Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker ovarium (kanker indung telur) merupakan penyebab nomor satu dari
seluruh kematian yang disebabkan kanker pada saluran reproduksi. Penderita
kanker ini umumnya didiagnosis terlambat, karena belum adanya metode deteksi
dini yang akurat. Sehingga hanya 20-30% penderita kanker ovarium saja yang
dapat terdiagnosa pada stadium awal. Kanker ovarium erat hubungannya dengan
wanita yang mempunyai tingkat kesuburan yang rendah atau intenfertilitas dan
biasanya terjadi pada wanita nullipara, melahirkan pertama kali pada usia diatas
35 tahun dan wanita yang mempunyai keluarga dengan riwayat ovarium, kanker
payudara atau kanker kolon, sedangkan wanita dengan riwayat kehamilan
pertama terjadi pada usia di bawah 25 tahun, dengan penggunaan pil kontrasepsi
dan menyusui akan menurunkan kanker ovarium sebanyak 30-60% (Aditya,
2009).
Di Indonesia tumor ganas ovarium banyak dijumpai dan merupakan
penyebab kematian ketiga setelah tumor ganas serviks dan tumor ganas
payudara, padahal five-years survival ratenya dalam 50 tahun terakhir ini tidak
banyak mengalami kemajuan yaitu berkisar antara 20-37%. Tumor ganas pada
ovarium ditemukan dengan proporsi sebesar 8% dari seluruh tumor ganas

ginekologi. Tumor ini dapat terjadi pada semua golongan umur, tetapi lebih
sering pada usia 50 tahun yaitu sebesar 60%, sedangkan pada masa reproduksi
kira-kira 30% dan pada usia lebih muda sebanyak 10% (Priyanto, 2007).
Berdasarkan data Departemen Kesehatan (Depkes,2001), di Indonesia
terdapat 90-100 kasus kanker leher rahim per 100.000 pendudu k. Setiap tahun
terjadi 200.000 kasus kanker leher rahim. Sekitar 70-80% kanker ovarium
ditemukan pada waktu telah terjadi anak sebar. Karena gejala kanker ovarium
tidak khas, lebih dari 70% penderita kanker ovarium ditemukan sudah dalam
stadium lanjut. Lebih kurang setengah dari kasus kanker indung telur ditemukan
pada perempuan yang telah berusia lebih dari 60 tahun.
Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa kanker ovary adalah jenis
kanker yang paling sulit dideteksi dan diobati, hal ini diakibatkan karena pada
tahap awalnya kanker ovary menunjukkan sedikit sekali gejala atau bahkan tidak
ada gejala sama sekali. Kondisi ini yang menyebabkan mereka yang terkena
penyakit ini ketika di diagnosis lebih dari setengahnya sudah berada pada tahap
lanjutan sehingga kegagalan pengobatan atau perawatannya lebih tinggi. Salah
satu pengobatan kanker ovarii yaitu dengan cara kemoterapi. Klien yang sudah
melakukan kemoterapi akan mengalami mual, muntah, nafsu makan menurun,
stomatitis, nefripenia, sehingga klien dengan kemoterapi baik sebelum dan
sesudah tindakan sangat memerlukan perawatan khusus sehingga efek dari
therapy tersebut dapat diminimalkan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan data diatas penulis dapat merumuskan Bagaimana
Penerapan Asuhan Keperawatan pada Ny. F dengan Kanker Ovarium di
Ruang Rawat Inap Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2016?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu menerapkan Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Kanker Ovarium di Ruang Rawat Inap Kebidanan RSUP Dr. M.
Djamil Padang Tahun 2016.
2. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa mampu :
a. Melakukan pengkajian pada pasien dengan Kanker Ovarium di Ruang
Rawat Inap Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2016.
b. Menegakkan diagnosa pada pasien dengan Kanker Ovarium di Ruang
Rawat Inap Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2016.
c. Membuat intervensi pada pasien dengan Kanker Ovarium di Ruang
Rawat Inap Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2016.
d. Melakukan implementasi keperawatan pada pasien dengan Kanker
Ovarium di Ruang Rawat Inap Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang
Tahun 2016.
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan Kanker Ovarium di
Ruang Rawat Inap Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2016.
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Kanker
Ovarium di Ruang Rawat Inap Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang
Tahun 2016.

D. Manfaat
1. Bagi penulis
Untuk memperdalam pengetahuan dan mengaplikasikan ilmu yang telah
diperoleh di perguruan tinggi dalam penerapan asuhan keperawatan pada
pasien dengan Kanker Ovarium.
2. Bagi keluarga pasien
Agar keluarga pasien bisa merawat anggota keluarga dengan Kanker
Ovarium di rumah serta bekerja sama dengan tenga medis dalam perawatan
pasien sehingga kondisi pasien kembali membaik dan pasien bisa sembuh
dari penyakitnya.
3. Bagi STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang
Sebagai bahan bacaan di perpustakaan untuk menambah wawasan ilmu
pengetahuan tetang Asuhan Keperawatan bagi semua mahasiswa STIKes
MERCUBAKTIJAYA Padang.
4. Bagi Pembaca
Dapat menggunakan asuhan keperawatan ini sebagai perbandingan dan
dapat dikembangkan lagi untuk asuhan keperawatan berikutnya.
5. RSUP Dr. M. Djamil Padang
Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan lainnya dalam melaksanakan
asuhan keperawatan pada pasien dengan Kanker Ovarium.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR KANKER OVARIUM


1. Pengertian
Ovarium adalah salah satu organ sistem reproduksi wanita, sistem
reproduksiterdiri dari ovarium, tuba fallopi, uterus dan vagina. Kedua ovarium
terletak dikedua sisi uterus dalam rongga pelvis dengan panjang sekitar 1,5-2
inchi dan lebar <1 inchi, ovarium akan mengecil setelah menopause.

