Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia kanker nasofaring (bagian atas faring atau tenggorokan)
merupakan kanker terganas nomor 4 setelah kanker rahim, payudara dan kulit.
Sayangnya, banyak orang yang tidak menyadari gejala kanker ini, karena gejalanya
hanya seperti gejala flu biasa. Kanker nasofaring banyak dijumpai pada orang-orang
ras mongoloid, yaitu penduduk Cina bagian selatan, Hong Kong, Thailand, Malaysia
dan Indonesia juga di daerah India. Ras kulit putih jarang ditemui terkena kanker
jenis ini. Selain itu kanker nasofaring juga merupakan jenis kanker yang diturunkan
secara genetik.
Kanker nasofaring atau dikenal juga dengan kanker THT adalah penyakit yang
disebabkan oleh sel ganas (kanker) dan terbentuk dalam jaringan nasofaring, yaitu
bagian atas faring atau tenggorokan. Kanker ini paling sering terjadi di bagian THT,
kepala serta leher. Sampai saat ini belum jelas bagaimana mulai tumbuhnya kanker
nasofaring. Namun penyebaran kanker ini dapat berkembang ke bagian mata,
telinga, kelenjar leher, dan otak. Sebaiknya yang beresiko tinggi terkena kanker
nasofaring rajin memeriksakan diri ke dokter, terutama dokter THT. Risiko tinggi ini
biasanya dimiliki oleh laki-laki atau adanya keluarga yang menderita kanker ini.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan Ca Nasofaring?
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Memahami asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan ca nasofaring
b. Tujuan Khusus
- Mengetahui defenisi dari karsinoma nasofaring
- Mengetahui etiologi dari karsinoma nasofaring
- Mengetahui manifestasi klinik dari karsinoma nasofaring
- Mengetahui patofisiologi dari karsinoma nasofaring
- Mengetahui patwodiagram dari karsinoma nasofaring
- Mengetahui komplikasi dari karsinoma nasofaring
- Mengetahui pemeriksaan fisik dari karsinoma nasofaring
- Mengetahui penatalaksanaan dari karsinoma nasofaring
- Mengetahui pemeriksaan diagnostik dari karsinoma nasofaring
- Mengetahui diagnosa keperawatan pada klien dengan penyakit karsinoma
nasofaring
1

Mengetahui implementasi pada klien dengan penyakit karsinoma

nasofaring
Mengetahui intervensi keperawatan pada klien dengan penyakit

karsinoma nasofaring
Mengetahui perencanaan pulang pada klien dengan penyakit karsinoma

nasofaring
D. Manfaat
a. Mahasiswa mampu memahami konsep teori dan konsep dasar keperwatan
pada klien dengan gangguan ca Nasofaring sehingga menunjang
pembelajaran mata kuliah persepsi sensori.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian

Karsinoma nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang tumbuh di daerah


nasofaring dengan predileksi di fosa Rossenmuller dan atap nasofaring (Arima, 2006
dan Nasional Cancer Institute, 2009) .
B. Anatomi Fisiologi

Nasofaring letaknya tertinggi di antara bagian-bagian lain dari faring, tepatnya


di sebelah dorsal dari cavum nasi dan dihubungkan dengan cavum nasi oleh koane.
Nasofaring tidak bergerak, berfungsi dalam proses pernafasan dan ikut menentukan
kualitas suara yang dihasilkan oleh laring.
Nasofaring merupakan rongga yang mempunyai batas-batas sebagai berikut :
Atas
Bawah
Belakang
Depan
Lateral

:
:
:
:
:

Basis kranii
Palatum mole
Vertebra servikalis
Koane
Ostium tubae Eustachii, torus tubarius, fossa rosenmuler
(resesus faringeus). Pada atap dan dinding belakang
Nasofaring terdapat adenoid atau tonsila faringika.

C. Etiologi
Pada umumnya kanker disebabkan karena adanya pertumbuhan sel kanker yang
tidak terkontrol. Kanker dapat juga timbul karena adanya faktor keturunan (genetik),
lingkungan, dan juga virus. Kanker nasopharing disebabkan karena adanya
perkembangan sel kanker yang tidak terkontrol di bagian nasopharing. Namun pada
banyak kasus, nasopharing carsinoma disebabkan karena adanya faktor keturunan
(genetik).
3

Adapun faktor resiko penyebab adanya kanker nasopharing, antara lain:


Factor predisposisi:
a. Jenis kelamin : laki-laki (kebiasaan mengkonsumsi ikan bakar dan ikan
asin)
b. Genetik

: ditemukan kasus herediter atau familier dari pasien

karsinoma nasofaring dengan keganasan pada organ tubuh lain.


c. Umur
: Lansia rentan terhadap penyakit akibat dari penurunan
fungsi organ.
Factor presipitasi
a. Ikan asin

: yaitu

makanan yang di awetkan yang mengandung

nitrosamine sehingga mengaktifkan virus Epstein Barr.


b. Lingkungan
: yaitu karena adanya iritasi oleh bahan kimia,kebiasaan
memasak dengan bahan atau bumbu masak tertentu,asap industry dan asap
kayu
c. Infeksi akibat dari virus Epstein-Barr,asap dan lain-lain.
d. Status ekonomi yang rendah
e. Daya tahan tubuh rendah akibat dari nutrisi yang kurang berkaitan dan
seseorang tidak bias mencukupi statis nutrisinya.
f. Ras dan keturunan
g. Radang kronis dan nasofaring
D. Patofisiologi
Nasofaring

terletak

di

belakang

tabir

langit-langit

dan

di

bawah

dasartengkorak.letak yang demkian sulit untuk diperiksa oleh orang yang bukan ahli,
sehingga sering kali tumor ditemukan terlambat dan menyebabkan metastase ke
leher. Telah diketahui sejauh ini bahwa proses terjadinya

penyakit kanker

berlangsung dalam tahapan tahapan yang disebut sebagai mekanisme karsinogenesis.


Bermula dari terjadinya defek atau kesalahan letak susunan DNA dalam sel manusia
yang mengakibatkan tidak terkontrolnya mekanisme pertumbuhan sel. Sel akan
tumbuh tidak normal dan berlebihan. Berbagai faktor telah diketahui atau dicurigai
sebagai penyebab terjadinya kekacauan struktur ini. Antara lain disebutkan faktor
makanan, seperti konsumsi lemak yang terlalu tinggi, pola hidup, seperti perokok
berat, faktor eksternal seperti sinar ultraviolet dan sinar radioaktif, pajanan pada
bahan kimia atau oleh virus. Berbagai kekacauan struktur ini telah dapat
diidentifikasi oleh para pakar, misalnya kelainan pada struktur gen BRCA1 dan
BRCA2 selalu diasosiasikan dengan kanker payudara atau indung telur (ovarium),
4

atau gen HLA A2B46 pada pasien kanker nasofaring. Perubahan genetik ini
mengakibatkan proliferasi sel sel kanker secara tidak terkontrol. Beberapa perubahan
genetik ini sebagian besar akibat mutasi, putusnya kromosom (chromosome breaks)
dan delesi pada sel sel somatik. Sebagian lagi bersifat diturunkan Adakalanya
manifestasi kanker ini memerlukan pula pemicu, terutama pada kelainan struktur gen
yang diturunkan.
Adapun tingkatan dari kanker ini adalah:
a. Stadium 0: Sel-sel kanker masih berada dalam batas nasopharing, biasa
disebut dengan nasopharynx in situ
b. Stadium 1 : Sel kanker menyebar di bagian nasopharing
c. Stadium 2 : Sel kanker sudah menyebar pada lebih dari nasopharing ke
rongga hidung. Atau dapat pula sudah menyebar di kelenjar getah bening
pada salah satu sisi leher.
d. Stadium 3 : Kanker ini sudah menyerang pada kelenjar getah bening di
semua sisi leher
e. Stadium 4 : kanker ini sudah menyebar di saraf dan tulang sekitar wajah.
Dari tingkatan-tingkatan inilah dokter dapat menentukan jenis pengobatan
yang tepat bagi penderita.

