Disusun oleh :
Nama
NPM
: E1G014057
Prodi
Kelompok
: 3 (Tiga)
Hari / Jam
: Senin/10.00-11.40 WIB
Tanggal
: 14 Desember 2015
Ko Asst.
: 1. Syeba Zamardia
2. Novita Sari Sinambela
3. Novriani Br Surbakti
Dosen
Objek Praktikum
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Enzim merupakan senyawa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Enzim tersusun atas protein yang berperan sebagai biokatalisator untuk
mempercepat reaksi kimia dalam tubuh. Enzim amilase terdapat pada saliva atau
air liur yang berfungsi memecah pati menjadi maltosa dan dekstrin-dekstrin
(Azhari dkk, 2015).
Enzim merupakan biokatalis yang terbentuk dari protein. Sebagai katalis,
enzim dapat mempercepat suatu reaksi kimia dengan cara menurunkan energi
aktivasi. Enzim berkerja secara selektif dan spesifik pada substrat-substrat
tertentu. Setiap sel membuat dan menghasilkan banyak jenis enzim yang masingmasing mengkatalisis reaksi yang berlainan dan sangat spesifik. Oleh karena itu,
enzim memiliki bentuk yang spesifik yang secara khusus mengikat satu set
molekul tertentu. Dalam mempelajari tentang enzim, pengetahuan tentang substrat
perlu dimiliki. Substrat adalah reaktan yang diolah pada reaksi yang dikatalisasi
oleh enzim. Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain konsentrasi
substrat, konsentrasi enzim, suhu, pH, dan inhibitor (McMurry, 2008).
Enzim amilase adalah enzim yang berfungsi memecah amilum menjadi
bentuk yang lebih sederhana, yaitu glukosa. Enzim ini sangat berperan dalam
sistem pencernaan. Amilase dihasilkan oleh pankreas dan kelenjar saliva. Enzim
amilase memiliki beberapa struktur, yaitu , , dan amilase. Enzim -amilase
adalah calsium metalloenzymes, yaitu enzim yang hanya dapat bekerja jika ada
ion kalsium. Enzim -amilase bekerja pada seluruh lokasi rantai amilum dan
amilopektin secara acak. Enzim -amilase disintesis oleh jamur, bakteri, dan
tanaman untuk mengkatalisis reaksi hidrolisis ikatan -1,4- glikosidik. Enzim amilase merupakan amilase yang berfungsi untuk memutus ikatan -1,6glikosidik. Enzim -amilase berbeda dengan yang lain karena dapat bekerja paling
optimum pada pH 3 atau lingkungan asam (Wahyuntari, 2011).
Aktivitas enzim amilase juga diamati berdasarkan pengaruh pH. Seperti
protein pada umumnya, enzim juga akan mengalami kerusakan struktur jika
berada di lingkungan dengan pH ekstrim. Struktur enzim yang rusak akibat pH
bersifat irreversible dan menyebabkan enzim tidak akan berfungsi lagi. Selain itu,
ini
dapat
mengetahui
mekanisme
katalitik
kinetika
enzim, peran
suatu
secara
acak,
menghasilkan
ditingkatkan terus, jumlah enzim yang aktif akan berkurang karena mengalami
denaturasi. Kecepatan reaksi enzimatik mencapai puncaknya pada suhu optimum.
Enzim dalam tubuh manusia mempunyai suhu optimum sekitar 37 C. Sebagian
besar enzim menjadi tidak aktif pada pemanasan sampai 60 C, karena terjadi
denaturasi (Soewoto,2000).
Kadang-kadang terjadi penyimpangan dari persamaan ini, sehingga
diperoleh garis agak melengkung. Biasanya, penyimpangan ini terjadi jika enzim
yang dipelajari tidak dalam keadaan murni, sehingga mungkin terdapat senyawasenyawa penghambat reaksi dalam jumlah yang sangat kecil. Sebaliknya,
penyimpangan juga terdapat dalam sediaan enzim dengan kemurniaan yang
tinggi. Dalam keadaan ini, penyimpangan disebabkan oleh senyawa pengaktif
(aktivator), misalnya tidak adanya ion tertentu, meskipun ph yang diperlukan
sudah dipastikan dengan menggunakan larutan dapar dan tidak hanya sekedar
larutan dengan ph yang diperlukan tersebut (Sadikin, 2002 ).
Enzim bekerja pada kisaran pH tertentu. Jika dilakukan pengukuran
aktivitas enzim pada beberapa macam pH yang berlainan, sebagian besar enzim di
dalam tubuh akan menunjukkan aktivitas maksimum antara pH 5,0 sampai 9,0.
Kecepatan reaksi enzimatik mencapai puncaknya pada pH optimum. Ada enzim
yang mempunyai pH optimum yang sangat rendah, seperti pepsin, yang
mempunyai pH optimum 2. pada pH yang jauh di luar pH optimum, enzim akan
terdenaturasi. Selain itu pada keaadan ini baik enzim maupun substrat dapat
mengalami perubahan muatan listrik yang mengakibatkan enzim tidak dapat
berikatan dengan substrat (Soewoto,2000).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan :
1. Tabung reaksi
2. Penjepit tabung reaksi
3. Rak tabung reaksi
4. Pipet ukur
5. Gelas kimia
6. Alat pemanas
menit.
