Anda di halaman 1dari 5

1

ANALISA KEGAGALAN PIPA BAJA TAHAN KARAT 316L DI


BANGUNAN LEPAS PANTAI PANGKAH-GRESIK
Salmon Paskalis Sihombing dan Hosta Ardhyananta
Jurusan Teknik Material dan Metalurgi, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Keputih, Sukolilo, Surabaya 60111
E-mail: salmonsihombing@yahoo.co.id, hostaa@mat-eng.its.ac.id
Abstrak-HESS
HESS
(Indonesia-Pangkah)
Ltd
merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang
energy yang memiliki 2 fasilitas yaitu offshore dan onshore.
Fasilitas offshore dan onshore memegang peranan penting
sehingga harus dirancang sedemikian agar dapat bertahan lama.
Dilapangan telah terjadi kegagalan yaitu pipa baja tahan karat
316L mengalami kebocoran yang fungsinya mengalirkan
inhibitor. Maka dilakukan penelitian tentang analisis kegagalan
pada pipa baja tahan karat 316L. Investigasi awal yang
dilakukan dengan pengujian NDT untuk mengetahui produk
korosi berasal dari bagian luar pipa. Uji komposisi dilakukan
dengan menggunakan OES. Untuk mengetahui struktur mikro
maka dilakukan pengujian metalografi dengan menggunakan
mikroskop optik. SEM dilakukan untuk mengetahui morfologi
kegagalan dalam pipa. Pengujian XRD dilakukan untuk
mengetahui fasa yang terbentuk pada daerah kebocoran.
Pengujian kekerasan dilakukan dengan vikers dengan indentor
piramida intan. Setelah dilakukan pengujian dan analisa data,
diketahui bahwa kegagalan yang terjadi pada bagian luar pipa
baja tahan karat 316L diakibatkan oleh korosi sumuran. Hasil
pengujian komposisi dengan OES yang telah dilakukan sesuai
dengan standar ASTM A315. Produk Korosi yang ada yaitu
Fe3O4 yang ditemukan pada 2theta 35.422 hal ini sesuai dengan
hasil PDFcard nomor 872334.
Kata kunci : baja tahan karat 316L, korosi sumuran, offshore,
onshore

I. PENDAHULUAN
ESS (Indonesia-Pangkah) Ltd merupakan salah satu
perusahaan yang bergerak di bidang energi. Dalam
kegiatan produksinya, HESS (Indonesia-Pangkah) Ltd
mempunyai 2 fasilitas utama yaitu: offshore dan onshore. Pada
kedua fasilitas tersebut, piping memegang peranan penting
yang digunakan untuk mengalirkan fluida, mencampur, serta
bermacam-macam proses lainnya. Oleh karena itu, piping
harus dirancang sedemikian rupa agar bisa bertahan dalam
kurun waktu tertentu.
Dalam penggunaannya, banyak faktor yang mempengaruhi
ketahanan umur pakai dari piping seperti pemilihan material
piping, penyambungan material piping, serta sistem proteksi
dan perawatan piping sehingga piping bisa beroperasi dengan
aman[1]. Dalam hal pemilihan material, dibutuhkan material
dengan spesifikasi yang sesuai dengan kondisi operasi seperti
tekanan dan temperatur operasi, jenis fluida, lingkungan, dan
sebagainya [2].
Pada aplikasinya di lapangan, terjadi kegagalan pipa baja
tahan karat 316L pada area offshore, tepatnya pada Chemical
Filling Piping di HESS (Indonesia-Pangkah) Ltd. 4 buah pipa
baja tahan karat 316L berdiameter 2 inchi yang berfungsi
untuk mengalirkan inhibitor mengalami kebocoran. Keempat

