MODUL TELINGA
RADANG TELINGA TENGAH
EDISI I
KOLEGIUM
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH
KEPALA DAN LEHER
2008
0
Modul Telinga
Radang Telinga Tengah
Hari:
Waktu:
2 x 60 menit (kuliah/ diskusi)
3 x 120 menit (bimbingan)
4 minggu
PERSIAPAN SESI
REFERENSI
1. Bailey B. J, Johnson J. T Middle ear and Temporal Bone Trauma in Head and Neck
Surgery-Otolaryngology, Fourth edition, Volume two, Lippincott Wilkins, 2006
2. Lee K.J, Trauma in Otolaryngology and Head and Neck Surgery, Elseiver Science
Publishers, 1989
3. Scott & Brown
Modul Telinga
Radang Telinga Tengah
KOMPETENSI
Mampu membuat diagnosis radang telinga tengah berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan-pemeriksaan tambahan (misalnya otomikroskopi, pemeriksaan X-Ray, CT Scan ).
Dapat memutuskan dan mampu menangani masalah tersebut secara mandiri hingga tuntas
Keterampilan
Setelah mengikuti sesi ini peserta didik diharapkan terampil dalam :
1. Menjelaskan anatomi , topogarafi, fisiologi telinga
2. Menjelaskan etiologi dan macam-macam radang telinga tengah
3. Menjelaskan patofisiologi, gambaran klinis, dan terapi radang telinga tengah
4. Menjelaskan pemeriksaan penunjang diagnosis
5. Menjelaskan komplikasi dan penanganan radang telinga tengah
6. Menjelaskan teknik operasi pada radang telinga tengah dan komplikasinya
7. Melakukan perencanaan tatalaksana penderita radang telinga tengah (follow-up
selanjutnya)
8. Melakukan terapi terhadap radang telinga tengah
9. Melakukan tindakan pembedahan pada radang telinga tengah
10. Melakukan perawatan pra operatif ( memberikan penjelasan kepada penderita dan
keluarga, informed concern) dan pasca operasi serta mampu mengatasi komplikasi yang
terjadi.
GAMBARAN UMUM
Radang telinga tengah atau yang sering disebut sebagai otitis media adalah inflamasi/ peradangan
sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah. Banyak klasifikasi otitis media yang diajukan oleh
para ahli. Secara mudah otitis media dibagi menjadi otitis media supuratif dan otitis media non
supuratif. Dari segi waktu, otitis media terdiri atas otitis media akut dan kronis. Kejadian otitis
media dipengarhi oleh berbagai faktor, antara lain usia, gizi, tingkat sosio-ekonomi, faktor
imunitas dan kekerapan menderita infeksi saluran napas atas (ISPA).
Otitis media akut (OMA) terdiri atas beberapa stadium, yaitu stadium oklusi tuba, stadium
hiperemis, stadium supurasi, stadium perforasi, dan stadium resolusi. Tanda dan gejala klinik
tergantung dari stadium OMA. Apabila tidak mengalami penyembuhan yang sempurna penyakit
ini dapat berlanjut enjadi otitis media efusi (OME) atau otitis media supuratif kronik (OMSK).
OMSK terdiri atas 2 tipe, yaitu OMSK tipe aman (tipe mukosa/ tipe jinak) dan OMSK tipe
bahaya (tipe tulang). OMSK tipe bahaya ditandai dengan adanya kolesteatoma.
Diagnosis otitis media ditegakkan berdasarkan pemeriksan otoskopi/ otomikroskopi. Komplikasi
gangguan pendengaran dapat diketahui dengan pemeriksaan penala serta pemeriksaan
audiometri. Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan radiologi baik konvensional maupun
tomografi komputer dapat membantu memvisualisasikan derajat destruksi tulang.
Komplikasi otitis media antara lain komplikasi intratemporal dan intrakranial. Komplikasi
intratemporal yang dapat terjadi adalah gangguan pendengaran, destruksi tulang dan paresis
fasialis. Sedangkan komplikasi intrakranial dapat berupa meningitis, ensefalitis, hidrosefalus dan
trombosis sinus lateralis. Tatalaksana otitis media dapat berupa terapi konservatif maupun
operatif
Modul Telinga
Radang Telinga Tengah
CONTOH KASUS
Kasus 1.
Seorang anak laki-laki berusia 4 tahun dibawa orang tuanya ke Instalasi Gawat Darurat pada
malam hari dengan keluhan keluar cairan dari telinga kiri sejak 2 hari. Pasien menderita batuk
pilek sejak 1 minggu dan demam tinggi 3 hari yang lalu. Keadaan umum pasien saat datang:
kompos mentis, subfebris. Pemeriksaan otoskopi kanan liang telinga lapang, membran timpani
utuh, hiperemis. Sedangkan telinga kiri: terdapat sekret mukoid di liang telinga kiri dan terdapat
perforasi sentral pada membran timpani.