Selanjutnya menguji dengan larutan odium dan pereaksi benedict.
Mengamati dan mencatat perubahan warna yang terjadi.
Pengaruh Konsentrasi Substrat Terhadap Aktivitas Enzim
Menyiapkan 4 tabung reaksi yang bersih, kemudian mengisikannya
3.12
3.13
3.14
3.15
3.16
3.17
3.18
3.19
3.20
3.21
3.22 BAB IV
HASIL DAN PENGAMATAN
3.23
3.25
uhu (Oc)
3.33
3.37
3.38
5-30
3.42
3.43
7-40
3.47
3.48
5-80
3.26
Perlakuan 1
3.34 Amilum
Perubahan Warna
3.30 Uji
3.31 Uji Benedict
Iodium
3.35 Terdapat 3.36 Amilum
mengendap dan
sedikit warna
mengendap, larutan
larutan lebih
ungu, lartuan
keruh
mengendap
sedikit benedict
3.40
mengapung
3.41 Amilum
3.29
3.39
Setelah
Amilum
Terdapat
mengendap
sedikit warna
mengendap larutan
dibawah larutan
warna biru
3.46
mengendap larutan
ungu amilum
warna biru
3.49
mengendap
3.50 Terdapat
3.51
Amilum
Amilum
Amilum
mengndap larutan
agak bening
ungu di atas
amilum
terdapat benedict
mengendap
mengendap di bawah.
3.52
4.1.2 Pengaruh PH Terhadap Aktivitas Enzim
3.53
3.54
p
3.58
3.55
Uji iodium
Perubahan Warna
3.59 Uji Benedict
No
3.60
3.62
3.61
3.65
2
3.68
3.69
3
3.72
3.63
berwarna putih.
3.66
3.64
Terdapat endapan
Terdapat endapan
endapan putih.
3.71
terdapat endapan.
biru muda.
4.1.3
3.73
N
o
3.74
sentrasi
Ta
3.76
3.75
3.83
Amil
3.84
um 2ml
Uji Iodium
3.85
Amil
3.87
Amil
3.89
um 2ml
3.92
Amil
um 2ml
Benedict
3.94
Warna
menjadi biru
ase 0,5
terdapat
pekat dan
ml
endapan
terdapat
Amil
endapan putih
Warna putih 3.91 Larutan
susu dan
menjadi biru
ase 1,0
terdapat
keputihan dan
ml
endapan
terdapat
3.95
3.93
Uji
keruh dan
3.90
3.88
3.81
3.80
Enzim
ng
Perubahan Warna
Kons
entrasi
Substra
bu
3.82
Kon
Amil
endapan putih
Warna putih 3.96 Dihasilkan
keruh, terdapat
larutan putih
ase 1,5
endapan yang
bening dan
ml
sangat kental
membentuk
endapan putih
3.97
4.1.4
3.98
N 3.99
o
Kons
entrasi
3.100 Kon
sentrasi
Tab
Substrat
3.107
ung1 3.108 Amil
um 1ml
Enzim
3.109 Amil
ase 1ml
3.114 Amil
ase 1ml
Benedict
3.110 Gumpalan
3.111 Amilum
semakin
mengendap
mengendap ke
larutan warna
bawah dan
biru tua
amilase ke atas
3.115 Amilum
3.116 Amilum
mengendap
mengendap
kebawah
larutan warna
amilase ke
biru
atas(tidak
3.117 3 3.118 Amil
um 1ml
3.119 Amil
ase 1ml
bercampur)
3.120 Amilum
3.121 Amilum
mengendap
mengendap
kebawah
warna biru
amilase ke
bening
atas(tidak
3.122 4 3.123 Amil
um 1ml
3.124 Amil
ase 1ml
bercampur)
3.125 Amilum
3.126 Amilum
mengendap
mengendap
kebawah
larrutan warna
amilase ke
niru langit
atas(tidak
bercampur)
3.127
4.2 Pembahasan
3.128 Pada praktikum kali ini dipraktikumkan mengenai uji
aktivitas enzim. Yang diiujicobakan mengenai pengaruh berbagai hal yang
dapat
mempengaruhi
enzimkinerja
enzim
itu
sendiri
didalam
3.132
konsentrasi substrat terhadap aktivitas enzim. Pada pengujian kali ini terdapat
4 tabung yang masing-masing tabung diisikan secara berturut-turut dengan
1ml amilum, 2ml, 4ml, dan 6ml. Pada tabung pertama setelah dilakukan
pengujian terhadap iodium dihasilkan gumpalan yang mengendap dibawah
dan amilase diatas. Setelah dimasukkan pereaksi benedict dihasilkan larutan
warna biru tua dan terdapat endapan amilum. Pada tabung kedua terdapat
endapan amilum diatas dan amilase dibawah, setelah direaksikan dengan
iodium. Setelah dimasukkan benedict dihasilkan endapan amilum dan warna
biru. Pada tabung ketiga setelah dimasukkan iodium dihasilkan endapan
amilum dibawah dan amilase diatas, tidak terjadi pencampuran. Setelah
dimasukkan benedict dihasilkan warna biru bening danendapan amilum. Pada
tabung keempat setelah dimasukkan pereaksi iodium didapatkan hasil berupa
pengendapan amilum pada lapisan bawah, dan amilase di bagian atasnya. Pada
saat direakssikan dengan benedict dihasilkan endapan amilum dan larutan
berwarna biru langit.
