastik
Agar dapat mengetahui jenis dan sifat dari masing masing plastik
Agar mampu memahami dan mengetahui keunggulan dan kelemahan kemasan

plastik
Agar dapat membedakan jenis-jenis dan kode dari kemasan plastik

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kemasan Plastik


Bahan pembuat plastik dari minyak dan gas sebagai sumber alami, dalam
perkembangannya digantikan oleh bahan-bahan sintetis sehingga dapat diperoleh sifat-sifat
plastik yang diinginkan dengan cara kopolimerisasi, laminasi, dan ekstruksi (Syarief, et al.,
1989). Komponen utama plastik sebelum membentuk polimer adalah monomer, yakni rantai
yang paling pendek. Polimer merupakan gabungan dari beberapa monomer yang akan
membentuk rantai yang sangat panjang. Bila rantai tersebut dikelompokkan bersama-sama
dalam suatu pola acak, menyerupai tumpukan jerami maka disebut amorp, jika teratur
hampir sejajar disebut kristalin dengan sifat yang lebih keras dan tegar (Syarief, et al.,
1988).
Proses polimerisasi yang menghasilkan polimer berantai lurus mempunyai tingkat
polimerisasi yang rendah dan kerangka dasar yang mengikat antar atom karbon dan ikatan
antar rantai lebih besar daripada rantai hidrogen. Bahan yang dihasilkan dengan tingkat
polimerisasi rendah bersifat kaku dan keras (Flinn dan Trojan, 1975)
2.2 Sejarah Kemasan Plastik
Plastik merupakan salah satu produk polimer. Industri plastik mulai berkembang
pada tahun 1968. Seorang Amerika yang bernama John Wesley Hyatt menemukan cellulose
nitrate yang terbentuk dari reaksi asam nitrat pada temperatur dan tekanan tertentu.
Percobaan ini menghasilkan zat yang dapat dicetak untuk dibentuk. Ia menyebutnya dengan
celluloid.Selanjutnya, seorang warga negara Jerman, Adolph Spitteler, menemukan plastik
dengan mencampur susu asam dengan formaldehyde sehingga dihasilkan casein plastic .
Pada tahun 1909, seorang Amerika yang bernama Dr. Leo Baekeland mencoba
untuk memproduksi resin sintetik dengan mencampur phenol dengan formaldehyde pada
kondisi tertentu sehingga dihasilkan resin sintetik untuk pertama kalinya. Plastik baru ini
dikenal dengan nama Bakelite. Industri plastik baru berkembang dengan pesat sejak
ditemukannya Bakelite.

2.3 Jenis dan sifat-sifat yang dimiliki oleh kemasan plastik


2.3.1 Politen atau polietilen (PE)
Polietilen merupakan film yang lunak, transparan dan fleksibel, mempunyai kekuatan
benturan serta kekuatan sobek yang baik. Dengan pemanasan akan menjadi lunak dan
mencair pada suhu 110C. Berdasarkan sifat permeabilitasnya yang rendah serta sifat-sifat
3

mekaniknya yang baik, polietilen mempunyai ketebalan 0.001 sampai 0.01 inchi, yang
banyak digunakan sebagai pengemas makanan, karena sifatnya yang thermoplastik,
polietilen mudah dibuat kantung dengan derajat kerapatan yang baik.
Jenis plastik ini paling banyak digunakan dalam industri, karena memiliki sifat mudah
dibentuk, tahan bahan kimia, jernih dan mudah dilaminasi. PE banyak digunakan untuk
mengemas buah-buahan dan sayuran segar, roti, produk pangan beku dan tekstil.
Polietilen memiliki sifat:

Penampakan bervariasi, dari transparan hingga keruh.

Mudah dibentuk, lemas dan mudah ditarik.

Daya rentang tinggi tanpa sobek.

Meleleh pada suhu 120C, sehingga banyak digunakan untuk laminasi dengan
bahan lain.

Tidak cocok untuk digunakan mengemas bahan berlemak atau mengandung minyak.

