Edginov Demas FD
130112150010
Preceptor
Ricky Adiyta, dr., SpAn.
Osmond Muftilov, dr.,SpAn
I. Identitas Pasien
No. RM
Nama
: Ny. I
Tanggal Lahir
: 27 Agustus 1973
Alamat
: Cibereum
Agama
: Islam
Pendidikan
: Sarjana Ekonomi
Pekerjaan
: Guru IPS
Asal Ruangan
: Emergensi
Tanggal Diperiksa
: 15 April 2016
II. Anamnesa
Keluhan Utama: Nyeri dan luka robek pada betis kiri
Anamnesis Khusus:
Pasien sedang mengendarai motor dengan kecepatan agak tinggi ketika jalanan sehabis
hujan, lalu ada truk melintas di depan pasien dan terjadilah tabrakan. Kaki pasien dan motornya
masuk ke dalam kolong truk dan terjepit di kolong truk. Kemudian pasien dibawa ke Puskesmas
terdekat, lalu dirujuk ke RSHS.
Riwayat penyakit asma ada. Riwayat tekanan darah tinggi, sakit jantung, batuk-batuk
lama atau kencing manis pada pasien atau keluarga pasien tidak ada. Riwayat anestesi dan
operasi sebelumnya tidak ada. Riwayat pengobatan saat ini tidak ada. Riwayat gatal-gatal, mual,
muntah atau sesak napas setelah memakan obat-obatan tidak ada. Pasien tidak merokok dan tidak
minum alkohol.
III.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum
: Sakit sedang
Kesadaran
: Compos mentis
Status gizi
: Berat badan
Tinggi Badan
BMI
Tanda vital
: 59 kg
: 165 cm
: 21,69 kg/m2
Tensi darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 88 x/menit
Respirasi
: 20 x/menit
Suhu
: 35.4oC
Kepala
Mata
Dada
Abdomen
Ektrimitas
Pemeriksaan penunjang
1.Laboratorium
Hb
Leukosit
Ht
Trombosit
2.Radiologi
: 10,3 gr/dl
: 10.000/mm3
: 32%
: 277.200/mm3
Ur/Cr
Na/K
PT
SGOT
AIb
: 22/0,48
: 137/3,7 mEq
: 10,3/0,88/22
: 28/20
: 4/6
Kesan
V. Diagnosis Kerja
STGO
VI.
Tindakan
SO + VC
VII. Rencana Anestesi
Anestesi Umum
Persiapan Prabedah:
ASA: tipe 2
Puasa mulai pukul 02.00 Tanggal 16/9/2016
Premedikasi: Paracetamol 1g, Ativan 1g
Timeout:
Masuk OK: 08.30; mulai anestesi: 08.45; insisi: 09.00; akhir anestesi 10.00
Monitor:
nibp
ekg
SpO2
Temp
Durante Operasi
Metode anestesi
: Anestesi umum
Teknik
: Intravena
Waktu mulai
: 08.30
: 08.45
Komplikasi:
: tidak ada
Hasil:
: blok (sempurna)
Terapi cairan
a. Normal maintenance cairan (Ringer Laktat) = 80 cc
Ditambah puasa preop 6 jam = 480 cc
IWL (insensible water loss) = 160 cc
1 jam I; ( x 480 cc ) + 80 cc + 160 = 480 cc/jam
1 jam II/III; (1/4 x 480 cc) + 80 cc + 160 = 360 cc/jam
Jam IV dan seterusnya = 240 cc
EBV = 2800 cc
ABL = 312 cc
Airway : spontan
Jam
EKG
Temp
Urine
Blood
O2
Tekanan
Nadi
SpO2
(oC)
Output
lost
(L/m)
Darah
(x /
(%)
(ml)
(ml)
(mmHg)
menit)
120/70
82
99
50
90/50
85
99
100
105/70
98
99
08.30
SR
36.0
09.00
SR
36.0
09.30
SR
36.0
30
10.00
SR
36.0
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan Darah
: 110/70mmHg
Nadi
: 80 x/menit
Respirasi
: 20 x/menit
Suhu
: afebris
118/75
85
99
PEMBAHASAN
Penatalaksanaan Pre Operatif
ASA
Berdasarkan klasifikasi ASA, status fisik pasien termasuk dalam ASA II karena memiliki
penyakit sistemik ringan, asma namun tidak berpengaruh terhadap aktivitas sehari-hari.
Anastesi Regional
Anastesi regional atau neuraxial anesthesia merupakan jenis anastesi yang dapat menggantikan
anastesi umum. Anastesi regional dapat digunakan bersamaan dengan anastesi umum, atau
setelah anastesi umum untuk analgesik post operatif. Anastesi regional dapat diberikan melalui
injeksi tunggal, atau menggunakan kateter. Penggunaan anastesi regional sering dipakai untuk
analgesik persalinan, sectio caesaria, prosedur ortopedi, analgesik perioperatif, dan manajemen
nyeri kronis.