3.133
3.134 BAB V
3.135 PENUTUP
3.136 6.1. Kesimpulan
1. Enzim tidak dapat bekerja secara optimal apabila suhu lingkungan terlalu
rendah atau terlalu tinggi. Jika suhu lingkungan mencapai 0 C atau lebih
rendah lagi, enzim tidak aktif. Jika suhu lingkungan mencapai 40 C atau
lebih, enzim akan mengalami denaturasi (rusak). Untuk hewan berdarah
dingin, suhu optimal enzim adalah 25 C, sementara suhu optimal hewan
berdarah panas, termasuk manusia, adalah 37 C. Hasil pada pengamatan
tidak dapat didefinisikan, karena hasilnya sama, hanya sedikit perbedaan
tapi tidak menunjukkan pada suhu optimal.
2. Setiap enzim mempunyai pH optimal masing-masing, sesuai dengan
"tempat kerja"-nya. Misalnya enzim pepsin, karena bekerja di lambung
yang bersuasana asam, memiliki pH optimal 2. Contoh lain, enzim ptialin,
lebih memperhatikan proses percobaan, agar hasil yang dicapai tepat dan jelas,
sehingga tidak terjadi kesalahan akibat pengamatan dan pengukuran yang
tidak sesuai.
3.140
3.141
3.142 JAWABAN PERTANYAAN
1. Jelaskan kegunaan uji iodium dan benedict dalam percobaan ini
3.143
Jawaban :
3.144 Uji Iodium bertujuan membuktikan adanya polisakarida, dalam hal
ini adalah amilum. Identifikasi ini didasarkan pada pembentukan kompleks
adsorpsi berwarna spesifik oleh polisakarida akibat penambahan iodium.
Reaksi amilum dengan Iodium menghasilkan berwarna biru kehitaman.
Uji Benedict bertujuan membuktikan adanya gula reduksi (monosakarida
maupun oligosakarida). Pengujian ini berdasarkan gula yang mempunyai
gugus aldehida atau keton bebas mereduksi ion Cu2+ dalam suasana
alakalis menjadi Cu+ yang mengendap sebagai Cu2O berwarna merah bata.
Reaksi positif ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi hijau
kekuningan, dan setelah dilakukan pemanasan terbentuk endapan berwarna
merah bata, kepekatan warna sebanding dengan kandungan gula pereduksi
yang ada. Hasil dari uji Iodium dan benedict dijadikan sebuah indikator
dalam menunjukkan apakah terjadi aktivitas enzim amilase yang
Sumber : http://biogen.litbang.deptan.go.id/
Sumber
http://dokumen.tips/documents/sebutkan-3-
macam-enzim-yang-dapat-menghidrolisis-karbohidrat558f2db843dce.html
3. Produk-produk yang dihasilkan dari pemecahan gula akan
dipengaruhi
mikroorganisme
Enzim
yang ada
di sel
3.168
3.169
3.170
3.171
3.172
3.173
3.174
3.175
3.176
3.177 DAFTAR PUSTAKA
3.178 Azhari, Muhammad A dkk. 2015. Enzim Pencernaan. Bogor : Departemen
Biokimia FMIPA IPB.
3.179 Dewi T, Purwoko T, Pangastuti A. 2005. Produksi gula reduksi oleh
Rhizopus oryzae dari substrat bekatul. Solo : Universitas Sebelas Maret.
3.180 Lestari P., N. Richana., A. Darwis, K. Syamsu dan U. Murdiyatmo. 2011.
Purifikasi
dan
Karakterisasi
AmilaseTermostabil
dari
Bacillus
stearothermophilus TII-12.
3.181 McMurry J. 2008. Organic Chemistry Eight Edition. New York (US):
W.H. Freeman and Company.
3.182 Page D. 1981. Prinsip-Prinsip Biokimia. Terjemahan Soendoro, 1989.
Jakarta: Erlangga.
3.183 Rahayu A, Suranto, Purwoko T. 2005. Analisis karbohidrat, protein, dan
lemak pada pembuatan kecap lamtoro gung (Leucaena leucocephala)
terfermentasi Aspergillus oryzae. Solo: Universitas Sebelas Maret.
3.184 Sadikin, Mohamad. 2002. Biokimia Enzim. Jakarta : Widya
Medika.Soewoto.
3.185 Trismilah, Wahyuntari B. 2009. Pemanfaatan berbagai jenis pati sebagai
sumber karbon untuk produksi -amilase ekstraseluler Bacillus sp. SW2.
Bogor: Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia.