PENDAHULUAN
Air merupakan bagian terbesar pada tubuh manusia, persentasenya
dapat berubah tergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat obesitas
seseorang. Pada bayi usia < 1 tahun cairan tubuh adalah sekitar 80-85%
berat badan dan pada bayi usia > 1 tahun mengandung air sebanyak 70-75
%. Seiring dengan pertumbuhan seseorang persentase jumlah cairan
terhadap berat badan berangsur-angsur turun yaitu pada laki-laki dewasa
50-60% berat badan, sedangkan pada wanita dewasa 50 % berat badan.
Perubahan jumlah dan komposisi cairan tubuh, yang dapat terjadi
pada perdarahan, luka bakar, dehidrasi, muntah, dan diare, dapat
menyebabkan gangguan fisiologis yang berat. Seluruh cairan tubuh
didistribusikan ke dalam kompartemen intraselular dan kompartemen
ekstraselular. Lebih jauh kompartemen ekstraselular dibagi menjadi cairan
intravaskular dan intersisial.
Gangguan cairan dan elektrolit dapat membawa pasien dalam
kegawatan yang kalau tidak dikelola dengan cepat dan tepat dapat
menimbulkan kematian. Usaha pemulihan kembali volume serta
komposisi cairan dan elektrolit tubuh dalam kondisi yang normal disebut
resusitasi cairan dan elektrolit. Penyebab utama gangguan cairan dan
elektrolit adalah diare, muntah-muntah, peritonitis, ileus obstruktif, puasa,
terbakar, atau karena perdarahan yang banyak. Tiap penyakit memiliki
gangguan tersendiri sehingga sasaran terapinya juga berbeda. Agar terapi
cairan tepat pada sasaran, diperlukan selain pengetahuan tentang
patofisiologi penyakit, juga fisiologi dari cairan tubuh kita.
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga
kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam
tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis.
Cairan dan elektrolit merupakan bagian dalam tubuh yang berperan dalam
memelihara fungsi dari organ tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit
pengetahuan
dan
kemampuan
dalam
mempelajari,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
menjadi cairan interstisial dan plasma darah. Ada juga kompartemen cairan yang
kecil yang disebut sebagai cairan transelular. Kompartemen ini meliputi cairan
dalam rongga sinovial, peritoneum, perikardial, dan intratorakal juga cairan
serebrospinal. Cairan transeluler seluruhnya berjumlah sekitar 1 sampai 2 liter.
Cairan intraseluler 40%
Cairan Tubuh
60%
Plasma darah 5%
Cairan ekstraseluler 20%
Cairan interstisial 15%
4.Tekanan Cairan
Perbedaan lokasi antara di interstisial dan pada ruang vaskuler menimbulkan
tekanan cairan yaitu tekanan hidrostatik dan tekanan onkotik atau osmotik koloid.
-
1) Intake cairan
Pada keadaan suhu dan aktivitas yang normal rata-rata pada orang dewasa
minum antara 1300-1500 ml perhari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh sekitar
2600ml, sehingga kekurangan 1100-1300 ml. kekurangan cairan tersebut
diperoleh dari pencernaan makanan sayur-sayuran mengandung 90% air, buahbuahan 85% dan daging 60% air. Kekurangan cairan dapt diperoleh dari makanan
dan oksidasi selama proses pencernaan makan.
Intake cairan meliputi:
Minum
Pencernaan makanan
Oksidasi metabolik
Jumlah
:
:
:
:
1300 ml
1000 ml
300 ml
2600 ml
Umur
3 hari
1 tahun
2 tahun
BB(KG)
3
9,5
11,8
Kebutuhan Cairan
250-300
1150-1300
1350-1500
7
4
5
6
7
6 tahun
10 tahun
14 tahun
18 tahun
20
28,7
45
54
1800-2000
2000-2500
2200-2700
2200-2700
2) Output Cairan
Kehilangan cairan dapat melalui 4 (empat) rute yaitu:
a) Urin
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus
urinariusmerupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi
normaloutput urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per
jam.Pada orang dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi
dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine
akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankankeseimbangan dalam tubuh.
