PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker ovarium (kanker indung telur) merupakan penyebab nomor satu dari
seluruh kematian yang disebabkan kanker pada saluran reproduksi. Penderita
kanker ini umumnya didiagnosis terlambat, karena belum adanya metode deteksi
dini yang akurat. Sehingga hanya 20-30% penderita kanker ovarium saja yang
dapat terdiagnosa pada stadium awal. Kanker ovarium erat hubungannya dengan
wanita yang mempunyai tingkat kesuburan yang rendah atau intenfertilitas dan
biasanya terjadi pada wanita nullipara, melahirkan pertama kali pada usia diatas
35 tahun dan wanita yang mempunyai keluarga dengan riwayat ovarium, kanker
payudara atau kanker kolon, sedangkan wanita dengan riwayat kehamilan
pertama terjadi pada usia di bawah 25 tahun, dengan penggunaan pil kontrasepsi
dan menyusui akan menurunkan kanker ovarium sebanyak 30-60% (Aditya,
2009).
Di Indonesia tumor ganas ovarium banyak dijumpai dan merupakan
penyebab kematian ketiga setelah tumor ganas serviks dan tumor ganas
payudara, padahal five-years survival ratenya dalam 50 tahun terakhir ini tidak
banyak mengalami kemajuan yaitu berkisar antara 20-37%. Tumor ganas pada
ovarium ditemukan dengan proporsi sebesar 8% dari seluruh tumor ganas
ginekologi. Tumor ini dapat terjadi pada semua golongan umur, tetapi lebih
sering pada usia 50 tahun yaitu sebesar 60%, sedangkan pada masa reproduksi
kira-kira 30% dan pada usia lebih muda sebanyak 10% (Priyanto, 2007).
Berdasarkan data Departemen Kesehatan (Depkes,2001), di Indonesia
terdapat 90-100 kasus kanker leher rahim per 100.000 pendudu k. Setiap tahun
terjadi 200.000 kasus kanker leher rahim. Sekitar 70-80% kanker ovarium
ditemukan pada waktu telah terjadi anak sebar. Karena gejala kanker ovarium
tidak khas, lebih dari 70% penderita kanker ovarium ditemukan sudah dalam
stadium lanjut. Lebih kurang setengah dari kasus kanker indung telur ditemukan
pada perempuan yang telah berusia lebih dari 60 tahun.
Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa kanker ovary adalah jenis
kanker yang paling sulit dideteksi dan diobati, hal ini diakibatkan karena pada
tahap awalnya kanker ovary menunjukkan sedikit sekali gejala atau bahkan tidak
ada gejala sama sekali. Kondisi ini yang menyebabkan mereka yang terkena
penyakit ini ketika di diagnosis lebih dari setengahnya sudah berada pada tahap
lanjutan sehingga kegagalan pengobatan atau perawatannya lebih tinggi. Salah
satu pengobatan kanker ovarii yaitu dengan cara kemoterapi. Klien yang sudah
melakukan kemoterapi akan mengalami mual, muntah, nafsu makan menurun,
stomatitis, nefripenia, sehingga klien dengan kemoterapi baik sebelum dan
sesudah tindakan sangat memerlukan perawatan khusus sehingga efek dari
therapy tersebut dapat diminimalkan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan data diatas penulis dapat merumuskan Bagaimana
Penerapan Asuhan Keperawatan pada Ny. F dengan Kanker Ovarium di
Ruang Rawat Inap Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2016?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu menerapkan Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Kanker Ovarium di Ruang Rawat Inap Kebidanan RSUP Dr. M.
Djamil Padang Tahun 2016.
2. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa mampu :
a. Melakukan pengkajian pada pasien dengan Kanker Ovarium di Ruang
Rawat Inap Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2016.
b. Menegakkan diagnosa pada pasien dengan Kanker Ovarium di Ruang
Rawat Inap Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2016.
c. Membuat intervensi pada pasien dengan Kanker Ovarium di Ruang
Rawat Inap Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2016.
d. Melakukan implementasi keperawatan pada pasien dengan Kanker
Ovarium di Ruang Rawat Inap Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang
Tahun 2016.