pipa tersebut mengalirkan inhibitor dengan jenis yang


berbeda.
Tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisa kegagalan pipa
baja tahan karat 316L. Berangkat dari kasus kegagalan pipa
baja tahan karat 316L ini, maka akan dilakukan penelitian
tentang analisis kegagalan pada pipa baja tahan karat 316L
secara sistematik. Dengan melakukan pengamatan secara
makro, metalografi, serta identifikasi komposisi kimia adalah
skema dasar penelitian ini untuk mengetahui penyebab
kegagalan material pipa tersebut sehingga bisa meminimalisir
terjadinya kasus yang sama di kemudian hari [3].
II. METODE PENELITIAN
Studi literatur dilakukan dengan pencarian informasi
tentang komponen yang akan diteliti beserta informasi
mengenai kegagalannya yang mengacu pada operational
procedure standart dan field report inspeksi yang telah
dilakukan oleh PT HESS. Studi literatur juga mengacu pada
handbook, standar internasional, dan jurnal-jurnal terbaru.
Agar dapat dilakukan perbandingan antara hasil literature dan
hasil pengujian.
Pengamatan makroskopik dilakukan dengan memotong
bagian pipa yang mengalami kegagalan kemudian dilakukan
pengambilan gambar dengan menggunakan kamera DSLR
untuk mengetahui jenis kegagalan secara makro.
Selanjutnya dilakukan pengujian NDT, yaitu dengan
membelah dua bagian pipa. Kemudian proses NDT (penetran
dan developer) dilakukan terhadap sisi luar dan sisi dalam pipa
dengan menyemprotkanan cairan developer lalu didiamkan
kemudian spesimen dibersihkan dan disemprotkan cairan
penetran [4]. Setelah muncul bentuk kegagalan diambil
gambar dengan kamera DSLR.
Pengujian komposisi dilakukan dengan menggunakan
mesin OES (Optical Emission Spectroscopy). Pengujian ini
dilakukan untuk mengamati komposisi pada spesimen material
pipa baja tahan karat 316L. Preparasi spesimen dilakukan
dengan memotong pipa dengan ukuran 3cm x 3cm. Karena
potongan dari pipa melengkung, maka selanjutnya spesimen
akan di ratakan dengan mesin kompresi dan dilakukan
perataan permukaan dengan mesin gerinda agar tdak terdapat
lagi produk korosi.
Pengamatan mikro dilakukan untuk mengetahui perubahan
struktur mikro mulai dari bagian tepi sampai pada bagian
tengah spesimen uji [5]. Untuk pengujian tersebut, material
pipa dipotong hingga berukuran 3cm. Kemudian dilakukan
proses mounting agar mempermudah pengerjaan proses
berikutnya. Sebelum dilakukannya proses mounting, maka
perlu dipersiapkan pula seperti pipa sebagai cetakan (ukuran
pipa disesuaikan dengan ukuran dari spesimen), dan spesimen

2
ditaruh pada cetakan. Proses mounting ini menggunakan
larutan resin yang dicampur dengan hardenener. Campuran
dari larutan ini adalah 10 ml : 1 tetes. Setelah dicampur, maka
larutan tersebut dimasukkan kedalam pipa sebagai cetakan
untuk proses mounting. Dibutuhkan waktu beberapa jam agar
larutan tersebut mengeras. Setelah mengeras maka spesimen
tersebut digosok dengan mesin grinder dimulai dengan grid
yang paling kasar 80 dilanjutkan dengan menggunakan kertas
gosok grid 100, 200, 400, 800, 1000, 1500, dan 2000. Setelah
mengkilap, maka dilakukan proses polishing yaitu proses
spesimen dipoles dengan ditekan pada permukaan piringan
yang berputar cepat, dimana piringan ini telah dilapisi kain
penggosok yang telah ditaburi Alumina. Setelah dilakukan
proses polishing, spesimen tersebut dicelupkan pada larutan
gliceregia. Sebelum dilakukan pencelupan kedalam larutan
gliceregia, spesimen terlebih dahulu dipanaskan kedalam air
sampai 800C selama 10menit, setelah itu spesimen dicelupkan.
Larutan gliceregia ini merupakan campuran dari 10 ml HNO3,
20 ml HCl, dan 30 ml Glyceril [6]. Setelah seluruh pengerjaan
tersebut selesai maka dilakukan pengamatan strukur mikro.
Pengamatan SEM-EDAX dilakukan di Laboratorium
Teknik Material dan Metalurgi ITS. Uji SEM digunakan untuk
mengetahui struktur permukaan dari material uji Uji EDAX
digunakan untuk mengetahui unsur kimia penyusunnya.
Pengamatan dilakukan hingga perbesaran 100 kali. Preparasi
spesimen untuk pengujian ini dilakukan dengan memotong
bagian pipa yang telah terkorosi. Ukuran dari pipa ini yatu
1cm x 1cm.
XRD merupakan salah satu alat pengujian material yang
biasanya digunakan untuk identifikasi unsur/senyawa (analisis
kualitatif) dan penentuan komposisi (analisis kuantitatif) [8].
Analisis yang dilakukan berhubungan dengan alat ukur yang
lain misal SEM. Pengamatan dengan mikroskop akan
menjelaskan bagaimana distribusi fasa yang teridentifikasi
berdasarkan hasil XRD. Preparasi spesimen pada pengujian
kali ini yaitu memotong spesimen dengan ukuran 1cm x 1cm.
Pengujian kekerasan menggunakan alat pengujian
kekerasan vikers. Spesimen yang digunakan pada pengujian
ini merupakan spesimen hasil pengujian struktur mikro.