E. Patoflo Diagram

F. Tanda dan Gejala


Gejala dan tanda yang sering ditemukan pada kanker nasofaring adalah :
Epiktasis : sekitar 70% pasien mengalami gejala ini, diantaranya 23,2 %
pasien datang berobat dengan gejala awal ini . Sewaktu menghisap dengan
kuat sekret dari rongga hidung atau nasofaring , bagian dorsal palatum mole
bergesekan dengan permukaan tumor , sehingga pembuluh darah di
permukaan tumor robek dan menimbulkan epiktasis. Yang ringan timbul
epiktasis, yang berat dapat timbul hemoragi nasal masif.
Hidung tersumbat : sering hanya sebelah dan secara progesif bertambah
hebat. Ini disebabkan tumor menyumbat lubang hidung posterior.
Tinitus dan pendengaran menurun: penyebabnya adalah tumor di resesus
faringeus dan di dinding lateral nasofaring menginfiltrasi , menekan tuba
6

eustaki, menyebabkan tekana negatif di dalam kavum timpani , hingga terjadi


otitis media transudatif . bagi pasien dengan gejala ringan, tindakan dilatasi
tuba

eustaki

dapat

meredakan

sementara.

Menurunnya

kemmpuan

pendengaran karena hambatan konduksi, umumnya disertai rasa penuh di


dalam telinga.
Sefalgia : kekhasannya adalah nyeri yang kontinyu di regio temporo parietal
atau oksipital satu sisi. Ini sering disebabkan desakan tumor, infiltrasi saraf
kranial atau os basis kranial, juga mungkin karena infeksi lokal atau iritasi
pembuluh darah yang menyebabkan sefalgia reflektif.
Rudapaksa saraf kranial : kanker nasofaring meninfiltrasi dan ekspansi direk
ke superior, dapat mendestruksi silang basis kranial, atau melalui saluran atau
celah alami kranial masuk ke area petrosfenoid dari fosa media intrakanial
(temasuk foramen sfenotik, apeks petrosis os temporal, foramen ovale, dan
area sinus spongiosus ) membuat saraf kranial III, IV, V dn VI rudapaksa,
manifestasinya berupa ptosis wajah bagian atas, paralisis otot mata ( temasuk
paralisis saraf abduksi tersendiri ), neuralgia trigeminal atau nyeri area
temporal akibat iritasi meningen ( sindrom fisura sfenoidal ), bila terdapat
juga rudapaksa saraf kranial II, disebut sindrom apeks orbital atau
petrosfenoid.
Pembesaran kelenjar limfe leher : lokasi tipikal metastasisnya adalah kelenjar
limfe kelompok profunda superior koli, tapi karena kelompok kelenjar limfe
tersebut permukaannya tertutup otot sternokleidomastoid, dan benjolan tidak
nyeri , maka pada mulanya sulit diketahui. Ada sebagian pasien yang
metastasis kelenjar limfenya pertama kali muncul di regio untaian nervi
aksesorius di segitiga koli posterior.
Gejala metastasis jauh : lokasi meatstasis paling sering ke tulang, paru, hati .
metastasi tulang tersering ke pelvis, vertebra, iga dan keempat ekstremitas.
Manifestasi metastasis tulang adalah nyeri kontinyu dan nyeri tekan
setempat, lokasi tetap dan tidak berubah-ubah dan secara bertahap bertambah
hebat. Pada fase ini tidak selalu terdapat perubahan pada foto sinar X, bonescan seluruh tubuh dapat membantu diagnosis. Metastasis hati , paru dapat
7

sangat tersembunyi , kadang ditemukan ketika dilakukan tindak lanjut rutin


dengan rongsen thorax , pemeriksaan hati dengan CT atau USG

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologik konvensional
Pada pemeriksaan radiologik konvensional foto tengkorak potongan anteroposterior, lateral dan posisi Waters tampak massa jaringan lunak di daerah
nasofaring. Pada foto dasar tengkorak ditemukan destruksi atau erosi tulang
2.

di daerah fosa serebri media.


Pemeriksaan tomografi komputer
Pemeriksaan yang paling dipercaya untuk menetapkan stadium tumor dan
perluasan tumor. Pada stadium dini terlihat adanya asimetri dari resesus

lateralis, torus tubarius dan dinding posterior nasofaring.


3. Pemeriksaan darah tepi, fungsi hati, ginjal dll. Dapat mendeteksi
kemungkinan adanya metastase jauh. Pemeriksaan serum darah untuk
mengukur kadar Ig A anti VCA, anti EA dan lain-lain terhadap virus
Epstein-Barr dapat dilakukan untuk memamstikan adanya tumor, mendeteksi
kekambuhan atau mendeteksi secara dini (Roezin, 2003).
Diagnosis pasti ditegakkan dengan melakukan biopsi nasofaring. Biopsi dapat
dilakukan dengan 2 cara (Roezin, 2004):
1. Mengambil biopsi daru hidung yaitu mengambil jaringan tumor tanpa
melihat dengan jelas tumornya. Cunam biopsi dimasukkan melalui rongga
hidung menyelususri konka inferior terus ke belakang dan diarahkan ke
lateral.
2. Mengambil biopsi dari rongga mulut. Cara ini dilakukan dengan bantuan 2
buah kateter nelaton yang masing-masing dimasukkan melalui hidung, lalu
dikeluarkan melalui mulut sehingga dapat menarik palatum mole ke depan.
Kemudian dengan kaca tenggorok dilihat daerah nasofaring. Setelah terlihat
massa tumor dengan jelas dilakukan biopsi yang terarah
Bagian THT FKUI-RSCM dipakai stadium tumor (1992):
T = Menggambarkan kedaan tumor primer
T 1= Tumor terbatas pada 1 lokasi di nasofaring
T 2= Tumor meluas lebih dari 1 lokasi, tetapi masih di dalam rongga
nasofaring.
T 3 = Tumor meluas ke rongga hidung atau orofaring
T 4 = Tumor meluas ke tengkorak tanpa atau sudah mengenai saraf-saraf
otak.
8

N = Menggambarkan keadaan kelenjar limfe regional.


