BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Shalat sunnah (shalat nafilah) adalah shalat tambahan diluar shalat fardhu,
yang dianjurkan untuk dilaksanakan namun tidak diwajibkan sehingga tidak
berdosa bila ditinggalkan.
Shalat sunnah terbagi dua yaitu:
1. Shalat sunnah yang dilaksanakan secara berjamah
Shalat sunnah jenis ini status hukumnya adalah muakkad, contohnya shalat
idul fitri, idul adha, terawih, istisqa, kusuf dan khusuf.
2. Shalat sunnah yang dikerjakan secara munfarid (sendiri-sendiri)
Status hukumnya ada yang muakkad, seperti shalat sunnah rawatib dan
tahajud. Ada pula yang status hukumnya sunnah biasa (ghairu muakkad),
seperti shalat tahiyatul masjid, shalat dhuha, shalat witir, dan lain-lain.
(menyertai) shalat fardlu yang lima. Yang dikerjakan sebelum atau sesudah
shalat fardlu.
Adapun yang termasuk shalat Rawatib itu sebagaimana disebutkan
didalam sabda Rasulullah SAW, berikut ini:
Dari Abdullah bin Umar, ia berkata: Saya hafal (ingat) dari
Rasulullah SAW, dua rakaat sebelum zuhur, dua rakaat sesudah zuhur,
dua rakaat sesudah magrib dua rakaat sesudah isya, dan dua rakaat
sebelum subuh. (HR. Bukhari-Muslim).
a. Shalat dua rakaat sebelum subuh
Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW
Dari Aisyah r.a: Tidak ada shalat sunnat yang lebih dipentingkan
oleh Rasulullah SAW selain dari dua rakaat Subuh. (HR.
Bukhari-Muslim).
b. Shalat dua rakaat sebelum zuhur
c. Shalat dua rakaat sesudah zuhur
d. Shalat dua rakaat sesudah maghrib
e. Shalat dua rakaat sesudah isya
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW
Dari Ibnu Umar r.a, berkata: Aku hafal sepuluh rakaat dari Nabi
SAW; Dua rakaat sebelum Zuhur, dua rakaat sesudahnya, dua
rakaat setelah maghrib di rumahnya, dua rakat setelah isya di
rumahnya, dua rakaat sebelum subuh. (HR. Mttafaqun Alaih).
agamaku,
jauhkanlah
ia
kehidupanku
dariku
dan
dan
hari
jauhkanlah
kemudianku,
aku
darinya,
maka
dan
g. Shalat gerhana
Shalat gerhana ialah shalat dan khutbah yang dilaksanakan ketika
terjadi gerhana matahari atau bulan, sebagaimana disebutkan dalam
hadits Nabi SAW yang artinya:
Sesungguhnya matahari dan bulan , keduanya menjadi tanda dari
dalil-dalil adanya Allah dan kekuasaanNya. Kedua gerhana (terjadi)
bukan karena matinya seseorang dan tidak pula karena hidupnya
seseorang. Maka apabila kamu melihat kedua gerhana, hendaklah
kamu berdoa kepada allah dan shalat ampai gerhana itu lenyap.
(HR. Bukhari-Muslim).
h. Shalat istisqa
Shalat istisqa ialah shalat dua rakaat dan khutbah yang
dilaksanakan di lapangan, guna meminta turun hujan.
Rasulullah SAW keluar (pergi) untuk meminta hujan, kemudian
beliau berpaling membelakangi orang banyak, beliau menghadap
ke kiblat, dan beliau membalikkan kain selendang. (HR. Muslim).
mandi pada malam senin sesudah shalat witir. Kemudian ia shalat dua
belas rakaat, setiap rakaat dibacanya surat al Fatihah dan Qul Yaa
Ayyuhal kaafiruun satu kali dan Qul Huwallaahu Ahad sepuluh kali.
Selanjutnya shalat lagi empat rakaat, setelah salam ia sujud dan membaca
ayat kursi satu kali, kemudian duduk membaca istighfar seratus kali,
Laahaula wa laa Quwwata illaa billah seratus kali dan besoknya ia
berpuasa. Pada waktu berbuka ia lakukan shalat dua rakaat dengan
membaca surat al-fatihah dan qul Huwallahu Ahad lima kali.
Hadits ini palsu karena tidak pernah diucapkan oleh Rasulullah
SAW tidak pernah diriwayatkanoleh Abu Zaar dan juga tidak pernah
diriwayatkan oleh Zaid bin Wahab. Di dalam sannadnya terdapat beberapa
orang majhul (tidak dikenal). Pemalsu hadits ini telah mengada-ada dan
melakukan kejahatan terhadap agama.
Berkata Ibnu Abbas Al-Hafizh: Hadits ini adalah bathil dan
mungkar. Berdasarkan hadits tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
shalat taubat dengan cara tersebut tidak pernah di sunnahkan Rasulullah
SAW.