Kanker ovarium merupakan tumor dengan histiogenesis yang beraneka


ragam, dapat berasal dari ketiga dermoblast (ektodermal, endodermal,
mesodermal) dengan sifat-sifat histiologis maupun biologis yang beraneka
ragam (Smeltzer & Bare, 2002).
Kanker ovarium adalah terjadinya pertumbuhan sel-sel tidak lazim
(kanker) pada satu atau dua bagian indung telur. Indung telur sendiri
merupakan salah satu organ reproduksi yang sangat penting bagi perempuan.
Dari organ reproduksi ini dihasilkan telur atau ovum, yang kelak bila bertemu
sperma akan terjadi pembuahan (kehamilan). Indung telur juga merupakan
sumber utama penghasil hormon reproduksi perempuan, seperti hormon
estrogen dan progesteron. Kanker ovarium adalah kanker atau tumor ganas
yang berasal dari ovarium dengan berbagai tipe histologi, yang dapat
mengenai semua umur.
Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium atau indung telur yang
disebabkan oleh pertumbuhan cepat serta pembelahan yang terjadi dalam satu
atau kedua kelenjar reproduksi ovarium dimana ova atau telur dan hormon
pada wanita dibuat membelah banyak dan cepat serta menyebar hingga ke
jaringan bahkan ke organ lain. Kanker ovarium paling sering ditemukan pada
wanita berusia 50-70 tahun dan 1 dari 70 wanita menderita kanker ovarium
(Puji, 2009).

Stadium kanker ovarium ditentukan berdasarkan pemeriksaan sesudah


laparatomi. Penentuan stadium dengan laparatomi lebih akurat, oleh karena
perluasan tumor dapat dilihat dan ditentukan berdasarkan pemeriksaan
patologi (sitologi atau histopatologi), sehingga terapi dan prognosis dapat
ditentukan lebih akurat.

2. Anatomi Fisiologi
Sistem reproduksi wanita terdiri atas organ reproduksi eksterna dan organ
reproduksi interna.
a. Organ genetalia eksterna
Organ reproduksi wanita eksterna sering disebut sebagai vulva yang
mencakup semua organ yang dapat dilihat dari luar, yaitu yang dimulai dari
mons pubis, labia mayora, labia minora, klitoris, himen, vestibulum,
kelenjar bartholini dan berbagai kelenjar serta pembuluh darah.

Gambar 2. 1 : Organ Reproduksi Eksterna pada wanita.


(Sumber: Wiknjosastro, 2005)
1)

Mons veneris

Disebut juga gunung venus, menonjol ke bagian depan menutup tulang


kemaluan. Setelah pubertas, kulit monsveneris tertutup oleh rambut
ikal yang membentuk pola distribusi tertentu yaitu pada wanita
berbentuk segitiga.
2)

Labia Mayora
Berasal dari monsveneris, bentuknya lonjong menjurus ke bawah dan
bersatu dibagian bawah. Bagian luar labia mayora terdiri dari kulit
berambut, kelenjar lemak, dan kelenjar keringat, bagian didalamnya
tidak berambut dan mengandung kelenjar lemak, bagian ini
mengandung banyak ujung saraf sehingga sensitive saat hubungan
seks.

3)

Labia minora
Merupakan lipatan kecil dibagian dalam labia mayora. Bagian
depannya mengelilingi klitoris. Kedua labia ini mempunyai pembuluh
darah, sehingga dapat menjadi besar saat keinginan seks bertambah.
Labia ini analog dengan kulit skrotum pada pria.

4)

Klitoris
Merupakan bagian yang erektil, seperti penis pada pria.
Mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf, sehingga
sangat sensitif saat hubungan seks.

5)

Hymen

Merupakan selaput yang menutupi bagian lubang vagina luar. Pada


umumnya hymen berlubang sehingga menjadi saluran aliran darah
menstruasi atau cairan yang dikeluarkan oleh kelenjar rahim dan
kelenjar endometrium (lapisan dalam rahim)
6)

Vestibulum
Bagian kelamin yang dibasahi oleh kedua labia kanan kiri dan
bagian atas oleh klitoris serta bagian belakang pertemuan labia
minora. Pada bagian vestibulum terdapat muara vagina (liang
senggama), saluran kencing, kelenjar Bartholini, dan kelenjar
Skene.

7)

Orifisium Uretra
Lubang atau meatus uretra terletak pada garis tengah vestibulum,
1 sampai 1,5 cm di bawah arkus pubis dan dekat bagian atas liang
vagina. Meatus uretra terletak di dua pertiga bagian bawah uretra
terletak tepat di atas dinding anterior vagina.

8)

Orifisium Vagina
Terletak dibagian bawah vestibulum. Pada gadis tertutup lapisan
tipis bermukosa yaitu selaput dara / hymen, utuh tanpa robekan.

9)

Vagina
Vagina atau liang kemaluan merupakan suatu tabung yang
dilapisi membran dari jenis epithelium bergaris khusus, dialiri

10

banyak pembuluh darah dan serabut saraf. Panjang vagina dari


vestibulum sampai uterus adalah 7,5 cm. Bagian ini merupakan
penghubung antara introitus vagina dan uterus. Pada puncak
vagina menonjol leher rahim yang disebut porsio. Bentuk vagina
sebelah dalam berlipat-lipat disebut rugae. Vagina mempunyai
banyak fungsi yaitu sebagai saluran luar dari uterus yang dilalui
secret uterus dan aliran menstruasi, sebagai organ kopulasi wanita
dan sebagai jalan lahir.

10) Periinium
Perineum terletak diantara vulva dan anus, panjang perineum kurang
lebih 4 cm. Jaringan utama yang menopang perineum adalah
diafragma pelvis dan urogenital.

b. Alat Kelamin Dalam (Genetalian Interna)


Genetalia interna adalah alat reproduksi yang berada didalam dan tidak
dapat dilihat kecuali dengan cara pembedahan. Organ genetalia terdiri dari :

11

Gambar 2.2 : Organ Interna Wanita (Bobak & Lowdermilk, 2004)

1)

Rahim (Uterus)
Bentuk rahim seperti buah pir, dengan berat sekitar 30 gr. Terletak di
panggul kecil diantara rectum (bagian usus sebelum dubur) dan di

12

depannya terletak kandung kemih. Hanya bagian bawahnya disangga


oleh ligament yang kuat, sehingga bebas untuk tumbuh dan
berkembang saat kehamilan. Ruangan rahim berbentuk segitiga,
dengan bagian besarnya di atas. Dari bagian atas rahim (fundus)
terdapat ligament menuju lipatan paha (kanalis inguinalis), sehingga
kedudukan rahim menjadi kearah depan. Rahim juga merupakan jalan
lahir yang penting dan mempunyai kemampuan untuk mendorong
jalan lahir.
Uterus terdiri dari :
a) Fundus uteri (dasar rahim)
Bagian uterus yang terletak antara pangkal saluran telur. Pada
pemeriksaan

kehamilan,

perabaan

fundus

uteri

dapat

memperkirakan usia kehamilan


b) Korpus uteri
Bagian uterus yang terbesar pada kehamilan, bagian ini berfungsi
sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat pada
korpus uteri disebut kavum uteri atau rongga rahim.

c) Serviks uteri
Ujung serviks yang menuju puncak vagina disebut porsio, hubungan
antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri

13

internum.