(Setiabudi,2011)
b) Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas,
respon ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum
tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.besarnya
tergantung dari aktivitas, jumlahnya 0-500 ml.
c) Insensible water loss (IWL)
IWL merupakan pengeluaran cairan yang sulit diukur, pengeluaran ini
melalui kulit dan paru-paru/pernapasan. Jumlahnya sekitar 1000-1300ml. keadaan
demam dan aktivitas meningkatkan metabolisme dan produksi panas, sehingga
meningkatkan produksi cairan pada kulit dan pernapasan.
d) Feses
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang
diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon)
Kulit
Paru-paru
Feses
Jumlah
:
:
1500 ml
0-500 ml
600-900 ml
:
:
:
400 ml
100 ml
2600-2900 ml
b) Hormon aldosteron
Hormon ini dihasilkan
oleh
korteks
adrenal
dengan
fungsinya
10
Semakin
besar molekul
11
12
Resusitasi
Penggantian defisit
Rumatan
Koloid
kristaloid
Kebutuhan normal
harian kristaloid
Memasok
kebutuhan cairan
metabolisme.
2.5. Dasar-Dasar Terapi Cairan Perioperatif
Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pemberian terapi
cairan perioperatif: ( Suntoro,2009 )
A. Kebutuhan normal cairan dan elektrolit harian
Orang dewasa rata-rata membutuhkan cairan 30-35ml/kgbb/hari dan elektrolit
utama Na 1-2mmol/kgbb/hari.
Tabel : Kebutuhan harian cairan menurut Holliday Segar
Berat badan
0-10
4 ml/kgbb/jam
10-20
20
14
15
Pada orang dewasa kebutuhan air dan elektrolit setiap hari adalah sebagai
berikut : ( Akram,2011 )
30-35 ml/kg. Kenaikan suhu 1C ditambah 10-15%
Pada anak sesuai berat badan :
0-10 kg : 100 ml/kgBB
10-20 kg : 1000 ml + 50 ml/kg diatas 10 kg
< 20 kg : 1500 ml + 20 ml/kg diatas 20 kg (UI)
Bayi
Anak
Adolecents
Dewasa
Istirahat
Tidak berkeringat
Berkeringat
Bekerja
20-25
30
35
45
90
90-125
144
125-150
1600
2100
3500
3000-5000
25
30
40.5
16
bentuk cairan maupun makanan padat dengan kehilangan cairan rata-rata 250 ml
dari feses, 800-1500 ml dari urin, dan hampir 600 ml kehilangan cairan yang tidak
disadari (insensible water loss) dari kulit dan paru-paru.
Asupan cairan didapat dari metabolisme oksidatif dari karbohidrat, protein
dan lemak yaitu sekitar 250-300 ml per hari, cairan yang diminum setiap hari
sekitar 1100-1400 ml tiap hari, cairan makanan padat sekitar 800-1000ml tiap
hari. Sedangkan kehilangan cairan terjadi akibat ekskresi urin (rata-rata 1500 ml
tiap hari, 40-80 ml per jam untuk orang dewasa dan 0,5 ml/kg untuk pediatrik),
kulit (insensinle loss sebanyak rata-rata 6 ml/kg/24 jam pada rata-rata orang
dewasa yang mana volume kehilangan bertambah pada keadaan demam yaitu
100-150 ml tiap kenaikan suhu tubuh 1 derajat celsius pada suhu di atas 37 derajat
celcius dan sensible loss yang banyaknya tergantung dari tingkatan dan jenis
aktivitas yang dilakukan), paru-paru (sekitar 400 ml tiap hari dari insensible loss),
traktus gastrointestinal (100-200 ml tiap hari yang dapat meningkat sampai 3-6 L
tiap harijika terdapat penyakit di traktus gastrointestinal), third-space loses.
( Suntoro, 2009 )
Tabel : rata-rata harian asupan dan kehilangan cairan pada orang dewasa
Cairan yang Masuk
Metabolisme
oksidatif
Konsumsi cairan oral
Makanan padat
Total
300 ml
1100-1400
ml
800-1000 ml
2200-2700
2200.2700
ml
2.8. Cairan Elektrolit
Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis zat yaitu elektrolit dan non
elektrolit yang sangat penting bagi tubuh.
1. Elektrolit
17
dan natrium dalam plasma akan diganti dengan air dan natrium dari cairan
interstitial.
Apabila kehilangan cairan terus berlangsung, air akan ditarik dari dalam sel dan
apabila volume plasma tetap tidak dapat dipertahankan terjadilah kegagalan
sirkulasi.
d.Kalium
Kalium merupakan kation utama (99%) di dalam cairan ekstraseluler
berperan penting di dalam terapi gangguan keseimbangan air dan elektrolit.