A. PENGUJIAN NDT (PENETRAN)


Pengujian NDT ini bertujuan untuk mengetahui kerusakan
yang terjadi pada spesimen, khususnya untuk mengetahui
adanya kerusakan pada spesimen [7]. Pada penelitian ini, pipa
terlebih dahulu dipotong manual menjadi 2 bagian (Gambar
1(a)). Hal ini bertujuan untuk mengetahui bagian pipa yang
terserang retak. Sebelum dilakukan penyemprotan penetran,
dilakukan terlebih dahulu pembersihan dimasing-masing
bagian pipa (Gambar 1). Hal ini dilakukan sesuai dengan
standard yang berlaku. Pada gambar 1(b) merupakan bagian
dalam dari pipa. Pada gambar menunjukkan bahwa pada
bagian dalam dari pipa tidak terdapat tanda-tanda dari retak.
Gambar 1(c) merupakan bagian luar dari pipa. Gambar ini
menunjukkan bahwa bagian luar dari pipa tidak menunjukkan
alur retak.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada saat melakukan inspeksi pada tanggal 29 Desember
2012, ditemukan
pipa yang yang diduga mengalami
kebocoran pada Chemical Filling Piping. Terdapat 4 pipa
yang mengalami kebocoran yaitu: 2-CI-49001-N01N, 2-CI49002-N01N,
2-CI-49003-N01N,
2-CI-49004-N01N.
Masing-masing pipa berfungsi untuk menginjeksikan larutan
kimia dengan jenis yang berbeda.

B. PENGUJIAN KOMPOSISI
Pengujian dilakukan pada bagian tengah spesimen. Pipa
dipotong dengan ukuran 3 cm x 3 cm dan diratakan menjadi
berbentuk plat (gambar 2). Bagian sisi luar dari spesimen
digrinda, agar bagian tengah dapat ditembak dengan OES.
Data hasil pengujian komposisi kimia baja tahan karat 316L
dan perbandingan keduanya dengan standard ASTM A 351
ditunjukkan pada tabel 2.

Gambar 1 (a) Spesimen pada setelah dilakukan pemotongan,


(b)bagian dalam bag dari spesimen setelah disemprotkan
penetran, (c)bagian luar dari spesimen setelah disemprotkan
penetran.

Tabel 1. Spesifikasi spesimen

Gambar 2. Spesimen (pipa) tampak depan yang dibuat menjadi plat


yang akan diuji komposisi.

3
Tabel 2. Perbandingan komposisi baja tahan karat 316L dengan
standard ASTM A 351

Berdasarkan hasil pengujian OES yang dilakukan diketahui


bahwa material baja tahan karat yang digunakan sebagai
spesimen masih sesuai dalam rentang persyaratan standard
material baja tahan karat ASTM A 351.

Gambar 4 (a) Gambar struktur mikro hasil pengujian dengan


perbesaran 100x. (b) Gambar struktur mikro Baja Tahan Karat 316L
berdasarkan standar ASM volume 9

C. STRUKTUR MIKRO
Pengujian metalografi dilakukan untuk mengamati struktur
mikro dari material baja tahan karat 316L. Pengamatan
strukutr mikro ini dilakukan agar kita dapat mengetehui fasafasa yang terbentuk pada material. Sebelum dilakukan
pengujian, spesimen terlebuh dahulu dipreparasi sesuai dengan
standart metalografi (Gambar 3) yang telah dijelaskan pada
bagian pembahasan. Selanjutnya spesimen dietsa. Etsa
merupakan pencelupkan spesimen pada larutan. Larutan yang
digunakan adalah larutan Gliceregia, yang terdiri dari : 10 ml
HNO3, 20 ml HCl, dan 30 ml Glyceril.
Gambar 5 (a) Gambar struktur mikro hasil pengujian dengan
perbesaran 200x. (b) Gambar struktur mikro Baja Tahan Karat 316L
berdasarkan standar ASM volume 9

Gambar 3 Spesimen yang dimetalografi

D. PENGUJIAN KEKERASAN
Pengujian kekerasan menggunakan alat pengujian
Microhardness Vickers. Pengujian ini dilakukan pada 6 titik
dengan indentasi sebesar 0,5 kgf. Pengujian kekerasan yang
dilakukan sesuai dengan standar ASTM E384 dengan
distribusi indentasi melintang pada spesimen. Dalam
pengujian kekerasan ini dilakukan pada sisi samping dari
spesimen dengan lokasi indentasi ditunjukkan pada Gambar 6.

