NUSANTARA
NANGGROE ACEH DARUSSALAM
NAMA
KELAS
: IV - C
1. RUMAH ADAT
satu dengan yang lain cukup digunakan pasak atau tali pengikat dari
rotan atau ijuk.
2. PAKAIAN PENGANTIN
3. KAIN
Pakaian Adat Aceh
Kekayaan budaya Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam atau lebih dikenal dengan
julukan Serambi Mekah banyak dipengaruhi oleh budaya Islam. Dalam hal
Pakaian Adat, pengaruh budaya Islam juga sangat tampak. Seperti penjelasan
mengenai pakaian adat daerah Aceh berikut ini:
Pria memakai Baje Meukasah atau baju jas leher tertutup. Ada sulaman
keemasan menghiasi krah baju.
Tutup kepala ini dililit oleh Tangkulok atau Tompok dari emas. Tangkulok ini
terbuat dari kain tenunan. Tompok ialah hiasan bintang persegi 8, bertingkat,
dan terbuat dari logam mulia
Celana cekak musang dan sarung (Ija Pinggang) bercorak yang dilipat
sampai lutut. Corak pada sarung ini bersulam emas.
Perhiasan yang dipakai : kalung disebut Kula. Ada pula hiasan lain seperti :
Gelang tangan, Gelang kaki, Anting, dan ikat pinggang (Pending) berwarna
emas.
Meski pada dasarnya kedua pakaian itu memiliki corak sama, namun dari segi
ragam dan atribut ataupun simbol-simbol yang digunakan ada perbedaan antara
pakaian yang digunakan laki-laki dan perempuan.
4. ALAT MUSIK
1. ARBAB
Arbab merupakan alat musik tradisional Aceh yang terbuat dari alam. Alat musik
arbab ini dibuat dari tempurung kelapa, kulit kambing, kayu dan dawai,
sementara busur penggeseknya terbuat dari kayu, rotan atau serat tumbuhan.
Terdiri dari 2 bagian, yaitu instrumen induk yang disebut arbab dan
penggeseknya yang disebut dengan Go Arbab.
Alat musik tradisional Aceh yang dibunyikan dengan cara digesek ini pernah
berkembang di daerah Pidie, Aceh Besar dan Aceh Barat. Diperkirakan alat musik
Arbab ada pada jaman Belanda. Akan tetapi sayangnya, saat ini alat musik
Arbab sudah jarang dan mungkin hampir punah dari Serambi Mekah. Wah..
bahaya nih kalo beneran sudah punah. Nah, biar enggak kehilangan jejak ini dia
penampakan dari Alat Musik Tradisional Arbab :
Alat musik Arbab pada zamannya biasa dimainkan untuk mengiringi lagu-lagu
tradisional, bersama Geundrang/Rapai dan sejumlah alat musik trandisional
lainnya, di mana Arbab berperan sebagai instrumen utama pembawa lagu.
Dalam tradisinya, musik Arbab biasa dimainkan dalam acara-acara keramaian
rakyat, seperti hiburan rakyat dan pasar malam.
Musik Arbab disajikan ke tengah penontonnya oleh dua kelompok, yakni pemusik
dan penyanyi. Kelompok penyanyi terdiri dari dua orang lelaki, di mana salah
seorang di antara mereka memerankan tokoh wanita, lengkap dengan busana
dan dandanan seperti wanita. Penyanyi yang memerankan perempuan tersebut
dikenal dengan sebutan Fatimah Abi.
2. BANGSI ALAS
Alat musik tradisional Aceh yang bernama Bangsi Alas adalah merupakan
instrumen tiup dari bambu yang dijumpai banyak dijumpai di daerah Alas,
Kabupeten Aceh Tenggara. Secara tradisional pembuatan Bangsi dikaitkan
dengan mistik, yaitu ketika ada orang meninggal dunia di kampung/desa tempat
Bangsi dibuat. Apabila diketahui ada seorang meninggal dunia, Bangsi yang
telah siap dibuat sengaja dihanyutkan disungai. Setelah diikuti terus sampai
Bangsi tersebut diambil oleh anak-anak, kemudian Bangsi yang telah di ambil
anak-anak tadi dirampas lagi oleh pembuatnya dari tangan anak-anak yang
mengambilnya. Bangsi inilah nantinya yang akan dipakai sebagai Bangsi yang
merdu suaranya.
Sangat sedikit informasi tentang alat musik Bansi Alas ini, mungkin
keberadaannya sudah langka dijaman ini. Ini dia ilustrasi dari alat musik Bansi
Alas :
3. CANANG
Canang adalah alat musik tradisional dari Aceh yang sering dijumpai pada
kelompok masyarakat Aceh, Gayo, Tamiang, dan Alas. Masyarakat Aceh
menyebutnya "Canang Trieng", di Tamiang disebut "Kecapi" dan di Alas
disebut dengan "Kecapi Olah".
Canang terbuat dari kuningan dan bentuknya menyerupai gong. Hampir semua
daerah di Aceh terdapat alat musik canang dan masing-masing memiliki
pengertian dan fungsi yang berbeda-beda pula.
Fungsi canang secara umum sebagai penggiring tarian-tarian tradisional. Canang
juga sebagai hiburan bagi anak-anak gadis yang sedang berkumpul. Biasanya
dimainkan setelah menyelesaikan pekerjaan di sawah ataupun pengisi waktu
senggang.
5. SENJATA
1. Senjata Tradisional Aceh - Rencong
Rencong adalah senjata tradisional milik masyarakat Aceh yang merupakan
simbol identitas diri, keberanian dan ketangguhan suku aceh. Rencong
merupakan senjata tradisional yang mulai dipakai pada zaman kesultanan Aceh,
yaitu sejak pemerintahan Sultan Ali Mughayat Syah (Sultan Pertama Aceh).
Rencong ini selalu ada dan diselipkan dipinggan Sultan Aceh, para Ulee Balang
dan masyarakatpun menggunakan Rencong sebagai senjata pertahanan diri.
Rencong dikenakan oleh Sultan dan para bangsawan lainnya, biasanya terbuat
dari emas dan sarungnya terbuat dari gading. Sedangkan rencong yang
digunakan oleh masyarakat biasa terbuat dari kuningan atau besi putih,
sedangkan sarungnya terbuat dari kayu atau tanduk kerbau.
Secara umum rencong sebagai senjata tradisional aceh terdiri dari 4 macam,
yaitu :
Rencong Meupucok. Rencong ini memiliki pucuk yang terbuat dari ukiran
logal emas diatas gagangnya. Rencong ini biasanya dipergunakan untuk
hiasan pada acara resmi yang berhubungan dengan adat dan kesenian.
Rencong pudoi, disebut pudoi karena rencong ini memiliki gagang yang
pendek dan lurus. Sehingga terkesan belum selesai. Pudoi di Aceh
merupakan istilah untuk sesuatu yang dianggap kurang sempurna.
Siwah
3. Senjata Tradisional Aceh - Peudeung.
Peudeung dalam bahasa Aceh berarti pedang. Peudeung sebagai senjata
tradisional Aceh digunakan sebagai senjata untuk menyerang. Jika rencong
digunakan untuk menikam, maka pedang digunakan beriringan dengan itu, yaitu
sebagai senjata untuk mentetak atau mencincang. Berdasarkan daerah asal
pedang, di Aceh dikenal beberapa macam pedang yaitu peudeung Habsyah (dari
Negara Abbesinia), Peudeung Poertugis (dari Eropa Barat), Peudeung Turki
berasal dari raja-raja Turki.