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan Kanker Ovarium di
Ruang Rawat Inap Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2016.
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Kanker
Ovarium di Ruang Rawat Inap Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang
Tahun 2016.
D. Manfaat
1. Bagi penulis
Untuk memperdalam pengetahuan dan mengaplikasikan ilmu yang telah
diperoleh di perguruan tinggi dalam penerapan asuhan keperawatan pada
pasien dengan Kanker Ovarium.
2. Bagi keluarga pasien
Agar keluarga pasien bisa merawat anggota keluarga dengan Kanker
Ovarium di rumah serta bekerja sama dengan tenga medis dalam perawatan
pasien sehingga kondisi pasien kembali membaik dan pasien bisa sembuh
dari penyakitnya.
3. Bagi STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang
Sebagai bahan bacaan di perpustakaan untuk menambah wawasan ilmu
pengetahuan tetang Asuhan Keperawatan bagi semua mahasiswa STIKes
MERCUBAKTIJAYA Padang.
4. Bagi Pembaca
Dapat menggunakan asuhan keperawatan ini sebagai perbandingan dan
dapat dikembangkan lagi untuk asuhan keperawatan berikutnya.
5. RSUP Dr. M. Djamil Padang
Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan lainnya dalam melaksanakan
asuhan keperawatan pada pasien dengan Kanker Ovarium.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2. Anatomi Fisiologi
Sistem reproduksi wanita terdiri atas organ reproduksi eksterna dan organ
reproduksi interna.
a. Organ genetalia eksterna
Organ reproduksi wanita eksterna sering disebut sebagai vulva yang
mencakup semua organ yang dapat dilihat dari luar, yaitu yang dimulai dari
mons pubis, labia mayora, labia minora, klitoris, himen, vestibulum,
kelenjar bartholini dan berbagai kelenjar serta pembuluh darah.
Mons veneris
Labia Mayora
Berasal dari monsveneris, bentuknya lonjong menjurus ke bawah dan
bersatu dibagian bawah. Bagian luar labia mayora terdiri dari kulit
berambut, kelenjar lemak, dan kelenjar keringat, bagian didalamnya
tidak berambut dan mengandung kelenjar lemak, bagian ini
mengandung banyak ujung saraf sehingga sensitive saat hubungan
seks.
3)
Labia minora
Merupakan lipatan kecil dibagian dalam labia mayora. Bagian
depannya mengelilingi klitoris. Kedua labia ini mempunyai pembuluh
darah, sehingga dapat menjadi besar saat keinginan seks bertambah.
Labia ini analog dengan kulit skrotum pada pria.
4)
Klitoris
Merupakan bagian yang erektil, seperti penis pada pria.
Mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf, sehingga
sangat sensitif saat hubungan seks.
5)
Hymen
Vestibulum
Bagian kelamin yang dibasahi oleh kedua labia kanan kiri dan
bagian atas oleh klitoris serta bagian belakang pertemuan labia
minora. Pada bagian vestibulum terdapat muara vagina (liang
senggama), saluran kencing, kelenjar Bartholini, dan kelenjar
Skene.
7)
Orifisium Uretra
Lubang atau meatus uretra terletak pada garis tengah vestibulum,
1 sampai 1,5 cm di bawah arkus pubis dan dekat bagian atas liang
vagina. Meatus uretra terletak di dua pertiga bagian bawah uretra
terletak tepat di atas dinding anterior vagina.
8)
Orifisium Vagina
Terletak dibagian bawah vestibulum. Pada gadis tertutup lapisan
tipis bermukosa yaitu selaput dara / hymen, utuh tanpa robekan.