Tidak cocok untuk mengemas produk beraroma karena transmisi gas cukup tinggi.

Tahan terhadap asam, basa, alkohol dan deterjen.

Dapat digunakan untuk menyimpan bahan pada suhu pembekuan hingga -50C.

Kedap air dan uap air.


Berdasarkan sifat kedap air dan uap air, ada jenis yaitu: HDPE (high-density
polyethylene),

MDPE

polyethylene)

dan

(medium-density
LDPE

polyethylene),

(linier

LDPE

low-density

(low-density
polyethylene).

HDPE memiliki titik lunak, maupun sifat-sifat lainnya yang lebih tinggi dibandingkan LDPE.
LLDPE umumnya lebih kuat dibandingkan dengan LDPE, tetapi sifat lainnya sama
dengan LDPE.

2.3.2 Poliester atau Polietilen treptalat (PET)


PET banyak digunakan dalam laminasi (pelapisan), terutama untuk bagian luar suatu
kemasan sehingga kemasan memiliki daya tahan yang lebih baik terhadap kikisan dan
sobekan.
PET banyak digunakan sebagai kantong makanan yang memerlukan perlindungan,
seperti buah kering, makanan beku dan permen. PET memiliki sifat sebagai berikut:

Transparan (tembus pandang), bersih dan jernih.

Memiliki sifat beradaptasi terhadap suhu tinggi (300C) yang sangat baik.

Permeabilitas uap air dan gas sangat rendah.

Tahan terhadap pelarut organic, seperti asam-asam dari buah-buahan, sehingga


dapat digunakan untuk mengemas produk sari buah.

Tidak tahan terhadap asam kuat, fenol dan benzyl alkohol.


4

Kuat, tidak mudah sobek. Botol plastik yang menggunakan PET mampu menahan
tekanan yang berasal dari minuman berkarbonat.
2.3.3 Polipropilen (PP)
Polipropilen sangat mirip dengan polietilen dan sifat-sifat penggunaannya juga
serupa. Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah,
ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap.
Monomer polypropilen diperoleh dengan pemecahan secara thermal naphtha
(distalasi minyak kasar) etilen, propylene dan homologues yang lebih tinggi dipisahkan
dengan distilasi pada temperatur rendah.
Polipropilen memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

Ringan, mudah dibentuk, transpasan dan jernih dalam bentuk film. Tetapi dalam
bentuk kemasan kaku maka PP tidak transparan.

Kekuatan terhadap tarikan lebih besar dibandingkan PE.

Pada suhu rendah akan rapuh.

Dalam bentuk murni pada suhu -30C mudah pecah sehingga perlu ditambahkan PE
atau bahan lain untuk memperbaiki ketahanan terhadap benturan.

Tidak dapat digunakan untuk kemasan beku.

Lebih kaku dari PE dan tidak mudah sobek sehingga dalam penanganan dan
distribusi.

Permeabilitas uap air rendah, permeabilitas gas sedang.

Tidak baik untuk mengemas produk yang peka terhadap oksigen.

Tahan terhadap suhu tinggi sampai 150C, sehingga dapat digunakan untuk
mengemas produk pangan yang memerlukan proses sterilisasi.

Tahan terhadap asam kuat, basa dan minyak.

Pada suhu tinggi PP akan bereaksi dengan benzene, silken, toluene, terpentin asam
nitrat kuat.
2.3.4 Polistiren (PS)
Polistiren banyak digunakan untuk mengemas buah-buahan dan sayuran karena
memiliki permiabilitas yang tinggi terhadap air dan gas. PS memiliki sifat umum sebagai
berikut:

Lentur dan tidak mudah sobek.

Titik lebur 88C, akan melunak pada suhu 90 - 95C.

Tahan terhadap asam dan basa, kecuali asam pengoksidasi.

Akan terurai dengan ester, keton, hidrokarbon aromatik, klorin dan alkohol dengan
konsentrasi yang tinggi.
5

Memiliki permeabilitas yang sangat tinggi terhadap gas dan uap air, sehingga sangat
sesuai untuk mengemas bahan-bahan segar.

