Anda di halaman 1dari 27

MODEL MODEL KOMUNIKASI

PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERIKANAN

Kelompok 10
Kelas A

M. RIONALDHIE

2301101300

M. FAUZAN A

230110140010

VIDYA YUSTINDRIARINI 230110140022


DESPRIYANTO SUPRIADI

230110140028

MEITI ANITANINGRUM

230110140049

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya, kepada kita semua, salawat serta salam semoga terlimpah curah
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Berkat Rahmat-Nya, makalah ini
dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini adalah tugas dari mata
kuliah Penyuluhan & Komunikasi Perikanan, yang berjudul Model Model
Komunikasi dalam Penyuluhan Perikanan
Dalam pembuatan makalah ini penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak, untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih diantaranya, kepada
Dosen Penyuluhan & Komunikasi Perikanan serta semua rekan dan keluarga yang
telah mendukung baik secara moril maupun materil sehingga makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Akhirnya kami berharap semoga apa yang ada dalam makalah ini dapat
bermanfaat, untuk kami khususnya, dan untuk pembaca pada umumnya. Amin.

Jatinangor, Maret 2016

DAFTAR ISI
BAB

Halaman

PENDAHULUAN

1.1
1.2
1.3

Latar Belakang
Tujuan
Rumusan Masalah

II

PEMBAHASAN

2.1
2.2

Definisi Penyuluhan dan Komunikasi Perikanan


Pengertian dan Fungsi Model

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Penyuluhan perikanan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta

pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan
dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan
sumberdaya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi
usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam
pelestarian fungsi lingkungan hidup. Dalam melaksanakan tugas pokoknya,
penyuluh perikanan memerlukan wawasan dan pengetahuan yang luas dalam
menyusun materi penyuluhan dan menyebarkannya kepada pelaku utama dan
pelaku usaha sebagai sasaran penyuluhan. Keberhasilan proses penyuluhan
ditandai timbulnya partisipasi aktif dari pelaku utama dan pelaku usaha di bidang
perikanan (masyarakat sasaran), sehingga dalam pengembangan penyuluhan ke
depan harus diarahkan pada model yang berpusat pada manusia, dimana peran
penyuluh dalam proses penyuluhan adalah sebagai relasi yang berorientasi pada
masyarakat sasaran.
1.2

Tujuan
Mengetahui dasar model komunikasi, model model komunikasi dan

model komunikasi penyuluhan perikanan yang ada sehingga tercipta komunikasi


yang efektif dan efisien antara penyuluh sebagai komunikan dan nelayan sebagai
penerima pesan juga terhadap pelaku utama dan pelaku usaha dalam
meningkatkan kemampuan melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Definisi Penyuluhan dan Komunikasi Perikanan

2.1.1

Pengertian Penyuluhan dalam Arti Umum


Penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu sosial yang mempelajarai sistem

dan proses perubahan pada individu serta masayarakat agar dapat terwujud
perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan. Penyuluhan, dengan
demikian dapat diartikan sebagai suatu sistem pendidikan yang bersifat non
formal di luar sistem sekolah yang biasa. Pendidikan bagi masyarakat sendiri,
menurut Carter V (1995), adalah merupakan proses perkembangan pribadi, proses
sosial, proses pengembangan keterampilan sesuai profesi serta kegiatan bersama
dalam memahami ilmu pengetahuan yang tersusun dan dikembangkan dari masa
ke masa oleh setiap generasi bangsa.
Pendidikan masayarakat juga mengandung pengertian usaha manusia
untuk meningkatkan kepribadian, keterampilan, dan pengetahuan agar dapat
diserap atau dipraktekkan oleh masayarakat. Dengan mengacu pada pengertian
diatas, penyuluhan adalah usaha mengubah perilaku seseorang dan keluarganya
atau kelompoknya agar mereka mengetahui, menyadari, mempunyai kemampuan
dan kemauan, serta tanggung jawab untuk memecahkan masalahnya sendiri dalam
rangka kegiatan usahanya dan kehidupannya.
2.1.2

Penyuluhan Menurut Peraturan Undang Undang


Dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

Nomor : PER/19/M.PAN/10/2008, tentang Jabatan Fungsional Penyuluh


Perikanan dan Angka Kreditnya disebutkan bahwa Penyuluhan Perikanan adalah
proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan
mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi
pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya sebagai upaya untuk
meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya,
serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Penyuluhan (Pertanian, Perikanan, Kehutanan) menurut UU No. 16 tahun


2006 adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar
mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam
mengakses informasi pasar, teknologi permodalan, dan sumberdaya lainnya,
sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efesiensi usaha, pendapatan dan
kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi
lingkungan hidup.
2.2