9)
Vagina
Vagina atau liang kemaluan merupakan suatu tabung yang
dilapisi membran dari jenis epithelium bergaris khusus, dialiri
10
10) Periinium
Perineum terletak diantara vulva dan anus, panjang perineum kurang
lebih 4 cm. Jaringan utama yang menopang perineum adalah
diafragma pelvis dan urogenital.
11
1)
Rahim (Uterus)
Bentuk rahim seperti buah pir, dengan berat sekitar 30 gr. Terletak di
panggul kecil diantara rectum (bagian usus sebelum dubur) dan di
12
kehamilan,
perabaan
fundus
uteri
dapat
c) Serviks uteri
Ujung serviks yang menuju puncak vagina disebut porsio, hubungan
antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri
13
internum.
Lapisan-lapisan
uterus
meliputi
endometrium,
myometrium, parametrium.
d) Tuba Fallopi
Tuba fallopi berasal dari ujung ligamentum latum berjalan kearah
lateral, dengan panjang sekitar 12cm. Tuba fallopi merupakan
bagian yang paling sensitif terhadap infeksi dan menjadi penyebab
utama terjadinya kemandulan (infertilitas). Fungsi tuba fallopi
sangat vital dalam proses kehamilan, yaitu menjadi saluran
spermatozoa dan ovum, mempunyai fungsi penangkap ovum,
tempat terjadinya pembuahan (fertilitas), menjadi saluran dan
tempat
pertumbuhan
hasil
pembuahan
sebelum
mampu
(hari
ke-14)
siklus
menstruasi.
Ovulasi
yaitu
14
hormon
estrogen,
dan
memproduksi
hormon
15
16
rongga panggul (pelvis) yang berbeda satu sama lain. Bentuk dan
ukuran ini mempengaruhi kemudahan suatu proses persalinan.
(Tambayong, 2002).
3. Etiologi
Menurut Hidayat (2009) Ovarium terletak di kedalaman rongga pelvis.
Bila timbul kanker, biasanya tanpa gejala pada awalnya sehingga sulit
ditemukan, membuat diagnosis tertunda. Ketika lesi berkembang dan timbul
gejala, sering 15 kali sudah bukan stadium dini. Maka terdapat 60-70% pasien
kanker ovarium saat didiagnosis sudah terdapat metastasis di luar ovarium.
Penyebab kanker ovarium hingga kini belum jelas, tapi faktor lingkungan dan
hormonal berperan penting dalam patogenesisnya. Akan tetapi banyak teori
yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:
1. Hipotesis incessant ovulation, teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan
pada sel-sel epitel ovarium untuk penyembuhan luka pada saat terjadi
ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel yang terganggu dapat
menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor.
2. Hipotesis
androgen,
Androgen
mempunyai
peran
penting
dalam
17
Faktor Resiko :
Penyebab pasti kanker ovarium masih dipertanyakan, beberapa hal yang
diperkirakan sebagai faktor resiko kanker ovarium adalah sebagai berikut:
a. Riwayat keluarga kanker ovarium dan kanker payudara
b. Riwayat keluarga kanker kolon dan kanker endometrial
c. Wanita diatas usia 50 75 tahun
d. Wanita yang tidak memiliki anak (nullipara)
e. Wanita yang memiliki anak > 35 tahun
f. Membawa mutasi gen BRCA1 atau BRCA2
g. Sindroma herediter kanker kolorektal nonpolipoid
Faktor Predisposisi :
a. Diit tinggi lemak
b. Merokok dan alcohol
c. Infertilitas
d. Riwayat Ca mamae, kolon, dan endometrium
e. Nullipara
18
4. Klasifikasi
Stadium kanker ovarium menurut FIGO:
Staging
Keterangan
I
Tumor terbatas pada ovarium
IA
Tumor terbatas pada satu ovarium, kapsul tumor utuh, tidak ada
pertumbuhan tumor di permukaan ovarium, tidak ada sel tumor di
cairan asites ataupun pada bilasan cairan di rongga peritoneum.