Memiliki afinitas yang tinggi terhadap debu.

Baik untuk bahan dasar laminasi dengan logam (aluminium).


3.5

Polivinil Khlorida (PVC)


PVC banyak digunakan untuk mengemas mentega, margarine, dan minyak goreng

karena tahan terhadap minyak dan memiliki permeabilitas yang rendah terhadap air dan
gas. PVC juga digunakan untuk mengemas perangkat keras (hardware), kosmetik, dan
obat-obatan.
Sifat lain dari PVC, yaitu: tembus pandang, meskipun ada juga yang memiliki
permukaaan keruh, tidak mudah sobek dan memiliki kekuatan tarik yang tinggi.
3.6

Poliviniliden Khlorida (PVDC)


PVDC ini sifat permeabilitasnya terhadap air dan gas rendah. Sering digunakan

untuk mengemas (wrapping) produk ternak, ham atau produk yang sejenis termasuk keju.
Dapat diseal (direkatkan) dengan panas akan tetapi tidak stabil bila dipanaskan pada suhu
>60C.
2.3.7

Selopan
Selopan berasal dari cello = cellulose dan diaphane = transparan). Sellopan memiliki

sifat:
Transparan dan sangat terang.
Tidak bisa direkatkan dengan panas.
Tidak larut dalam air atau minyak.
Tidak dapat dilewati oksigen dan aroma.
Mudah dilaminasi sebagai pelapis yang baik.
Mudah sobek dan pada suhu dingin akan mengkerut.
2.3.8

Selulose Asetat (CA)


Selulose asetat memiliki sifat:

Sensitif terhadap air.


Akan terdekomposisi olah asam kuat, basa kuat alkohol dan ester.
Tidak mudah mengkerut bila dekat api.
Sangat jernih, mengkilap, agak kaku dan mudah sobek.
Terhadap benturan maka selulosa asetat lebih tahan dibandingkan HDPE namun lebih lebih
lemah bila dibandingkan dengan selulosa propionate.

Tidak cocok untuk mengemas produk beku karena CA mudah rapuh pada suhu rendah.
Tahan terhadap minyak atau oli.
2.3.9 Selulosa Propionat
Selulosa propionate memliki ketahanan terhadap benturan dua kali lebih lebih
besar daripada selulosa asetat, transparan, mudah dibentuk dan akan terurai oleh asam
kuat, basa alkohol, keton dan ester.
2.3.10 Etil Selulosa
Etil selulosa memiliki sifat:

Stabil pada suhu tinggi.

Tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa.

Tidak dapat menahan uap air dan gas.

Tidak tahan terhadap pelarut organik.

Tahan terhadap minyak dan oli, sehingga dapat digunakan untuk mengemas
mentega, margarine dan minyak.

Tidak banyak terpengaruh oleh matahari.


2.3.11 Metil Selulosa
Metil selulosa banyak digunakan untuk kapsul karena memiliki sifat tahan terhadap
minyak nabati dan hewani, dalam keadaan lembab tidak mudah rapuh. Akan tetapi bahan ini
bila kontak langsung dengan air akan larut, semakin tinggi suhu maka akan makin banyak
yang larut.
2.3.12 Nilon atau Polianida (PA)
Nilon atau polianinda memiliki sifat sebagai berikut:

Tidak berasa, tidak berbau, dan tidak beracun.

Larut dalam asam formal dan fenol.

Cukup kedap terhadap gas tetapi tidak kedap uap air.

Tahan terhadap suhu tinggi, sehingga sesuai untuk mengemas produk yang dimasak
dalam kemasan seperti nasi instant dan bahan pangan yang mengalami proses sterilisasi.

Dapat digunakan untuk pengemasan vakum/hampa.


2.3.13 Polikarbonat (PC)
Banyak digunakan untuk mengemas jus atau sari buah, bir dan minuman yang
sejenis. PC memiliki sifat:

Transparan dan tidak berbau.