Jumlah kalium dalam tubuh sekitar 53 mEq/kgBB dimana 99% dapat berubahubah sedangkan yang tidak dapat berpindah adalah kalium yang terikat dengan
protein didalam sel. Kadar kalium plasma 3,5-5,0 mEq/liter, kebutuhan setiap hari
1-3 mEq/kgBB. Keseimbangan kalium sangat berhubungan dengan konsentrasi
H+ ekstraseluler. Ekskresi kalium lewat urine 60-90 mEq/liter, faeces 72 mEq/liter
dan keringat 10 mEq/liter.
d. Kalsium
Kalsium dapat dalam makanan dan minuman, terutama susu, 80-90%
dikeluarkan lewat faeces dan sekitar 20% lewat urine. Jumlah pengeluaran ini
tergantung pada intake, besarnya tulang, keadaan endokrin. Metabolisme kalsium
sangat dipengaruhi oleh kelenjar-kelenjar paratiroid, tiroid, testis, ovarium, da
hipofisis. Sebagian besar (99%) ditemukan didalam gigi dan + 1% dalam cairan
ekstraseluler dan tidak terdapat dalam sel.
e. Magnesium
Magnesium ditemukan di semua jenis makanan. Kebutuhan unruk
pertumbuhan +10 mg/hari. Dikeluarkan lewat urine dan faeces.
f. Karbonat
Asam karbonat dan karbohidrat terdapat dalam tubuh sebagai salah satu
hasil akhir daripada metabolisme. Kadar bikarbonat dikontrol oleh ginjal. Sedikit
sekali bikarbonat yang akan dikeluarkan urine. Asam bikarbonat dikontrol oleh
paru-paru dan sangat penting peranannya dalam keseimbangan asam basa.
(akram,2011)
g. Klorida
19
meningkatkan
metabolisme
kerja
karbohidrat,
neuromuskuler
dan
membantu
normal,
berpartisipasi
pengaturan
asam-basa.
dalam
Nilai
laboratorium normal fosfat serum adalah 2,5 sampai 4,5 mg/100 ml. Konsentrasi
fosfat serum diatur oleh ginjal, hormon paratiroid, dan vitamin D teraktivasi. Fosfat
Dehidrasi berat:
-
Tahap
resusitasi
jam
syok
terapi/looding
30ml/KgBB/1jam.
-
Tetesan infus:
- Makro (normal 1ml 20 tetes)
- Mikro (normal 1ml 60 tetes)
- Transfusi set (normal 1ml 15 tetes)
Non elektrolit
Merupakan zat seperti glukosa dan urea yang tidak terdisosiasi dalam
cairan. Zat lainya termasuk penting adalah kreatinin dan bilirubin.
CIS
Natrium
Kalium
Calsium
Magnesium
Clorida
HCO3
HPO4
SO4
Asam organik
15
150
2
27
1
10
100
20
-
CES
Plasma
142
4
5
3
103
27
2
1
5
Interstitial
144
4
2,5
1,5
114
30
2
1
5
21
kompartemen
intravaskuler
ke kompartemen
interstisial,
kemudian
1. Normal Saline
Komposisi (mmol/l) : Na = 154, Cl = 154.
Kemasan : 100, 250, 500, 1000 ml.
Indikasi :
a. Resusitasi
Pada kondisi kritis, sel-sel endotelium pembuluh darah bocor, diikuti oleh
keluarnya molekul protein besar ke kompartemen interstisial, diikuti air dan
elektrolit yang bergerak ke intertisial karena gradien osmosis. Plasma expander
berguna untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang pada intravaskuler.
b. Diare
22
Kondisi diare menyebabkan kehilangan cairan dalam jumlah banyak, cairan NaCl
digunakan untuk mengganti cairan yang hilang tersebut.
c. Luka Bakar
Manifestasi luka bakar adalah syok hipovolemik, dimana terjadi kehilangan
protein plasma atau cairan ekstraseluler dalam jumlah besar dari permukaan tubuh
yang terbakar. Untuk mempertahankan cairan dan elektrolit dapat digunakan
cairan NaCl, ringer laktat, atau dekstrosa.
d. Gagal Ginjal Akut
Penurunan fungsi ginjal akut mengakibatkan kegagalan ginjal menjaga
homeostasis tubuh. Keadaan ini juga meningkatkan metabolit nitrogen yaitu
ureum dan kreatinin serta gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Pemberian normal saline dan glukosa menjaga cairan ekstra seluler dan elektrolit.