Pengertian dan Fungsi Model


Menurut Littlejohn (1983: 12) In a broad sense the term model can apply

to any symbolic representation of a thing, process, or idea (dalam pengertian luas


pengertian model menunjukkan setiap representasi simbolis dari suatu benda,
proses atau gagasan/ide). Pada level konseptual model merepresentasikan ide-ide
dan proses. Dengan demikian model bisa berbentuk gambar-gambar grafis, verbal
atau matematika. Biasanya model dipandang sebagai analogi dan beberapa
fenomena. Perbedaan antara teori dan model menurut Littlejohn dan Hawes
(1983) adalah, teori merupakan penjelasan (explanation), sedangkan model hanya
merupakan representasi (representation). Dengan demikian, model komunikasi
dapat diartikan sebagai representasi dari suatu peristiwa komunikasi. Melalui
model komunikasi bisa dilihat faktor-faktor yang terlibat dalam proses
komunikasi. Akan tetapi, model tidak berisikan penjelasan mengenai hubungan C
interaksi antara faktor-faktor atau unsur-unsur yang menjadi bagian dan model.
Penjelasannya diberikan oleh teori. ini berarti terdapat kaitan antara teori dan
model.
Menurut Deutsh (1966), model dalam konteks ilmu pengetahuan sosial,
mempunyai empat (4) fungsi. Pertama, fungsi mengorganisasikan. Artinya, model
membantu kita mengorganisasikan sesuatu hal dengan cara mengurut. urutkan
serta mengaitkan satu bagian/sistem dengan bagian sistem lainnya, sehingga kita
memperoleh gambaran yang menyeluruh, tidak sepotong-sepotong. Aspek lainnya
dari fungsi pertama ini adalah, bahwa model memberikan gambaran umum
tentang suatu hal dalam kondisi-kondisi tertentu. Kedua, model ini membantu
menjelaskan. Meskipun model pada dasarnya tidak berisikan penjelasan, namun

model membantu kita dalam menjelaskan tentang suatu hal melalui penyajian
informasi yang sederhana. Tanpa model, informasi tentang suatu hal akan tampak
rumit atau tidak jelas. Ketiga, fungsi heuristik. Artinya melalui model, kita akan
dapat ,mengetahui sesuatu hal secara keseluruhan. Karena, model membantu kita
dengan memberikan gambaran tentang komponen-komponen pokok dan sebuah
proses atau sistem. Keempat, fungsi prediksi. Melalui model, kita dapat
memperkirakan tentang hasil atau akibat yang akan dapat dicapai. Oleh karena itu,
dalam dunia ilmiah model ini sangat penting, karena dapat dipergunakan sebagai
dasar bagi para peneliti dalam merumuskan hipotesis, yakni pernyataanpernyataan yang benisikan penjelasan mengenal kemungkinan adanya hubungan
sebab-akibat antara satu faktor dengan faktor-faktor lainnya.
Komunikasi adalah suatu proses yang dinamis dan melibatkan banyak
unsur atau faktor. Kaitan antara satu unsur/faktor dengan unsur/faktor lainnya
dapat bersifat struktural atau fungsional. Dengan demikian, model-model
komunikasi juga memberikan gambaran kepada kita tentang struktur dan
hubungan fungsional dan unsur-unsur/ faktor-faktor yang ada dalam sistem.
Pengertian struktur menunjuk pada tatanan kedudukan dan garis hubungan antara
satu unsur/faktor dengan unsur-unsur/faktor-faktor lainnya yang ada dalam sebuah
sistem. Pengertian struktur menunjuk pada tatanan kedudukan dan garis hubungan
antara satu unsur/faktor dengan unsur-unsur/faktor-faktor Iainnya dalam sebuah
sistem. Pengertian fungsional menunjuk pada tugas dan peran dari setiap
unsur/faktor dalam sebuah sistem. Oleh karena itu, melalui model, kita akan dapat
memahami secara mudah dan komprehensif mengenai struktur dan fungsi dari
unsur-unsur/faktor-faktor yang terlibat dalam proses komunikasi, baik dalam
konteks individual, di antara dua orang atau lebih, kelompok/organisasi ataupun
dalam konteks komunikasi dengan masyarakat secara luas.
Dennis McQuail dan Sven Windahl (1981) dalam buku mereka telah
menginventarisasikan dan menjelaskan 28 buah model komunikasi. Kedua puluh
delapan model komunikasi ini menurut McQuail dan Windahi dapat (dibagi dalam
lima kelompok. Kelompok pertama, disebut sebagai model- model dasar.
Kelompok kedua menyangkut pengaruh personal, penyebaran dan dampak

komunikasi massa terhadap perseorangan. Kelompok ketiga meliputi modelmodel tentang efek komunikasi massa terhadap kebudayaan dan masyarakat.
Kelompok keempat berisikan model-model yang memusatkan perhatian pada
khalayak. Kelompok kelima mencakup model-model komunikasi tentang sistem,
produksi, seleksi dan alur media massa.
Sebagai pengantar, contoh-contoh model komunikasi yang akan dibahas
hanyalah terbatas pada beberapa model yang tergolong kelompok model-model
dasar dan kelompok model pengaruh personal, penyebaran dan dampak
komunikasi massa. Model-model dasar yang akan diuraikan adalah: (1) model
komunikasi S-R, (2) model komunikasi intrapribadi dan komunikasi antarpribadi
dari Barnlund, (3) model komunikasi klasik dari Lasswell, (4) model komunikasi
sirkuler dan Osgood dari Schramm, (5) model komunikasi dari Webner, (6) model
komunikasi dari Riley & Riley, (7) model ABX Newcomb, (8) model komunikasi
dari Shannon dan Weaver, dan (9) model komunikasi menurut Tubbs dan Moss
2.2.1

Model Dasar Komunikasi

Model S-R (Stimulus Respon)