Diskusi :
1. Lengkapkan anamnesis pada pasien ini
2. Lengkapkan pemeriksaan fisik pada pasien ini
3. Apa diagnosis kerja yang paling mungkin untuk pasien ini
4. Jelaskan patogenesisinya
5. Apa komplikasi yang mungkin terjadi
6. Bagaimana penatalaksaan pada pasien ini
Jawaban :
1. Perlu ditanyakan apakah keluhan ini timbul pertama kali ataukah berulang-ulang. Adakah
kemungkinan terjadi gangguan dengar pada anak ini. Apakah penderita sering bernafas
melalui mulut.
2. Bagaimana ukuran tonsil, bila mungkin dilihat ukuran adenoid. Bagaimana keadaan
cavum nasi. Adakah tanda-tanda infeksi pada hidung.
3. Diagnosis kerja untuk pasien ini adalah otitis media akut perforata
4. Gangguan fungsi tuba Eustachius merupakan faktor utama awal terjadinya otitis media.
Pada gangguan tersebut fungsi tuba sebagai equalizer, proteksi telinga tengah, dan fungsi
ventilasi tidak dapat berjalan dengan baik. Dengan demikian kan terjadi tekanan negatif di
telinga tengah, yang menyebabkan transudasi cairan hingga supurasi.
5. Dapat terjadi komplikasi intrakranial seperti meningitis.
6. Pada pasien ini diberikan antibiotila yang sesuai berdasarkan kuman penyebab terbanyak
infeksi primer (hidung). Stadum Perforasi : di berikan H2O2 3% selama 3-5 hari dan
diberilan antibiotika.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Pembelajaran materi ini bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku
yang terkait dengan kompetensi yang diperlukan, yaitu:
1. Menguasai anatomi, topografi, fisiologi telinga
2. Mampu menjelaskan etiologi dan macam-macam radang telinga tengah.
3. Mampu menjelaskan patofisiologi, komplikasi, gambaran klinis, serta mendiagnosis kasus
radang telinga tengah.
4. Dapat membuat perencanaan tatalaksana penderita radang telinga tengah (follow-up
selanjutnya).
5. Melakukan tindakan pembedahan pada radang telinga tengah
6. Mampu menjelaskan komplikasi dan penanganan radang telinga tengah
7. Mampu melakukan perawatan praoperatif (memberikan penjelasan kepada penderita dan
keluarga, informed concent) dan perawatan pasca-operasi serta mampu mengatasi
komplikasi yang terjadi.
Modul Telinga
Radang Telinga Tengah
METODE PEMBELAJARAN
Tujuan 1. Menguasai anatomi, topografi, dan fisiologi telinga
Untuk mencapai tujuan ini maka dipilih metode pembelajaran berikut ini:
Belajar mandiri
Kuliah
Diskusi kelompok
Pelatiham deseksi tulang temporal
Harus diketahui :
Anatomi telinga
Fisiologi telinga
Surgical anatomi
Topografi dan landmark bedah mikro telinga
Tujuan 2. Mampu menjelaskan etiologi, patofisiologi dan macam-macam radang telinga
tengah.
Workshop/ pelatihan
Belajar mandiri
Kuliah
Diskusi kelompok
Continuing professional development
Harus diketahui :
Etiologi dan predisposisi
Patofisiologi
Patogenesis penyakit
Tujuan 3. Mampu menjelaskan gambaran klinis, diagnosis, serta komplikasi kasus radang
telinga tengah.
Belajar mandiri
Kuliah
Diskusi kelompok
Visite bedside teaching
Praktik pada pasien
Continuing professional development
Harus diketahui :
Gejala (keluhan pasien)
Tanda klinis penyakit
Pemeriksaan penunjang
Diagnosis kerja dan diagnosis definitive
Komplikasi penyakit
Patofisiologi komplkasi
Tujuan 4. Dapat membuat perencanaan tatalaksana penderita radang telinga tengah
(follow-up selanjutnya)
Belajar mandiri
Kuliah
Diskusi kelompok
Visite bedside teaching
4
Modul Telinga
Radang Telinga Tengah
Modul Telinga
Radang Telinga Tengah
Harus diketahui :
Persiapan praoperatif
Perawatan properatif
Perawatan pascaoperasi
EVALUASI
1. Pada awal pertemuan dilaksanakan pre test dalam bentuk tertulis sesuai dengan tingkat masa
pendidikan yang bertujuan untuk menilai kinerja awal yang dimiliki peserta didik dan untuk
mengidentifikasi kekurangan yang ada. Materi pretest terdiri atas :
- Anatomi dan fisiologi telinga
- Penegakan diagnosis
- Teknik operasi
- Follow up
2. Selanjutnya dilakukan small group discussion bersama dengan fasilitator untuk membahas
kekurangan yang teridentifikasi, membahas isi dan hal-hal yang berkenaan dengan penuntun
belajar, kesempatan yang akan diperoleh pada saat bedside teaching dan proses penilaian.
3. Setelah mempelajari penuntun belajar ini, mahasiswa diwajibkan untuk mengaplikasikan
langkah-langkah yang tertera dalam penuntun belajar dalam bentuk role play dan temantemannya (Peer Assisted Evaluation) atau kepada SP (Standardized Patient). Pada saat
tersebut, yang bersangkutan tidak diperkenankan membawa penuntun belajar, penuntun
belajar yang dipegang oleh teman-temannya untuk melakukan evaluasi (Peer Assisted
Evaluation) setelah dianggap memadai, melalui metode bedside teaching dibawah
pengawasan fasilitator, peserta dididik mengaplikasikan penuntun belajar kepada model
anatomik dan setelah kompetensi tercapai peserta didik akan diberikan kesempatan untuk
melakukannya pada pasien sesungguhnya. Pada saat pelaksanaan evaluator melakukan
pengawasan langsung (direct observation), dan mengisi formulir penilaian sebagai berikut :
- perlu perbaikan : pelaksanaan belum benar atau sebagian langkah tidak dilaksanakan.
- Cukup : pelaksanaan sudah benar tetapi tidak efisien, misal pemeriksaan terdahulu lama
atau kurang memberi kenyamanan kepada pasien.
- Baik : pelaksanaan benar dan baik (efisien)
4. Setelah selesai bedside teaching, dilakukan kembali diskusi untuk mendapatkan penjelasan
dari berbagai hal yang tidak memungkinkan dibicarakan di depan pasien, dan memberi
masukan untuk memperbaiki kekurangan yang ditemukan.
5. Self assesment dan Peer Assisted Evaluation dengan mempergunakan penuntun belajar.
6. Pendidik/ fasilitas :
- pengamatan langsung dengan memakai evaluation checklist form (terlampir)
- penjelasan lisan dari peserta didik/ diskusi
- Kriteria penilaian keseluruhan : cakap/ tidak cakap/ lalai
7. Di akhir penilaian peserta didik diberi masukan dan bila diperlukan diberi tugas yang dapat
memperbaiki kinerja (task-based medical education)
8. Pencapaian pembelajaran :
- Ujian OSCA (K,P,A), dilakukan pada tahapan THT dasar oleh kolegium I. THT
- Ujian akhir stase, setiap divisi/ unit kerja oleh masing-masing sentra pendidikan.THT lanjut
oleh kolegium ilmu THT.
- Ujian akhir kognitif, dilakukan pada akhir tahapan THT lanjut oleh kolegium ilmu THT.
Modul Telinga
Radang Telinga Tengah
Sama dengan kuesioner sebelum pembelajaran, sehingga dapat dilakukan pembandingan nilai
sebelum dan sesudah pembelajaran
Essay/ Ujian Lisan
Soal :
Seorang anak berusia 2 tahun dibawa oleh ibunya ke poli THT dengan keluhan mulut mencong
ke kanan sejak 3 hari. Sejak 1 minggu yang lalu pasien mengalami batuk pilek, demam tinggi dan
keluar cairan dari telinga kiri 5 hari yang lalu
a) Sebutkan diagnosis kerja yang palin mungkin pada pasien ini
b) Sebutkan 3 pemeriksaan penunjang yang diperlukan dan jelaskan tujuan pemeriksaan
c) Jelaskan penatalaksanaan yang komprehensif pada pasien ini
Jawaban :
a) Otitis media akut dengan komplikasi paresis n. Fasialis
b) Tes Topografi, audiogram, foto polos stenver schuller
c) Antibiotika lokal dan sisitemik sesuai kuman penyebab terbanyak, kortikostreroid dosis
tinggi, H2O2 3 % untuk drainase sekret
Modul Telinga
Radang Telinga Tengah
Perlu perbaikan: langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang seharusnya atau
urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan)
Mampu: langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya (jika harus berurutan).
Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaikan atau membantu untuk kondisi di luar normal
Mahir: langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu kerja yang sangat efisien
T/D
Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak perlu diperagakan)
TANGGAL: .................................
KEGIATAN
KASUS
PASCA MIRINGOTOMI
- Instruksi pasca operasi
a. pemberian antibiotik oral
b. pemberian analgetik/antinflamasi
c. rencana evaluasi 7 hari pasca-miringotomi
Modul Telinga
Radang Telinga Tengah
PENUNTUN BELAJAR II
PROSEDUR TIMPANOMASTOIDEKTOMI
Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut.:
1
Perlu perbaikan: langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang seharusnya atau
urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan)
Mampu: langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya (jika harus berurutan).
Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaikan atau membantu untuk kondisi di luar normal
Mahir: langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu kerja yang sangat efisien
T/D
Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak perlu diperagakan)
TANGGAL: .................................