Sangat kuat dan tahan panas. Cocok untuk produk yang memerlukan proses
sterilisasi.
7

Tahan terhadap asam lemah, zat pereduksi atau pengoksidasi, garam, minyak,
lemak dan hidrokarbon alifatik.

Akan terurai oleh alkali, amin, keton, ester hidrokarbon aromatic, dan beberapa
alkohol.
2.3.14 Pliofilm (Karet Hidrokhlorida)
Sifat dari pliofilm, yaitu:

Tahan terhadap asam, alkali, lemak dan oli. Cocok untuk mengemas daging dan
hasil olahannya.

Transmisi gas CO2 cukup tinggi untuk sayuran segar.

Tidak dapat menahan gas. Tidak dapat digunakan untuk mengemas produk yang
dipanaskan dalam kemasan.
2.3.15 Poliuretan
Poliuretan memiliki sifat tidak berbau, tahan oksidasi, tahan terhadap minyak, lemak
dan kapang. Poliuretan termasuk jenis bahan kemasan yang fleksibel.
2.3.16 Politetra Fluoroetilen (PTFE)
Jenis bahan kemasan ini memiliki sifat permukaan licin, bila dipegang seperti ada
lapisan lilin dan memiliki kelebihan untuk saling melekat satu sama lain, tahan terhadap
suhu dari -100 hingga 200C. Disamping itu jenis kemasan ini inert (tidak tahan) terhadap
bahan kimia dan tahan terhadap hampir semua jenis bahan kimia.
- Low Density Polyethylen (LDPE)
Sifat mekanis jenis plastik LDPE adalah kuat, agak tembus cahaya, fleksibel dan
permukaan agak berlemak. Pada suhu di bawah 60C sangat resisten terhadap senyawa
kimia, daya proteksi terhadap uap air tergolong baik, akan tetapi kurang baik bagi gas-gas
yang lain seperti oksigen, sedangkan jenis plastik HDPE mempunyai sifat lebih kaku, lebih
keras, kurang tembus cahaya dan kurang terasa berlemak.
- High Density Polyethylen (HDPE)
Pada polietilen jenis low density terdapat sedikit cabang pada rantai antara
molekulnya yang menyebabkan plastik ini memiliki densitas yang rendah, sedangkan high
density mempunyai jumlah rantai cabang yang lebih sedikit dibanding jenis low density.
Dengan demikian, high density memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras, buram dan lebih
tahan terhadap suhu tinggi. Ikatan hidrogen antar molekul juga berperan dalam menentukan
titik leleh plastik.

2.4 Kode dan Penggunaan kemasan plastik


Plastik dalam penggunaannya dikelompokkan kedalam beberapa kode sebagai
pengenal untuk memudahkan mengetahui fungsi dan pemakaian sebagai berikut:

Kode 1: PETE or PET (Polyethylene terephthalate)

PETE atau PET (polyethylene terephthalate) biasa dipakai untuk botol plastik yang
jernih/transparan/tembus pandang seperti botol air mineral, botol jus, dan hampir semua
botol minuman lainnya.
Botol jenis PET/PETE ini direkomendasikan HANYA SEKALI PAKAI. karena bila terlalu
sering dipakai, apalagi digunakan untuk menyimpan air hangat apalagi panas, akan
mengakibatkan lapisan polimer pada botol tersebut akan meleleh dan mengeluarkan zat
karsinogenik (dapat menyebabkan kanker) dalam jangka panjang.
Jadi buat yang memakai botol bekas air mineral untuk didinginkan di kulkas, sebaiknya ganti
botol2 tersebut jadi botol yang terbuat dari kaca.
Kode 2: HDPE (High density polyethylene)

HDPE (high density polyethylene) memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras, buram dan
lebih tahan terhadap suhu tinggi. Kode 2 ini biasa dipakai untuk botol susu yang berwarna
putih susu, tupperware, galon air minum dan lain-lain.
HDPE merupakan salah satu bahan plastik yang aman untuk digunakan karena
kemampuan untuk mencegah reaksi kimia antara kemasan plastik berbahan HDPE dengan
makanan/minuman

yang

dikemasnya.