Model ini merupakan model yang paling sederhana dari model-model
komunikasi lainnya. Hakikatnya terdapat pada proses aksi- reaksi, maksudnya
apabila seseorang memberikan aksi maka orang yang merupakan sasaran
komunikasi akan memberikan reaksi berupa respon tertentu, dalam hal ini aksi
yang dilakukan dapat berbentuk verbal (kata-kata), isyarat, perbuatan atau hanya
sekedar gambar. Secara luas, model ini juga menjelaskan bahwa suatu reaksi yang
dilakukan dapat berhubungan dengan kegiatan komunikasi yang akan terjadi
setelahnya. Dapat diasumsikan bahwa perilaku komunikasi manusia dapat
diramalkan. Manusia pada model ini adalah makhluk yang statis, yang melakukan
segala sesuatunya akibat adanya rangsangan dari luar (stimulus) bukan
berdasarkan inisiatif dan kehendak masing- masing individu.
Model Komunikasi Barnlund
Dean Barlund, seorang ahli komunikasi Amerika Serikat membuat dua
model komunikasi, yaitu: model komunikasi intrapersonal (intrapribadi) dan

model komunikasi antarpribadi. Gambaran mengenai kedua model tersebut adalah


sebagai berikut.
1. Model Komunikasi Intrapribadi
Komunikasi intrapribadi sebagaimana telah dijelaskan di bagian
depan adalah komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang. Pengertian
komunikasi di sini menunjuk pada proses pengolahan dan pembentukan
informasi melalui sistem syaraf dan otak manusia sehubungan dengan
adanya stimulus yang ditangkap melalui pancaindra. Proses berpikir
(mencerna dan memahami suatu simbol), serta melakukan reaksi atas
suatu stimulus, adalah bagian dari proses komunikasi yang terjadi dari
dalam diri manusia. Jalannya proses komunikasi intrapribadi ini, menurut
Barnlund dapat digambarkan sebagai berikut.

Keterangan:
P = Person (orang)
D = Decoding (pemecahan arti kode)
E = Encoding (pembentukan kode)
Cpu = Public cues (isyarat publik)
Cpr = Private cues (isyarat pribadi)
Cheh-nv = Nonverbal behavioral
cues (isyarat tingkah laku nonverbal)
+, 0 = Valensi positif, netral, negatif p
Gambar model di atas menjelaskan bahwa pada dasarnya tingkah
laku nonverbal seseorang apakah bervalensi positif, netral, atau negatif
dipengaruhi oleh isyarat-isyarat pribadi dan publik yang dialami atau

sampai kepada dirinya. Rasa gembira karena baru mendapat kiriman uang,
atau perasaan senang karena habis makan goreng ayam yang enak, adalah
control isyarat pribadi yang bervalensi positif (Cpr+). Ruangan kuliah
yang dingin karena ber-AC, atau tempat duduknya yang rapi, bersih, dan
empuk, adalah contoh-contoh isyarat publik yang bervalensi positif
(Cpu+). Apabila contoh-contoh di atas dialami oleh seorang mahasiswa
yang akan kuliah maka begitu masuk dan duduk di ruang kuliah
kemungkinan ia akan tampak ceria mengangguk-anggukkan kepalanya
tanda gembira, atau bersiul kecil pertanda senang (Cbeh-nv+).
Dalam kenyataannya, seseorang tentu saja akan mengalami
berbagai isyarat (baik pribadi, ataupun publik) yang bervalensi positif,
netral maupun negatif. Namun, menurut model ini, semua isyarat ini
setelah di-decode, akan membentuk (encode) suatu isyarat tingkah laku
nonverbal tertentu (positif, netral, atau negatif).
2. Model Komunikasi Antarpribadi

M = Message (pesan)
Cbeh-v = Verbal Behavioral Cues (Isyarat tingkah laku verbal)
Proses komunikasi antarpribadi seperti digambarkan dalam model
di atas, pada dasarnya merupakan kelanjutan daripada proses komunikasi
intrapribadi sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Ada dua elemen
tambahan, yakni pesan (M) dan isyarat tingkah laku verbal (Cbeh-v).
Dengan demikian pola dan bentuk komunikasi yang terjadi antara dua
orang dipengaruhi oleh hasil proses komunikasi intrapribadi yang terjadi
dalam dirinya masing-masing.
Metode Lasswell
Harold D. Lasswell, adalah seorang ilmuwan politik yang juga tertarik
mendalami komunikasi. Bidang studi yang ditekuninya terutama yang

menyangkut propaganda dan komunikasi politik. Karena kontribusinya yang besar


terbadap perkembangan ilmu komunikasi, sebagaimana telah dijelaskan dalam
Modul 2, oleh Wilbur Schramm dipandang sebagai salah seorang dari empat
tokoh yang mendapat sebutan The Founding Fathers.
Menurut Lasswell, persoalan komunikasi menyangkut 5 (lima) pertanyaan
sederhana sebagai berikut :

WHO? (siapa?)
SAYS WHAT? (mengatakan apa?)
TN WHICH CHANNELS? (melalui saluran apa?)
TO WHOM? (kepada siapa?)
WITH WHAT EFFECT? (dengan akibat apa?)
Formula Lasswell tersebut di atas secara sederhana dapat digambarkan

dalam model sebagai berikut.