Lapisan-lapisan

uterus

meliputi

endometrium,

myometrium, parametrium.
d) Tuba Fallopi
Tuba fallopi berasal dari ujung ligamentum latum berjalan kearah
lateral, dengan panjang sekitar 12cm. Tuba fallopi merupakan
bagian yang paling sensitif terhadap infeksi dan menjadi penyebab
utama terjadinya kemandulan (infertilitas). Fungsi tuba fallopi
sangat vital dalam proses kehamilan, yaitu menjadi saluran
spermatozoa dan ovum, mempunyai fungsi penangkap ovum,
tempat terjadinya pembuahan (fertilitas), menjadi saluran dan
tempat

pertumbuhan

hasil

pembuahan

sebelum

mampu

menanamkan diri pada lapisan dalam rahim.


e) Indung Telur (Ovarium)
Ovarium merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak di kiri
dan kanan uterus, di bawah tuba uterine dan terikat di sebelah
belakang oleh ligamentum latum uterus. Setiap bulan folikel
berkembang dan sebuah ovum dilepaskan pada saat kira-kira
pertengahan

(hari

ke-14)

siklus

menstruasi.

Ovulasi

yaitu

pematangan folikel graaf dan mengeluarkan ovum. Bila folikel graaf


sobek, maka terjadi penggumpalan darah pada ruang folikel.

14

Ovarium mempunyai 3 fungsi, yaitu memproduksi ovum,


memproduksi

hormon

estrogen,

dan

memproduksi

hormon

progesteron. Ovarium disebut juga indung telur, di dalam ovarium


ini terdapat jaringan bulbus dan tubulus yang menghasilkan telur
(ovum) dan ovarium ini hanya terdapat pada wanita, letaknya di
dalam pelvis di kiri kanan uterus, membentuk, mengembang serta
melepaskan ovum dan menimbulkan sifat-sifat kewanitaan,
misalnya : pelvis yang membesar, timbulnya siklus menstruasi.
Bentuk ovarium bulat telur beratnya 5-6 kg, bagian dalam ovarium
disebut medulla ovary di buat di jaringan ikat, jaringan yang banyak
mengandung kapiler darah dan serabut kapiler saraf, bagian luar
bernama korteks ovary, terdiri dari folikel-folikel yaitu kantongkantong kecil yang berdinding epithelium dan berisi ovum.
Kelenjar ovarika terdapat pada ovarium di samping kiri dan kanan
uterus, menghasilkan hormon estrogen dan progesterone. Hormon
ini dapat mempengaruhi kerja dan mempengaruhi sifat-sifat
kewanitaan, misalnya panggul yang besar, panggul sempit dan lainlain.
Apabila folikel de graaf sobek, maka terjadi penggumpalan darah di
dalam rongga folikel dan sel yang berwarna kuning yang berasal
dari dinding folikel masuk dalam gumpalan itu dan membentuk

15

korpus luteum tumbuh terus sampai beberapa bulan menjadi besar.


Bila ovum tidak dibuahi maka korpus luteum bertahan hanya
sampai 12-14 hari tepat sebelum masa menstruasi berikutnya,
korpus luteum menjadi atropi.
Siklus menstruasi, perubahan yang terjadi di dalam ovarium dan
uterus dimana masa menstruasi berlangsung kira-kira 5 hari, selama
masa ini epithelium permukaan dinding uterus terlepas dan terjadi
sedikit perdarahan.
Masa setelah menstruasi adalah masa perbaikan dan pertumbuhan
yang berlangsung 9 hari ketika selaput terlepas untuk diperbaharui,
tahap ini dikendalikan olen estrogen, sedangkan pengendalian
estrogen dikendallikan oleh FSH (Folikel Stimulating Hormon)
terjadi pada hari ke-14, kemudian disusul 14 hari tahap sekretorik
yang di kendalikan oleh progesterone.
f) Parametrium (Penyangga Rahim)
Merupakan lipatan peritoneum dengan berbagai penebalan, yang
menghubungkan rahim dengan tulang panggul, lipatan atasnya
mengandung tuba fallopi dan ikut serta menyangga indung telur.
Bagian ini sensitif tehadap infeksi sehingga mengganggu fungsinya.
Hampir keseluruhan alat reproduksi wanita berada di rongga
panggul. Setiap individu wanita mempunyai bentuk dan ukuran

16

rongga panggul (pelvis) yang berbeda satu sama lain. Bentuk dan
ukuran ini mempengaruhi kemudahan suatu proses persalinan.
(Tambayong, 2002).

3. Etiologi
Menurut Hidayat (2009) Ovarium terletak di kedalaman rongga pelvis.
Bila timbul kanker, biasanya tanpa gejala pada awalnya sehingga sulit
ditemukan, membuat diagnosis tertunda. Ketika lesi berkembang dan timbul
gejala, sering 15 kali sudah bukan stadium dini. Maka terdapat 60-70% pasien
kanker ovarium saat didiagnosis sudah terdapat metastasis di luar ovarium.
Penyebab kanker ovarium hingga kini belum jelas, tapi faktor lingkungan dan
hormonal berperan penting dalam patogenesisnya. Akan tetapi banyak teori
yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:
1. Hipotesis incessant ovulation, teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan
pada sel-sel epitel ovarium untuk penyembuhan luka pada saat terjadi
ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel yang terganggu dapat
menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor.
2. Hipotesis

androgen,

Androgen

mempunyai

peran

penting

dalam

terbentuknya kanker ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil percobaan


bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen. Dalam percobaan in-

17

vitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal


dan sel-sel kanker ovarium.

