I. PENDAHULUAN
ESS (Indonesia-Pangkah) Ltd merupakan salah satu
perusahaan yang bergerak di bidang energi. Dalam
kegiatan produksinya, HESS (Indonesia-Pangkah) Ltd
mempunyai 2 fasilitas utama yaitu: offshore dan onshore. Pada
kedua fasilitas tersebut, piping memegang peranan penting
yang digunakan untuk mengalirkan fluida, mencampur, serta
bermacam-macam proses lainnya. Oleh karena itu, piping
harus dirancang sedemikian rupa agar bisa bertahan dalam
kurun waktu tertentu.
Dalam penggunaannya, banyak faktor yang mempengaruhi
ketahanan umur pakai dari piping seperti pemilihan material
piping, penyambungan material piping, serta sistem proteksi
dan perawatan piping sehingga piping bisa beroperasi dengan
aman[1]. Dalam hal pemilihan material, dibutuhkan material
dengan spesifikasi yang sesuai dengan kondisi operasi seperti
tekanan dan temperatur operasi, jenis fluida, lingkungan, dan
sebagainya [2].
Pada aplikasinya di lapangan, terjadi kegagalan pipa baja
tahan karat 316L pada area offshore, tepatnya pada Chemical
Filling Piping di HESS (Indonesia-Pangkah) Ltd. 4 buah pipa
baja tahan karat 316L berdiameter 2 inchi yang berfungsi
untuk mengalirkan inhibitor mengalami kebocoran. Keempat
2
ditaruh pada cetakan. Proses mounting ini menggunakan
larutan resin yang dicampur dengan hardenener. Campuran
dari larutan ini adalah 10 ml : 1 tetes. Setelah dicampur, maka
larutan tersebut dimasukkan kedalam pipa sebagai cetakan
untuk proses mounting. Dibutuhkan waktu beberapa jam agar
larutan tersebut mengeras. Setelah mengeras maka spesimen
tersebut digosok dengan mesin grinder dimulai dengan grid
yang paling kasar 80 dilanjutkan dengan menggunakan kertas
gosok grid 100, 200, 400, 800, 1000, 1500, dan 2000. Setelah
mengkilap, maka dilakukan proses polishing yaitu proses
spesimen dipoles dengan ditekan pada permukaan piringan
yang berputar cepat, dimana piringan ini telah dilapisi kain
penggosok yang telah ditaburi Alumina. Setelah dilakukan
proses polishing, spesimen tersebut dicelupkan pada larutan
gliceregia. Sebelum dilakukan pencelupan kedalam larutan
gliceregia, spesimen terlebih dahulu dipanaskan kedalam air
sampai 800C selama 10menit, setelah itu spesimen dicelupkan.
Larutan gliceregia ini merupakan campuran dari 10 ml HNO3,
20 ml HCl, dan 30 ml Glyceril [6]. Setelah seluruh pengerjaan
tersebut selesai maka dilakukan pengamatan strukur mikro.
Pengamatan SEM-EDAX dilakukan di Laboratorium
Teknik Material dan Metalurgi ITS. Uji SEM digunakan untuk
mengetahui struktur permukaan dari material uji Uji EDAX
digunakan untuk mengetahui unsur kimia penyusunnya.
Pengamatan dilakukan hingga perbesaran 100 kali. Preparasi
spesimen untuk pengujian ini dilakukan dengan memotong
bagian pipa yang telah terkorosi. Ukuran dari pipa ini yatu
1cm x 1cm.
XRD merupakan salah satu alat pengujian material yang
biasanya digunakan untuk identifikasi unsur/senyawa (analisis
kualitatif) dan penentuan komposisi (analisis kuantitatif) [8].
Analisis yang dilakukan berhubungan dengan alat ukur yang
lain misal SEM. Pengamatan dengan mikroskop akan
menjelaskan bagaimana distribusi fasa yang teridentifikasi
berdasarkan hasil XRD. Preparasi spesimen pada pengujian
kali ini yaitu memotong spesimen dengan ukuran 1cm x 1cm.
Pengujian kekerasan menggunakan alat pengujian
kekerasan vikers. Spesimen yang digunakan pada pengujian
ini merupakan spesimen hasil pengujian struktur mikro.
B. PENGUJIAN KOMPOSISI
Pengujian dilakukan pada bagian tengah spesimen. Pipa
dipotong dengan ukuran 3 cm x 3 cm dan diratakan menjadi
berbentuk plat (gambar 2). Bagian sisi luar dari spesimen
digrinda, agar bagian tengah dapat ditembak dengan OES.
Data hasil pengujian komposisi kimia baja tahan karat 316L
dan perbandingan keduanya dengan standard ASTM A 351
ditunjukkan pada tabel 2.