1 : Komunikator analisis sumber/ kontrol


2 : Pesan analisis isi pesan
3 : Medium analisis media
4 : Khalayak . analisis khalayak
5 : Akibat analisis dampak
Model komunikasi klasik dari Lasswell ini menunjukkan bahwa pihak
pengirim pesan (komunikator) pasti mempunyai suatu keinginan untuk
mempengaruhi pihak penerima (komunikasi), dan karenanya komunikasi harus
dipandang sebagai upaya persuasi. Setiap upaya penyampaian pesan dianggap
akan menghasilkan akibat, baik positif ataupun negatif. Dan hal ini, menurut
Lasswell banyak ditentukan oleh bentuk dan cara penyampaiannya. Salah satu
kelemahan dari model Lasswell ini adalah tidak digambarkannya unsur feedback
(umpan balik) sehingga proses komunikasi yang dijelaskan bersifat linear/searah.

Model Komunikasi Sirkuler Dari Osgood Dan Schramm


Model proses komunikasi yang digambarkan oleh Osgood dan Schramm
ini terutama berlaku untuk bentuk-bentuk komunikasi antarpribadi. Dijelaskan
bahwa proses komunikasi berjalan secara sirkuler, di mana masing-masing pelaku
secara

bergantian

bertindak

sebagai

komunikator/

sumber

dan

komunikan/penerima.
Proses komunikasinya dapat digambarkan demikian. Pertama, pelaku
komunikasi pertama kali mengambil inisiatif sebagai sumber/komunikator
membentuk pesan (encoding) dan menyampaikannya melalui saluran komunikasi
tertentu

kepada

lawan

komunikasinya

yang

bertindak

sebagai

penerima/komunikan. Saluran komunikasi yang dipergunakan dapat hermacammacam. Misalnya, telepon, surat, atau kalau bentuk komunikasinya adalah
percakapan langsung secara tatap muka yang menjadi salurannya adalah
gelombang udara. Kedua, pihak penerima/komunikan kemudian setelah menerima
pesan akan mengartikan (decoding) dan menginterpretasikan (interpreting) pesan
yang diterimanya. Apabila Ia (penerima/komunikan) mempunyai tanggapan atau
reaksi

maka

selanjutnya

ia

akan

membentuk

pesan

(encoding)

dan

menyampaikannya kembali. Kali ini ia bertindak sebagai sumber, dan tanggapan


atau reaksinya disebut sebagai umpan balik. Ketiga, pihak sumber/komunikator
yang pertama sekarang bertindak sebagai penerima/komunikan. Ia akan
mengartikan dan menginterpretasikan pesan yang diterimanya, dan kalau ada
tanggapan/reaksi, kembali ia akan membentuk pesan dan menyampaikannya
kembali ke pasangan komunikasinya. Demikianlah proses ini berlangsung secara
terus menerus secara sirkuler. Dengan demikian, menurut model ini masingmasing pelaku komunikasi akan terlibat dalam proses pembentukan pesan
(encoding), penafsiran (interpreting) pesan, serta penerimaan dan pemecahan kode
pesan (decoding).
Model Komunikasi Gerbner
Model komunikasi yang dikemukakan Gerbner hampir sama bentuknya
dengan model Lasswell. Tapi prosesnya lebih kompleks karena melibatkan

elemen-elemen komunikasi yang lebih banyak. Model komunikasi yang dibuat


Gerbner ada dua, yaitu: model verbal dan model gambar.
1. Model verbal
Model komunikasi verbal yang dikembangkan Gerbner mencakup sepuluh
unsur sebagai berikut:
Someone
perceives an event
react
in a situation
through some means
to make available materials
in some form
context

komunikator dan komunikan persepsi

conveying content
some consequence

makna pesan
akibat, hasil

Penerimaan persepsi
Reaksi
situasi fisik/psikologi/sosial
saluran/media
distribusi, administrasi
bentuk, struktur, pola
konteks, setting

Model verbal dan Gerbner memberikan gambaran bahwa komunikasi


mencakup sebelas komponen: pelaku komunikasi (komunikator dan komunikan),
objek peristiwa, persepsi terhadap objek peristiwa, reaksi, situasi, saluran/media,
distribusi, bentuk/struktur/pola, konteks, makna isi pesan, dan akibat/hasil.
Dengan demikian, komunikasi menurut Gerbner adalah suatu proses di mana
seseorang (komunikator atau komunikan), mempersepikan suatu objek peristiwa
dan bereaksi dalam suatu situasi, Dengan menggunakan alat atau saluran tertentu
agar sesuatu yang disampaikan itu menjadi ada, dalam bentuk dan konteks
tertentu, dengan ia atau arti tertentu, dan dengan tujuan memperoleh suatu akibat
atau hasil tertentu.

M = Manusia atau mesin


S = Bentuk
E = Peristiwa
E1 = Persepsi
E2 = Isi

Model gambar yang dibuat Gerbner menjelaskan bahwa proses


komunikasi diawali dengan satu tindakan pemahaman (persepsi). Meskipun
proses komunikasi baru dimulai dan adanya persepsi (E1), namun persepsi
tersebut tidak dapat lepas dan adanya suatu peristiwa (E). Tanpa adanya peristiwa
(E), tidak akan pernah muncul persepsi (E1), dan dengan tidak munculnya
persepsi (E1) maka tidak akan terjadi proses komunikasi.Oleh karena itu, Gerbner
melihat-model gambar rnelalui dua dimensi pendekatan, yaitu pendekatan
transaksional dan pendekatan psychophysical (psikologi flsik).
1. Pendekatan transaksional

E1 semata-mata dianggap sebagai fungsi asumsi, pandangan pengalaman


dan faktor lain yang berkaitan dengan pengalaman si M. Seperti apa E1
bagi si M tergantung pada faktor yang ada di dalam M sendiri.
2. Pendekatan psychophysical (psikologi fisik)
E itu sendiri merupakan faktor terpenting, yang menimbulkan persepsi
yang jelas dan akurat dalam kondisi yang menguntungkan. Bagaimana
pemahaman M ditentukan oleh caranya memilih, konteksnya, serta
ketersediaan E.
Model Komunikasi Riley & Riley
Proses komunikasi pada model-model yang terdahulu sepertinya
mengasumsikan terjadinya suatu kevakuman sosial di mana pengaruh lingkungan
tidak perlu dipersoalkan.HaI ini dikritik oleh John W. Riley dan Mathilda W.
Riley 1959) dalam tulisannya tentang Mass Communication The Social System.
Manusia, menurut mereka, sebagai Homo Comunicas sebenarnya
merupakan bagian dari suatu lingkungan atau sistem dengan struktur yang
berbeda-beda. Oleh karena itu, pengamatan terhadap tingkah laku komunikasi
manusia perlu dipandang secara sosiologis. Riley dan Riley mengatakan bahwa
komunikan dalam menerima pesan yang disampaikan oleh komunikator tidak
Iangsung bereaksi begitu saja. Ada faktor-faktor di luar dirinya yang turut
mempengaruhi dan bahkan mengendalikan aksi dan reaksinya terhadap suatu
pesan yang diterimanya. Faktor-faktor yang dimaksud adalah terutama berkaitan
dengan peran dan kelompok primer (misalkan keluarga) dan kelompok Iainnya
yang menjadi rujukan (referensi) dan si komunikan. Nilai-nilai yang berlaku pada
kelompok primer dan kelompok rujukan inilah yang lazimnya mempengaruhi
komunikan dalam menentukan sikap dan tindakannya. Hal ini terjadi karena
umumnya orang akan selalu berusaha agar sikap dan tindakannya tidak terlalu
menyimpang dan nilai-nilai kelompok di lingkungannya.
Model dan Riley dan Riley ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Model Newcomb
Model komunikasi yang dikembangkan Newcomb merupakan model
komunikasi antarpribadi. Melalui modelnya ini Newcomb menggambarkan
tentang dinamika hubungan komunikasi antara dua individu tentang suatu objek
yang dipersoalkan mereka.
Menurut model Newcomb, yang kemudian dikenal dengan sebutan model
keseimbangan, pola komunikasi yang terjadi antara dua individu mempunyai dua
bentuk apabila dua orang yang berkomunikasi tentang suatu hal/objek sama-sama
mempunyai sikap menyukai atau memiliki selera. yang sama terhadap hal/objek
yang dibicarakan. Keadaan tidak seimbang terjadi apabila terdapat perbedaan
sikap di antara kedua orangtersebut. Namun, apabila keadaan tidak seimbang ini
terjadi, umumnya masing-masing pihak berupaya untuk mengurangi perbedaan
sehingga keadaan relatif seimbang biasa tercapai. Sementara kalau keadaan
seimbang terjadi masing-masing pihak berusaha untuk terus mempertahankannya.

Menjaga keseimbangan inilah yang menurut Newcomb merupakan hakikat utama


dan komunikasi antarpribadi.

Model Komunikasi

Shannon Dan

Weaver
Model

komunikasi

dan

Shannon dan Weaver melibatkan tujuh komponen komunikasi.Ketujuh komponen


komunikasi tersebut adalah information source (sumber informasi), message
(pesan), transmit (alat/saluran penyampaian), signal (tanda, sinyal), receiver (alat
penerima destination (sasaran penerima pesan), noise source (sumber gangguan
Gambar proses komunikasi menurut model ini adalah sebagai berikut :

I-S

= Information Source (sumber informasi)

= Message (pesan)

= Transmiter (alat/saluran penyampaian)

= Signal (tanda, sinyal)

= Receiver (alat penerima)

= Destination (sasaran penerima pesan)

N-S

= Noise source (sumber gangguan)

Gambar model komunikasi dan Shannon dan Weaver di atas menjelaskan


bahwa proses komunikasi dimulai dengan adanya suatu sumber Informasi (I-S).
Sumber informasi tersebut kemudian membentuk pesan atau serangkaian pesan
(M) untuk dikomunikasikan melalui alat/saluran penyampaian pesan tertentu (T).
Pesan yang disampaikan tersebut berbentuk sinyal (S) atau tanda (kata-kata verbal
lisan atau tertulis, gambar, dan lain-lain). Tahap berikutnya, Sinyal tersebut (R-S)
diterima melalui alat penerima tertentu (R) dan menjadi pesan (M) yang diterima
oleh pihak sasaran penerima (D). Dalam prakteknya, proses penyampaian pesan
ini juga tidak terlepas dan adanya gangguan atau noise yang timbul dan suatu
sumber gangguan (N-S). Gangguan tersebut antara lain dapat berupa gangguan
fisik (gaduh, suara bising, dan lain-lain). Apabila gangguan tersebut tidak dapat
diatasi maka makna atau arti pesan yang ditangkap oleh penerima (D),
kemungkinan berbeda dengan makna atau arti pesan yang dimaksud oleh sumber
pengirim (I-S).
Model Komunikasi Tubbs dan Moss
Menurut Tubbs dan Moss, komunikasi terbagi menjadi :
a) Komunikasi Linier, yaitu model komunikasi satu arah (one-way view of
communication).