N0 = Tidak ada pembesaran kelenjar
N 1 = Terdapat pembesaran sebuah kelenjar homolateral yang masih
digerakkan dengan diameter 3cm
N 2 = Terdapat pembesaran sebuah kelenjar kontralateral/bilateral danmasih
dapat digerakkan, diameter antara 3-6 cm.
N3 = Terdapat pembesaran kelenjar baik homolateral, kontralateral atau
bilateral yang melekat pada jaringan sekitarnya atau dengan diameter lebih
dari 6 cm.
M = Metastasis jauh
M 0 = Tidak ada metastasis jauh
M 1 = Terdapat metastasis jauh.
Stadium I:
T1
N0
Stadium II:
T2
N0
Stadium III:
T1/T2/T3
N1
Atau T3
N0
Stadium IV:
T4
N0/N1
Atau T1/T2/T3/T4
N2/N3
Atau T1/T2/T3/T4
N0/N1/N2/N3

M0
M0
M0
M0
M0
M0
M1

H. Penatalaksanaan Medis
Beberapa macam pengobatan untuk penderita nasopharing carsinoma, antara lain:
1. Terapi Radiasi
Terapi ini dapat merusak dengan cepat sel-sel kanker yang tumbuh. Terapi ini
dilakukan selama 5-7 minggu. Terapi ini digunakan untuk kanker pada tingkatan
awal.
Efek samping dari terapi ini adalah: mulut terasa kering, kehilangan
pendengaran dan terapi ini memperbesar resiko timbulnya kanker pada lidah dan
kanker tulang.

2. Kemoterapi
Merupakan terapi dengan menggunakan bantuan obat-obatan. Terapi ini bekerja
dengan cara mereduksi sel-sel kanker yang ada, namun adakalanya sel-sel yang
sehat (tidak terkena kanker) juga tereduksi.

Efek samping dari terapi ini adalah: rambut rontok, mual, lemas(seperti
kehilangan tenaga). Efek samping yang timbul tergantung pada jenis obat yang
diberikan.
3. Pembedahan
Tujuan dari pembedahan ini adalah untuk mengambil kelenjar getah bening
yang telah terkena kanker.
4. Radioterapi
Hal yang perlu dipersiapkan adalah keadaan umum pasien baik, hygiene mulut,
bila ada infeksi mulut diperbaiki dulu. Pengobatan tambahan yang diberikan
dapat berupa diseksi leher ( benjolan di leher yang tidak menghilang pada
penyinaran atau timbul kembali setelah penyinaran dan tumor induknya sudah
hilang yang terlebih dulu diperiksa dengan radiologik dan serologik), pemberian
tetrasiklin, faktor transfer, interferon, kemoterapi, seroterapi, vaksin dan
antivirus.
5. Terapi Biologis
Dewasa ini masih dalam taraf penelitian laboraturium dan uji klinis.
6. Terapi Herbal TCM
Dikombinasi dengan radioterapi dan kemoterapi, mengurangi

reaksi

radiokemoterapi , fuzhengguben ( menunjang, memantapkan ketahanan tubuh) ,


kasus stadium lanjut tertentu yang tidak dapat diradioterapi atau kemoterapi
masih dapat dipertimbangkan hanya diterapi sindromnya dengan TCM. Efek
herba TCM dalam membasmi langsung sel kanker dewasa ini masih dalam
penelitian lebih lanjut.
I. Komplikasi
Komplikasi akut yang dapat terjadi adalah:
1. Mukositis : Mukositis oral merupakan inflamasi pada mukosa mulut berupa
eritema dan adanya ulser yang biasanya ditemukan pada pasien yang
mendapatkan terapi kanker. Biasanya pasien mengeluhkan rasa sakit pada
mulutnya dan dapat mempengaruhi nutrisi serta kualitas hidup pasien.
2. Kandidiasis : Pasien radioterapi sangat mudah terjadi infeksi opurtunistik berupa
kandidiasis oral yang disebabkan oleh jamur yaitu Candida albicans. Infeksi
kandida ditemukan sebanyak 17-29% pada pasien yang menerima radioterapi.
3. Dysgeusia adalah respon awal berupa hilangnya rasa pengecapan, dimana salah
satunya dapat disebabkan oleh terapi radiasi.
4. Xerostomia : Xerostomia atau mulut kering dikeluhkan sebanyak 80% pasien
yang menerima radioterapi. Xerostomia juga dikeluhkan sampai radioterapi

10

telah selesai dengan rata-rata 251 hari setelah radioterapi. Bahkan tetap
dikeluhkan setelah 12-18 bulan setelah radioterapi tergantung pada dosis yang
diterima kelenjar saliva dan volume jaringan kelenjar yang menerima radiasi.
5. Komplikasi kronis adalah:
a. Karies gigi : Karies gigi dapat terjadi pada pasien yang menerima
radioterapi. Karies gigi akibat paparan radiasi atau yang sering disebut
dengan karies radiasi adalah bentuk yang paling destruktif dari karies gigi,
dimana mempunyai onset dan progresi yang cepat. Karies gigi biasanya
terbentuk dan berkembang pada 3-6 bulan setelah terapi radiasi dan
mengalami kerusakan yang lengkap pada semua gigi pada periode 3-5 tahun.
b. Osteoradionekrosis : Osteoradionekrosis (ORN) merupakan efek kronis yang
penting pada radioterapi. Osteoradionekrosis adalah nekrose iskemik tulang
yang disebabkan oleh radiasi yang menyebabkan rasa sakit karena
kehilangan banyak struktur tulang.
c. Nekrose pada jaringan lunak : Komplikasi oral kronis lain yang dapat terjadi
adalah

nekrose

pada

jaringan

lunak,

dimana

95%

kasus

dari

osteoradionekrosis berhubungan dengan nekrose pada jaringan lunak.


Nekrose jaringan lunak didefinisikan sebagai ulser yang terdapat pada
jaringan yang terradiasi, tanpa adanya proses keganasan (maligna). Evaluasi
secara teratur penting dilakukan sampai nekrose berkurang, karena tidak ada
kemungkinan terjadinya kekambuhan. Timbulnya nekrose pada jaringan
lunak ini berhubungan dengan dosis, waktu, dan volume kelenjar yang
terradiasi.
Reaksi akut terjadi selama terapi dan biasanya bersifat reversibel, sedangkan
reaksi yang bersifat kronis biasanya terjadi menahun dan bersifat
irreversibel.
d. Gagal napas dapat terjadi karena adanya metastase dari tumor nasofaring
sampai pada trakea sehingga terjadi sumbatan total pada trakea, transportasi
oksigen menjadi terhambat, jika hal ini terus dibiarkan maka dapat
mengakibatkan gagal napas.
e. Peningkatan tekanan intrakranial, dapat terjadi ketika metastase tomor sudah
mencapai lapisan otak, dan menekan/menyesak duramater otak sehingga
merangsang peningkatan tekanan intra kranial.
J. Konsep Dasar Keperawatan
I.
Pengkajian
a. Pola Persepsi Kesehatan manajemen Kesehatan
11

Tanyakan pada klien bagaimana pandangannya tentang penyakit yang


dideritanya dan pentingnya kesehatan bagi klien? Biasanya klien yang
datang ke rumah sakit sudah mengalami gejala pada stadium lanjut, klien
biasanya kurang mengetahui penyebab terjadinya serta penanganannya
dengan cepat. Kebiasaan makan makanan yang terpapar ebstein barr
virus, makanan yang mengandung pengawet (karsinogenik), terpapar
bahan-bahan kimia seperti tinggal di area dekat pabrik, pengolahan
limbah, asap kayu bakar.
b. Pola Nutrisi Metabolic
Kaji kebiasaan diit buruk ( rendah serat, aditif, bahan pengawet),
anoreksia,

mual/muntah,

mulut

rasa

kering,

intoleransi

makanan,perubahan berat badan, perubahan kelembaban/turgor kulit.