Kontraindikasi : hipertonik uterus, hiponatremia, retensi cairan. Digunakan
dengan pengawasan ketat pada CHF, insufisiensi renal, hipertensi, edema perifer
dan edema paru.
Adverse Reaction : edema jaringan pada penggunaan volume besar (biasanya
paru-paru), penggunaan dalam jumlah besar menyebabkan akumulasi natrium.
2. Ringer Laktat (RL)
Komposisi (mmol/100ml) : Na = 130-140, K = 4-5, Ca = 2-3, Cl = 109-110, Basa
= 28-30 mEq/l.
Kemasan : 500, 1000 ml.
a. Cara Kerja Obat
keunggulan terpenting dari larutan Ringer Laktat adalah komposisi
elektrolit dan konsentrasinya yang sangat serupa dengan yang dikandung cairan
ekstraseluler. Natrium merupakan kation utama dari plasma darah dan
menentukan tekanan osmotik. Klorida merupakan anion utama di plasma darah.
Kalium merupakan kation terpenting di intraseluler dan berfungsi untuk konduksi
23
24
manfaat-manfaat
tambahan
pada dehidrasi
dengan kehilangan
25
26
27
28
berlebihan), asupan air kurang, asupan natrium berlebihan. Terapi keadaan ini
adalah penggantian cairan dengan 5% dekstrose dalam air sebanyak {(X-140) x
BB x 0,6}: 140.12
c. Hipokalemia
Jika kadar kalium < 3 mEq/L. Dapat terjadi akibat dari redistribusi akut
kalium dari cairan ekstraselular ke intraselular atau dari pengurangan kronis kadar
total kalium tubuh. Tanda dan gejala hipokalemia dapat berupa disritmik jantung,
perubahan EKG (QRS segmen melebar, ST segmen depresi, hipotensi postural,
kelemahan otot skeletal, poliuria, intoleransi glukosa. Terapi hipokalemia dapat
berupa koreksi faktor presipitasi (alkalosis, hipomagnesemia, obat-obatan), infuse
potasium klorida sampai 10 mEq/jam (untuk mild hipokalemia ;>2 mEq/L) atau
infus potasium klorida sampai 40 mEq/jam dengan monitoring oleh EKG (untuk
hipokalemia berat;<2mEq/L disertai perubahan EKG, kelemahan otot yang hebat).
Rumus untuk menghitung defisit kalium:
K = K1 K0 x 0,25 x BB
K = kalium yang dibutuhkan
K1 = serum kalium yang diinginkan
K0 = serum kalium yang terukur
BB = berat badan (kg)
d. Hiperkalemia
Terjadi jika kadar kalium > 5 mEq/L, sering terjadi karena insufisiensi renal
atau obat yang membatasi ekskresi kalium (NSAIDs, ACE-inhibitor, siklosporin,
diuretik). Tanda dan gejalanya terutama melibatkan susunan saraf pusat
(parestesia, kelemahan otot) dan sistem kardiovaskular (disritmik, perubahan
EKG). Terapi untuk hiperkalemia dapat berupa intravena kalsium klorida 10%
dalam 10 menit, sodium bikarbonat 50-100 mEq dalam 5-10 menit, atau diuretik,
hemodialisis. ( Tonessen,1990 )
3. Perubahan Komposisi
a. Asidosis respiratorik (pH< 3,75 dan PaCO2> 45 mmHg)
Kondisi ini berhubungan dengan retensi CO2 secara sekunder untuk
menurunkan ventilasi alveolar. Kejadian akut merupakan akibat dari ventilasi
yang tidak adekuat termasuk obstruksi jalan nafas, atelektasis, pneumonia,
29
efusi pleura, nyeri dari insisi abdomen atas, distensi abdomen dan penggunaan
narkose yang berlebihan.
b. Alkalosis respiratorik (pH> 7,45 dan PaCO2 < 35 mmHg)
Kondisi ini disebabkan ketakutan, nyeri, hipoksia, cedera SSP, dan ventilasi
yang dibantu. Pada fase akut, konsentrasi bikarbonat serum normal, dan
alkalosis terjadi sebagai hasil dari penurunan PaCO2 yang cepat. Terapi
ditujukan untuk mengkoreksi masalah yang mendasari termasuk sedasi yang
sesuai, analgesia, penggunaan yang tepat dari ventilator mekanik, dan koreksi
defisit potasium yang terjadi.
