Anda di halaman 1dari 8

KANKER PAYUDARA

A. EPIDEMIOLOGI
Kanker merupakan salah satu penyakit yang termasuk dalam kelompok
penyakit tidak menular (Non-communicable diseases atau NCD). NCD
merupakan penyebab kematian terbesar di dunia. Dari 57 juta kematian pada
tahun 2008, 63% (36 juta kematian) disebabkan oleh NCD, terutama oleh
karena penyakit kardiovaskuler (17 juta kematian), kanker (7,6 juta kematian),
penyakit paru kronis (4,2 juta kematian) dan diabetes (1,3 juta kematian)
(WHO,2010).
Di Indonesia, hasil survei Riset Kesehatan Dasar menunjukkan angka
prevalensi penyakit tumor/kanker sebesar 4,3 per 1000 penduduk (Kemenkes,
2007). Kanker sebagai penyebab kematian menempati urutan ke tujuh (5,7%
dari seluruh penyebab kematian) setelah kematian akibat stroke, tuberkulosis,
hipertensi, cedera, perinatal, dan diabetes melitus.
Data dari WHO (2010) menunjukkan bahwa pada laki-laki, jenis
kanker yang terbanyak di Indonesia adalah kanker paru, sedangkan pada
perempuan adalah kanker payudara. Survey terakhir di dunia tahun 2008,
menunjukkan tiap 3 menit ditemukan penderita kanker payudara dan setiap 11
menit ditemukan seorang perempuan meninggal akibat kanker.
Menurut data rawat inap rumah sakit, insidensi kanker tertinggi di
Indonesia secara umum adalah kanker payudara sebanyak 8.082 kasus
(18,4%), diikuti dengan kanker leher rahim 4.544 kasus (10.3%), kanker hati
dan saluran empedu 3.618 kasus (8,2%), leukemia 3.189 kasus (7,3%),
Limphoma Non Hodgkin 2.862 kasus (6,5%), kanker bronkhus dan paru 2.537
kasus (5,8%), kanker ovarium 2.314 kasus (5,3%), kanker rektosigmiod
rektum dan anus 1.861 kasus (4,2%), kanker kolon 1.635 kasus (3,7%), dan
kanker kelenjar getah bening 1.022 kasus (2,3%). (Sistem Informasi Rumah
Sakit Indonesia, 2008).
Data terbaru menurut GLOBOCAN (IARC) tahun 2012 diketahui
bahwa kanker payudara merupakan penyakit kanker dengan persentase kasus
baru (setelah dikontrol oleh umur) tertinggi, yaitu sebesar 43,3%, dan

persentase kematian (setelah dikontrol oleh umur) akibat kanker payudara


sebesar 12,9%. Dari 600.000 kasus kanker payudara baru yang yang
didiagnosis setiap tahunnya, sebanyak 350.000 di antaranya ditemukan di
negara maju, sedangkan 250.000 di negara yang sedang berkembang.
Kanker payudara terbanyak ditemukan pada golongan umur 40-49
tahun (36,5%), kemudian pada golongan umur 50-59 tahun (30,8%).
Data di RS Kanker Dharmais juga menyebutkan penyakit kanker
terbanyak selama 4 tahun berturut-turut adalah kanker payudara, serviks, paru,
ovarium, rektum, tiroid, usus besar, hepatoma, dan nasofaring. Selama tahun
2010-2013, kanker payudara, kanker serviks dan kanker paru merupakan tiga
penyakit terbanyak di RS Kanker Dharmais, dan jumlah kasus baru serta
jumlah kematian akibat kanker tersebut terus meningkat (Pusdatin, 2015).
Jumlah penderita kanker payudara pada tahun 2008, penderita tertinggi berada
di DKI Jakarta berjumlah 1200 lebih, disusul Jawa Tengah dan Provinsiprovinsi di pulau Jawa . Di Semarang tahun 2007, ditemukan kasus kanker
payudara sebanyak 769 kasus atau 19,26% dari seluruh kasus tumor ganas
payudara di Jawa tengah. Insiden Puncak pada kelompok Umur 45-54 tahun.
B. FAKTOR RISIKO
Faktor Risiko wanita terkena kanker payudara sebagai berikut:
1. Usia
Risiko kanker payudara meningkat bergantung pada usia seorang wanita.
Di AS, 1 dari 227 wanita berusia sekitar 30 tahun didiagnosis dengan
kanker payudara, sementara untuk wanita berusia di atas 70 tahun
jumlahnya meningkat menjadi 1 dari 26 wanita.
2. Riwayat kanker payudara
Seorang wanita lebih mungkin didiagnosis kanker payudara jika ia sudah
pernah terkena penyakit tersebut sebelumnya. Sebab jika seorang wanita
pernah terkena kanker di salah satu payudaranya, maka tinggi
kemungkinannya kanker tersebut juga bisa menyebar ke payudaranya yang
lain.
3. Riwayat keluarga
Risiko kanker payudara akan meningkat jika seorang wanita memiliki ibu,
saudara wanita atau anak yang sebelumnya telah didiagnosis dengan