Dari pengujian matalografi, didapat hasil bahwa fasa yang


diketahui dari material baja tahan karat 316L terdapat fasa
penyusun utama dari base metal material adalah austenite
(Gambar 4) yang tampak dengan warna cerah/terang dan
batas butir (Gambar 5) yang terorientasi pada 1 arah.

Gambar 6 Spesimen yang diuji dengan kekerasan vikers

4
Dari hasil pengujian hardness vikers didapatkan hasil dari
nilai kekerasan seperti pada tabel 3.
Tabel 3 Hasil Uji kekerasan

Dari hasil pengujian kekerasan didapatkan hasil bahwa


distribusi kekerasan pada spesimen dari titik 1 sampai titik 6
memiliki nilai yang tidak jauh berbeda. Hasil dari kekerasan
ini apabila dirata-ratakan memiliki nilai kekerasan 135,33 HV.
Standar nilai kekerasan vikers dari baja tahan karat 316L yaitu
225 HV. Dalam hal ini bahwa nilai kekerasan yang telah diuji
memiliki perbedaan dengan nilai standar.
E. SEM dan EDAX
Pengujian SEM-EDAX dilakukan dengan mengamati dua
bagian pada permukaan spesimen yaitu permukaan kerusakan
dan unsur kimia penyusunnya. Pengamatan yang dilakukan
berupa morfologi korosi maupun fraktografi (aplikasi yang
paling banyak dan umum) digunakan dari alat SEM [9].
Pengamatan SEM dilakukan untuk mengetahui bentuk
kerusakan dari spesimen yang diteliti [10]. Spesimen yang
diteliti adalah pipa baja tahan karat 316L yang mengalami
kegagalan, yang ditunjukkan pada gambar 5(a) yaitu
merupakan objek investigasi yang dapat memberikan
informasi mengenai proses terbentuknya korosi sumuran.
Gambar ini menggunakan perbesaran 50x. Pada gambar dapat
kita melihat lubang kecil yang merupakan korosi sumuran.
Pada gambar 5(b) merupakan perbesaran yang menunjukkan
adanya perusakan pada material. Pada gambar ini terdapat
lubang yang mengalami penetrasi yang tinggi yang
ditunjukkan dengan bagian yang berwarna gelap. Di beberapa
sisi disekitar lubang terdapat penjuluran lubang. Pada gambar
5(c) merupakan perbesaran berikutnya dan dianalisa unsur
kimia penyusunnya. Hasil pengujian EDAX dari lokasi yang
mengalami kerusakan seperti gambar 4.5.1(c) menunjukkan
terdapatnya endapan-endapan dari unsure kimia dari yang
terbesar hingga yang terkecil yaitu besi, oksigen, krom,
carbon, nikel, aluminium, molybdenum, mangan, dan silikon.
Unsur-unsur tersebut membentuk deposit yang terdiri dari
senyawa karbonat dan oksida.

Gambar 7. Hasil SEM dan EDAX pada bagian luar pipa. (a)
perbesaran 100 x, (b) perbesaran 300x, (c) perbesaran 5000x, (d)
Hasil EDAX

Pengamatan SEM selanjutnya dilakukan pada titik yang


berbeda yaitu titik yang mengalami inisiasi dari klor. Pada
gambar 6(a) merupakan gambar dari permukaan sisi luar pipa
yang menggunakan perbesaran 500x. Pada perbesaran ini
menunjukaan keadaan dari permukaan pipa yang kasar, yaitu
terdapatnya seperti pengikisan bagian terluar dari pipa. Pada
gambar ditunjukkan terdapatnya seperti lingkaran-lingkaran
kecil. Lingkaran-lingkaran kecil ini secara merata tampak
pada gambar. Pada gambar 6(b) merupakan perbesaran dari
salah satu lingkaran. Pada gambar ini ditunjukkan bahwa
terdapatnya pengikisan dari permukaan pipa berbentuk
cekungan. Hal ini merupakan inisiasi, yaitu awal pembentukan
dari korosi sumuran yang diakibatkan oleh unsur kimia klor.
Pada gambar 6(c) merupakan perbesaran berikutnya dengan
menggunakan perbesaran sampai 2400x dan dianalisa unsur
kimia penyusunnya. Hasil pengujian EDAX dari lokasi yang
mengalami kerusakan seperti gambar 6(c) menunjukkan
terdapatnya endapan-endapan dari unsur kimia dari yang
terbesar hingga yang terkecil yaitu besi, oksigen, krom,
karbon, nikel, aluminium, molybdenum, mangan, silikon, dan
klor. Komposisi kimia pada daerah ini tidak jauh berbeda dari
daerah yang sebelumnya. Akan tetapi terdapat satu pembeda
yaitu pada daerah ini terdapat kandungan dari unsure klor. Hal
ini menjadi cirri khas dari korosi sumuran. Dengan adanya
kandungan klor, daerah ini merupakan daerah awal
pembentukan dari pitting.

5
difraksi sinar X yaitu FeCrNi, dan Fe3O4. Senyawa FeCrNi
ditemukan di puncak tertinggi pertama pada 2theta 43.574,
50.721 dan 74.513. Senyawa FeCrNi terbentuk akibat reaksi
antara unsur besi nikel dan krom. Selain itu senyawa
amorfus yang lain yaitu Fe3O4 juga ditemukan pada 2theta
35.422 hal ini sesuai dengan hasil PDFcard nomor 872334.
Senyawa Fe3O4 ditemukan pada bidang [3 1 1]. Gambar
4.6.2 merupakan ilustrasi dari proses terjadinya korosi
sumuran. Senyawa dari Fe3O4 merupakan produk korosi
yang terjadi pada daerah pitting pada pipa permukaan luar.

Gambar 8. Hasil SEM dan EDAX pada bagian luar pipa. (a)
perbesaran 500 x, (b) perbesaran 1500x, (c) perbesaran 2400x, (d)
Hasil EDAX

F. XRD
Hasil pengujian XRD berupa grafik hubungan antara 2 dan
intensitas. Data hasil pengujian difraksi diambil dari 2 5 o
sampai 90o. Dengan panjang gelombang, K-Alpha adalah
1.54060 . Penembakan sinar X dilakukan pada spesimen
baja tahan karat 316L. Setelah dilakukan penembakan, hasil
grafik yang didapat dicocokkan dengan data puncak difraksi
dari PDFcard. Berikut merupakan gambar grafik hasil
pengujian XRD.

Gambar 9. Spektra XRD


Berdasarkan gambar 9 , dapat diketahui bahwa
senyawa yang ditunjukkan pada puncak tertinggi pola

DAFTAR PUSTAKA
[1] Schweitzer, Philip A., P.E. 1994. Corrosion-Resistant
Piping Systems. New York: Marcel Dekker, Inc
[2] Nishida, Shin-ichi.1992. Failure Analysis in Enginering
Application. Jordan Hill Oxford. Butterworth-Heinemann
Ltd.
[3] Mars, G. Fontana. 1978. Corrosion Engineering 2nd
Edition. New York: Mc Graw-Hill Book Company
[4] Landoulsi J. 2008. Enzyme-induced ennoblement of AISI
316L stainless steel: Focus on pitting corrosion behavior.
[5] ASM Handbook Volume 11 Failure Analysis and
Prevention. Ohio: ASM International.
[5] Mardianto. 2010. Analisa kegagalan dan perkiraan umur
sisa terhadap riser tube waste heat bolier E1007
[6] ASM Handbook Volume 9 Metallography, Metallography
and Microstructures. Ohio: ASM International.
[7] R. Brooks, Charlie and Choudhury, Ashok. 2002. Failure
Analysis of Engineering Materials. New York : McGrawHill.
[8] C.J. Hyde, W.Suna, S.B.Leen. 2010. Cyclic thermomechanical material modelling and testing of 316
stainless steel. Materials and Design. 79, 8689
[9] ASM Handbook Volume 11 Failur Analysis. Ohio: ASM
International.
[10] ASM Handbook Volume 13 Corrosion. Ohio: ASM
International.

Anda mungkin juga menyukai