Walaupun

begitu,

kode

ini

juga

direkomendasikan HANYA SEKALI PAKAI. karena pelepasan senyawa antimoni trioksida


terus meningkat seiring waktu.

Kode 3: V or PVC (Polyvinyl chloride)

V atau PVC (polyvinyl chloride) adalah plastik yang paling sulit di daur ulang. Plastik ini bisa
ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap), dan botol-botol. Kandungan dari PVC
yaitu DEHA yang terdapat pada plastik pembungkus dapat bocor dan masuk ke makanan
berminyak bila dipanaskan. Reaksi yang terjadi antara PVC dengan makanan yang dikemas
dengan plastik ini berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati dan berat badan
Sebaiknya kita mencari alternatif pembungkus makanan lain (bukan bertanda 3 dan V)
seperti plastik yang terbuat dari polietilena atau bahan alami (daun pisang misalnya).
Kode 4: LDPE (Low density polyethylene)

LDPE (low density polyethylene) biasa dipakai untuk tempat makanan, plastik kemasan, dan
botol-botol yang lembek. Barang-barang dengan kode 4 dapat di daur ulang dan baik untuk
barang-barang yang memerlukan fleksibilitas tetapi kuat. Barang dengan kode 4 bisa
dibilang tidak dapat di hancurkan tetapi tetap baik untuk tempat makanan karena sulit
bereaksi secara kimiawi dengan makanan yang dikemas dengan bahan ini.
Kode 5: PP (Polypropylene)

PP (polypropylene) adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik terutama untuk yang
berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol
minum dan terpenting botol minum untuk bayi. Karakteristiknya adalah transparan, tidak
jernih atau berawan, dan cukup mengkilap. Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya
tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi.
Jenis PP (polypropylene) ini adalah PILIHAN BAHAN PLASTIK TERBAIK, terutama untuk
tempat makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol minum dan

10

terpenting botol minum untuk bayi. Carilah dengan kode angka 5 bila membeli barang
berbahan plastik untuk menyimpan kemasan berbagai makanan dan minuman.
Kode 6: PS (Polystyrene)

PS (polystyrene) biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat minum
sekali pakai, dll. Bahan Polystyrene bisa membocorkan bahan styrine ke dalam makanan
ketika makanan tersebut bersentuhan. Bahan Styrine berbahaya untuk kesehatan otak,
mengganggu hormon estrogen pada wanita yang berakibat pada masalah reproduksi, dan
sistem syaraf. Selain tempat makanan, styrine juga bisa didapatkan dari asap rokok, asap
kendaraan dan bahan konstruksi gedung. Bahan ini harus dihindari dan banyak negara
bagian di Amerika sudah melarang pemakaian tempat makanan berbahan styrofoam
termasuk negara China.
Kode 7: OTHER

Untuk jenis plastik 7 Other ini ada 4 jenis, yaitu SAN (styrene acrylonitrile), ABS (acrylonitrile
butadiene styrene), PC (polycarbonate), dan Nylon. Other (biasanya polycarbonate) bisa
didapatkan di tempat makanan dan minuman seperti botol minum olahraga, suku cadang
mobil, alat-alat rumah tangga, komputer, alat-alat elektronik, dan plastik kemasan..
Polycarbonate bisa mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan
dan

minuman

yang

berpotensi

merusak

sistem

hormon.

