Anda di halaman 1dari 5

Kalyana Alkila 1102013143

Jurnal Reading
Mekanisme yang berbeda dari Reseptor Mu, Delta, dan Kappa
opoid Mendasari sosialisasi rendah dan perilaku depressive-like
Selama Pantang Heroin/Heroin Abstinence
Abstract:
Ketergantungan adalah gangguan kronis yang melibatkan episode
intoksikasi, penarikan, dan keinginan yang berulang. Melarikan
diri lingkaran setan ini membutuhkan pemeliharaan/maintenance
pantang untuk waktu yang lama dan merupakan tantangan bagi
individu kecanduan. Munculnya gejala depresi, termasuk
penarikan sosial, dianggap sebagai penyebab utama untuk
kambuh, namun mekanisme yang mendasari kurang dipahami. Di
sini kita membangun model tikus pantang yang berkepanjangan
untuk heroin -opiate yang paling utama/sering di salah gunakandi mana baik memori emosi dan memori kerja terungkap.
Kami menunjukkan tikus yang reseptor delta dan kappa opioid
(DOR dan KOR) nya udah di knockout (K.O. / di ancurin)
mengembangkan -baik menguat atau melemah- gangguan
emosional selama pantang heroin, membuktikan bahwa aktivitas
DOR dan KOR sebagai faktor pelindung dan faktor kerentanan,
masing-masing, yang mengatur tingkat keparahan pantang.
Selanjutnya, kami menemukan bahwa pengobatan kronis dengan
fluoxetine (obat antidepresan) mencegah munculnya low
sociability (sosialisasi yang rendah), dengan tidak berdampak
pada defisit memori kerja, yang melibatkan mekanisme
serotonergik terutama dalam aspek emosional dari gejala2
pantang.

Akhirnya, dengan menargetkan struktur serotonergik otak utama,


kami menunjukkan bahwa ke-knockout-an gen dari mu reseptor
opioid (Mors)/ maksudnya kalo gen MOR ini di knockout / di
ancurin di dorsal raphe nucleus (DRN) sebelum paparan heroin
bakal
meniadakan/menghapuskan
perkembangan/pengembangan/munculnya
social
withdrawal/penarikan sosial.
Ini adalah hasil pertama yang menunjukkan bahwa aktivasi MOR
kronis intermiten pada tingkat DRN merupakan mekanisme
penting yang berkontribusi terhadap low sociability/sosialisasi
rendah
selama
berlarut-larut
pantang
heroin.
Secara
keseluruhan, temuan kami menunjukkan peran penting dan
berbeda untuk ketiga reseptor opioid dalam pengembangan
perubahan emosional yang mengikuti/berdasarkan riwayat
paparan heroin dan membuka jalan menuju pemahaman
homeostasis serotonin yang dimediasi system opoid dalam
penyalahgunaan heroin.
Introduction
Drug abuse adalah gangguan otak kronik dengan konsekuensi2
yang parah/menghancurkan untuk individu dan lingkungan social
mereka. Pada manusia diketahui bahwa drug craving secara
progressif meningkat di minggu2 awal dari pantang dan tetap
tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama.
Beberapa faktor yang mengganggu pantang: external faktor = life
stress events dan konteks2 lain yang berhubungan dengan
obat2an merupakan faktor yang paling udah di teliti bikin
kambuh. Faktor lain yang ga terlalu di teliti = perubahan
emotional homeostasis selama perjalanan penyakit. Orang yang
lagi pantang dari opiate addiction biasanya punya gejala

anxiety/cemas dan depresi, termasuk mood jelek dan anhedonia.


Lebih lanjutnya lagi gejala2 depresi bisa berhubungan dengan
penyakit klinis yang lebih parah dan kemampuan social yang
lebih rendah. Walaupun udah dikasi antidepresan, tetep aja ga
sukses2 amat. Makanya harus bener2 di pelajari konsekuensi
jangka panjang untuk masalah emosinya (dari kecanduan ini)
supaya tau cara menanganinya yang bener gimana.