penyakit ini. Risiko ini juga akan semakin meningkat jika jumlah anggota
keluarga yang didiagnosis lebih dari 1 orang.
4. Mutasi genetik
Wanita dengan mutasi pada gen BRCA1 atau BRCA2 sekitar 5 kali lebih
mungkin didiagnosis dengan kanker payudara. Namun meskipun demikian,
kurang dari 1 persen dari wanita memiliki mutasi ini.
5. Memiliki jaringan payudara padat
Risiko kanker payudara pada seorang wanita akan meningkat jika ia
memiliki jaringan payudara yang lebih padat.
6. Adanya perubahan payudara non-kanker
Perubahan payudara non-kanker seperti hiperplasia atipikal (peningkatan
jaringan payudara abnormal), karsinoma duktal in situ (sel-sel abnormal
pada lapidan payudara) dan lobular karsinoma in situ (sel-sel abnormal
dalam kelenjar penghasil susu), diketahui meningkatkan risiko kanker
payudara pada wanita.
7. Periode haid lebih awal
Wanita yang memiliki periode haid pertama kali pada usia di bawah 12
tahun memiliki risiko kanker payudara yang lebih tinggi.
8. Usia kehamilan
Risiko kanker payudara seorang wanita meningkat jika ia hamil pada usia
di atas 30 tahun atau tidak memiliki anak sama sekali. Sebaliknya, risiko ini
akan berkurang jika ia hamil dan memiliki anak pada usia sekitar 20 tahun.
9. Usia menopause
Wanita yang mengalami menopause setelah berusia 55 tahun memiliki
risiko kanker payudara yang lebih tinggi.
10. Terapi hormon
Terapi hormon seperti mengonsumsi asupan estrogen dan progestin
suplemen selama lebih dari 5 tahun dapat meningkatkan risiko kanker
payudara pada seorang wanita.
11. Paparan radiasi di dada
Risiko kanker payudara seorang wanita akan meningkat jika ia sering terapi
radiasi ke dada, terutama selama masa pubertas.
12. Kurang aktivitas fisik
Wanita yang tidak aktif secara fisik dapat meningkatkan risiko kanker
payudara pada wanita, apa lagi jika wanita tersebut mempunyai berat badan
berlebihan. Oleh sebab itu, biasakan untuk berolahraga teratur untuk
membantu menurunkan risikonya.

13. Konsumsi alkohol


Mengkonsumsi minuman beralkohol lebih dari 1 gelas per hari akan
meningkatkan risiko kanker payudara seorang wanita.
14. Konsumsi obat DES
Seorang wanita yang mengkonsumsi obat DES (diethylstilbestrol) selama
kehamilan untuk mencegah keguguran dapat meningkatkan risiko kanker
payudara.
15. Aktivitas menyusui
Menyusui sangat bermanfaat tak hanya bagi bayi, tetapi juga bagi para ibu.
Diketahui menyusui dapat menurunkan risiko seorang wanita untuk terkena
kanker payudara.
16. Ras
Di Amerika Serikat, wanita berkulit putih memiliki jumlah penyandang
kanker payudara tertinggi. Meskipun demikian, ras Afrika-Amerika justru
lebih berisiko meninggal akibat kanker payudara karena lebih lama
didiagnosis, sehingga pengobatannya pun terlambat.
17. Kegemukan (Obesitas)
Wanita gemuk atau obesitas memiliki risiko lebih tinggi menderita kanker
payudara dibandingkan dengan perempuan yang mempertahankan berat
badan yang sehat, terutama setelah menopause. Kelebihan berat badan juga
dapat meningkatkan risiko kanker payudara datang kembali (kambuh) pada
wanita yang pernah menderita penyakit ini sebelumnya.
C. PENYEBAB
Adanya pertumbuhan sel-sel abnormal pada payudara dengan kecuali tidak
terkontrol dan tidak beraturan. Sebagai hasil mutasi gen dengan perubahan
bentuk, ukuran dan fungsinya.
D. GEJALA
Gejala awal berupa sebuah benjolan yang biasanya dirasakan berbeda dari
jaringan payudara disekitarnya, tidak menimbulkan nyeri dan biasanya
memiliki pinggiran yang tidak teratur. Pada stadium awal, jika didorong oleh
jari tangan, benjolan bisa digerakkan dengan mudah dibawah kulit. Pada
stadium lanjut, benjolan biasanya melekat pada dinding dada atau kulit di
sekitarnya. Pada kanker stadium lanjut, bisa terbentuk benjolan yang

membengkak atau borok di kulit payudara. Kadang kulit diatas benjolan


mengkerut dan tampak seperti kulit jeruk.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
Benjolan atau massa di ketiak
Perubahan ukuran atau bentuk payudara
Keluar cairan yang abnormal dari puting susu (biasanya berdarah

atau berwarna kuning sampai hijau, mungkin juga bernanah)


Perubahan pada warna atau tekstur kulit pada payudara, puting
susu maupun areola (daerah berwana coklat tua di sekeliling

puting susu)
Payudara tampak kemerahan
Kulit di sekitar puting susu bersisik
Puting susu tertarik ke dalam atau terasa gatal
Nyeri payudara atau pembengkakan salah satu payudara .
Pada stadium lanjut bisa timbul nyeri tulang, penurunan berat
badan, pembengkakan lengan atau ulserasi kulit.

E. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi kanker payudara:
1. Transformasi : perubahan awal masih belum jelas
2. Inisiasi : perubahan genetik yang semakin ganas karena karsinogen
3. Promosi : kelanjutan dari fasde inisiasi
4. Metastasis : penyebaran kanker ke jaringan lain (tulang/kelenjar)

F. DIAGNOSIS
Diagnosis kanker payudara :
a. Anemnesis
Pencatatn identitas penderita secara lengkap. Berupa masa tumor
dipayudara, rsa sakit, cairan dr putting susu, retraksi putting susu,kulit
kemerahan.
b. Pemeriksaan fisik
SADARI
c. Pemeriksaan penunjang
Mamografi
Untuk diagnosis dini dan screning untuk melihat tanda primer
berupa fibrosis reaktif, comet sign. Tanda sekunder berupa retraksi,
penebalan kulit, bertambahnya vaskularisasi

Ultrasound
Menggunakan gelombang bunyi dengan frekuensi tinggi untuk
mendapatkan gambaran jaringan pada payudara. Bisa membadakan

massa yang padat yang kemungkinan kanker


Magnetic resonance imaging (MRI)
Melihat lebih detail suatu kumpulan masa yang kecil yang

mungkin tidak terlihat pada saat USG / Mamogram


d. Tes bedah
Biopsi
Dengan mengambil sampel jaringan kemudian diteliti
G. PENGOBATAN
Pengobatan kanker payudara :
a. Pembedahan
Penghilangan tumor primer dengan mengangkat tumor mengandung
sebagian payudara, atau seluruh payudara diikuti dengan teraapi tambahan
seperti radiasi, hormon, kemoterapi.
b. Terapi radiasi
Dengan sinar X untuk membunuh sel kanker yang tidak terangkat saat
pembedahan
c. Terapi hormon
Terapi hormonal dapat menghambat pertumbuhan tumor yang peka
horman dan dapat dipakai sebagai terapi pendamping setelah pembedahan
atau pada stadium akhir.
d. Kemoterapi
e. Terapi imunologik
Untuk menyerang protein HER2 (protein pemicu kanker) dengan
menggunakan trastuzumab
H. PENCEGAHAN
Pencegahan kanker payudara ada 3 macam pencegahan antara lain sebagai
berikut:
a. Pencegahan primer
Pencegahan primer adalah langkah yang dilakukan untuk menghindari diri
dari setiap faktor yang dapat menimbulkan kanker payudara. Penyuluhan
tentang kanker payudara perlu dilakukan terutama mor-faktor risiko dan
bagaimana melaksanakan pola hidup sehat dengan menghindari makanan

berlemak, banyak konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan serta giat


berolah raga (Luwia, 2003)
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki resiko
untuk terkena kanker payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki
siklus haid normal merupakan populasi at risk dari kanker payudara.
Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini. Beberapa
metode deteksi dini terus mengalami perkembangan. Skrining melalui
mamografi diklaim memiliki akurasi 90% dari semua penderita kanker
payudara, tetapi keterpaparan terus-menerus pada mamografi pada wanita
yang sehat merupakan salah satu faktor resiko terjadinya kanker payudara.
Skrining dengan mamografi tetap dapat dilaksanakan dengan beberapa
pertimbangan antara lain wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun
dianjurkan melakukan cancer risk assement survey. Wanita dengan faktor
risiko mendapat rujukan untuk melakukan mamografi setiap tahun. Wanita
normal mendapat rujukan mamografi setiap 2 tahun sampai mencapai usia
50 tahun. Kematian oleh kanker payudara lebih sedikit pada wanita yang
melakukan

pemeriksaan

Sadari

dibandingkan

yang

tidak

Sadari.

Sensitivitas Sadari untuk mendeteksi kanker payudara hanya 26%, bila


dikombinasikan dengan mamografi maka sensitivitas mendeteksi secara
dini menjadi 75% (Bustan, 2007).
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif
menderita kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker
payudara sesuain dengan stadiumnya akan dapat mengurangi kecacatan dan
memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan tersier ini penting
untuk kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan
meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa operasi
walaupun tidak berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup penderita.
Tindakan kemoterapi dengan sitostatika pada penderita kanker perlu
dilakukan apabila telah bermetastasis jauh. Pengobatan pada stadium ini

akan diberikan hanya berupa simptomatik dan dianjurkan untuk mencari


pengobatan alternatif (Luwia, 2003).

Anda mungkin juga menyukai