Hindari

bahan

plastik

Polycarbonate.
Jadi mulai sekarang mulailah memperhatikan kode plastik sebelum membeli. Sebisa
mungkin gunakan tempat makanan atau minuman dengan kode 4 atau kode 5 karena kode
tersebut yang paling aman digunakan.
2.5 Keunggulan dan Kelemahan Kemasan Plastik
Bahan kemasan plastik dibuat dan disusun melalui proses yang disebabkan
polimerisasi dengan menggunakan bahan mentah monomer, yang tersusun sambungmenyambung menjadi satu dalam bentuk polimer. Kemasan plastik memiliki beberapa

11

keunggulan yaitu sifatnya kuat tapi ringan, inert, tidak karatan dan bersifat termoplastis (heat
seal) serta dapat diberi warna. Kelemahan bahan ini adalah adanya zat-zat monomer dan
molekul kecil lain yang terkandung dalam plastik yang dapat melakukan migrasi ke dalam
bahan makanan yang dikemas. Berbagai jenis bahan kemasan lemas seperti misalnya
polietilen, polipropilen, nilon poliester dan film vinil dapat digunakan secara tunggal untuk
membungkus makanan atau dalam bentuk lapisan dengan bahan lain yang direkatkan
bersama. Kombinasi ini disebut laminasi. Sifat-sifat yang 2002 Digitized by USU digital
library 4 dihasilkan oleh kemasan laminasi dari dua atau lebih film dapat memiliki sifat yang
unik.

Contohnya

kemasan

yang

terdiri

dari

lapisan

kertas/polietilen/aluminium

foil/polipropilen baik sekali untuk kemasan makanan kering. Lapisan luar yang terdiri dari
kertas berfungsi untuk cetakan permukaan yang ekonomis dan murah. Polietilen berfungsi
sebagai perekat antara aluminium foil dengan kertas. Sedangkan polietilen bagian dalam
mampu memberikan kekuatan dan kemampuan untuk direkat atau ditutupi dengan panas.
Dengan konsep laminasi, masing-masing lapisan saling menutupi kekurangannya
menghasilkan lembar kemasan yang bermutu tinggi (Winarno, 1994).

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada pembahasan di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

Penggunaan plastik sebagai pengemas pangan terutama karena keunggulannya dalam

hal bentuknya yang fleksibel sehingga mudah mengikuti bentuk pangan yang dikemas.
Plastik merupakan salah satu produk polimer yang terbentuk dari reaksi asam nitrat pada
temperatur dan tekanan tertentu. Percobaan ini menghasilkan zat yang dapat dicetak

untuk dibentuk.
Macam-macam kemasan plastik diantaranya adalah PE,PET,PP,PS,PVC,dan PVDC
Kemasan plastik memiliki beberapa keunggulan yaitu sifatnya kuat tapi ringan, inert, tidak
karatan dan bersifat termoplastis (heat seal) serta dapat diberi warna. Kelemahan bahan
ini adalah adanya zat-zat monomer dan molekul kecil lain yang terkandung dalam plastik
yang dapat melakukan migrasi ke dalam bahan makanan yang dikemas.

12

DAFTAR PUSTAKA
Ebook Pangan. 2007. Pengemas Bahan Pangan. Teknologi Pangan. Universitas
Muhammadiyah Semarang.
Erliza dan Sutedja. 1987. Pengantar Pengemasan. Laboratorium Pengemasan, Jurusan
TIP. IPB. Bogor.
Flin R.A. and P.K. Trojan. 1975.

Engineering

Materials

and

Their Aplications.

HonhTonMifflinCo.Boston.
https://ceritadise.wordpress.com/2011/03/09/kemasan-plastik/

diakses

pada

hari

Rabu

tanggal 08 Juni 2016 pukul 11.25 WIB.


Jaringan informasi pangan dan gizi. 2008. Volume XIV, No. 1. ISSN: 0854-2996.
Syarief.R., S. Santausa dan Isyana. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan, PAU Pangan
dan Gizi, IPB Bogor.
Winarno, F.G. dan Jennie. 1982. Kerusakan Bahan Pangan dan Cara Pencegahannya.
Ghalia Indonesia. Jakarta.
Winarno, F.G., Srikandi F. dan Dedi F. 1986. Pengantar Teknologi Pangan. Penerbit PT.
Media. Jakarta.
Winarno, F. G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia. Jakarta.
13

14

Anda mungkin juga menyukai