Material and Methods


Hewan : tikus jantan dewasa (20-35g) umur 10 minggu
Morphine and Heroin Treatments : Morfin 2x sehari degan
dosis yang ditingkatkan atau dengan larutan salin sebagai
kontrol; Heroin: sama, tapi dosisnya di bagi 2
Fluoxetine Treatment: dosis 10mg/kg
Tes Perilaku: SI (social interactions) : sepasang tikus dari
kandang yang beda (ga kenal) di taro di tempat yang
kebuka. Diperhatiin berapa kali SI nya (ngendus, ngikutin,
pawing pake telapak tangan) termasuk nyisir diri sendiri.
FS (forced swim): tikusnya di taro 6min di silinder isinya air
3.5L, immobilitas dia di recordnya 4 menit terakhir
YM (Y-maze): di jadiin maze runner di tempat bentuknya Y
Sucrose preference: hari pertama ada akses air di tempat
minum 2buah, hari berikutnya satu tempat di ganti larutan
sukrosa 2 hari.
Produksi Viral Vectors: DRN Stereotaxy: tikus MOR di infus zat stereotactic di DRN
nya
Agonist-Stimulated 35S-GTP gamma S Binding : MOR yang
berikatan dengan protein G di ukur di setiap tikus.
Result

Pantang heroin yang di perpanjang menghasilkan [longlasting social-depressive like-dan spatial (space)] deficit
memori kerja pada tikus
Reseptor Delta dan Kappa Opoid secara 2 arah (arah yang
beda) meregulasi perilaku social dan nada hedonic dari
pantang heroin yang diperpanjang/berkepanjangan
Pemberian Fluoxetine yang kronik mencegah perkembangan
deficit memori kerja secara social tapi tidak spatial (ga
makan space banget) pada Pantang heroin
MOR conditional Knockout (MOR cKO) pada DRN mencegah
perkembangan deficit memori kerja secara social tapi tidak
spatial (ga makan space banget) pada Pantang heroin
Discussion
Studi ini menunjukkan contoh perilaku tikus dengan disfungsi
emosional saat pantang heroin. Yang bakal bermanfaat untuk tau
hubungan kecanduan dengan depresi. Hasilnya: telah di buktikan
bahwa DRN MORs memediasi perkembangan dari sosialisasi yang
rendah pada hewan pantang heroin, secara keseluruhan
menujukkan tugas masing2 reseptor opoid (yang berbeda tapi
sama2 penting) dalam mengontrol/mengendalikan mood dan
fungsi social selama pantang yang berkepanjangan (prolonged).
MOR yang terstimulasi terus dari peningkatan dosis heroin
merangsang adaptasi otak jangka panjang, yang secara progresif
akan mengarah ke defisiensi SI.
Ditemukan
bahwa
tikus2
pantang
performance yang buruk di tes YM.

heroin

menunjukkan

Walaupun ketergantungan dan gangguan emosional dari morfin


dan heroin itu secara signifikan beda, tapi tetep aja pantang itu
mengarah ke social avoidance.
Conclusion
Kesimpulannya, penelitian ini membongkar/membuktikan bahwa
reseptor opioid memiliki peranan penting dalam sindrom
emosional pada Pantang Heroin. Kami menunjukkan bahwa,
selama Pantang heroin yang berkepanjangan, Dors mengatur
homeostasis hedonis, sementara tanda2/sinyal MOR di jalur
serotonergik dan Kors bersama-sama mengontrol perilaku sosial.
Temuan kami lebih memperdalam pengetahuan kami tentang
neurobiologi dari kemampuan sosialisasi dan menekankan bahwa
sistem opioid adalah substrat penting dari bagian sosial otak di
persimpangan/antara kecanduan dan regulasi emosi.

Anda mungkin juga menyukai