KEGIATAN
KASUS
Modul Telinga
Radang Telinga Tengah
KEGIATAN
- Bor korteks mastoid dengan landmark segitiga Mc Ewen,
dengan mengidentifikasi dinding posterior liang telinga, linea
temporalis dan spina Henle. Identifikasi tegmen timpani,
tegmen mastoid, sinus sigmoid dan kanalis semisirkulatis
lateralis.
Mastoidektomi dalam
- Identifikasi aditus ad antrum, fosa inkudis, solid angle dan N.
Fasialis pars vertikal. Bila ada jaringan patologis/ jaringan
granulasi dibersihkan
Identifikasi inkus, inkudimaleolar join dan maleus serta
periksa mobilitas osikel dan patensi aditus ad antrum. Bila perlu
dilakukan timpanotomi posterior.
- Pasang tandur yang sudah disiapkan dengan salah satu teknik
pemasangan graft (inlay, underlay, overlay, inlay-underlay),
sesuai dengan tipe timpanoplasti
- Diletakkan tampon liang telinga yang sudah dilapisi oleh
salep antibiotik.
- Luka operasi ditutup dengan jahitan lapis demi lapis
- Bila perlu dipasang pipa salir di daerah insisi
KASUS
PASCA OPERASI
Instruksi pasca operasi
- pemberian antibiotika
- pemberian analgetik/atiinflamasi
- evaluasi pascaoperasi berupa adanya: perdarahan, paresis N.
fasialis dan gangguan pendengaran sensorineurineural
- rencana pasien dipulangkan 2 hari pascaoperasi
- tampon luar dikeluarkan 1 minggu pascaoperasi dan tampon
dalam 2 minggu pascaoperasi
10
Modul Telinga
Radang Telinga Tengah
Perlu perbaikan: langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang seharusnya atau
urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan)
Mampu: langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya (jika harus berurutan).
Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaikan atau membantu untuk kondisi di luar normal
Mahir: langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu kerja yang sangat efisien
T/D
Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak perlu diperagakan)
TANGGAL: .................................
KEGIATAN
KASUS
11
Modul Telinga
Radang Telinga Tengah
KEGIATAN
KASUS
12
Modul Telinga
Radang Telinga Tengah
PESERTA: ................
TANGGAL: .......................
KEGIATAN
NILAI
Langkah-langkah
1. Mempersiapkan alat-alat yang digunakan
2. Fiksasi posisi pasien duduk atau baring, gunakan bantuan
mikroskop
3.Tindakan usap liang telinga menggunakan kapas aplikator
dengan alkohol 70%
4. Insisi daerah membran timpani yang menonjol
5. Isap sekret yang keluar
6. Besrsihkan liang telinga dari sekret
13
Modul Telinga
Radang Telinga Tengah
PESERTA:..............................
TANGGAL:..................................
KEGIATAN
NILAI
1. Persiapan tindakan
2. Infiltrasi daerah operasi
3. Insisi daerah retroaurikular
4. Pengambilan graft fasia muskulus temporalis
5.Mastoidektomi superfisialis:
a. Identifikasi tegmen timpani dan tegmen mastoid
b. Identifikasi sinus sigmoid
c. Identifikasi kanalis semisirkularis
6. Mastoidektomi dalam:
Identifikasi aditus ad antrum
Identifikasi fossa inkudis dan osikel
Identifikasi kanalis fasialis
7. Pemasangan graft
8. Pemasangan tampon telinga
9. Penutupan luka operasi
10. Pemasangan pipa salir
11. Monitoring pasca operasi
14
Modul Telinga
Radang Telinga Tengah
PESERTA:................................
TANGGAL:......................................
KEGIATAN
NILAI
1. Persiapan tindakan
2. Infiltrasi daerah operasi
3. Insisi retroaurikular
4. Pengambilan graft fasia muskulus temporalis
5.Mastoidektomi superfisialis:
Identifikasi tegmen timpani dan tegmen mastoid
Identifikasi sinus sigmoid
Identifikasi kanalis semisirkularis
6. Mastoidektomi dalam:
Identifikasi aditus ad antrum
Identifikasi fossa inkudis dan osikel
Identifikasi kanalis fasialis
7. Mengangkat jaringan patologis berupa jaringan granulasi dan
kolesteatoma
8. Meruntuhkan bridge
9. Merendahkan dinding posterior
10. Meatoplasti
11. Pemasangan tandur
12 Pemasangan tampon telinga
13. Penutupan luka operasi
15
Modul Telinga
Radang Telinga Tengah
MATERI PRESENTASI
LCD 1 : Anatomi Telinga
LCD
3
:
Patogenesis otitis
media
16
Modul Telinga
Radang Telinga Tengah
17
Modul Telinga
Radang Telinga Tengah
18
Modul Telinga
Radang Telinga Tengah
LCD 5 : Timpanosentesis
LCD 6 : OMSK
LCD 7 : OMSK
19
Modul Telinga
Radang Telinga Tengah
20
Modul Telinga
Radang Telinga Tengah
Modul Telinga
Radang Telinga Tengah
Modul Telinga
Radang Telinga Tengah
Modul Telinga
Radang Telinga Tengah
24
Modul Telinga
Radang Telinga Tengah
25
Modul Telinga
Radang Telinga Tengah
LCD 20 : Algoritma
Figure 1
26
Modul Telinga
Radang Telinga Tengah
LCD 21 : Algoritma
LCD 22 : Algoritma
27
Modul Telinga
Radang Telinga Tengah
LCD 23 : Algoritma
LCD 24 : Algoritma
28
Modul Telinga
Radang Telinga Tengah
MATERI BAKU
Otitis Media Akut
Definisi
Peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan
sel mastoid. Secara mudah otitis media dibagi atas otitis media non supuratif dan otitis media
supuratif. Dari segi waktu, otitis media dibagi menjadi otitis media akut dan otitis media kronik.