Biasanya klien akan mengalami penurunan berat badan akibat inflamasi
penyakit dan proses pengobatan kanker.
c. Pola Eliminasi
Kaji bagaimana pola defekasi konstipasi atau diare, perubahan eliminasi
urin, perubahan bising usus, distensi abdomen. Biasanya klien tidak
mengalami gangguan eliminasi.
d. Pola aktivas latihan
Kaji bagaimana klien menjalani aktivitas sehari-hari. Biasanya klien
mengalami kelemahan atau keletihan akibat progresivitas tumor.
- Stadium pertama dan dua : Sesak nafas,
- Stadium tiga
: Tidak bisa menggerakan kepala.
- Stadium empat
: Sakit kepala, hambatan
mobilisasi.
e. Pola istirahat tidur
Kaji perubahan pola tidur klien selama sehat dan sakit, berapa lama klien
tidur dalam sehari? Biasanya klien mengalami perubahan pada pola
istirahat. Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri,
ansietas.
f. Pola kognitif persepsi
Kaji tingkat kesadaran klien, apakah klien mengalami gangguan
penglihatan,pendengaran,

perabaan,

penciuman,perabaan

dan

kaji

bagaimana klien dalam berkomunikasi? Biasanya klien mengalami


gangguan pada indra penciuman.
g. Pola persepsi diri dan konsep diri
Kaji bagaimana klien memandang dirinya dengan penyakit yang
dideritanya? Konsep diri pasien terutama gambaran diri terhadap
12

perubahan tubuh misalnya adanya massa yang nampak pada hidung,


massa yang mengalami penyebaran ke depan sehingga bermanifestasi
gejala leher gondok, polip pada hidung, tuba eustachius pada telinga.
Apakah klien merasa rendah diri terhadap penyakit yang dideritanya ?
Biasanya klien akan merasa sedih dan rendah diri karena penyakit yang
dideritanya. Ideal diri terhadap kesembuhan pasien. Harga diri mengenai
penyakitnya yang mempengaruhi aktivitas sehingga tidak bias berkerja.
Identitas diri mengkaji pekerjaan pasien, peran diri pasien sebagai kepala
rumah tangga.
h. Pola peran hubungan
Kaji bagaimana peran fungsi klien dalam keluarga sebelum dan selama
dirawat di Rumah Sakit? Dan bagaimana hubungan sosial klien dengan
masyarakat sekitarnya? Biasanya klien lebih sering tidak mau berinteraksi
dengan orang lain. Malu berinteraksi, takut merepotkan orang lain, dan
keluarga sangat berperan dalam proses penyembuhan pasien.
i. Pola reproduksi dan seksualitas
Kaji apakah ada masalah hubungan dengan pasangan? Apakah ada
perubahan kepuasan pada klien? Biasanya klien akan mengalami
gangguan pada hubungan dengan pasangan karena sakit yang diderita
oleh klien.
j. Pola koping dan toleransi stress
Kaji apa yang biasa dilakukan klien saat ada masalah? Apakah klien
menggunakan obat-obatan untuk menghilangkan stres? Biasanya klien
akan sering bertanya tentang pengobatan, proses pengobatan yang
membutuhkan waktu yang lama, kualitas hidup bagaimana?
k. Pola nilai dan kepercayaan
Kaji bagaimana pengaruh agama terhadap klien menghadapi
penyakitnya? Apakah ada pantangan agama dalam proses penyembuhan
klien? Biasanya klien lebih mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha
II.

Kuasa.
Diagnosa
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d terdapat benda asing di jalan
nafas.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d nyeri
menelan
c. Nyeri akut b/d agen-agen penyebab cidera
d. Ansietas b/d ancaman kematian.
13

e.
f.
g.
h.

Defisiensi pengetahuan b/d keterbatasan kognitif.


Gangguan pertukan gas b/d perubahan membrane kapiler-alveolar
Ketidakefektifan pola nafas b/d hiperventilasi
Gangguan presepsi sensori pendengaran b/d perubahan resepsi, transmisi,

dan/ integrasi sensori


i. Resiko infeksi b/d imunitas tubuh menurun.
j. Hambatan mobilitas fisik b/d gangguan neuromuskular.Resiko kerusakan
integritas kulit b/d factor mekanik (mis: terpotong, terkena tekanan dan
akibat restrain)
k. Resiko cedera b/d disfungsi sensori.
l. Hambatan komunikasi verbal b/d defek anatomis pita suara.
m. Resiko tinggi diare berhubungan dengan iritasi mukosa GI dari
kemoterapi
n. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah
o. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi ( eritrosit,
leukosit, trombosit)
p. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan efek kemoterapi
q. Resiko tinggi perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan efek
kemoterapi
r. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan kehilangan ranbut efek
III.

kemoterapi
Intervensi
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d terdapat benda asing di jalan
nafas.
Data subyektif:
- Menyatakan kesulitan untuk bernafas.
Data obyektif:
- Sesak nafas
- Frekuensi nafas > 20 x/menit
NOC: kepatenan jalan napas

Intervensi

Rasional

14

Kaji Frekuensi , Kedalaman, Dan Upaya Takipneu biasanya ada pada beberapa
Pernapasan

derajat dan dapat ditemukan pada


penerimaan/selama stress/adanya proses
infeksi akut.

Instruksikan kepada pasien tentang batuk dan memudahkan pengeluaran sekret.


teknik napas dalam.

Atur posisi pasien dengan bagian kepala Memungkinkan untuk pengembangan


tempat tidur dtitinggikan 450.

Penghisapan

maksimal rongga dada.

nasofaring

untuk Mempermudah pengeluaran sekret.

mengeluarkan sekret.

Berikan

udara/oksigen

dihumidifikasi

sesuai

yang

dengan

telah Kelembaban menurunkan kekentalan

kebijakan sekret mempermudah pengeluaran dan

institusi.

dapat membantu
menuerunkan/mencegah pembentukan
mukosa tebal pada nasofaring.

2) Nutrisi, ketidakseimbangan: kurang dari kebutuhan tubuh b/d nyeri


menelan.
Data subyektif:
- Mengemukakan tidak nafsu makan, sakit saat mengunyah.
- Kadang-kadang mual
Data obyektif:
- BB menurun
- Kulit kering
- Turgor kurang baik
- Tampak lemas.
NOC: asupan makanan dan cairan adekuat
Intervensi

Rasional

15

Pantau kandungan nutrisi dan kalori padaU Untuk mengetahui tentang keadaan dan
catatan asupan

kebutuhan nutrisi pasien sehingga dapat


diberikan tindakan dan pengaturan diet yang
adekuat.

Anjurkan pasien untuk mematuhi diet Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah
yang telah diprogramkan.

komplikasi

terjadinya

hipoglikemia/hiperglikemia.

Berikan pasien minuman dan kudapan Untuk memenuhi kebutuhan asupan kalori
bergizi, tinggi protein, tinggi kalori yang yang adekuat.
siap dikonsumsi

Timbang pasien pada interval yang tepat.

Mengetahui

perkembangan

berat

badan

pasien (berat badan merupakan salah satu


indikasi untuk menentukan diet).
Ubah posisi pasien semi Fowler atau
Fowler tinggi.

Untuk memudahkan menelan dan untuk


mencegah aspirasi.

Identifikasi perubahan pola makan.


Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan
program diet yang ditetapkan.

Konsultasikan
memeberikan

pada

ahli

makanan

gizi
yang

untuk
mudah Metode

dicerna, secara nutrisi seimbang.

makan

dan

kebutuhan

kalori

didasarkan pada situasi/kebutuhan individu


unutk memberikan nutrisi maksimal dnegan
upaya minimal pasien/penggunaan energi.

3) Nyeri akut b/d agen-agen penyebab cidera


Data subyektif:
- Menyatakan nyeri kepala
Data obyektif:
- Raut muka menyeringai
- Perilaku berhati-hati
- Perilaku mengalihkan: menangis, merintih
NOC: pengendalian nyeri

16

Intervensi
Rasional
Minta pasien untuk menilai nyeri atau Informasi memberikan data dasar untuk
ketidaknyamanan pada skala 0 sampai 10.

mengevaluasi

kebutuhan/keefektifan

intervensi

Ajarkan penggunaan teknik relaksasi.


Dapat mengurangi rasa ketidak nyamanan
karena nyeri

Bantu pasien untuk lebih berfokus pada


aktivitas, bukan pada nyeri dan rasa tidak Meningkatkan

relaksasi

dan

pengaliha

nyaman dengan melakukan pengalihan perhatian. Menghilangkan ketidak nyamanan


melalui televisi, radio, tape, dan interaksi dan
dengan pengunjung.

Jadwalkan

periode

meningkatkan

efek

terapi

nonfarmakologis.
istirahat,

berikan1.

lingkungan yang tenang.


Penurunan kelemahan dan menghemat energi,

meningkatkan kemampuan koping.


Gunakan pendekatan yang positif Untuk
mengoptimalkan respons pasien terhadap Membantu memurunkan ambang persepsi
analgesik.

nyeri dan mengoptimalkan respon terhadap


analgesik.

Kelola nyeri pascabedah awal dengan


pemberian opiat yang terjadwal.

Mempertahankan kadar obat lebih konstan


menghindari puncak periode nyeri.

4) Ansietas b/d perubahan status kesehatan.


DS:
- Pasien mengeluh ketakutan.
DO:
- Gelisah
- Wajah tegang
NOC: menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas.
Intervensi
Kaji dan dokumentasikan tingkat

Rasional
Memberikan informasi yang perlu

kecemasan pasien.

untuk memilih intervensi yang tepat.

Beri dorongan kepada pasien untuk

Membuat kepercayaan dan


17

mengungkapkan secara verbal pikiran

menurunkan kesalahan persepsi/salah

dan perasaan untuk

interpretasi terhadap informasi.

mengeksternalisasikan ansietas.
Pada saat ansietas berat, dampingi

Dapat membantu menurunkan

pasien, bicara dengan tenang, dan

ansietas dan membantu

berikan ketenangan serta rasa nyaman.

memampukan pasien mulai


membuka/menerima kenyataan

kanker dan pengobatannya.

Sediakan pengalihan melalui televisi, radio,


permainan, serta okupasi.

Menurunkan ansietas dan


memperluas fokus.

Dampingi pasien (misalnya, selama


prosedur) untuk meningkatkan keamanan Mengurangi ansietas karena tindakan
dan mengurangi rasa takut.

prosedur.

Berikan obat untuk menurunkan ansietas.


Membantu menurunkan ansietas
melalui terapi farmakologis.
5) Defisiensi pengetahuan b/d keterbatasan kognitif.
DS:
- Pasien mengungkapkan masalah secara verbal
DO:
- Tidak mengikuti instruksi yang diberikan secara akurat
- Pasien tampak histeris
NOC: memperlihatkan pengetahuan proses penyakit.
Intervensi
Lakukan penilaian terhadap tingkat

Rasional
Memberikan informasi yang perlu untuk

pengetahuan pasien saat ini dan

memilih intervensi yang tepat.

pemahaman terhadap materi.

Bina hubungan saling percaya.

Mempermudah proses
pembelajaran/penyuluhan prosedur terapi

yang diberikan.

18

6) Gangguan pertukaran gas b/d perubahan membran kapiler-alveolar.


DS:
- pasien mengatakan sulit bernapas
- sakit kepala
DO:
- pasien tampak sesak napas
- napas cuping hidung
NOC: Pertukaran gas tidak akan terganggu
Intervensi
Kaji frekuensi, kedalam pernafasan.

Rasional
Berguna dalam evaluasi derajat distress

Catat penggunaan otot aksesori, nafas

pernafasan dan/ atau kronisnya proses

bibir, ketidak mampuan

penyakit.

bicara/berbincang.
Jelaskan kepada pasien sebelum

Untuk menurunkan ansietas dan

memulai pelaksanaan prosedur.

meningkatkan rasa kendali.

Ajarkan kepada pasien teknik bernafas

Membantu pasien agar tidak terjadi sesak

dan relaksasi.

dan pasien bisa bernafas dengan normal.

Dorong pengeluaran sputum :

Kental, tebal, dan banyaknya sekresi

pengisapan bila diindikasikan.

adalah sumber utama gangguan pertukan


gas pada jalan nafas kecil. Pengisap
dibutuhkaan bila batuk tidak efektif.

awasi tingkat kesadaran atau status

Gelisah dan asietas adalan manisfestasi

mental selidiki adanya perubahan.

umum pada hipoksia.

Bantu intubasi, berikan/pertahankan

Terjadinya atau kegagalan nafas yang

ventilasi mekanik.

akan datang memerlukan upaya tindakan


penyelamatan hidup.

7) Ketidakefektifan pola nafas b/d hiperventilasi


DS:
- Dispnea
19

Napas pendek

DO:
-

Napas dalam
Pernapasan cuping hidung
Tampak sesak napas

NOC: ventilasi tidak terganggu


Intervensi
Selidiki etiologi gagal pernafasan

Rasional
Pemahan penyebab masalah pernafasan
penting untuk perawatan pasien contoh:
keputusan tentang kemampuan pasien
yang akan datang/kebutuhan ventilasi dan
tipe paling tepat dukungan ventilator.

Auskultasi dada secara periodic catat

Memberikan informasi tentang aliran

adanya/tak adanya dan kualitas bunyi

udara melalui trakeao bronkeal dan

nafas, bunyi nafas tambahan, juga

adanya/tak adanya cairan, obstruksi

simestrisitas gerakan dada.

mukosa.

Observasi pola nafas. Catat adanya/tak

Pasien pada ventilator dapat mengalami

adanya dan kualitas bunyi nafas,bunyi

hiperventilasi/hipoventilasi,dyspnea/lapar

nafas tambahan juga simetrisitas

udara dan berupaya memperbaiki

gerakan dada.

kekurangan dengan bernapas berlebihan.

Pertahankan tas resusitasi disamping

Memberikan/menyediakan ventilasi

tempat tidur dan ventilasi manual

adekuat pasien ada masalah pada alat

kapanpun diindikasikan.

sementara dilepas dari ventilator

Catat tekanan jalan nafas.

Tekanan jalan nafas harus tetap relative


konstan. Peningkatan tekanan yang
terbaca di alarm menunjukkan
peningkatan jalan nafas seperti dapat
terjadi pada spasme bronkus, secret
tetahan atau penurunan complain paru.

20

8) Gangguan presepsi sensori pendengaran b/d perubahan resepsi, transmisi,


dan/ integrasi sensori
DS:
- Distorsi sensori
DO:
-

Perubahan ketajaman sensori


Konsentrasi buruk
Gelisah

NOC: status neurologik: fungsi motorik sensorik kranial


Intervensi
Tentukan ketajaman pendengaran,

Rasional
Mengetahui perubahan dari hal-hal yang

apakah satu atau dua telinga terlibat .

merupakan kebiasaan pasien .

Orientasikan pasien terhadap

2. Lingkungan yang nyaman dapat

lingkungan.

membantu meningkatkan proses


penyembuhan.

Observasi tanda-tanda dan gejala

Mengetahui faktor penyebab gangguan

disorientasi.

persepsi sensori yang lain dialami dan


dirasakan pasien.

Mengumpulkan dan menganalisis data


pasien

Untuk mencegah atau meminimalkan


komplikasi neurologis

9) Risiko infeksi b/d prosedur invasif


NOC: faktor risiko infeksi akan hilang
Intervensi

Rasional

21

Kaji adanya tanda-tanda infeksi.

Untuk memudahkan memberikan


intervensi kepada pasien.

Monitor tanda-tanda vital.

Merupakan tanda adanya infeksi apabila


terjadi peradangan.

Intruksikan untuk menjaga hygiene

Untuk melindungi tubuh terhadap infeksi

personal.

(mis: mencuci tangan)

Kolaborasi medis dengan pemberian

Antibiotik dapat mencegah sekaligus

antibiotik.

membunuh kuman penyakit untuk


berkembangbiak.

Melakukan pengendalian infeksi

Meminimalkan penyebaran dan


penularan agens infeksius.

10) Hambatan mobilitas fisik b/d gangguan musculoskeletal


DS:
- Pasien mengatakan sulit bergerak
DO:
- Perubahan cara berjalan
- Tremor yang diinduksi oleh pergerakan
- Melambatnya pergerakan
NOC: memperlihatkan mobilisasi
Intervensi

Rasional

Ajarkan dan pantau pasien dalam hal

Menilai batasan kemampuan aktivitas

penggunaan alat bantu.

optimal.
Mempertahankan / meningkatkan

Ajarkan dan dukung pasien dalam

kekuatan dan ketahanan otot.

latihan ROM aktif dan pasif.

Mengidentifikasi tanda-tanda peradangan

Pantau tanda-tanda vital.

terutama bila suhu tubuh meningkat


Gunakan ahli terapi fisik dan okupasi

Untuk mengembangkan perencanaan dan

sebagai sumber

mempertahakan atau meningkatkan


mobilitas.
22

Lakukan perawatan terhadap prosedur

Untuk mengurangi resiko infeksi

inpasif seperti infus, kateter, drainase

nosokomial.

luka, dll.
11) kerusakan integritas kulit b/d factor mekanik (mis: terpotong, terkena
tekanan dan akibat restrain)
DS:
DO:
- kerusakan pada permukaan kulit (epidermis)
- invasi struktur tubuh
NOC:menunjukkan penyembuhan luka
Intervensi
Kaji warana kulit/suhu dan engisian

Rasional
Kulit harus berwarna merah muda atau

kapiler paad area operasi dan tandur kulit

mirip dengan warna kulit sekitarnya.

Lindugi lembaran kulit dan jahitan dari

Tekanan dari selang atau plester

tegangan atau tekanan.

trakeostomi atau tegangan pada jahitan


dapat menggangu sirkulasi atau
menyebabkan cidera jaringan.

Rujuk ke perawat ahli terapi enterostoma

Untuk mendapat bantuan dalam


pencegahan, pengkajian, dan penanganan
luka atau kerusakan kulit.

Catat atau laporkan adanya drainse seperti

Drainase seperti susus biasanya tetap

susu.

sedikt setelah 24 jam pertama.

Berikan antibiotik oral, topical dan IV

Mencegah/mengontrol infeksi.

seuai indikasi.
12) Resiko cedera b/d factor fisik (mis: kulit rusak, hambatan)
NOC: risiko cidera akan menurun
Intervensi
Identifikasikan factor yang mempengaruhi

Rasional
Agar pasien dapat berjalan dengan

kebutuhan keamaanan, mis: perubahan

seimbang dan mampu berjalan tanpa

status mental, derajat keracunan, keletihan,

bantuan.

23

usia kematangan, pengobatan dan defisik


motoric dan sensorik (mis: berjalan dan
keseimbangan.
Indentifikasi factor lingkungan yang

Menghindarkan pasien dari lingkungan

memungkinkan resiko terjatuh (mis: lantai

yang memudahkannya terjatuh, sehingga

licin, karpet yang sobek, anak tangga tanpa pasien dapat berjalan tanpa gangguan
pagar pengamanan)

lingkungan.

Tinjau riwayat obstetrik pasien.

Mendapatkan informasi terkait yang


dapat mempengaruhi induksi.

Berikan materi edukasi yang berhubungan

Memberi pengetahuan/ajaran kepada

dengan strategi dan tindakan untuk

klien dalam melakukan tindakan guna

mencegah cidera.

pasien dapat mencegah/menghindari


cidera.

Sediakan alat bantu berjalan (mis: tongkat

Memudahkan pasien untuk berjalan.

dan walker)

13) Hambatan komunikasi verbal b/d defek anatomis pita suara


DS:
DO:
- Verbalisasi yang tidak sesuai
- Kesulitan dalam berbicara atau mengungkapkan dengan kata-kata
Keinginan menolak untuk bicara
NOC:menunjukkan komunikasi
Intervensi
Kaji dan dokumentasikan

Rasional
.untuk mengetahui tingat kemampuan dan

kemampuan untuk berbicara,

ketidakmampuan pasien dalam

mendengar, menulis, membaca dan

berkomunikasi.

memahami.
Jelaskan kepada pasien mengapa ia

Agar pasien mengetahui keadaannya dan tidak


24

tidak dapat berbicara atau memahami,

berfikir lain tentang dirinya.

jika perlu.
Konsultasikan dengan dokter tentang

Membantu pasien agar cepat/mudah

kebutuhan terapi bicara.

berkomunikasi.

Bantu pasien/keluarga untuk mencari

Alat bantu dengar dapat membantu

sumber bantuan untuk memperoleh

pendengaran sehingga dalam berkomunikasi

alat bantu dengar.

pasien bisa melakukannya.

Berikan kontinuitas dalam

Untuk memelihara kepercayaan dan

melaksanakan tugas keperawatan.

mengurangi frustasi.

IV.

Discharge Planning
1. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mempersiapkan pasien
sebelum kembali ke rumah yaitu :
a. Memberi pengertian tentang penyakit kangker Nasofaring
b. Memberi informasi/penyuluhan untuk tetap memperhatikan
keadekuatan asupan nutrisi.
c. Menjelaskan tentang penyebab penyakit
d. Memanifestasi klinik yang dapat ditanggulangi atau diketahui
oleh klien dan keluarga.
e. Menjelaskan tentang penatalaksanaan yang dapat klien dan
keluarga lakukan.
f. Klien dan keluarga dapat pergi ke rumah sakit atau puskesmas
terdekat apabila ada gejala yang memberatkan penyakitnya.
g. Keluarga harus mendorong atau memberikan dukungan pada
pasien dalam menaati program pemulihan kesehatan.
h. kontrol diri
i. kontrol aktivitas.

25

BAB III
STUDI KASUS
A. Kasus
Seorang laki-laki berusia 58 tahun, datang berobat kedokter dengan keluhan
benjolan dileher sebelah kiri, suara serak, mimisan , hidung tersumbat dan sakit
kepala selama 6 bulan yang lalu. Kemudian dokter melakukan pemeriksaan dan
diduga

adanya

tumor.

Dilakukan

pemeriksaan

patologi

anatomi

(PA),pemeriksaan serologi secara PCR,hasil pemeriksaan serologi didapatkan


peningkatan titer antibody terhadap EBV. Tn.A mempunyai kebiasaan
mengkonsumsi ikan asin,ikan bakar dan produksi awetan lainnya.
B. Kata kunci
Usia 58 tahun
Benjolan disebalah kiri
Suara serak
Mimisan
Hidung tersumbat
Sakit kepala sejak 6 bulan yang lalu
Pemeriksaan PA
Pemeriksaan serologi secara PCR
Peningkatan titer antibody terhadap EBV
Kebiasaan mengkonsumsi ikan asin, ikan bakar, dan produk awetan
lainnya.
C. Pembahasan Kata Kunci
Usia 58 tahun
Daya tahan tubuh menurun
Penurunan fungsi organ tubuh
Tidak memperhatikan kesehatannya
Pola makan yang sering mengkonsumsi bahan awetan/kimia
Benjolan disebalah kiri
Adanya pembesaran/tumor pada nasofaring

26

Pembesaran kelenjer yang merupakan reaksi pertahanan tubuh


terhadap

infeksi.

kanker

merupakan

respon

imun

...

imunodefisiensi/autoimun/........
Kanker yang tumbuh akibat mutasi sel limfosit yang sebelumnya

normal
Pembesaran pada kelenjar getah bening
Suara serak
Adanya poli pada pita suara.
Peradangan pada pita suara/laringitis.
Desakan karsinoma/tumor
Mimisan
Pecahnya pembuluh darah akibat rupturnyan pada pembuluh darah di
hidung
Adanya luka pada lapisan mukosa hidung
Hidung tersumbat
Terdapat sumbatan rongga hidung akibat adanya benda asing
dimasukkan kedalam hidung.
Terdapat polip/tumor pada hidung
disebabkan tumor menyumbat lubang hidung posterior.
Sakit kepala sejak 6 bulan yang lalu
Biasanya terjasi karena infeksi selaput otak, Iritasi Kimiawi terhadap
selaput otak, penegangan selaput otak, gangguan pembuluh darah,
gangguan terhadap otot-otot yang mempunyai hubungan dengan
kepala.
Pemeriksaan PA
Spesialisasi medis yang berhubungan/berurusan dengan dignosis
penyakit berdasarkan pada pemeriksaan kasar, mikroskopik. dan
molekur atas organ, jaringan, sel.
Pemeriksaan serologi secara PCR
Uji serologi
Uji serologi yang sering digunakan untuk mendeteksi herpes zoster
adalah ELISA.
PCR
PCR digunakan untuk mendeteksi DNA virus varicella-zoster di dalam
cairan tubuh, contohnya cairan serebrospina.
Peningkatan titer antibody terhadap EBV
Virus EBV (Eibstain Barr Virus) dikaitkan dengan perkembangan KNF.
Kebiasaan mengkonsumsi ikan asin, ikan bakar, dan produk awetan
lainnya.
27

Ikan asin mengandung nitrosamin yang merupakan karsinogen (zat


pemicu kanker).
D. Pengkajian.
Pengkajian pasien :
Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
Keadaan sebelum sakit : Pasien mempunyai kebiasaan
mengkomsumsi ikan asin, ikan bakar, dan produk awetan lainnya.
Riwayat penyakit saat ini :
a) Keluhan utama : Sakit kepala.
b) Riwayat keluhan utama : pasien mengeluh sakit kepala sejak 6

bulan yang lalu yang terasa memberat hingga sekarang disertai


dengan benjolan dileher sebelah kiri, suara sesak, mimisan,
hidung tersumbat.
Pola nutrisi dan metabolik
Keadaan sebelum sakit : Tidak ada masalah dalam mengkomsumsi
makanan. Pasien suka mengkomsumsi makanan ikan asin, ikan

bakar dan produk awetan lainnya.


Keadaan saat sakit: Pasien mengurangi mengkomsumsi makanan

yang mengandung bahan awetan.


Pola eliminasi
Keadaan sebelum sakit : Tidak ada masalah dalam eliminasi baik
BAB maupun BAK dan pasien tidak menggunakan alat bantu dalam

pola eliminasi.
Keadaan saat sakit : Pasien mengalami penyakit diare.

Pola aktifitas
Keadaan sebelum sakit : Tidak ada masalah dalam aktifitas dan
pasien cuma merasakan sering sakit kepala jika terlalu banyak

beraktifitas.
Keadaan saat sakit : Sulit dalam beraktifitas kerena pasien
mengalami adanya benjolan dileher sebelah kiri, suara serak,
mimisan, hidung tersumbat dan sering sakit kepala yang membuat

pasien kurang mampu untuk beraktifitas terlalu banyak.


Pola tidur dan istirahat
Keadaan sebelum sakit : Pasien mudah tidur dengan kebiasaan tidur
rutin 2 jam tidur siang dan 8 jam tidur malam, namun untuk tidur
malam mengalami ketidak beraturan
28

Keadaan saat sakit : Pasien mengalami kesulitan dalam tidur siang


dan tidur malam karena pasian merasa sakit pada leher sebelah kiri,
hidung tersumbat mimisin. Pasien mengatakan semenjak di rawat di

RS pasien mulai bisa tidur dengan nyenyak.


Pola peran- hubungan
Keadaan sebelum sakit : Pasein tidak mengalami masalah dalam
peran hungunan dangan orang lain. Hubungan pasien dengan
kelurga, pasein sangat dekat dengan keluarganya.
Keadaan saat sakit : Pasien mengalami penurunan peran hungunan .

Keluarga pasien membantu klien dalam pemenuhan kebutuhannya


Analisa Data dan Rencana Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d terdapat benda asing di jalan
nafas.
Data subyektif : Menyatakan kesulitan untuk bernafas.
Data obyektif : Sesak nafas
Frekwensi nafas > 20 x/menit
Nampak kebiruan
Suara serak

NOC: kepatenan jalan napas.


Intervensi
Rasional
Kaji frekuensi, kedalamaan, dan upaya Takipneu biasanya ada pada beberapa
pernapasan.

derajat

dan

dapat

ditemukan

pada

penerimaan/selama stress/adanya proses


infeksi akut.
Instruksikan kepada pasien tentang batuk
dan teknik napas dalam.

Memudahkan pengeluaran sekret.

Atur posisi pasien dengan bagian kepala


tempat tidur dtitinggikan 450.

Memungkinkan

untuk

pengembangan

maksimal rongga dada.

Penghisapan

nasofaring

untuk

mengeluarkan sekret.

Berikan

udara/oksigen

Mempermudah pengeluaran sekret.


yang

telah

dihumidifikasi sesuai dengan kebijakan Kelembaban


29

menurunkan

kekentalan

institusi.

sekret mempermudah pengeluaran dan


dapat membantu menuerunkan/mencegah
pembentukan

mukosa

tebal

pada

nasofaring.

b. Nutrisi, ketidakseimbangan: kurang dari kebutuhan tubuh b/d nyeri


menelan.
Data subyektif:
Mengemukakan tidak nafsu makan, sakit saat mengunyah.
Kadang-kadang mual
Data obyektif:

BB menurun
Kulit kering
Turgor kurang baik
Tampak lemas.

NOC: asupan makanan dan cairan adekuat


Intervensi

Rasional

Pantau kandungan nutrisi dan kaloriUUntuk


pada catatan asupan

mengetahui

kebutuhan

nutrisi

tentang
pasien

keadaan
sehingga

dan
dapat

diberikan tindakan dan pengaturan diet yang


adekuat.

Anjurkan pasien untuk mematuhi Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah


diet yang telah diprogramkan.

komplikasi
hipoglikemia/hiperglikemia.

30

terjadinya

Berikan

pasien

minuman

dan Untuk memenuhi kebutuhan asupan kalori yang

kudapan bergizi, tinggi protein, tinggi adekuat.


kalori yang siap dikonsumsi
Timbang pasien pada interval yang Mengetahui perkembangan berat badan pasien
tepat.

(berat badan merupakan salah satu indikasi


untuk menentukan diet).

Ubah posisi pasien semi Fowler atau Untuk


Fowler tinggi.

memudahkan

menelan

dan

untuk

mencegah aspirasi.

Identifikasi perubahan pola makan.

Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan


program diet yang ditetapkan.
Metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan

Konsultasikan pada ahli gizi untuk pada

situasi/kebutuhan

individu

unutk

memeberikan makanan yang mudah memberikan nutrisi maksimal dnegan upaya


dicerna, secara nutrisi seimbang.

minimal pasien/penggunaan energi.

c. Nyeri akut b/d agen-agen penyebab cidera


Data subyektif:
Menyatakan nyeri kepala
Data obyektif:

Raut muka menyeringai


Perilaku berhati-hati
Perilaku mengalihkan: menangis, merintih

NOC: pengendalian nyeri


Intervensi
Minta pasien untuk menilai nyeri atau Informasi

Rasional
memberikan data

dasar

untuk

ketidaknyamanan pada skala 0 sampai mengevaluasi kebutuhan/keefektifan intervensi


10.
dapat
Ajarkan penggunaan teknik relaksasi.

mengurangi

karena nyeri
31

rasa

ketidaknyamanan

meningkatkan

relaksasi

dan

pengaliha

Bantu pasien untuk lebih berfokus pada perhatian. Menghilangkan ketiadaknyamanan


aktivitas, bukan pada nyeri dan rasa dan meningkatkan efek terapi nonfarmakologis.
tidak

nyaman

dengan

melakukan

pengalihan melalui televisi, radio, tape,1.


dan interaksi dengan pengunjung.
Penurunan kelemahan dan menghemat energi,
Jadwalkan

periode

istirahat,

berikan meningkatkan kemampuan koping.

lingkungan yang tenang.


Membantu memurunkan ambang persepsi nyeri
Gunakan pendekatan yang positif Untuk dan

mengoptimalkan

respon

terhadap

mengoptimalkan respons pasien terhadap analgesik.


analgesik.
Kelola nyeri pascabedah awal dengan Mempertahankan kadar obat lebih konstan
pemberian opiat yang terjadwal.

menghindari puncak periode nyeri.

d. Ansietas b/d perubahan status kesehatan.


DS:
Pasien mengeluh ketakutan.
DO:

Gelisah
Wajah tegang
NOC: menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas.

Intervensi
Kaji dan dokumentasikan tingkat

Rasional
Memberikan informasi yang perlu untuk

kecemasan pasien.

memilih intervensi yang tepat.

Beri dorongan kepada pasien untuk

Membuat kepercayaan dan menurunkan

mengungkapkan secara verbal pikiran

kesalahan persepsi/salah interpretasi

dan perasaan untuk

terhadap informasi.

mengeksternalisasikan ansietas.

32

Pada saat ansietas berat, dampingi

Dapat membantu menurunkan ansietas dan

pasien, bicara dengan tenang, dan

membantu memampukan pasien mulai

berikan ketenangan serta rasa nyaman.

membuka/menerima kenyataan kanker dan


pengobatannya.

Sediakan pengalihan melalui televisi, radio,

Menurunkan ansietas dan memperluas fokus.

permainan, serta okupasi.

Dampingi pasien (misalnya, selama


prosedur) untuk meningkatkan

Mengurangi ansietas karena tindakan


prosedur.

keamanan dan mengurangi rasa takut.


Berikan obat untuk menurunkan

Membantu menurunkan ansietas melalui

ansietas.

terapi farmakologis.

e. Defisiensi pengetahuan b/d keterbatasan kognitif.


DS:
Pasien mengungkapkan masalah secara verbal
DO:

Tidak mengikuti instruksi yang diberikan secara akurat


Pasien tampak histeris

NOC: memperlihatkan pengetahuan proses penyakit.


Intervensi
Lakukan penilaian terhadap tingkat
pengetahuan pasien saat ini dan

Rasional
Memberikan informasi yang perlu untuk
memilih intervensi yang tepat.

pemahaman terhadap materi.


Bina hubungan saling percaya.

Mempermudah proses pembelajaran/


penyuluhan prosedur terapi yang diberikan.

Beri penyuluhan sesuai dengan

Terdapat stresor yang berlebihan dan mungkin

tingkat pemahaman pasien, ulangi

disertai dengan pengetahuan yang terebatas.

informasi bila diperlukan.

Salah konsep kadang tak dapat dihindari,


namun ketidakberhasilan untuk menggali dan
33

memperbaikinya dapat mengakibatkan


kegagalan pasien mencapai kemajuan
kesehatan.
Ikutsertakan keluarga atau orang

Membantu pasien untuk lebih mudah

terdekat.

memperoleh informasi dan memahami


mengenai masalah kesehatannya.

Ciptakan lingkungan yang kondusif

Meningkatkan kenyamanan dan mengurangi

untuk belajar.

stresor sehingga pemahaman informasi lebih


akurat.

Rencanakan penyesuaian dalam terapi Memfasilitasi kemampuan pasien mengikuti


bersama pasien dan dokter.

program terapi.

E. EVALUASI
1. Berhasil : prilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau
tanggal yang ditetapkan di tujuan.
2. Tercapai sebagian : pasien menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik yang
ditentukan dalam pernyataan tujuan.
3. Belum tercapai. : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan prilaku
yang diharapakan sesuai dengan pernyataan tujuan.

34

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kanker nasofaring atau di kenal juga dengan kanker THT adalah penyakit
yang di sebabkan oleh sel ganas ( kanker ) dan terbentuk dalam jaringan
Nasofaring, yaitu bagian atas faring atau tenggoroka. Kanker ini paling sering
terjadi di bagian TH, kepala serta leher. Sampai saad ini belum jelas bagaimana
mulai tumbuhnya kanker Nasofaring. Namun penyebaran kanker ini dapat
berkembang ke bagian Mata, Telinga, Kelenjar leher, dan otak. Sebaiknya yang
beresiko tinggi terkena kanker Nasofaring rajin memeriksakan diri ke Dokter
terutama dokter THT. Risiko tinngi ini biasa di miliki oleh laki-laki atau adanya
keluarga yang menderita kanker ini.

Daftar Pustaka
Carpenito,Lynda juall.1999.Rencana Asuhan & dokumentasi keperawatan Edisi
2. EGC.Jakarta
Doenges.M.G.2000.Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3.EGC.jakarta
Nanda.Nic-Noc.2015.Panduan Penyusunan Asuhan Keperawatan Profesional
Jilid 1. MediAction.jogjakarta
Aguzhnong.2013.Kasus karsinoma naso faring.
35

http://aguzhnong.blogspot.co.id/2013/10/kasus-karsinoma-naso-faring
knf.html.last update.2.2015
Profesional.nursing.2011.Asuhan Keperawatan Ca Nasofaring.
http://wwwprofesionalnursing.blogspot.co.id/2011/01/asuhankeperawatan-canasofaring.html. last update 2.2015

36

Anda mungkin juga menyukai