Anda di halaman 1dari 8

Rendra Tri Saputra

I4051161022
LAPORAN PENDAHULUAN (LP)
Kista Ovarium
1. Definisi
Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun besar, kistik
maupun solid, jinak maupun ganas1.
Kista ovarium (kista indung telur) berarti kantung berisi cairan, normalnya
berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium)2.
Kista ovarium (atau kista indung telur) berarti kantung berisi cairan,normalnya
berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium). Kistaindung telur dapat
terbentuk kapan saja, pada masa pubertas sampai menopause, juga selama masa
kehamilan3.
Kista indung telur adalah rongga berbentuk kantong berisi cairan di dalam
jaringan ovarium. Kista ini disebut juga kista fungsional karena terbentuk setelah
telur dilepaskan sewaktu ovulasi4.
2. Klasifikasi
Menurut Nugroho2, klasifikasi kista ovarium adalah:
a. Tipe Kista Normal
Kista fungsional ini merupakan jenis kista ovarium yang paling banyak
ditemukan. Kista ini berasal dari sel telur dan korpus luteum, terjadi
bersamaan dengan siklus menstruasi yang normal.
Kista fungsional akan tumbuh setiap bulan dan akan pecah pada masa
subur, untuk melepaskan sel telur yang pada waktunya siap dibuahi oleh
sperma. Setelah pecah, kista fungsional akan menjadi kista folikuler dan akan
hilang saat menstruasi. Kista fungsional terdiri dari: kista folikel dan kista
korpus luteum. Keduanya tidak mengganggu, tidak menimbulkan gejala dan
dapat menghilang sendiri dalam waktu 6 8 minggu.

b. Tipe Kista Abnormal

Kistadenoma, merupakan kista yang berasal dari bagian luar sel indung
telur. Biasanya bersifat jinak, namun dapat membesar dan dapat
menimbulkan nyeri.

Kista coklat (endometrioma), merupakan endometrium yang tidak pada


tempatnya. Disebut kista coklat karena berisi timbunan darah yang
berwarna coklat kehitaman.

Kista dermoid, merupakan kista yang berisi berbagai jenis bagian tubuh
seperti kulit, kuku, rambut, gigi dan lemak. Kista ini dapat
ditemukan di kedua bagian indung telur. Biasanya berukuran kecil dan
tidak menimbulkan gejala.

Kista endometriosis, merupakan kista yang terjadi karena ada bagian


endometrium yang berada di luar rahim. Kista ini berkembang
bersamaan dengan tumbuhnya lapisan endometrium setiap bulan
sehingga menimbulkan nyeri hebat, terutama saat menstruasi dan
infertilitas.

Kista hemorrhage, merupakan kista fungsional yang disertai perdarahan


sehingga menimbulkan nyeri di salah satu sisi perut bagian bawah.

Kista lutein, merupakan kista yang sering terjadi saat kehamilan. Kista
lutein yang sesungguhnya, umumnya berasal dari korpus luteum
haematoma.

Kista polikistik ovarium, merupakan kista yang terjadi karena kista tidak
dapat pecah dan melepaskan sel telur secara kontinyu. Biasanya terjadi
setiap bulan. Ovarium akan membesar karena bertumpuknya kista ini.

3. Etiologi
Menurut Nugroho2, kista ovarium disebabkan oleh gangguan (pembentukan)
hormon pada hipotalamus, hipofisis dan ovarium (ketidakseimbangan hormon).
Kista folikuler dapat timbul akibat hipersekresi dari FSH dan LH yang gagal
mengalami involusi atau mereabsorbsi cairan. Kista granulosa lutein yang terjadi
didalam korpus luteum indung telur yang fungsional dan dapat membesar bukan
karena tumor, disebabkan oleh penimbunan darah yang berlebihan saat fase
pendarahan dari siklus menstruasi. Kista theka-lutein biasanya bersifay bilateral

dan berisi cairan bening, berwarna seperti jerami. Penyebab lain adalah adanya
pertumbuhan sel yang tidak terkendali di ovarium, misalnya pertumbuah abnormal
dari folikel ovarium, korpus luteum, sel telur.
4. Tanda dan Gejala
Menurut Nugroho2, kebanyakan wanita yang memiliki kista ovarium tidak
memiliki gejala sampai periode tertentu. Namun beberapa orang dapat mengalami
gejala ini :
1. Nyeri saat menstruasi.
2. Nyeri di perut bagian bawah.
3. Nyeri saat berhubungan seksual.
4. Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai ke kaki.
5. Terkadang disertai nyeri saat berkemih atau BAB.
6. Siklus menstruasi tidak teratur, bisa juga jumlah darah yang keluar banyak.