Ruang Lingkup
Faktor Presdiposisi
Otitis media akut terjadi karena
1. Pertahanan tubuh terganggu
2. Sumbatan tuba Eustachius
3. Infeksi saluran napas atas
4. Bentuk anatomi tuba
5. Alergi
Patogenesis
Gangguan fungsi tuba Eustachius merupakan faktor utama awal terjadinya otitis media.
Pada keadaan tersebut fungsi tuba sebagai equalizer, proteksi telinga tengah, dan fungsi ventilasi
tidak dapat berjalan dengan baik. Dengan demikian akan terjadi tekanan negatif di telingah
tengah, yang menyebabkan transudasi cairan hingga supurasi.
OMA terdiri atas beberapa stadium, yaitu (1) stadium oklusi tuba; (2) stadium hiperemis
(presupurasi); (3) stadium supurasi; (4) stadium perforasi; (5) stadium resolusi. Keluhan dan
gejala klinik tergantung dari stadium tersebut.
Gejala Klinis
1. Rasa nyeri dalam telinga (otalgia)
2. Demam
3. Riwayat batuk dan pilek
4. Rasa penuh ditelinga atau kurang dengar
Terapi
Tergantung dari stadiumnya
1. Stadium Oklusi : diberikan obat tetes hidung HCL efedrin 0,5%, pemberian antibiotik.
2. Stadium Presupurasi : analgetika, antibiotika (biasanya golongan ampicillin atau
penisilin) dan obat tetes hidung.
3. Stadium Supurasi : diberikan antibiotika dan obat-obat simptomatik. Dapat juga dilakukan
miringotomi bila membran timpani menonjol.
membran timpani masih utuh untuk mencegah perforasi.
4. Stadium Perforasi : Diberikan H2O2 3% selama 3-5 hari dan diberikan antibiotika
yang adekuat.
Komplikasi
1. Absess subperiosteal
2. Meningitis
3. Abses Otak
Daftar Pustaka
1.
Lee. K. J, Infections of the ear in otolaryngology Head and Neck Surgery, Mc Graw-Hill
Companies North America 2003, P: 474
2.
Ballenger J.J, Peradangan Akut Telinga Tengah dalam Penyakit Telinga, Hidung,
Tenggorok, Kepala dan Leher, Jilid dua, Edisi 13, bina rupa aksara, Jakarta, 1997, h: 385.
29
Modul Telinga
Radang Telinga Tengah
3.
Djaafar ZA, Helmi, Restuti RD. Kelainan Telinga Tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar
N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Penyakit Penyakit Telinga Hidung Tenggorok
Edisi keenam. Balai Penerbit FK UI, Jakarta, 2007. h: 64-77.
30
Modul Telinga
Radang Telinga Tengah
Tatalaksana OMSK tipe bahaya dengan komplikasi intrakranial dapat dilihat di Algoritma 4.
LCD 25 : Algoritma
Timpanomastoidektomi
Definisi
Mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy) adalah tindakan membuka korteks mastoid
dari arah permukaan luarnya, membuang jaringan patologis seperti tulang yang nekrotik atau
jaringan lunak serta jaringan granulasi.
Ruang Lingkup
Terdapat OMSK yaitu radang kronis telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan
riwayat keluarnya sekret dari telinga (otore) lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang
timbul. Juga dapat dilakukan pada eksplorasi kasus mastoiditis koalesen yang tidak memberikan
respons baik dengan terapi konservatif.
Indikasi Operasi
- OMSK tipe aman, dengan perforasi menetap lebih dari 3 bulan dengan keadaan keluar cairan
berulang dan gangguan pendengaran
- Mastoiditis koalesen
- Abses subperiosteal retroaurikular
Kontra Indikasi Operasi
- Pada only hearing ear
- Pada telinga yang secara signifikan lebih baik sedang pendengaran kontralateral tidak dapat
ditolong dengan alat bantu dengar.