Faktor Resiko :
Penyebab pasti kanker ovarium masih dipertanyakan, beberapa hal yang
diperkirakan sebagai faktor resiko kanker ovarium adalah sebagai berikut:
a. Riwayat keluarga kanker ovarium dan kanker payudara
b. Riwayat keluarga kanker kolon dan kanker endometrial
c. Wanita diatas usia 50 75 tahun
d. Wanita yang tidak memiliki anak (nullipara)
e. Wanita yang memiliki anak > 35 tahun
f. Membawa mutasi gen BRCA1 atau BRCA2
g. Sindroma herediter kanker kolorektal nonpolipoid

Faktor Predisposisi :
a. Diit tinggi lemak
b. Merokok dan alcohol
c. Infertilitas
d. Riwayat Ca mamae, kolon, dan endometrium
e. Nullipara

18

4. Klasifikasi
Stadium kanker ovarium menurut FIGO:
Staging
Keterangan
I
Tumor terbatas pada ovarium
IA
Tumor terbatas pada satu ovarium, kapsul tumor utuh, tidak ada
pertumbuhan tumor di permukaan ovarium, tidak ada sel tumor di
cairan asites ataupun pada bilasan cairan di rongga peritoneum.

IB
Tumor terbatas pada dua ovarium, kapsul tumor utuh, tidak ada
pertumbuhan tumor pada permukaan ovarium, tidak ada sel tumor di
cairan asites ataupun pada bilasan cairan di rongga peritoneum.
IC
Tumor terbatas pada satu atau dua ovarium dengan salah satu faktor
yaitu kapsul tumor pecah, pertumbuhan tumor pada permukaan
ovarium, ada sel tumor di cairan asites ataupun pada bilasan cairan di
II

rongga peritoneum.
Tumor pada satu atau dua ovarium dengan perluasan di pelvis
IIA
Tumor meluas ke uterus dan/atau ke tuba tanpa sel tumor di cairan
asites ataupun bilasan cairan di rongga peritoneum.

19

IIB
Tumor meluas ke jaringan/organ pelvis lainnya tanpa sel tumor di
cairan asites ataupun bilasan cairan di rongga peritoneum.
IIC
Perluasan di pelvis (IIA atu IIB) dengan sel tumor di cairan asites
III

ataupun bilasan cairan di rongga peritoneum.


Tumor pada satu atau dua ovarium disertai dengan perluasan tumor
pada rongga peritoneum di luar pelvis dengan/atau metastasis
kelenjar getah bening regional.
IIIA
Metastasis mikroskopik di luar pelvis.
IIIB
Metastasis makroskopik di luar pelvis dengan besar lesi < 2 cm.
IIIC
Metastasis makroskopik di luar pelvis dengan besar lesi > 2 cm

IV

dan/atau metastasis ke kelenjar getah bening.


Metastasis jauh (di luar rongga peritoneum).

Derajat keganasan kanker ovarium


a. Derajat 1 : differensiasi baik
b. Derajat 2 : differensiasi sedang
c. Derajat 3 : differensiasi buruk
Dengan derajat differensiasi semakin rendah pertumbuhan dan prognosis akan
lebih baik
Tahap-tahap kanker ovarium (Price, 2002) :

20

Stadium I

: Pertumbuhan terbatas pada ovarium

Stadium II

: Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan


perluas pelvis

Stadium III

: Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan


metastasis diluar pelvis atau nodus inguinal atau
retroperitoneal positif

Stadium IV

: Pertumbuhan mencakup satu / kedua ovarium dengan


metastasis jauh.

5. Patofisiologi
Tumor ganas ovarium diperkirakan sekitar 15-25% dari semua tumor
ovarium. Dapat ditemukan pada semua golongan umur, tetapi lebih sering
pada usia 50 tahun ke atas, pada masa reproduksi kira-kira separuh dari itu
dan pada usia lebih muda jarang ditemukan. Faktor predisposisi ialah tumor
ovarium jinak. Pertumbuhan tumor diikuti oleh infiltrasi, jaringan sekitar yang
menyebabkan

berbagai

keluhan

samar-samar.

Kecenderungan

untuk

melakukan implantasi dirongga perut merupakan ciri khas suatu tumor ganas
ovarium yang menghasilkan asites (Brunner dan Suddarth, 2002).

21

Banyak tumor ovarium tidak menunjukkan tanda dan gejala, terutama


tumor ovarium kecil. Sebagian tanda dan gejala akibat dari pertumbuhan,
aktivitas hormonal dan komplikasi tumor-tumor tersebut.
a. Akibat Pertumbuhan
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan pembesaran
perut, tekanan terhadap alat sekitarnya, disebabkan oleh besarnya tumor
atau posisinya dalam perut. Selain gangguan miksi, tekanan tumor dapat
mengakibatkan konstipasi, edema, tumor yang besar dapat mengakibatkan
tidak nafsu makan dan rasa sakit.
b. Akibat aktivitas hormonal
Pada umumnya tumor ovarium tidak menganggu pola haid kecuali jika
tumor itu sendiri mengeluarkan hormon.
c. Akibat Komplikasi
1) Perdarahan ke dalam kista : Perdarahan biasanya sedikit, kalau tidak
sekonyong-konyong dalam jumlah banyak akan terjadi distensi dan
menimbulkan nyeri perut.
2) Torsi : Torsi atau putaran tangkai menyebabkan tarikan melalui
ligamentum infundibulo pelvikum terhadap peritonium parietal dan
menimbulkan rasa sakit.

22

3) Infeksi pada tumor : Infeksi pada tumor dapat terjadi bila di dekat tumor
ada tumor kuman patogen seperti appendicitis, divertikalitis, atau
salpingitis akut.
4) Robekan dinding kista disertai hemoragi yang timbul secara akut, maka
perdarahan dapat sampai ke rongga peritonium dan menimbulkan rasa
nyeri terus menerus.
5) Perubahan keganasan
Dapat terjadi pada beberapa kista jinak, sehingga setelah tumor diangkat
perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis yang seksama terhadap
kemungkinan perubahan keganasan (Wiknjosastro,1999).