Anastesi regional memiliki keuntungan diantaranya menurunkan morbiditas dan mortalitas pasca
operasi, menurunkan insidensi trombosis vena dan emboli paru, menurunkan komplikasi jantung
pada pasien dengan risiko tinggi, hipoventilasi, pneumonia aspirasi, mengembalikan fungsi
saluran cerna dengan cepat pasca operasi, mempertahankan imunitas, menurunkan kemungkinan
delirium dan gangguan kognisi pada pasien geriatri, dan memungkinkan pasien obstetri untuk
melihat persalinan.
Anatomi Vertebra
Vertebra terdiri dari 7 segmen servikal, 12 segmen toraksik, 5 segmen
segmen sakral yang menyatu menjadi sakrum serta sedikit koksigeal
rudimenter. Pada setiap vertebra, terdapat satu pasang saraf yang keluar
sistem saraf pusat.
lumbar, 5
dari
keluar
Target dari anastesi regional masih spekulatif, tapi diduga adalah pada nerve root. Pada anastesi
spinal, anastesi lokal diinjeksikan ke dalam ruang subarakhnoid, sedangkan pada anastesi
epidural dan kaudal diinjeksikan ke dalam ruang epidural. Anastesi epidural dan kaudal
membutuhkan dosis yang lebih banyak untuk dapat mencapai efek yang sama dengan anastesi
spinal.
Efek yang ditimbulkan dari anastesi regional adalah :
1. Efek Somatis
Anastesi regional dapat menghalangi impuls sensori aferen dan impuls motorik eferen yang
menuju ke otot rangka. Impuls sensori yang dihalangi meliputi somatik dan viseral. Efek dari
anastesi bergantung pada karakteristik, myelinasi, ukuran dan panjang saraf, serta konsentrasi
anastesi lokal. Oleh karena itu, efek simpatetik, sensori dan motorik pada anastesi regional
menjangkau batas segmen yang berbeda-beda. Efek simpatetik dihasilkan dua atau lebih segmen
diatas segmen sensori, dan efek sensori dihasilkan sampai beberapa segmen diatas segmen
motor.
2. Efek Autonom
Anastesi regional dapat menghalangi impuls autonom eferen pada sistem saraf simpatik yang
berada di segmen T1-L2. Efek fisiologis yang ditimbulkan berasal dari efek simpatik yang
ditekan atau tidak adanya penyeimbang dari efek parasimpatetik.
1. Efek pada jantung penurunan detak jantung dan vasodilatasi dapat menyebabkan
hipotensi.
2. Efek pada paru-paru minimal, hanya menyebabkan sedikit penurunan volume tidal.
3. Efek pada saluran cerna meningkatkan gerak peristaltik
4. Efek pada saluran kencing retensi urin pada kandung kemih
5. Efek pada sistem endokrin menekan respon stress neuroendokrin akibat operasi,
seperti peningkatan adrenocorticotropine, cortisol, ephinephrine, norepinephrine,
vasopressin, dan aktivasi RAAS.
Indikasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kontra indikasi
1.
2.
3.
4.
Pasien menolak
Kelainan perdarahan
Hipovolemia parah
Peningkatan tekanan intrakranial
Lokasi
Subarachnoid, >L1
pada dewasa >L3
pada anak
Epidural
Epidural Lumbar,
toraks, servikal,
sakral
Kaudal (epidural
sakral)
Epidural S4-S5
Komplikasi
Indikasi
Anastesi operasi,
analgesik obstetri,
manajemen dan
kontrol nyeri
Pasien anak,
operasi anorectal
7. Gangguan
neurologis
dan
demyelinasi
8. Sepsis
atau
bakteremia
Jenis Anastesi Regional
injeksi
2. Umur
Dosis diturunkan dengan peningkatan usia pasien
3. Tinggi badan
1 mL untuk pasien bertinggi badan rendah
Agen Anastesi Epidural
Operatif
1.
Transpor
dari
ruangan
operasi
Pasien harus dipindahkan setelah dipastikan jalan napas yang paten, ventilasi adekuat, dan stabil
secara hemodinamik. Pasien dipindahkan dengan didampingi oleh anestesiologis, dengan akses
terhadap obat-obatan, monitoring, dan alat resusitasi.
2. Pemulihan pasca anastesi regional
Pasien yang mengalami pembiusan berat dan hemodinamika tidak stabil harus diberikan
suplementasi oksigen. Pemeriksaan sensori dan motorik serta tekanan darah harus dilakukan
secara rutin. Pemasangan kateter diperlukan untuk operasi di atas 4 jam.
3. Kontrol Nyeri
Nyeri sedang sampai berat pasca operasi dapat dikontrol dengan opioid oral atau parenteral.
Opioids dengan durasi sedang sampai panjang, seperti hydromorfon 0. 250.5 m g (0.0150.0 2
m g/k g pada anak) atau morfin 24 mg (0.0 250.05 m g/k g pada anak) merupakan jenis opioid
yang paling sering digunakan untuk manajemen nyeri sedang sampai berat pasca operasi bila
analgesik oral tidak memungkinkan. Apabila kateter epidural terpasang, dapat diberikan fentanyl
( 50100 mcg) atau sufentanil (2 03 0 mcg) dengan 510 mL 0.1% bupivacaine.
4. Agitasi
5. Mual dan muntah