- Pasien dengan risiko apabila dilakukan pembedahan
- Keadaan yang tidak memungkinkan dilakukan perawatan pascaoperasi dengan baik
- Otitis eksterna maligna
- Tumor telinga
31
Modul Telinga
Radang Telinga Tengah
Pemeriksaan Penunjang
- Audiometri nada murni, dapat disertai audiometri tutur
- Foto mastoid (Schuller)
- CT scan temporal (jika perlu dan memungkinkan)
- Kultur dan tes sensitivitas sekret telinga
Teknik Operasi
- Digunakan anestesi umum. Dapat dilakukan dengan anestesi lokal jika anestesi umum
dikontraindikasikan.
- Dapat dilakukan insisi endaural. Insisi retroaurikular memberikan pemaparan yang lebih baik.
- Mastoidektomi superfisialis:
Bor korteks mastoid dengan landmark segitiga Mc Ewen, dengan mengidentifikasi dinding
posterior liang telinga, linea temporalis dan spina Henle. Identifikasi tegmen timpani, tegmen
mastoid, sinus sigmoid dan kanalis semisirkulatis lateralis
Mastoidektomi dalam
- Identifikasi aditus ad antrum, fosa inkudis, solid angle dan N. Fasialis pars vertikal. Bila
ada jaringan patologis/ jaringan granulasi dibersihkan
- Identifikasi inkus, inkudimaleolar join dan maleus serta periksa mobilitas osikel dan
patensi aditus ad antrum. Bila perlu dilakukan timpanotomi posterior.
- Pasang tandur yang sudah disiapkan dengan salah satu teknik pemasangan graft (inlay,
underlay, overlay, inlay-underlay), sesuai dengan tipe timpanoplasti yang dilakukan
- Diletakkan tampon liang telinga yang sudah dilapisi oleh salep antibiotik, yang terdiri
atas tampon dalam dan tampon luar.
- Luka operasi ditutup dengan jahitan lapis demi lapis
- Bila perlu dipasang pipa salir di daerah insisi
Komplikasi
- Paralisis fasial
- Cedera sinus (sinus sigmoid, sinus petrosal superior dan bulbus jugularis)
- Cedera dura
- Subluksasi inkus
- Ekstraksi inkus
- Tuli nada tinggi traumatik
- Anakusis
- Stenosis meatal
- Fiksasi tulang maleus dan inkus
Perawatan Poscaoperasi
- Verban mastoid diganti setiap hari
- Drain dilepas apabila sudah tidak ada darah
- Pemberian antibiotik sesuai kultur dan tes resistensi hingga
- Pasien meninggalkan rumah sakit segera setelah drain dilepas.
- Jahitan dibuka pada hari ke 6-7 atau setelah luka operasi kering
- Tampon dalam dikeluarkan setelah 1-2 minggu
Daftar Pustaka
1. Tos, M. Mannual of Middle Ear Surgery, Vol. 2, Thieme Medical Publishers Inc. New York,
1993, 96-105
2. Johnson, GD; Simple Mastoid Operation, dalam Glascock-Shambaughs Surgery of the Ear,
5th edition, BC Decker Inc. Ontario, 2003, 487-97.
3. Frootko, NJ. Reconstruction of the Middle Ear, dalam Scott Browns Otolaryngology, Vol.3,
6th edition, Butterworth Heinemann, Oxford, 1997, 3/11/1-25.
4. Helmi, Otitis Medis Supuratif Kronis, Balai Penerbit FK-UI, Jakarta, 2005, 147-150
32
Modul Telinga
Radang Telinga Tengah
Mastoidektomi Modifikasi
Kompetensi
Dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan mastoidektomi modifikasi (konsep,
teori, prinsip maupun indikasi, cara melakukan, komplikasi dan sebagainya). Selain itu selama
pendidikan pernah melihat atau pernah didemonstrasikan keterampilan mastoidektomi
modifikasi.
Definisi
Modifikasi dari mastoidektomi radikal dengan mempertahankan pendengaran yang masih tersisa
Indikasi
Kolesteatoma dengan otore yang kronis atau berulang dimana fungsi koklea yang tersisa adalah
hal yang dipertimbangkan dari timpanoplasti masa depan dan ketika exteriorisasi kolesteatoma
diinginkan.
Pada kasus-kasus dengan kolesteatoma pada atik, antrum atau prosesus mastoid.
Anestesi
Biasanya dilakukan dengan anestesi umum. Anestesi lokal bisa dilakukan pada kasus-kasus yang
tidak memungkinkan pasien dibius.
Teknik operasi
1. Insisi postaural atau endaural
2. Retraksi jaringan lunak dan memaparkan daerah mastoid. Daerah mastoid mulai dari pangkal
posterior tulang zigoma sampai ke belakang sudut suprameatal dan diatas linea temporalis
sampai ke bagian bawah tip mastoid dibuka dengan cara mengelevasi periosteum dan
meretraksi luka insisi.
3. Mengangkat tulang dan membuka atik dan antrum. Dengan bantuan bor tulang diangkat dari
daerah sudut supra meatal, spine of henle, pangkal tulang zigoma sampai ke bagian atas
dinding anterior meatus, bagian atas dinding superior meatus juga diruntuhkan. Tindakan ini
akan memaparkan daerah antrum dan atik. Kemudian dilakukan identifikasi daerah tegmen
mastoid dan kanalis semi sirkularis.
4. Angkat jaringan patologis. Kolesteatoma, granulasi dan mukosa yang tidak sehat diangkat.
Inkus dan kepala dari maleus perlu untuk diangkat apabila kolesteatoma meluas ke arah
medial, tetapi sedapat mungkin dipertahankan.
5. Facial ridge direndahkan
6. Kavum mastoid dihaluskan dengan bor pemoles, kemudian irigasi dengan normal saline.
7. Rekonstruksi mekanisme pendengaran. Pars tensa dari membran timpani dan telinga tengah
apabila sehat, dibiarkan/tidak diganggu. Bila penyakit meluas ke telinga tengah, hanya
jaringan ireversibel yang dibuang. Rekonstruksi dari membran timpani atau rantai osikel,
apabila rusak dapat dilakukan (mastoidektomi dengan timpanoplasti)
8. Meatoplasti dan penutupan luka operasi sama pada mastoidektomi radikal.
Komplikasi operasi
Cedera nervus fasialis.
Perikondritis daun telinga.
Kebocoran dura atau sinus sigmoid.
Labirintitis
Trauma telinga dalam
Pemeriksaan penunjang
1. Kultur dan tes resistensi
2. Rontgen Mastoid
3. CT scan temporal (jika perlu dan memungkinkan)
4. Audiometri nada murni, dapat disertai audiometri tutur
33
Modul Telinga
Radang Telinga Tengah
Perawatan pascabedah
Perban mastoid (perban melingkari kepala) dibuka keesokan harinya, diganti dengan perban biasa
yang menutup luka operasi dan liang telinga. Perban tersebut dibuka pada hari ke 7 sekaligus
buka jahitan kulit. Tampon liang telinga bagian luar sebaiknya diangkat sekalian, tampon liang
telinga dalam diangkat pada minggu ke 2.
Setelah itu, bila dianggap perlu pasien diinstruksikan meneteskan obat tetes telinga pada
malam hari. Pemberian antibiotik oral pasca operasi tergantung tanda-tanda infeksi yang
ditemukan waktu operasi dan lamanya operasi serta keyakinan operator terhadap bersihnya
lingkungan tempat operasi dilakukan.
Follow-up
Evaluasi operasi dipantau secara periodik 1mingu pascaoperasi, 2 minggu, 4 minggu, 6 minggu, 8
minggu dan 12 minggu. Selanjutnya setiap 6 bulan-tahun sekali untuk mencegah terjadinya
debris dan infeksi. Audiometri nada murni dilakukan setelah 2 3 bulan pascaoperasi.
Daftar Pustaka
1. Chole RA, Brodie HA, Jacob A. Surgery of the Mastoid and Petrosa. In Byron J. Bailey &
Jonas T. Johnson Head and Neck Surgery Otolaryngology. Vol 2. 4 th. Lippincott Williams &
Willimns. Philadelphia. 2006. p: 2101-2
2. Dhingra PL. Radical Mastoidectomy. In. Diseases of Ear, Nose and Throat. 3 th Ed. Elsevier.
New Delhi. 2004. p: 466-7
3. Glasscock ME, Shambaugh GE. The Open Cavity Mastoid Operations. 4th Ed. W.B. Saunders
Company. Philadelphia. 1990. p: 231-2
4. Helmi. Bedah Telinga Tengah untuk Otitis Media Supuratif Kronis. Penerbit FK UI Jakarta.
2005. h: 170
Mastoidektomi Radikal
Kompetensi
Dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan mastoidektomi radikal (konsep,
teori, prinsip maupun indikasi, cara melakukan, komplikasi dan sebagainya). Selain itu selama
pendidikan pernah melihat atau pernah didemonstrasikan keterampilan mastoidektomi radikal.
Definisi
Tindakan membuang seluruh sel-sel mastoid di rongga mastoid, meruntuhkan seluruh
dinding belakang liang telinga, pembersihan seluruh sel mastoid yang mempunyai drainase ke
kavum timpani yaitu membersihkan total sel-sel mastoid disudut sinodural, didaerah segitiga
Trautmann, disekitar kanalis facialis, disekitar liang telinga yaitu di prosesus zigomatikus, juga di
prosesus mastoideus sampai ke ujung mastoid. Kemudian membuang inkus dan maleus, hanya
stapes atau sisa yang dipertahankan, sehigga terbentuk kavitas operasi yang merupakan gabungan
rongga mastoid, kavum timpani dan liang telinga.
Indikasi
OMSK tipe bahaya
Tumor telinga
Kontraindikasi
Otitis media kronik tipe benigna dengan perforasi sentral dan tanpa kolesteatom.
Otitis media akut dengan mastoiditis.
Otitis media tuberculosis.
Otitis media sekretori persistent atau otitis media alergi kronik.
34
Modul Telinga
Radang Telinga Tengah
Pemeriksaan penunjang
1. Kultur dan tes resistensi
2. Rontgen Mastoid (Schuller)
3. CT scan temporal (jika perlu dan memungkinkan)
4. Audiometri nada murni, audiometri tutur
Setelah memehami, menguasai dan mengerjakan modul ini maka diharapkan seorang dokter ahli
mempunyai kompetensi serta penerapannya dapat dikerjakan di RS pendidikan dan RS jaringan
pendidika, serta dapat dipergunakan oleh program studi disiplin ilmu terkait.
Anestesi
Biasanya dilakukan dengan anestesi umum. Lokal anestesi dilakukan hanya pada kasus yang
tidak memungkinkan pasien dibius.
Teknik operasi
Dilakukan insisi postaural atau endaural
Retraksi jaringan lunak dan memaparkan daerah mastoid. Daerah mastoid mulai dari pangkal
posterior tulang zigoma sampai ke belakang sudut suprameatal dan diatas linea temporalis
sampai ke bagian bawah tip mastoid dibuka dengan cara mengelevasi perios
Mastoidektomi superfisialis:
Identifikasi tegmen timpani dan tegmen mastoid
Identifikasi sinus sigmoid
Identifikasi kanalis semisirkularis
Mastoidektomi dalam:
Identifikasi aditus ad antrum
Identifikasi fossa inkudis dan osikel
Identifikasi kanalis fasialis
Mengangkat jaringan patologis berupa jaringan granulasi dan kolesteatoma
Meruntuhkan bridge
Merendahkan dinding posterior
Meatoplasti. Suatu flap dasar lateralnya pada konka yang berasal dari posterior dan superior
dinding meatus dan masuk ke dalam kavum mastoid melapisi daerah fasial ridge.Tindakan ini
membantu epitelisasi kavum mastoid. Kartilago konka dapat dilepaskan untuk memperlebar
meatus dan mempermudah melihat dan melakukan tindakan pada kavum timpani.
Jika kavum mastoid sangat besar dan kolesteatoma bersih, maka dilakukan obliterasi dengan
muskulus temporal atau jaringan lunak, hati-hati pada sisa penyakit (kolesteatoma) yang
tertinggal di bawah.
Menutup luka operasi. Kavum timpani ditutup dengan kain kasa, yang diberi antibiotik atau
antiseptik, dan luka operasi dijahit satu persatu.
Komplikasi operasi
1. Paralisis nervus facialis.
2. Perikondritis daun telinga.
3. Kebocoran dura atau sinus sigmoid.
4. Labirintitis.
5. Kista coklat atau mukus.
6. Kolesteatome berulang.
7. Terbentuknya jaringan granulasi.
Perawatan pascabedah
Perban mastoid (perban melingkari kepala) dibuka keesokan harinya, diganti dengan perban
biasa yang menutup luka operasi dan liang telinga. Perban tersebut dibuka pada hari kalierikutnya
jahitan dibuka pada hari ke 7. Tampon dalam dikeluarkan pada hari ke 10-14, kecuali terjadi
infeksi dapat diganti sebelum hari ke 10.
35
Modul Telinga
Radang Telinga Tengah
Setelah itu, bila dianggap perlu pasien di instruksikan meneteskan obat tetes telinga.
Pemberian antibiotik oral pascaoperasi tergantung tanda-tanda infeksi yang ditemukan waktu
operasi dan lamanya operasi serta keyakinan operator terhadap bersihnya lingkungan tempat
operasi dilakukan.
Follow-up
Evaluasi operasi dipantau secara periodik 1mingu pascaoperasi, 2 minggu, 4 minggu, 6
minggu, 8 minggu dan 12 minggu. Selanjutnya setiap 6 bulan-tahun sekali untuk mencegah
terjadinya debris dan infeksi. Audiometri nada murni dilakukan setelah 2 3 bulan pascaoperasi.
Daftar Pustaka
1. Chole RA, Brodie HA, Jacob A. Surgery of the Mastoid and Petrosa. In Byron J. Bailey &
Jonas T. Johnson Head and Neck Surgery Otolaryngology. Vol 2. 4 th. Lippincott Williams &
Willimns. Philadelphia. 2006. p: 2101
2. Dhingra PL. Radical Mastoidectomy. In. Diseases of Ear, Nose and Throat. 3 th Ed. Elsevier.
New Delhi. 2004. p: 463-5
3. Glasscock ME, Shambaugh GE. The Open Cavity Mastoid Operations. 4th Ed. W.B. Saunders
Company. Philadelphia. 1990. p: 230-1
4. Helmi. Bedah Telinga Tengah untuk Otitis Media Supuratif Kronis. Penerbit FK UI Jakarta.
2005. h: 161-70
36