IB
Tumor terbatas pada dua ovarium, kapsul tumor utuh, tidak ada
pertumbuhan tumor pada permukaan ovarium, tidak ada sel tumor di
cairan asites ataupun pada bilasan cairan di rongga peritoneum.
IC
Tumor terbatas pada satu atau dua ovarium dengan salah satu faktor
yaitu kapsul tumor pecah, pertumbuhan tumor pada permukaan
ovarium, ada sel tumor di cairan asites ataupun pada bilasan cairan di
II
rongga peritoneum.
Tumor pada satu atau dua ovarium dengan perluasan di pelvis
IIA
Tumor meluas ke uterus dan/atau ke tuba tanpa sel tumor di cairan
asites ataupun bilasan cairan di rongga peritoneum.
19
IIB
Tumor meluas ke jaringan/organ pelvis lainnya tanpa sel tumor di
cairan asites ataupun bilasan cairan di rongga peritoneum.
IIC
Perluasan di pelvis (IIA atu IIB) dengan sel tumor di cairan asites
III
IV
20
Stadium I
Stadium II
Stadium III
Stadium IV
5. Patofisiologi
Tumor ganas ovarium diperkirakan sekitar 15-25% dari semua tumor
ovarium. Dapat ditemukan pada semua golongan umur, tetapi lebih sering
pada usia 50 tahun ke atas, pada masa reproduksi kira-kira separuh dari itu
dan pada usia lebih muda jarang ditemukan. Faktor predisposisi ialah tumor
ovarium jinak. Pertumbuhan tumor diikuti oleh infiltrasi, jaringan sekitar yang
menyebabkan
berbagai
keluhan
samar-samar.
Kecenderungan
untuk
melakukan implantasi dirongga perut merupakan ciri khas suatu tumor ganas
ovarium yang menghasilkan asites (Brunner dan Suddarth, 2002).
21
22
3) Infeksi pada tumor : Infeksi pada tumor dapat terjadi bila di dekat tumor
ada tumor kuman patogen seperti appendicitis, divertikalitis, atau
salpingitis akut.
4) Robekan dinding kista disertai hemoragi yang timbul secara akut, maka
perdarahan dapat sampai ke rongga peritonium dan menimbulkan rasa
nyeri terus menerus.
5) Perubahan keganasan
Dapat terjadi pada beberapa kista jinak, sehingga setelah tumor diangkat
perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis yang seksama terhadap
kemungkinan perubahan keganasan (Wiknjosastro,1999).
23
6. WOC
24
7. Manifestasi Klinis
Pada umumnya, kanker ovarium pada masa awal berkembang cenderung
tanpa gejala. Inilah yang menyebabkan kanker ini sulit diketahui sejak dini.
Lebih dari 70 % penderita kanker ovarum ditemukan sudah dalam usia
stadium lanjut.
Biasanya, keluhan utama yang dirasakan oleh penderita kanker ini adalah
sakit di bagian abdominal (perut bawah) yang disertai dengan rasa kembung,
25
sulit buang air besar, sering buang air kecil dan sakit kepala. Kalau kanker
ovarium ini sudah masuk dalam stadium lanjut, gejalanya pun bertambah,
seperti : rasa tidak nyaman di bagian perut bawah selama menstruasi (akibat
darah haid yang terlalu deras keluar atau gumpalan darah haid ), rasa kejang
di perut, pendarahan lewat vagina yang tidak normal, serta nyeri di seputar
kaki.
Lebih lanjut, perempuan dengan tumor stromal akan mengalami gejala
berikut, akibat dari pengaruh hormon estrogen dan progesteron, seperti terjadi
pendarahan padahal sudah menopause, terlalu cepat mendapat menstruasi,
payudara cepat membesar pada remaja, menstruasi terhenti dan adanya
pertumbuhan rambut di muka dan tubuh.
Tanda paling penting adanya kanker ovarium adalah ditemukannya massa
tumor di pelvis. Bila tumor tersebut padat, bentuknya irreguler dan terfiksir ke
dinding panggul, keganasan perlu dicurigai. Bila di bagian atas abdomen
ditemukan juga massa dan disertai asites, keganasan hampir dapat dipastikan.
Kanker ovarium tidak menimbulkan gejala pada waktu yang lama. Gejala
umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik.
a. Stadium Awal
1) Gangguan haid
2) Konstipasi (pembesaran tumor ovarium menekan rectum)
3) Sering berkemih (tumor menekan vesika urinaria)
26
b. Stadium Lanjut
1) Asites
2) Penyebaran ke omentum (lemak perut)
3) Perut membuncit
4) Kembung dan mual
5) Gangguan nafsu makan
6) Gangguan BAB dan BAK
7) Sesak nafas
8) Dyspepsia
8. Penatalaksanaan
a. Pembedahan
Merupakan pilihan utama, luasnya prosedur pembedahan ditentukan oleh
insiden dan seringnya penyebaran ke sebelah yang lain (bilateral) dan
kecenderungan untuk menginvasi korpus uteri.
b. Biopsi
27
28
sigmoidoskopi.
h. Foto rontgen dada dan tulang.
i. Scan KGB (Kelenjar Getah Bening)
j. Scan traktus urinarius
10. Pencegahan
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer yaitu upaya mempertahankan orang yang sehat agar
tetap sehat atau mencegah orang sehat menjadi sakit. Upaya pencegahan
primer dapat dilakukan dengan pemberian informasi mengenai kanker
ovarium, upaya pencegahan seperti :
29
11. Komplikasi
a. Asites
Kanker ovarium dapat bermetastasis dengan invasi langsung ke strukturstruktur yang berdekatan pada abdomen dan panggul dan melalui
30
31
c. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : lemah, sianosis.
Kesadaran : biasanya compos mentis apabila tidak ada komplikasi penyakit
yang serius.
a. Rambut dan hygiene kepala
Biasanya kulit kepala bersih, rambut tidak rontok.
b. Mata
Biasanya simetris kanan kiri, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
32
ikterik.
c. Telinga
Biasanya simetris kanan kiri, fungsi pendengaran baik.
d. Hidung
Biasanya simetris kanan kiri, secret (-), cuping hidung(-).
e. Mulut
Biasanya tidak terjadi stomatitis, tidak terdapat pembesaran tonsil.
f. Leher
Biasanya tidak ada pembesaran pada kelenjar thyroid, tidak ada
gangguan fungsi menelan.
g. Dada dan Thorax
Inspeksi
: Biasanya simetris, nafas tertinggal (-), bekas luka (-)
Palpasi
: Taktil fremitus biasanya normal, massa(-),
nyeri tekan (-)
Perkusi
: Biasanya sonor kedua lapang dada
Auskultasi : Biasanya suara nafas vesikuler, ronchi (-/-),
wheezing (-/-)
h. Jantung
Inspeksi
: Biasanya ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi
: Biasanya ictus cordis tidak teraba
Perkusi
: Biasanya bunyi jantung pekak.
Auskultasi : Biasanya bunyi jantung normal, murmur (-), S3 S4 (-)
i. Abdomen
Inspeksi
: Biasanya kontur perut cembung
Auskultasi : Biasanya terjadi peningkatan bunyi peristaltik usus.
Palpasi
: Biasanya nyeri tekan (-)
Perkusi
: Biasanya bunyi tympani
j. Ekstermitas
Tidak ada gangguan pada ekstremitas atas maupun bawah, tidak ada
tanda-tanda inflamasi.
k. Genetalia
Biasanya tidak ada gangguan fungsi.
2. Diagnosa Keperawatan
33
3. Intervensi Keperawatan
No
1.
Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut b.d agen
Intervensi
NIC
cidera biologi
- Tingkat nyeri
Manajemen Nyeri
- Kontrol nyeri
Lakukan pengkajian
- Tingkat kenyamanan
nyeri secara
Kriteria Hasil :
komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi,
mampu menggunakan
tehnik nonfarmakologi
presipitasi
Observasi reaksi
mencari bantuan)
nonverbal dari
ketidnyamanan
berkurang dengan
Gunakan teknik
menggunakan manajemen
komunikasi teraupetik
nyeri
untuk mengetahui
pengalaman nyeri
pasien
34
mempengaruhi respon
nyeri
Evaluasi pengalaman
nyeri masa lampau
Evaluasi bersama
pasien dan tim
kesehatan lain tentang
ketidakefektifan
kontrol nyeri masa
lampau
Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dna
kebisingan
Kurangi faktor
presipitasi nyeri
35
nyeri untuk
menentukan intervensi
Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasi dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri
tidak berhasil
Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri
Administrasi Analgesik
Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dna derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
36
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
Tentukan analgesik
pilihan, rute
pemberian, dna dosis
optimal
Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala
Asuhan Keperawatan Pada Ny. F Dengan Kanker Ovarium di Ruang Rawat
Inap Kebidanan RSUP M. Djamil Padang
37
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Nama
No MR
Umur
Pekerjaan
Agama
Jenis Kelamin
Alamat
Tanggal masuk
Penanggung jawab
Cara Masuk
k. Riwayat Alergi
1) Obat
2) Makanan
l. Alat bantu yang terpakai
: Ny. F
: 941267
: 39 tahun
: Swasta
: Islam
: Perempuan
: Solok Selatan
: 22 Maret 2016
: Tn. Y
: IGD rujukan RSUD Muaro Labuh Solok
Selatan
: tidak ada
: tidak ada
: Oksigen
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien mengatakan sesak nafas, perut semakin membesar, dan terasa nyeri
perut.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan perutnya membesar sejak 1 bulan yang lalu dan
semakin membesar. Pasien belum pernah dirawat di RS sebelumnya dan
tidak mempunyai riwayat penyakit paru, hipertensi, DM, dan jantung.
Pasien mengatakan mempunyai 2 orang anak, yang paling kecil berusia 11
tahun. Pasien menggunakan pil KB. Pasien mengatakan tidak ada riwayat
38
nyeri pada saat haid, siklus teratur 1x28 hari. Pasien pertama kali haid
berusia 13 tahun.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengatakan masuk melalui IGD pukul 23.00 WIB rujukan dari
RSUD Solok Selatan. Pasien mengatakan serangan awal ialah pasien
merasa sesak nafas, perut terasa nyeri dan semakin membesar dari hari ke
hari. Pada saat ini pasien mengeluh sesak nafas, perut semakin membesar,
nyeri pada abdomen, batuk, mual, badan terasa lemah, dan tidak dapat
melakukan aktifitas seperti mandi, berjalan, mengganti pakaian secara
mandiri.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit
yang sama dengan pasien dan tidak ada yang menderita hipertensi, DM,
jantung dan penyakit paru.
3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan Darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 100x/i
Suhu
: 36,50C
39
Pernafasan
: 40x/i
40
Sehat
Sakit
diit TKTP
sayur
1 porsi
3x1 sehari
Tidak ada
porsi
3x1 sehari
Penurunan nafsu makan
a. Diit
b. Jumlah
c. Frekuensi
d. Keluhan
Minuman
2
a. Jumlah
b. Keluhan
Kuning kecoklatan
Khas
2x1 hari
Tidak ada
BAB
3.
a.
b.
c.
d.