Komunikator

memberikan

suatu

stimulus

dan

komunikan memberikan respon yang diharapkan tanpa proses seleksi dan


interpretasi; sehingga orang lain melakukan apa yang dikehendaki
komunikator.
b) Komunikasi dua arah (model interaksional), merupakan kelanjutan dari
model linier. Pada model ini, terjadi komunikasi umpan balik (feedback)
gagasan. Ada pengirim (sender) dan ada penerima (receiver) informasi, yg
melakukan seleksi, interpretasi, dan memberi respon balik (two-way),
maupun proses peredaraan atau perputaran arah (cyclical process), dan
setiap partisipan berperan ganda, baik sebagai sender maupun sebagai
receiver, terus seperti itu sebaliknya.
c) Komunikasi Transaksional, hanya dapat

dipahami

hubungan (relationship) di antara dua orang atau lebih.


Model Komunikasi Defleur

dalam

konteks

Model komunikasi yang dibuat oleh Melvin DeFleur pada dasarnya


merupakan pengembangan dari model komunikasi yang dibuat oleh Shannon dan
Weavervlodel DeFleur ini cocok untuk menggambarkan proses komunikasi
melalui media massa (komunikasi massa). Di dalamnya tercakup delapan
komponen proses komunikasi massa, yaitu: source, transmitter, channel, receiver,
destination, noise, mass medium device (sarana medium massa), dan feedback
device (sarana penyampai umpan balik).

Source : Sumber pengirim


Transmitter : Alat pengolah informasi
Channel : Saluran
Receiver : Penerima
Destination : Tujuan
Noise : Gangguan yang terjadi
Mass medium device : Perangkat media massa
Feedback device : Perangkat umpan balik
Gambar model komunikasi dari DeFleur dapat dijelaskan sebagai berikut.
Sumber (source) yang bermaksud mengkomunikasikan sesuatu hal kepada sasaran
penerima (destination) pertama-tama akan terlibat dalam proses pengolahan atau
pembentukan simbol-simbol pesan melalui transmiter, sehingga menghasilkan
suatu pesan yang bermakna. Simbol-simbol pesan ini kemudian disampaikan me!
alui suatu saluran atau channel (medium komunikasi massa seperti surat kabar,

majalah, radio, TV, dan lainlain). Pihak penerima (receiver) menerima simbolsimbol pesan tersebut melalui alat penerima tententu. Pihak penerima dalam
menerima pesan tersebut juga tenlibat dalam pnoses pengolahan dan pengartian
makan pesan dan kemudian bertindak menjadi sumber informasi (source)
membentuk simbol-simbol pesan tanggapannya melalui transmitter, selanjutnya
menyampaikannya kembali pesannya tersebut melalui suatu saluran medium
komunikasi massa (channel) kepada pihak sasaran penerima (yakni sumber
pertama yang mengirim pesan dan sekarang bertindak sebagai destination).
Demikianlah proses ini terusberlangsung secara dinamis dan berjalan secara
timbal balik. Namun, dalam prakteknya proses komunikasi yang terjadi tidak bisa
luput dan adanya gangguan-gangguan. Gangguan dapat timbul pada unsur
pengirim, transmitter, saluran yang dipergunakan, pihak penerima atau pada
pengartian makna pesan. Namun, menurut DeFleur, adanya gangguan inilah yang
menyebabkan proses komunikasi yang terjadi berjalan lebih dinamis
2.2.2

Model/Bentuk Komunikasi Dalam Penyluhan Perikanan

Model/bentuk komunikasi terbagi kedalam:


1. Komunikasi Langsung: komunikator dan komunikan langsung berkomunikasi
(tatap muka, menggunakan media)
a.

Komunikasi vertikal : terjadi antara bawahan terhadap atasan atau


sebaliknya
dalam konteks laporan atau menyampaikan hasil suatu kegiatan

b.

Komunikasi horizontal : terjadi sesama pejabat atau staf dalam konteks


diskusi bekerjasama dalam menyelesaian suatu kegiatan

c.

Komunikasi top down : terjadi pada saat pimpinan suatu instansi atau unit
kerja memberikan pengarahan, bimbingan dan pertemuan dimana atasan
memiliki informasi yang layak dan patut diketahui oleh bawahan

d.

Komunikasi botom-up : interaksi yang terjadi bawahan dengan atasan


dalam beberapa konteks pekerjaan

e.

Komunikasi internal : komunikasi antara pejabat maupun staf dalam satu


lingkup instansi atau organisasi.

f.

Komunikasi eksternal : segala bentuk interaksi yang terjadi antara individu


atau instansi dengan instansi lainnya.

2. Komunikasi tidak langsung: Komunikator dan komunikan tidak bertemu


(bahan cetakan: leaflet, folder, brosur, majalah, dll) (bahan tertayang: film)
a. Tidak ada tanya jawab
b. Pesan harus jelas dan tepat dan menarik
c. Media penyuluhan (leaflet, brosur, poster dll) agar mudah dipahami oleh
sasaran penyuluhan
3. Sasaran komunikan/penerima melalui Panca Indra dalam Komunikasi
a.