c. Asidosis metabolik (pH<7,35 dan bikarbonat <21 mEq/L)
Kondisi ini disebabkan oleh retensi atau penambahan asam atau kehilangan
bikarbonat. Penyebab yang paling umum termasuk gagal ginjal, diare, fistula
usus kecil, diabetik ketoasidosis, dan asidosis laktat. Kompensasi awal yang
terjadi adalah peningkatan ventilasi dan depresi PaCO2. Penyebab paling
umum adalah syok, diabetik ketoasidosis, kelaparan, aspirin yang berlebihan
dan keracunan metanol. Terapi sebaiknya ditujukan terhadap koreksi kelainan
yang mendasari. Terapi bikarbonat hanya diperuntukkan bagi penanganan
asidosis berat dan hanya setelah kompensasi alkalosis respirasi digunakan.
d. Alkalosis metabolik (pH>7,45 dan bikarbonat >27 mEq/L)
Kelainan ini merupakan akibat dari kehilangan asam atau penambahan
bikarbonat dan diperburuk oleh hipokalemia. Masalah yang umum terjadi pada
pasien bedah adalah hipokloremik, hipokalemik akibat defisit volume
ekstraselular. Terapi yang digunakan adalah sodium klorida isotonik dan
penggantian kekurangan potasium. Koreksi alkalosis harus gradual selama
perode 24 jam dengan pengukuran pH, PaCO2 dan serum elektrolit yang
sering. ( Setibudi,2010 )
2.11.Dehidrasi
Dehidrasi dapat disebabkan karena kehilangan cairan akibat faktor
patologis,seperti diare dan perdarahan.Dehidrasi juga dapat terjadi karena
peningkatan kebutuhan cairan tubuh, seperti demam,suhu lingkungan yang tinggi,
30
31
NaCl 0,9% disertai dextrose 5% dalam NaCl 0,225% untuk seluruh pemenuhan
kekurangan cairan (untuk pediatrik)
Fase I: 20 mL/kgBB RL atau NaCl 0,9%; fase II: Koreksi defi sit natrium (untuk
dewasa). ( Tonessen, 1990 )
dibagi
menjadi
beberapa
kategori
berdasarkan
penyebab,
yaitu:
(Baskett,2009)
1.) Syok hipovolemik
Terjadi karena
volumeintravaskuler
berkurang
akibat
perdarahan,
kehilangan cairan akibat diare, luka bakar, muntah, dan third space loss, sehingga
menyebabkan pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel tidak adekuat.Beberapa
perubahan hemodinamik yang terjadi pada kondisi syok hipovolemik adalah CO
(cardiac output) , BP (blood pressure) , SVR (systemic vascular resistance) ,
dan CVP (central venous pressure) . Terapi syok hipovolemik bertujuan untuk
32
33
cairan
kristaloid
isotonic
untuk
mempertahankan
volume
intravaskuler
2. Pembedahan untuk mengatasi hambatan/ obstruksi sirkulasi
2.13.Penanganan Syok
Tujuan penanganan tahap awal adalah untuk mengembalikan perfusi dan
oksigenasi jaringan dengan memulihkan volume sirkulasi intravaskuler.Terapi
cairan paling penting pada syok distributif dan syok hipovolemik, yang paling
sering terjadi pada trauma, perdarahan, dan luka bakar.Pemberian cairan intravena
akan memperbaiki volume sirkulasi intravaskuler,meningkatkan curah jantung dan
tekanan darah. Cairan kristaloid umumnya digunakan sebagai terapi lini pertama,
dapat dilanjutkan dengan cairan koloid apabila cairan kristaloid tidak adekuat atau
membutuhkan efek penyumbat untuk membantu mengurangi perdarahan. Cairan
kristaloid yang umum digunakan sebagai cairan resusitasi pada syok adalah RL,
NaCl 0,9%. ( Baskett,2009 )
Terapi pada syok antara lain:
1. Tentukan defisit cairan.
2. Atasi syok: berikan infus RL (jika terpaksaNaCl 0,9%) 20 mL/kgBB dalam -1
jam, dapat diulang. Apabila pemberian cairan kristaloid tidak adekuat/gagal, dapat
diganti dengan cairan koloid, sepert HES, gelatin, dan albumin.