Tumor ganas merupakan kumpulan tumor dan histiogenesis yang


beraneka ragam, dapat berasal dari ketiga dermoblast (ektodermal,
endodermal, mesodermal) dengan sifat histiologis maupun biologis yang
beraneka ragam, kira-kira 60% terdapat pada usia peri menopause 30% dalam
masa reproduksi dan 10% usia jauh lebih muda. Tumor ovarium yang ganas,
menyebar secara limfogen ke kelenjar para aorta, medistinal dan
supraclavikular. Untuk selanjutnya menyebar kealat-alat yang jauh terutama
paru-paru, hati dan otak, obstruksi usus dan ureter merupakan masalah yang
sering menyertai penderita tumor ganas ovarium (Harahap, 2003).

23

6. WOC

24

7. Manifestasi Klinis
Pada umumnya, kanker ovarium pada masa awal berkembang cenderung
tanpa gejala. Inilah yang menyebabkan kanker ini sulit diketahui sejak dini.
Lebih dari 70 % penderita kanker ovarum ditemukan sudah dalam usia
stadium lanjut.
Biasanya, keluhan utama yang dirasakan oleh penderita kanker ini adalah
sakit di bagian abdominal (perut bawah) yang disertai dengan rasa kembung,

25

sulit buang air besar, sering buang air kecil dan sakit kepala. Kalau kanker
ovarium ini sudah masuk dalam stadium lanjut, gejalanya pun bertambah,
seperti : rasa tidak nyaman di bagian perut bawah selama menstruasi (akibat
darah haid yang terlalu deras keluar atau gumpalan darah haid ), rasa kejang
di perut, pendarahan lewat vagina yang tidak normal, serta nyeri di seputar
kaki.
Lebih lanjut, perempuan dengan tumor stromal akan mengalami gejala
berikut, akibat dari pengaruh hormon estrogen dan progesteron, seperti terjadi
pendarahan padahal sudah menopause, terlalu cepat mendapat menstruasi,
payudara cepat membesar pada remaja, menstruasi terhenti dan adanya
pertumbuhan rambut di muka dan tubuh.
Tanda paling penting adanya kanker ovarium adalah ditemukannya massa
tumor di pelvis. Bila tumor tersebut padat, bentuknya irreguler dan terfiksir ke
dinding panggul, keganasan perlu dicurigai. Bila di bagian atas abdomen
ditemukan juga massa dan disertai asites, keganasan hampir dapat dipastikan.
Kanker ovarium tidak menimbulkan gejala pada waktu yang lama. Gejala
umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik.
a. Stadium Awal
1) Gangguan haid
2) Konstipasi (pembesaran tumor ovarium menekan rectum)
3) Sering berkemih (tumor menekan vesika urinaria)

26

4) Nyeri spontan panggul (pembesaran ovarium)


5) Nyeri saat bersenggama (penekanan / peradangan daerah panggul)
6) Melepaskan hormon yang menyebabkan pertumbuhan berlebihan pada
lapisan rahim, pembesaran payudara atau peningkatan pertumbuhan
rambut)

b. Stadium Lanjut
1) Asites
2) Penyebaran ke omentum (lemak perut)
3) Perut membuncit
4) Kembung dan mual
5) Gangguan nafsu makan
6) Gangguan BAB dan BAK
7) Sesak nafas
8) Dyspepsia
8. Penatalaksanaan
a. Pembedahan
Merupakan pilihan utama, luasnya prosedur pembedahan ditentukan oleh
insiden dan seringnya penyebaran ke sebelah yang lain (bilateral) dan
kecenderungan untuk menginvasi korpus uteri.
b. Biopsi

27

Dilakukan di beberapa tempat yaitu omentum, kelenjar getah lambung,


untuk mendukung pembedahan.
c. Second look Laparotomi
Untuk memastikan pemasantan secara radioterapi atau kemoterapi lazim
dilakukan laparotomi kedua bahkan sampai ketiga.
d. Kemoterapi
Merupakan salah satu terapi yang sudah diakui untuk penanganan tumor
ganas ovarium. Sejumlah obat sitestatika telah digunakan termasuk agens
alkylating seperti itu (cyclophasphamide, chlorambucil) anti metabolic
seperti : Mtx / metrotrex xate dan 5 fluorouracit / antibiotikal (admisin).
e. Penanganan lanjut
1) Sampai satu tahun setelah penanganan, setiap 2 bulan sekali
2) Sampai 3 bulan setelah penanganan, setiap 4 bulan
3) Sampai 5 tahun penanganan, setiap 6 bulan
4) Seterusnya tiap 1 tahun sekali
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Anamnesis dan pemeriksaan fisik pelvik
b. Radiologi: USG Transvaginal, CT scan, MRI
c. Tes darah khusus : CA-125 (Penanda kanker ovarium epitelial), LDH,
HCG, dan AFP (penanda tumor sel germinal)
d. Laparoskopi
e. Laparotomi
f. Pemeriksaan untuk mengetahui perluasan kanker ovarium
g. Pielografi intravena (ginjal, ureter, dan vesika urinaria), sistoskopi dan

28

sigmoidoskopi.
h. Foto rontgen dada dan tulang.
i. Scan KGB (Kelenjar Getah Bening)
j. Scan traktus urinarius
10. Pencegahan
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer yaitu upaya mempertahankan orang yang sehat agar
tetap sehat atau mencegah orang sehat menjadi sakit. Upaya pencegahan
primer dapat dilakukan dengan pemberian informasi mengenai kanker
ovarium, upaya pencegahan seperti :

1) Pemakaian pil pengontrol kehamilan


Menurut ACS, perempuan yang menggunakan alat kontrasepsi secara
oral (pil KB) untuk tiga sampai lima tahun diperkirakan mengurangi
risiko terkena kanker indung telur hingga 30 sampai 50 persen lebih
rendah.
2) Operasi sterilisasi atau hysterectomy (pengangkatan rahim)
Dari penelitian ACS, operasi sterilisasi, berupa pengikatan saluran
indung telur untuk mencegah kehamilan, mengurangi 67% risiko terkena
kanker indung telur. Sementara untuk pengangkatan rahim, memang
terbukti efektif untuk mencegah kanker rahim.
3) Diet

29

Gaya diet yang memperbanyak makan sayuran, terbukti mengurangi


risiko terkena kanker indung telur. Apalagi, jika anda membatasi
konsumsi daging dan makanan yang mengandung lemak jenuh.
4) Olahraga
Para penelitian, membuktikan olahraga ringan hingga sedang, namun
dilakukan rutin (minimal 3 kali dalam seminggu dengan waktu olahraga
minimal 15 menit) dapat meningkatkan kekebalan tubuh, memperbanyak
antioksidan dan mengurangi risiko kegemukan. Semua akibat baik dari
olahraga itu penting untuk menjaga kesehatan, termasuk mencegah
terkena kanker.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan untuk menghambat progresifitas penyakit,
pencegahan ini dapat dilakukan dengan diagnosa dini dan pengobatan yang
tepat. Diantaranya : operasi, kemoterapi, terapi radiasi, ultrasonografi
(USG), CT scan, MRI,

11. Komplikasi
a. Asites
Kanker ovarium dapat bermetastasis dengan invasi langsung ke strukturstruktur yang berdekatan pada abdomen dan panggul dan melalui

30

penyebaran benih tumor melalui cairan peritoneal ke rongga abdomen


dan rongga panggul.
b. Efusi Pleura
Dari abdomen, cairan yang mengandung sel-sel ganas melalui saluran
limfe menuju pleura.
Komplikasi lain yang dapat disebabkan pengobatan adalah :
a. Infertilitas adalah akibat dari pembedahan pada pasien menopause
b. Mual, muntah dan supresi sumsum tulang akibat kemoterapi. Dapat juga
muncul maaslah potensial ototoksik, nefroktoksik, neurotoksis
c. Penyakit berulang yang tidak terkontrol dikaitkan dengan obstruksi usus,
asites fistula dan edema ekstremitas bawah
B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Biasanya berisi nama, no MR, umur, pekerjaan, agama, jenis kelamin,
alamat, tanggal masuk RS, alasan masuk, penanggung jawab, riwayat
alergi, dan alat bantu yang terpakai.
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya pasien memiliki riwayat kanker mamae, memiliki gaya hidup
yang tidak sehat seperti kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi lemak,

31

merokok, alkohol, dan infertilitas. Serta ketidakseimbangan hormon


estrogen dan progesteron, misalnya akibat penggunaan obat-obatan yang
merangsang ovulasi dan obat pelangsing tubuh.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya pasien mengatakan perut terasa penuh, berat, kembung, sulit
buang air besar, haid tidak teratur, nyeri panggul yang menetap atau
kambuhan yang dapat menyebar ke punggung bawah dan paha, nyeri
senggama, konstipasi, mual dan muntah atau pengerasan payudara mirip
seperti pada saat hamil, massa diperut bagian bawah dan biasanya
bagian-bagian organ tubuh lainnya sudah terkena.

3) Riwayat Kesehatan Keluarga


Biasanya ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama
dengan pasien yaitu kanker ovarium dan juga kanker mamae.

c. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : lemah, sianosis.
Kesadaran : biasanya compos mentis apabila tidak ada komplikasi penyakit
yang serius.
a. Rambut dan hygiene kepala
Biasanya kulit kepala bersih, rambut tidak rontok.
b. Mata
Biasanya simetris kanan kiri, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak

32

ikterik.
c. Telinga
Biasanya simetris kanan kiri, fungsi pendengaran baik.
d. Hidung
Biasanya simetris kanan kiri, secret (-), cuping hidung(-).
e. Mulut
Biasanya tidak terjadi stomatitis, tidak terdapat pembesaran tonsil.
f. Leher
Biasanya tidak ada pembesaran pada kelenjar thyroid, tidak ada
gangguan fungsi menelan.
g. Dada dan Thorax
Inspeksi
: Biasanya simetris, nafas tertinggal (-), bekas luka (-)
Palpasi
: Taktil fremitus biasanya normal, massa(-),
nyeri tekan (-)
Perkusi
: Biasanya sonor kedua lapang dada
Auskultasi : Biasanya suara nafas vesikuler, ronchi (-/-),
wheezing (-/-)
h. Jantung
Inspeksi
: Biasanya ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi
: Biasanya ictus cordis tidak teraba
Perkusi
: Biasanya bunyi jantung pekak.
Auskultasi : Biasanya bunyi jantung normal, murmur (-), S3 S4 (-)
i. Abdomen
Inspeksi
: Biasanya kontur perut cembung
Auskultasi : Biasanya terjadi peningkatan bunyi peristaltik usus.
Palpasi
: Biasanya nyeri tekan (-)
Perkusi
: Biasanya bunyi tympani
j. Ekstermitas
Tidak ada gangguan pada ekstremitas atas maupun bawah, tidak ada
tanda-tanda inflamasi.
k. Genetalia
Biasanya tidak ada gangguan fungsi.
2. Diagnosa Keperawatan

33

a. Nyeri akut b.d agen cidera biologi


b. Perubahan citra tubuh dan harga diri b.d perubahan dalam penampilan
fungsi dan peran
c. Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual b.d perubahan struktur atau fungsi
tubuh, perubahan kadar hormon

3. Intervensi Keperawatan
No
1.

Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut b.d agen

Tujuan dan Kriteria Hasil


NOC

Intervensi
NIC

cidera biologi

- Tingkat nyeri

Manajemen Nyeri

- Kontrol nyeri

Lakukan pengkajian

- Tingkat kenyamanan

nyeri secara

Kriteria Hasil :

komprehensif termasuk

Mampu mengontrol nyeri

lokasi, karakteristik,

(tahu penyebab nyeri,

durasi, frekuensi,

mampu menggunakan

kualitas dan faktor

tehnik nonfarmakologi

presipitasi

untuk mengurangi nyeri,

Observasi reaksi

mencari bantuan)

nonverbal dari

Melaporkan bahwa nyeri

ketidnyamanan

berkurang dengan

Gunakan teknik

menggunakan manajemen

komunikasi teraupetik

nyeri

untuk mengetahui

Mampu mengenali nyeri

pengalaman nyeri

(skala intensitas, frekuensi

pasien

dan tanda nyeri)