2 liter/hari
Tidak ada
Warna
Bau
Frekuensi
Keluhan
Kuning jernih
Khas
Tidak ada
BAK
Lebih kurang 8
4
a. Warna
b. Bau
c. Keluhan
Istirahat/tidur
malam hari
Susah tidur
Mandiri
a. Lama
oleh keluarga/perawat
41
b. Keluhan
Aktifitas sehari-hari
5. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 23 Maret 2016
Pemeriksaan
Hasil
10,3 g/dl
Hb
Leukosit
Trombosit
Total Protein
Albumin
Globulin
LDH
36.100 /mm3
390.000 /mm3
4,9 g/dl
3,2 g/dl
1,7 g/dl
682 IU/L
42
Nilai rujukan
Pria : 14-18 g/dl
Wanita : 12-16 g/dl
5000-10.000 /mm3
150000-400000 /mm3
6,6-8,7 g/dl
3,6-5,0 g/dl
1,3-2,7 g/dl
110-210 IU/L
6. Program Therapy
a. Ventolin nebu 3x1 8 jam
b. O2 5 liter/menit
c. IVFD NaCl 0.9% 12 jam/kolf
d. Injeksi cefoperazone 2x1 gr
7. Analisa Data
Data
DS :
a. Klien mengatakan sesak nafas
dan batuk
b. Klien mengatakan badan terasa
lemah
Masalah
Ketidakefektifan pola
Etiologi
Menurunnya ekspansi
nafas
paru sekunder
terhadap penumpukan
cairan dalam rongga
DO :
pleura
a. Tampak sesak
b. Pernafasan sukar
c. Penurunan fremitus
d. Thorak pekak saat diperkusi
e. Suara nafas
43
melemah/menghilang saat di
auskultasi
f. TD : 100/70 mmhg
g. N : 100 x/i
h. P : 40 x/i
i. S : 36, 5 0C
DS :
Ketidakseimbangan
a. Klien mengatakan tidak mau
nutrisi kurang dari
makan
b. Klien mengatakan badan terasa kebutuhan tubuh
lemah
c. Klien mengatakan perut terasa
mual
DO
a. Porsi makan di habiskan
b. Mukosa bibir pucat, bibir
kering
c. Klien tampak lemas dan ADL
dibantu keluarga
DS :
Nyeri akut
Pasien mengeluh nyeri perut
DO :
a. Acites (+)
b. Meringis (+)
c. Gelisah (+)
d. Terdapat nyeri tekan
e. Teraba massa abnormal di perut
kiri bawah
f. Skala nyeri : 5, nyeri hilang
timbul
g. Pasien tampak berhati-hati saat
44
bergerak
B. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola nafas b.d menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap
penumpukan cairan dalam rongga pleura
b. Nyeri akut b.d agen cidera biologis
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang nafsu
makan dan disertai mual
C. Intervensi Keperawatan
No
1.
Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan pola
NIC
- Respiratory status :
ventilation
memaksimalkan
terhadap penumpukan
ventilasi
patency
pleura
Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
Mendemonstrasikan batuk
untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan
Intervensi
Pertahankan jalan
nafas yang paten
yang paten
Pertahankan posisi
45
rentang normal
pasien
Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
2.
NOC
- Tingkat nyeri
Manajemen Nyeri
- Kontrol nyeri
Lakukan pengkajian
- Tingkat kenyamanan
nyeri secara
Kriteria Hasil :
komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi,
mampu menggunakan
tehnik nonfarmakologi
presipitasi
nonverbal dari
ketidnyamanan
Gunakan teknik
menggunakan manajemen
komunikasi teraupetik
nyeri
untuk mengetahui
pengalaman nyeri
pasien
Observasi reaksi
mencari bantuan)
berkurang dengan
Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
46
Kurangi faktor
presipitasi nyeri
Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasi dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri
3.
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
NOC
tidak berhasil
NIC
- Nutritional status
-Weight control
meningkatkan intake
Kriteria Hasil :
Fe
Adanya peningkatan BB
meningkatkan protein
dna vitamin C
tinggi badan
Mampu mengidentifikasi
dimakan mengandung
kebutuhan nutrisi
47
mencegah konstipasi
Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
Monitor kekeringan,
rambut kusan, dan
mudha patah
Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
48
49
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta
Donges, Marilynn E. 1999.Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta
Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan. Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana
Untuk PendidikanBidan. Jakarta: EGC
Prawirohardjo.
2005.
Ilmu
Kandungan.
Jakarta
: Yayasan
Bina
Pustaka