3. Bila dosis maksimal, cairan koloid tidak dapat mengoreksi kondisi syok, dapat
diberi noradrenaline, selanjutnya apabila tidak terdapat perbaikan, dapat
ditambahkan dobutamine.
4. Sisa defi sit 8 jam pertama: 50% defi sit + 50% kebutuhan rutin; 16 jam
berikutnya : 50% defisit + 50% kebutuhan rutin.
5. Apabila dehidrasi melebihi 3-5% BB, periksa kadar elektrolit; jangan memulai
koreksi defi sit kalium apabila belum ada diuresis.
34
2.14.
Transfusi
medik
adalah
yang
tindakan
berkurang.
1. Komponen darah
Darah Utuh ( Wb)
Darah Endap ( Prc)
Darah Merah Cuci ( Washed Red Cells)
Trombosit Konsentrat (Tc)
Fresh Frozen Plasma (Ffp)
Cryoprecipitate
a. Darah Utuh (Whole Blood)
Deskripsi :
Volume 350 ml WB mengandung :
350 ml darah donor
63 ml larutan pengawet antikoagulan
Hb 12 g/dl; Hct 35-45%
Tidak terdapat faktor koagulasi labil (f. V dan VIII)
Indikasi :
Perdarahan akut dengan hipovolemia
Transfusi Tukar (Exchange transfusion)
Pengganti darah merah endap (packed red cell) saat memerlukan transfusi sel
darah merah
35
Kontraindikasi :
Resiko overload cairan misalnya pada anemia kronik & gagal jantung
Resiko Infeksi :
Tidak steril
Dapat menularkan infeksi pada eritrosit atau plasma yang tidak terdeteksi
pemeriksaan rutin (HIV-1 dan HIV-2, hepatitis B dan C, virus hepatitis lain,
syphilis, malaria, TORCH dan Chagas disease)).
b. Darah Endap (Packed Red Cells)
Deskripsi :
Volume 150-250 ml eritrosit dengan jumlah plasma yang minimal
Hb 20 g/100 dl ( 45 g/unit)
Hct 55-75%
Indikasi :
Pengganti sel darah merah pada anemia
Anemia karena perdarahan akut (setelah resusitasi cairan kristaloid atau koloid)
Perhatian :
Resiko infeksi dan cara penyimpanan sama dengan WB
Pemberian sama dengan WB
Penambahan infus cairan NS 50-100 ml dengan infus set-Y memperbaiki aliran
transfusi
Waktu transfusi maksimal 4 jam kecuali pasien dengan Congestive Heart
Failure, AKI (Acute Kidney Injury dan Chronic Kidney Disease)
c.Darah Merah Cuci (Washed Erythrocyte)
Deskripsi :
Volume 260 ml ; Hct 0,57 L/L; leukosit < 1x108 ; plasma < 0,2 ml
Indikasi :
Transfusi masif pada neonatus sampai usia < 1 tahun
Transfusi intrauterin
Penderita dengan anti-IgA atau defisiensi IgA dengan riwayat alergi transfusi
berat
Riwayat reaksi transfusi berat yang tidak membaik dengan pemberian
premedikasi
Kontraindikasi :
Defisiensi IgA yang belum pernah mendapat transfusi komponen darah (eritrosit,
plasma, trombosit)
Defisiensi IgA yang tidak pernah mengalami reaksi alergi terhadap komponen
darah sebelumnya
Belum diketahui mempunyai antibodi anti-IgA
Tidak pernah mengalami reaksi transfusi berat terhadap eritrosit
36
37
38
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Air merupakan bagian terbesar pada tubuh manusia, persentasenya dapat
berubah tergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat obesitas seseorang.
Perubahan jumlah dan komposisi cairan tubuh, yang dapat terjadi pada
perdarahan, luka bakar, dehidrasi, muntah, dan diare, dapat menyebabkan
gangguan fisiologis yang berat yang terjadi kegawatan yang kalau tidak dikelola
dengan cepat dan tepat dapat menimbulkan kematian, oleh karena itu harus
dilakukan dengan cepat pemulihan kembali volume serta komposisi cairan dan
elektrolit tubuh dalam kondisi yang normal disebut resusitasi cairan dan elektrolit,
sehingga tercapai keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh yang sangat penting
dalam proses hemostasis baik untuk meningkatkan kesehatan maupun dalam
proses penyembuhan penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
39
40