Indra penglihatan, misalnya bahan cetakan, album foto, slide tanpa suara;
yang hanya dapat digunakan untuk sasaran penyuluhan yang dapat
melihat.

b.

Indra pendengaran, misalnya Radio, yang hanya pemutaran tape recorder,


obrolan sore; dapat digunakan jika sasaran penyuluhan tidak mengalami
gangguan pendengaran.

c.

Kombinasi indra penerima, misalnya demontrasi cara/hasil, pemutaran


film, tv; merupakan kombinasi antara indra (AVA = Audio Visual Aids).
Secara garis besar model/bentuk komunikasi dilihat dari segi pesan yang

digunakan terbagi kedalam:


1.

Pesan Verbal
Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan

satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal
(Mulyana, 2005). Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan
aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan
dipahami suatu komunitas.
Cansandra L. Book (1980), dalam Mulyana (2005), mengemukakan agar
komunikasi kita berhasil, setidaknya bahasa harus memenuhi tiga fungsi, yaitu:

a. Mengenal dunia di sekitar kita. Melalui bahasa kita mempelajari apa saja yang
menarik minat kita, mulai dari sejarah suatu bangsa yang hidup pada masa lalu
sampai pada kemajuan teknologi saat ini.
b. Berhubungan dengan orang lain. Bahasa memungkinkan kita bergaul dengan
orang lain untuk kesenangan kita, dan atau mempengaruhi mereka untuk
mencapai tujuan kita. Melalui bahasa kita dapat mengendalikan lingkungan kita,
termasuk orang-orang di sekitar kita.
c. Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita. Bahasa memungkinkan
kita untuk lebih teratur, saling memahami mengenal diri kita, kepercayaankepercayaan kita, dan tujuan-tujuan kita.
Ketika kita berkomunikasi, kita menterjemahkan gagasan kita ke dalam
bentuk lambang (verbal atau nonverbal). Proses ini lazim disebut penyandian
(encoding). Bahasa adalah alat penyandian, tetapi alat yang tidak begitu baik (lihat
keterbatasan bahasa di atas), untuk itu diperlukan kecermatan dalam berbicara,
bagaimana

mencocokkan

kata

dengan

keadaan

sebenarnya,

bagaimana

menghilangkan kebiasaan berbahasa yang menyebabkan kerancuan dan


kesalahpahaman.

2.

Pesan Nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan pesan-

pesan nonverbal. Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua


peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. Secara teoritis
komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal dapat dipisahkan. Namun dalam
kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini saling jalin menjalin, saling melengkapi
dalam

komunikasi

yang

kita

lakukan

sehari-hari.Jalaludin

(1994)

mengelompokkan pesan-pesan nonverbal sebagai berikut:


A.

Pesan kinesik. Pesan nonverbal yang menggunakan gerakan tubuh yang

berarti, terdiri dari tiga komponen utama: pesan fasial, pesan gestural, dan pesan
postural.

a) Pesan fasial menggunakan air muka untuk menyampaikan makna tertentu.


Berbagai penelitian menunjukkan bahwa wajah dapat menyampaikan paling
sedikit sepuluh kelompok makna: kebagiaan, rasa terkejut, ketakutan,
kemarahan, kesedihan, kemuakan, pengecaman, minat, ketakjuban, dan
tekad. Penelitian-penelitian tentang wajah sebagai berikut:
(1) Wajah mengkomunikasikan penilaian dengan ekspresi senang dan tak
senang, yang menunjukkan apakah komunikator memandang objek
penelitiannya baik atau buruk;
(2) Wajah mengkomunikasikan berminat atau tak berminat pada orang lain atau
lingkungan;
(3) Wajah mengkomunikasikan intensitas keterlibatan dalam situasi
situasi;
(4) Wajah mengkomunikasikan tingkat pengendalian individu terhadap
pernyataan sendiri; dan wajah barangkali mengkomunikasikan adanya atau
kurang pengertian.
b) Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti mata
dan tangan untuk mengkomunikasi berbagai makna.
c) Pesan postural berkenaan dengan keseluruhan anggota badan, makna yang
dapat disampaikan adalah:
(a) Immediacy yaitu ungkapan kesukaan dan ketidak sukaan terhadap
individu yang lain. Postur yang condong ke arah yang diajak bicara
menunjukkan kesukaan dan penilaian positif;
(b) Power mengungkapkan status yang tinggi pada diri komunikator. Anda
dapat membayangkan postur orang yang tinggi hati di depan anda, dan
postur orang yang merendah;
(c) Responsiveness, individu dapat bereaksi secara emosional pada
lingkungan secara positif dan negatif. Bila postur anda tidak berubah,
anda mengungkapkan sikap yang tidak responsif.
B. Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang. Umumnya
dengan mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban kita dengan orang
lain.
C. Pesan artifaktual diungkapkan melalui penampilan tubuh, pakaian, dan

kosmetik.Walaupun bentuk tubuh relatif menetap, orang sering berperilaku


dalam hubungan dengan orang lain sesuai dengan persepsinya tentang
tubuhnya (body image). Erat kaitannya dengan tubuh ialah upaya kita
membentuk citra tubuh dengan pakaian, dan kosmetik.
D.

Pesan paralinguistik adalah pesan nonverbal yang berhubungan dengan


dengan cara mengucapkan pesan verbal. Satu pesan verbal yang sama dapat
menyampaikan arti yang berbeda bila diucapkan secara berbeda. Pesan ini
oleh Mulyana (2005) disebutnya sebagai parabahasa.