5. Patofisiologi
Fungsi ovarium yang abnormal dapat menyebabkan penimbunan folikel yang
terbentuk secara tidak sempurna didalam ovarium. Folikel tersebut gagal
mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak
sempurna didalam ovarium karena itu terbentuk kista di dalam ovarium. Setiap
hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut Folikel
de Graff. Pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8
cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang ruptur akan menjadi korpus
luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 2 cm dengan kista
ditengah- tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan
mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi
fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual
akan mengecil selama kehamilan. Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi
normal disebut kista fungsional dan selalu jinak2.
6. Komplikasi
Menurut Wiknjosastro1, komplikasi yang dapat terjadi pada kista ovarium
diantaranya:
a.

Akibat pertumbuhan kista ovarium

Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan


pembesaran perut. Tekanan terhadap alat-alat disekitarnya disebabkan oleh
besarnya tumor atau posisinya dalam perut. Apabila tumor mendesak
kandung kemih dan dapat menimbulkan gangguan miksi, sedangkan kista
yang lebih besar tetapi terletak bebas di rongga perut kadang-kadang hanya
menimbulkan rasa berat dalam perut serta dapat juga mengakibatkan edema
b.

c.

pada tungkai.
Akibat aktivitas hormonal kista ovarium
Tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali jika tumor itu sendiri
mengeluarkan hormon.
Akibat komplikasi kista ovarium
Perdarahan ke dalam kista
Biasanya terjadi sedikit-sedikit
menyebabkan

kista

membesar,

sehingga

pembesaran

berangsur-angsur
luka

dan

hanya

menimbulkan gejala-gejala klinik yang minimal. Akan tetapi jika


perdarahan terjadi dalam jumah yang banyak akan terjadi distensi yang

cepat dari kista yang menimbukan nyeri di perut.


Torsio atau putaran tangkai
Torsio atau putaran tangkai terjadi pada tumor bertangkai dengan
diameter 5 cm atau lebih. Torsi meliputi ovarium, tuba fallopi atau
ligamentum rotundum pada uterus. Jika dipertahankan torsi ini dapat
berkembang menjadi infark, peritonitis dan kematian. Torsi biasanya
unilateral dan dikaitkan dengan kista, karsinoma, TOA, massa yang tidak
melekat atau yang dapat muncul pada ovarium normal. Torsi ini paling
sering muncul pada wanita usia reproduksi. Gejalanya meliputi nyeri
mendadak dan hebat di kuadran abdomen bawah, mual dan muntah.
Dapat terjadi demam dan leukositosis. Laparoskopi adalah terapi pilihan,
adneksa dilepaskan (detorsi), viabilitasnya dikaji, adneksa gangren

dibuang, setiap kista dibuang dan dievaluasi secara histologis.


Infeksi pada tumor
Jika terjadi di dekat tumor ada sumber kuman patogen.
Robek dinding kista
Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai akibat
trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut dan lebih sering pada saat
bersetubuh. Jika robekan kista disertai hemoragi yang timbul secara
akut, maka perdarahan bebas berlangsung ke uterus ke dalam rongga

peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus disertai tanda

tanda abdomen akut.


Perubahan keganasan
Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis
yang seksama terhadap kemungkinan perubahan keganasannya. Adanya
asites dalam hal ini mencurigakan. Massa kista ovarium berkembang
setelah masa menopause sehingga besar kemungkinan untuk berubah
menjadi kanker (maligna). Faktor inilah yang menyebabkan pemeriksaan
pelvik menjadi penting.

7. Pemeriksaan Diagnostik
Tidak jarang tentang penegakkan diagnosis tidak dapat diperolehkepastian
sebelum dilakukan operasi, akan tetapi pemeriksaan yang cermat dan analisis
yang tajam dari gejala-gejala yang ditemukan dapat membantudalam pembuatan
differensial diagnosis. Beberapa cara yang dapatdigunakan untuk membantu
menegakkan diagnosis adalah3:
a. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuahtumor
berasal dari ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat tumor itu.
b. Ultrasonografi (USG)
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor,apakah
tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing,apakah tumor kistik
atau solid, dan dapat pula dibedakan antara cairandalam rongga perut yang
bebas dan yang tidak.
c. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna

untuk

menentukan

adanya

hidrotoraks.

Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanyagigi


dalam tumor.
d. Parasintesis
Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites. Perludiperhatikan
bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei dengan isi kista
bila dinding kista tertusuk.
8. Tata Laksana
a. Observasi
Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor (dipantau)
selama 1 -2 bulan, karena kista fungsional akan menghilang dengan

sendirinya setelah satu atau dua siklus haid. Tindakan ini diambil jika tidak
curiga ganas (kanker)2.
b. Terapi bedah atau operasi
Bila tumor ovarium disertai gejala akut misalnya torsi, maka tindakan
operasi harus dilakukan pada waktu itu juga, bila tidak ada 22 gejala akut,
tindakan operasi harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan seksama. Kista
berukuran besar dan menetap setelah berbulan-bulan biasanya memerlukan
operasi pengangkatan. Selain itu, wanita menopause yang memiliki kista
ovarium juga disarankan operasi pengangkatan untuk meminimalisir resiko
terjadinya kanker ovarium. Wanita usia 50-70 tahun memiliki resiko cukup
besar terkena kenker jenis ini. Bila hanya kistanya yang diangkat, maka
operasi ini disebut ovarian cystectomy. Bila pembedahan mengangkat seluruh
ovarium termasuk tuba fallopi, maka disebut salpingo oophorectomy4.
Faktor-faktor yang menentukan tipe pembedahan, antara lain tergantung
pada usia pasien, keinginan pasien untuk memiliki anak, kondisi ovarium dan
jenis kista. Kista ovarium yang menyebabkan posisi batang ovarium terlilit
(twisted) dan menghentikan pasokan darah ke ovarium, memerlukan tindakan
darurat pembedahan (emergency surgery) untuk mengembalikan posisi
ovarium4.
Prinsip pengobatan kista dengan pembedahan (operasi) menurut Yatim4
yaitu:
Apabila kistanya kecil (misalnya, sebesar permen) dan pada pemeriksaan
sonogram tidak terlihat tanda-tanda proses keganasan, biasanya dokter
melakukan operasi dengan laparoskopi. Dengan cara ini, alat laparoskopi
dimasukkan ke dalam rongga panggul 23 dengan melakukan sayatan
kecil pada dinding perut, yaitu sayatan searah dengan garis rambut

kemaluan.
Apabila kistanya besar, biasanya pengangkatan kista dilakukan dengan
laparatomi. Teknik ini dilakukan dengan pembiusan total. Dengan cara
laparotomi, kista bisa diperiksa apakah sudah mengalami proses
keganasan (kanker) atau tidak. Bila sudah dalam proses keganasan,
operasi sekalian mengangkat ovarium dan saluran tuba, jaringan lemak
sekitar serta kelenjar limfe.

9. Diagnosa Keperawatan dan intervensi


a. Pre Operasi
1) Nyeri akut b.d. agen cedera biologi
Kriteria hasil: mampu mengontrol nyeri, melaporkan nyeri berkurang, dan
menyatakan rasa nyaman.
Intervensi:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
- Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
- Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi
dan inter personal)
- Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
- Tingkatkan istirahat
2) Ansietas b.d. perubahan status kesehatan
Kriteria hasil: vital sign dalam batas normal, postur tubuh, ekspresi wajah,
bahasa tubuh normal dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya
kecemasan.
Intervensi:
- Gunakan pendekatan yang menenangkan
- Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
- Dorong keluarga untuk menemani klien
- Identifikasi tingkat kecemasan
- Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
b. Post Operasi
1) Nyeri akut b.d. agen injuri fisik
Kriteria hasil: mampu mengontrol nyeri, melaporkan nyeri berkurang, dan
menyatakan rasa nyaman.
Intervensi:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
- Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
- Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi
dan inter personal)
- Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
- Tingkatkan istirahat

2) Resiko infeksi b.d. penurunan pertahanan primer


Kriteria hasil: klien bebas dari tanda dan gejala infeksi.
Intervensi:
- Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
- Berikan perawatan kuliat pada area epidema
- Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas,
drainase
- Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
3) Hambatan mobilitas fisik b.d. kelemahan fisik
Kriteria hasil: klien meningkat dalam aktifitas fisik
Intervensi:
- Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
- Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
- Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan.
- Ajarkan pasien teknik ambulasi

Daftar Pustaka
1. Winkjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kandungan Ed.2. Jakarta. Yayasan Bina
Pustaka Sarwomo Prawirohardjo.
2. Nugroho, Taufan. 2010. Kesehatan Wanita, Gender dan Permasalahannya.
Yogyakarta. Nuha Medika.
3. Bilotta, Kimberli. 2012. Kapita Selekta Penyakit: Dengan Implikasi
Keperawatan. Edisi 2. Jakarta. EGC.
4. Yatim, Faisal. 2005. Penyakit Kandungan, Myom, Kista, Indung Telur,
Kanker Rahim/Leher Rahim, serta Gangguan lainnya. Jakarta. Pustaka
Populer Obor.

Anda mungkin juga menyukai