3
Tabel 2. Perbandingan komposisi baja tahan karat 316L dengan
standard ASTM A 351
C. STRUKTUR MIKRO
Pengujian metalografi dilakukan untuk mengamati struktur
mikro dari material baja tahan karat 316L. Pengamatan
strukutr mikro ini dilakukan agar kita dapat mengetehui fasafasa yang terbentuk pada material. Sebelum dilakukan
pengujian, spesimen terlebuh dahulu dipreparasi sesuai dengan
standart metalografi (Gambar 3) yang telah dijelaskan pada
bagian pembahasan. Selanjutnya spesimen dietsa. Etsa
merupakan pencelupkan spesimen pada larutan. Larutan yang
digunakan adalah larutan Gliceregia, yang terdiri dari : 10 ml
HNO3, 20 ml HCl, dan 30 ml Glyceril.
Gambar 5 (a) Gambar struktur mikro hasil pengujian dengan
perbesaran 200x. (b) Gambar struktur mikro Baja Tahan Karat 316L
berdasarkan standar ASM volume 9
D. PENGUJIAN KEKERASAN
Pengujian kekerasan menggunakan alat pengujian
Microhardness Vickers. Pengujian ini dilakukan pada 6 titik
dengan indentasi sebesar 0,5 kgf. Pengujian kekerasan yang
dilakukan sesuai dengan standar ASTM E384 dengan
distribusi indentasi melintang pada spesimen. Dalam
pengujian kekerasan ini dilakukan pada sisi samping dari
spesimen dengan lokasi indentasi ditunjukkan pada Gambar 6.
4
Dari hasil pengujian hardness vikers didapatkan hasil dari
nilai kekerasan seperti pada tabel 3.
Tabel 3 Hasil Uji kekerasan
Gambar 7. Hasil SEM dan EDAX pada bagian luar pipa. (a)
perbesaran 100 x, (b) perbesaran 300x, (c) perbesaran 5000x, (d)
Hasil EDAX
5
difraksi sinar X yaitu FeCrNi, dan Fe3O4. Senyawa FeCrNi
ditemukan di puncak tertinggi pertama pada 2theta 43.574,
50.721 dan 74.513. Senyawa FeCrNi terbentuk akibat reaksi
antara unsur besi nikel dan krom. Selain itu senyawa
amorfus yang lain yaitu Fe3O4 juga ditemukan pada 2theta
35.422 hal ini sesuai dengan hasil PDFcard nomor 872334.
Senyawa Fe3O4 ditemukan pada bidang [3 1 1]. Gambar
4.6.2 merupakan ilustrasi dari proses terjadinya korosi
sumuran. Senyawa dari Fe3O4 merupakan produk korosi
yang terjadi pada daerah pitting pada pipa permukaan luar.
Gambar 8. Hasil SEM dan EDAX pada bagian luar pipa. (a)
perbesaran 500 x, (b) perbesaran 1500x, (c) perbesaran 2400x, (d)
Hasil EDAX
F. XRD
Hasil pengujian XRD berupa grafik hubungan antara 2 dan
intensitas. Data hasil pengujian difraksi diambil dari 2 5 o
sampai 90o. Dengan panjang gelombang, K-Alpha adalah
1.54060 . Penembakan sinar X dilakukan pada spesimen
baja tahan karat 316L. Setelah dilakukan penembakan, hasil
grafik yang didapat dicocokkan dengan data puncak difraksi
dari PDFcard. Berikut merupakan gambar grafik hasil
pengujian XRD.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Schweitzer, Philip A., P.E. 1994. Corrosion-Resistant
Piping Systems. New York: Marcel Dekker, Inc
[2] Nishida, Shin-ichi.1992. Failure Analysis in Enginering
Application. Jordan Hill Oxford. Butterworth-Heinemann
Ltd.
[3] Mars, G. Fontana. 1978. Corrosion Engineering 2nd
Edition. New York: Mc Graw-Hill Book Company
[4] Landoulsi J. 2008. Enzyme-induced ennoblement of AISI
316L stainless steel: Focus on pitting corrosion behavior.
[5] ASM Handbook Volume 11 Failure Analysis and
Prevention. Ohio: ASM International.
[5] Mardianto. 2010. Analisa kegagalan dan perkiraan umur
sisa terhadap riser tube waste heat bolier E1007
[6] ASM Handbook Volume 9 Metallography, Metallography
and Microstructures. Ohio: ASM International.
[7] R. Brooks, Charlie and Choudhury, Ashok. 2002. Failure
Analysis of Engineering Materials. New York : McGrawHill.
[8] C.J. Hyde, W.Suna, S.B.Leen. 2010. Cyclic thermomechanical material modelling and testing of 316
stainless steel. Materials and Design. 79, 8689
[9] ASM Handbook Volume 11 Failur Analysis. Ohio: ASM
International.
[10] ASM Handbook Volume 13 Corrosion. Ohio: ASM
International.