E.

Pesan sentuhan dan bau-bauan.


Alat penerima sentuhan adalah kulit, yang mampu menerima dan
membedakan emosi yang disampaikan orang melalui sentuhan. Sentuhan
dengan emosi tertentu dapat mengkomunikasikan: kasih sayang, takut, marah,
bercanda, dan tanpa perhatian. Bau-bauan, terutama yang menyenangkan
(wewangian) telah berabad-abad digunakan orang, juga untuk menyampaikan
pesan menandai wilayah mereka, mengidentifikasikan keadaan emosional,
pencitraan, dan menarik lawan jenis.
Mark L. Knapp dalam Jalaludin (1994), menyebut lima fungsi pesan

nonverbal yang dihubungkan dengan pesan verbal:


a. Repetisi, yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan
secara verbal.Misalnya setelah mengatakan penolakan saya, saya
menggelengkan kepala.
b. Substitusi, yaitu menggantikan lambang-lambang verbal. Misalnya
tanpa sepatah katapun kita berkata, kita menunjukkan persetujuan
dengan mengangguk-anggukkan kepala.
c. Kontradiksi, menolak pesan verbal atau memberi makna yang lain
terhadap pesan verbal. Misalnya anda memuji prestasi teman dengan
mencibirkan bibir, seraya berkata Hebat, kau memang hebat.
d. Komplemen, yaitu melengkapi dan memperkaya makna pesan
nonverbal. Misalnya, air muka anda menunjukkan tingkat penderitaan
yang tidak terungkap dengan kata-kata.
e. Aksentuasi, yaitu menegaskan pesan verbal atau menggaris bawahinya.
Misalnya, anda mengungkapkan betapa jengkelnya anda dengan
memukul meja.

Sementara itu, Dale G. Leathers (1976) dalam Mulayana (2005),


menyebutkan enam alasan mengapa pesan verbal sangat signifikan, yaitu:
a. Faktor-faktor nonverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi
interpersonal. Ketika kita mengobrol atau berkomunikasi tatap muka,
kita banyak menyampaikan gagasan dan pikiran kita lewat pesanpesan nonverbal. Pada gilirannya orang lainpun lebih banyak
membaca pikiran kita lewat petunjuk-petunjuk nonverbal.
b. Perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan noverbal
ketimbang pesan verbal.
c.

Pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang relatif bebas


dari penipuan, distorsi, dan kerancuan. Pesan nonverbal jarang dapat
diatur oleh komunikator secara sadar.

d. Pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang sangat


diperlukan untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi.
Fungsi metakomunikatif artinya memberikan informasi tambahan
yang memeperjelas maksud dan makna pesan. Diatas telah kita
paparkan pesan verbal mempunyai fungsi repetisi, substitusi,
kontradiksi, komplemen, dan aksentuasi.
e.

Pesan nonverbal merupakan cara komunikasi yang lebih efisien


dibandingkan dengan pesan verbal. Dari segi waktu, pesan verbal
sangat tidak efisien. Dalam paparan verbal selalu terdapat redundansi,
repetisi, ambiguity, dan abtraksi. Diperlukan lebih banyak waktu
untuk mengungkapkan pikiran kita secara verbal.

f.

Pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat. Ada


situasi komunikasi yang menuntut kita untuk mengungkapkan gagasan
dan emosi secara tidak langsung. Sugesti ini dimaksudkan
menyarankan sesuatu kepada orang lain secara implisit (tersirat).

BAB III
KESIMPULAN
3.1

Kesimpulan

Penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu sosial yang mempelajarai sistem dan
proses perubahan pada individu serta masayarakat agar dapat terwujud perubahan
yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan. Komunikasi adalah suatu proses
yang dinamis dan melibatkan banyak unsur atau faktor. Kaitan antara satu
unsur/faktor dengan unsur/faktor lainnya dapat bersifat struktural atau fungsional.
Model komunikasi dapat diartikan sebagai representasi dari suatu peristiwa
komunikasi. Melalui model komunikasi bisa dilihat faktor-faktor yang terlibat
dalam proses komunikasi.
Menurut Lasswell, persoalan komunikasi menyangkut 5 (lima) pertanyaan
sederhana sebagai berikut :

Who? (siapa?)
Says what? (mengatakan apa?)
To which channels? (melalui saluran apa?)
To whom? (kepada siapa?)
With what effect? (dengan akibat apa?)

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, S. 2000. Kontribusi Penyuluhan Pembangunan Dalam Mendukung
Otonomi Daerah. Disajikan Seminar Pemberdayaan Sumberdaya
Manusia Menuju Terwujudnya Masyarakat Madani di Bogor, 25-26
September 2004.
Ban, van den, A.W. dan Hawkins, A.S.1986. Penyuluhan Pertanian, Kanisius,
Yogyakarta.
Ibrahim, JT, dkk. 2003 Komunikasi dan Penyuluhan. UMM Press Malang.
Juni Pranoto dan Wahyu Suprapti, 2006. Membangun Kerjasama Tim
(Team Building). Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia,
Jakarta.
Tim Pusbangluh, 2008. Modul Dasar-dasar Komunikasi. Pusat Pengembangan
Penyuluhan BPSDMKP, Jakarta.
UU No 16 Tahun 2006. Tentang Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai