Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Pada era modern ini, kehidupan manusia semakin sibuk. Tuntutan dunia, baik dari

perusahaan maupun kehidupan sehari-hari membuat kurangannya asupan makanan dan istirahat.
Dalam era yang serba cepat ini membuat kebutuhan suplemen makanan menjadi sangat penting,
sehingga produsen yang bergerak dalam bidang suplemen makanan berlomba-lomba untuk
memproduksi suplemen makanan sesuai dengan kebutuhan setiap orang.
Suplemen makanan adalah produk yang dimaksudkan untuk melengkapi kebutuhan zat
gizi makanan, mengandung satu atau lebih bahan berupa vitamin, mineral, asam amino atau
bahan lain (berasal dari tumbuhan atau bukan tumbuhan) yang mempunyai nilai gizi dan atau
efek fisiologis dalam jumlah terkonsentrasi. (BPOM 2004: 1). Suplemen makanan memiliki
fungsi sesuai dengan bahan apa yang ingin ditambahkan dalam sediaan seperti kapsul, tablet,
sirup, dan lain-lain. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan global tentang pengganti makanan
yang memiliki zat gizi yang setara dengan bahan alami tersebut, maka banyak produsen yang
berbondong-bondong melakukan penelitian mengenai suplemen makanan sesuai dengan
kebutuhan konsumen.
Salah satu manfaat yang terkandung dalam suplemen makanan adalah antioksidan.
Antioksidan memiliki fungsi memperlambat dan mencegah terjadinya oksidasi molekul dalam
tubuh. Adanya senyawa antioksidan mengurangi timbulnya penyakit kronis yang disebabkan
oleh kerja radikal bebas dalam tubuh seperti kanker, disfungsi otak, dan inflamasi yang dapat
menyebabkan kematian. Tubuh dapat menghasilkan antioksidan dari metabolism sel, akan tetapi,
dengan meningkatnya jumlah radikal bebas, maka perlu adanya asupan antioksidan tambahan.
Sumber-sumber antioksidan dapat berupa antioksidan sintetik maupun antioksidan alami.
Penggunaan antioksida sintetik mulai dibatasi karena dari hasil penelitian diketahui bahwa
antioksidan sintetik seperti BHT (Butylated Hydroxyl Toluena) ternyata bersifat karsinogenik.
(Takashi dan Takayumi, 1997)
Sejumlah penelitian telah membuktikan beberapa tanaman herbal mempunyai kadar
antioksidan yang tinggi, salah satunya adalah buah manggis (Garcinia mangostana L.). Dari
penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa senyawan xanthone yang terkandung dalam

ekstrak kulit manggis berfungsi sebagai antifungal, antimikroba, antioksidan dan memiliki sifat
sitotoksik (Jung et al., 2006)
Senyawa xanthone diisolasi dari bagian pericarp (daging) buah manggis (Garciana
Mangostana). Turunan senyawa xanthone dalam beberapa penelitian memiliki senyawa mangostin dan -mangostin. Senyawa-senyawa bioaktif ini diketahui mempunyai kadar
antioksidan yang tinggi (Jung et al., 2006) dan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker serta
merusak sel kanker tanpa merusak sel-sel yang masih baik (Pedraza-Chaverri., et al).
Penelitian sebelumnya ekstrak kulit manggis dapat dibuat dalam mikropartikel chitosanalginat. Sebagai media system pengantar obat, chitosan telah umum digunakan karena sifatnya
yang biodegradable, tidak toksik dan mukoadhesif (Sinha et al., 2004), dan penambahan agen
penyalut alginate yang merupakan polimer alami diketahui baik untuk desain rilis terkendali obat
karena sifatnya yang stabil pada pH asam di lambung, namun dapat terdegradasi secara perlahan
pada pH basa usus (Kumar et al., 2005)
Penggunaan senyawa bioaktif mangostin sebagai model obat merupakan hal yang telah
banyak diteliti, namun masih perlu dikembangkan untuk menghasilkan suatu sistem pengantar
obat dan pelepasan terkendali yang optimum jika dibuat dalam sediaan tablet. Pada penelitian ini
akan dibuat tablet dari ekstrak kulit manggis yang berfungsi sebagai antioksidan. Tablet ini
difornulasikan dengan mikropartikel chitosan-alginat kemudian dievaluasi berdasarkan
solubilitas, karakteristik tablet dalam mikropartikel chitosan-alginat, waktu pelepasan obat, dan
kapasitas antioksidan dari tablet, dan perbandingan tablet chitosan-alginat dengan produk
suplemen kesehatan yang telah beredar dalam pasaran. Dalam penelitian ini diharapkan tablet
ekstrak ini dapat menjadi salah satu produk yang dapat dipasarkan dan diterima oleh konsumen.
1.2

Rumusan Masalah
Bagaimana karakteristik mikropartikel chitosan-alginat dalam bentuk sediaan

tablet?
Bagaimana profil release tablet jika dikonsumsi secara oral?
Bagaimana kapasitas antioksidan pada tablet jika dibandingkan dengan tablet
serupa di pasaran?

1.3

Tujuan Penelitian

Mendapatkan karakteristik mikropartikel chitosan-alginat dalam bentuk sediaan

tablet
Mendapatkan profil release tablet dalam mikropartikel chitosan-alginat yang

dikonsumsi secara oral


Mengetahui kapastias antioksidan pada tablet dalam mikropartikel chitosanalginat dan dapat membandingkannya dengan tablet serupa yang terdapat pada
pasaran

1.4

Batasan Masalah

1.5

Hipotesis
Ekstrak kulit manggis dapat dibuat menjadi mikropartikel chitosan-alginat
Kapasitas antioksidan pada ekstrak kulit manggis lebih besar daripada kapasitas
antioksidan pada tablet antioksidan di pasaran

Anda mungkin juga menyukai