34

Kaji kultur yang

Menyatakan rasa nyaman

mempengaruhi respon

setelah nyeri berkurang

nyeri

Evaluasi pengalaman
nyeri masa lampau

Evaluasi bersama
pasien dan tim
kesehatan lain tentang
ketidakefektifan
kontrol nyeri masa
lampau

Bantu pasien dna


keluarga untuk mencari
dan menemukan
dukungan

Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dna
kebisingan

Kurangi faktor
presipitasi nyeri

Pilih dan lakukan


penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dna inter
personal)

35

Kaji tipe dan sumber

nyeri untuk
menentukan intervensi

Ajarkan tentang teknik


non farmakologi

Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri

Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri

Tingkatkan istirahat

Kolaborasi dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri
tidak berhasil

Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri

Administrasi Analgesik

Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dna derajat nyeri
sebelum pemberian
obat

Cek intruksi dokter


tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi

36

Cek riwayat alergi

Pilih analgesik yang

diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu

Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri

Tentukan analgesik
pilihan, rute
pemberian, dna dosis
optimal

Pilih rute pemberian


secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur

Monitor vital sign


sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali

Berikan analgesik tepat


waktu terutama saat
nyeri hebat

Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan

gejala
Asuhan Keperawatan Pada Ny. F Dengan Kanker Ovarium di Ruang Rawat
Inap Kebidanan RSUP M. Djamil Padang

37

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Nama
No MR
Umur
Pekerjaan
Agama
Jenis Kelamin
Alamat
Tanggal masuk
Penanggung jawab
Cara Masuk

k. Riwayat Alergi
1) Obat
2) Makanan
l. Alat bantu yang terpakai

: Ny. F
: 941267
: 39 tahun
: Swasta
: Islam
: Perempuan
: Solok Selatan
: 22 Maret 2016
: Tn. Y
: IGD rujukan RSUD Muaro Labuh Solok
Selatan
: tidak ada
: tidak ada
: Oksigen

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien mengatakan sesak nafas, perut semakin membesar, dan terasa nyeri
perut.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan perutnya membesar sejak 1 bulan yang lalu dan
semakin membesar. Pasien belum pernah dirawat di RS sebelumnya dan
tidak mempunyai riwayat penyakit paru, hipertensi, DM, dan jantung.
Pasien mengatakan mempunyai 2 orang anak, yang paling kecil berusia 11
tahun. Pasien menggunakan pil KB. Pasien mengatakan tidak ada riwayat

38

nyeri pada saat haid, siklus teratur 1x28 hari. Pasien pertama kali haid
berusia 13 tahun.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengatakan masuk melalui IGD pukul 23.00 WIB rujukan dari
RSUD Solok Selatan. Pasien mengatakan serangan awal ialah pasien
merasa sesak nafas, perut terasa nyeri dan semakin membesar dari hari ke
hari. Pada saat ini pasien mengeluh sesak nafas, perut semakin membesar,
nyeri pada abdomen, batuk, mual, badan terasa lemah, dan tidak dapat
melakukan aktifitas seperti mandi, berjalan, mengganti pakaian secara
mandiri.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit
yang sama dengan pasien dan tidak ada yang menderita hipertensi, DM,
jantung dan penyakit paru.

3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran

: Compos mentis

Tekanan Darah

: 110/70 mmHg

Nadi

: 100x/i

Suhu

: 36,50C

39

Pernafasan

: 40x/i

a. Rambut dan hygiene kepala


Kulit kepala bersih, rambut tidak rontok.
b. Mata
Simetris kanan kiri, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik.
c. Telinga
Simetris kanan kiri, fungsi pendengaran baik.
d. Hidung
Simetris kanan kiri, secret (-), cuping hidung(-).
e. Mulut
Tidak terjadi stomatitis, tidak terdapat pembesaran tonsil.
f. Leher
Tidak ada pembesaran pada kelenjar thyroid, tidak ada gangguan fungsi
menelan.
g. Thorax
Inspeksi : simetris, nafas tertinggal (-), bekas luka (-)
Palpasi
: taktil fremitus menurun
Perkusi
: redup pada tengah dada, pekak dirongga dada kiri dan
kanan
Auskultasi : suara nafas melemah / menghilang
h. Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi
: Biasanya ictus cordis teraba di medial RIC V
Perkusi
: bunyi jantung pekak
Auskultasi : bunyi jantung normal, murmur (-), S3 S4 (-)
i. Abdomen
Inspeksi : acites (+)
Auskultasi : peristaltik usus (+)
Palpasi
: nyeri tekan (+), teraba massa abnormal perut kiri bawah
Perkusi
: bunyi tympani
j. Ekstremitas
Tidak ada gangguan pada ekstremitas atas maupun bawah, tidak ada
tanda-tanda inflamasi.
k. Genetalia

40

Biasanya tidak ada gangguan.

4. Pola Kebiasaan Sehari-Hari


No
Data
1
Makanan

Sehat

Sakit

Makanan biasa, menu

Makanan lunak dengan

nasi, lauk pauk, dan

diit TKTP

sayur
1 porsi
3x1 sehari
Tidak ada

porsi
3x1 sehari
Penurunan nafsu makan

a. Diit
b. Jumlah
c. Frekuensi
d. Keluhan
Minuman
2

a. Jumlah
b. Keluhan

Kuning kecoklatan
Khas
2x1 hari
Tidak ada

BAB

3.

a.
b.
c.
d.

2 liter/hari
Tidak ada

Warna
Bau
Frekuensi
Keluhan

Kuning jernih
Khas
Tidak ada

BAK

Kurang dari 2 liter/hari


Tidak ada
Kuning kecoklatan
Khas
1x2 hari
Konstipasi
Kuning jernih
Khas
Tidak ada
Kurang dari 8 jam/hari

Lebih kurang 8
4

a. Warna
b. Bau
c. Keluhan
Istirahat/tidur

dan sering terbangun


jam/hari
Tidak ada

malam hari
Susah tidur

Mandiri

Semua aktifitas dibantu

a. Lama

oleh keluarga/perawat

41

b. Keluhan

Aktifitas sehari-hari

5. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 23 Maret 2016
Pemeriksaan

Hasil
10,3 g/dl

Hb
Leukosit
Trombosit
Total Protein
Albumin
Globulin
LDH

36.100 /mm3
390.000 /mm3
4,9 g/dl
3,2 g/dl
1,7 g/dl
682 IU/L

Kesan : Total protein , Albumin , LDH

42

Nilai rujukan
Pria : 14-18 g/dl
Wanita : 12-16 g/dl
5000-10.000 /mm3
150000-400000 /mm3
6,6-8,7 g/dl
3,6-5,0 g/dl
1,3-2,7 g/dl
110-210 IU/L

6. Program Therapy
a. Ventolin nebu 3x1 8 jam
b. O2 5 liter/menit
c. IVFD NaCl 0.9% 12 jam/kolf
d. Injeksi cefoperazone 2x1 gr

7. Analisa Data
Data
DS :
a. Klien mengatakan sesak nafas
dan batuk
b. Klien mengatakan badan terasa
lemah

Masalah
Ketidakefektifan pola

Etiologi
Menurunnya ekspansi

nafas

paru sekunder
terhadap penumpukan
cairan dalam rongga

DO :

pleura

a. Tampak sesak
b. Pernafasan sukar
c. Penurunan fremitus
d. Thorak pekak saat diperkusi
e. Suara nafas

43

melemah/menghilang saat di
auskultasi
f. TD : 100/70 mmhg
g. N : 100 x/i
h. P : 40 x/i
i. S : 36, 5 0C
DS :
Ketidakseimbangan
a. Klien mengatakan tidak mau
nutrisi kurang dari
makan
b. Klien mengatakan badan terasa kebutuhan tubuh

Kurang nafsu makan


dan disertai mual

lemah
c. Klien mengatakan perut terasa
mual
DO
a. Porsi makan di habiskan
b. Mukosa bibir pucat, bibir
kering
c. Klien tampak lemas dan ADL
dibantu keluarga
DS :
Nyeri akut
Pasien mengeluh nyeri perut
DO :
a. Acites (+)
b. Meringis (+)
c. Gelisah (+)
d. Terdapat nyeri tekan
e. Teraba massa abnormal di perut
kiri bawah
f. Skala nyeri : 5, nyeri hilang
timbul
g. Pasien tampak berhati-hati saat

44

Agen cidera biologis

bergerak

B. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola nafas b.d menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap
penumpukan cairan dalam rongga pleura
b. Nyeri akut b.d agen cidera biologis
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang nafsu
makan dan disertai mual

C. Intervensi Keperawatan
No
1.

Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan pola

Tujuan dan Kriteria Hasil


NOC

NIC

nafas b.d menurunnya

- Respiratory status :

ekspansi paru sekunder

ventilation

memaksimalkan

terhadap penumpukan

- Respiratory status : airway

ventilasi

cairan dalam rongga

patency

pleura

- Vital sign status


Kriteria Hasil :

Posisikan pasien untuk

Lakukan fisioterapi
dada jika perlu

Atur intake output

Mendemonstrasikan batuk

untuk cairan

efektif dan suara nafas

mengoptimalkan

yang bersih, tidak ada

keseimbangan

sianosis dan dypsneu

Intervensi

Menunjukkan jalan nafas

Pertahankan jalan
nafas yang paten

yang paten

Monitor aliran oksigen

Tanda-tanda vital dalam

Pertahankan posisi

45

rentang normal

pasien

Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi

2.

Nyeri akut b.d

Monitor TD, nadi,

NOC

pernafasan, dan suhu


NIC

- Tingkat nyeri

Manajemen Nyeri

- Kontrol nyeri

Lakukan pengkajian

- Tingkat kenyamanan

nyeri secara

Kriteria Hasil :

komprehensif termasuk

Mampu mengontrol nyeri

lokasi, karakteristik,

(tahu penyebab nyeri,

durasi, frekuensi,

mampu menggunakan

kualitas dan faktor

tehnik nonfarmakologi

presipitasi

untuk mengurangi nyeri,

nonverbal dari

Melaporkan bahwa nyeri

ketidnyamanan

Gunakan teknik

menggunakan manajemen

komunikasi teraupetik

nyeri

untuk mengetahui

Mampu mengenali nyeri

pengalaman nyeri

(skala intensitas, frekuensi

pasien

dan tanda nyeri)

Observasi reaksi

mencari bantuan)
berkurang dengan

Kontrol lingkungan

Menyatakan rasa nyaman

yang dapat

setelah nyeri berkurang

mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan

46

Kurangi faktor
presipitasi nyeri

Pilih dan lakukan


penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dna inter
personal)

Ajarkan tentang teknik


non farmakologi

Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri

Tingkatkan istirahat

Kolaborasi dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri

3.

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari

NOC

tidak berhasil
NIC

- Nutritional status

- Nutritional status : food


kebutuhan tubuh b.d
kurang nafsu makan dan
disertai mual

and fluid intake

Kaji adanya alergi


makanan

Anjurkan pasien untuk

-Weight control

meningkatkan intake

Kriteria Hasil :

Fe

Adanya peningkatan BB

Anjurkan pasien untuk

sesuai dengan tujuan

meningkatkan protein

BB ideal sesuai dengan

dna vitamin C

tinggi badan

Yakinkan diet yang

Mampu mengidentifikasi

dimakan mengandung

kebutuhan nutrisi

tinggi serat untuk

47

Tidak ada tanda-tanda


malnutrisi

mencegah konstipasi

Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi

Monitor mual dan


muntah

Monitor turgor kulit

Monitor kekeringan,
rambut kusan, dan
mudha patah

Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva

48

49

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta
Donges, Marilynn E. 1999.Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta
Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan. Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana
Untuk PendidikanBidan. Jakarta: EGC
Prawirohardjo.

2005.

Ilmu

Kandungan.

Jakarta

: Yayasan

Sastrawinata, sulaiman. 1981. Ginekologi. Bandung : Elstar offset

Bina

Pustaka

Anda mungkin juga menyukai