HUKUM BISNIS
DOSEN PENGAMPU : AGUS RAHMADSYAH, SE, MM
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
7153210002
FADILAH RAHMAH
7153210016
7153210024
MANAJEMEN B 2015
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
T.A 2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Medan, September 2016
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu perjanjian dapat dilakukan dengan baik apabila semua pihak telah melakukan
prestasinya masing-masing sesuai dengan yang telah diperjanjikan tanpa ada yang dirugikan.
Tapi adakalanya perjanjian yang telah disetujui tidak berjalan dengan baik karena adanya
wanprestasi dari salah satu pihak. Dari adanya wanprestasi tersebut akan mengalami beberapa
kendala yang nantinya akan terjadi, contohnya seperti terjadi kerugian kecil maupun besar.
Oleh karena itu orang yang melakukan wanprestasi akan menanggung resiko-resiko yang
harus ditanggung, seperti mengganti kerugian yang telah disebabkan olehnya, maupun
pembatalan perjanjian yang telah disepakati tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Agar makalah ini tidak melenceng dari materi yang diberikan yaitu wanprestasi, oleh
sebab itu penulis membatasi masalah yang akan dibahas pada makalah ini. Yaitu:
a. Apa pengertian dari wanprestasi?
b. Bagaimana bentuk-bentuk presentasi?
c.
d.
e.
f.
1.3 Tujuan
Makalah ini memiliki tujuan agar mahasiswa/pembaca dapat memahami tentang
wanprestasi, bentuk-bentuk dari wanprestasi, sanksi-sanksi yang diberikan kepada debitur
yang telah melakukan wanprestasi, pembelaan yang dapat dilakukan debitur agar tidak
dituntut oleh pihak lain, serta keadaan memaksa.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Wanprestasi
Suatu perjanjian, merupakan suatu peristiwa di mana seorang berjanji kepada seorang
lain, atau di mana dua orang saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu. Menilik macamnya
hal yang dijanjikan untuk dilaksanakan, perjanjian-perjanjian itu dibagi dalam tiga macam,
yaitu:
1. perjanjian untuk memberikan/menyerahkan suatu barang, misalnya jual beli,
tukar menukar, penghibahan (pemberian), sewa menyewa, pinjam pakai.
2. perjanjian untuk berbuat sesuatu, misalnya perjanjian untuk membuat suatu
lukisan, perjanjian perburuhan.
3. Perjanjian untuk tidak berbuat sesuatu, misalnya perjanjian untuk tidak
mendirikan suatu perusahaan yang sejenis dengan kepunyaan seorang lain.
Wanprestasi dapat diartikan sebagai tidak terlaksananya prestasi karena kesalahan debitur
baik karena kesengajaan atau kelalaian.
Menurut J Satrio: Suatu keadaan di mana debitur tidak memenuhi janjinya atau tidak
memenuhi sebagaimana mestinya dan kesemuanya itu dapat dipersalahkan kepadanya.
Yahya Harahap: Wanprestasi sebagai pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada
waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya, sehingga menimbulkan keharusan bagi
pihak debitur untuk memberikan atau membayar ganti rugi (schadevergoeding), atau dengan
adanya wanprestasi oleh salah satu pihak, pihak yang lainnya dapat menuntut pembatalan
perjanjian.
Dasar Hukum Wanprestasi:
Pasal 1238 Debitur dinyatakan Ialai dengan surat perintah, atau dengan akta
sejenis itu, atau berdasarkan kekuatan dari perikatan sendiri, yaitu bila perikatan ini
mengakibatkan debitur harus dianggap Ialai dengan lewatnya waktu yang ditentukan
Pasal 1243 BW Penggantian biaya, kerugian dan bunga karena tak dipenuhinya
suatu perikatan mulai diwajibkan, bila debitur, walaupun telah dinyatakan Ialai, tetap
Ialai untuk memenuhi perikatan itu, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau
dilakukannya hanya dapat diberikan atau dilakukannya dalam waktu yang melampaui
waktu yang telah ditentukan
Sedangkan bentuk prestasi debitur yang berupa berbuat sesuatu yang memberikan sesuatu
apabila batas waktunya ditentukan dalam perjanjian maka menurut pasal 1238 KUH Perdata
debitur dianggap melakukan wanprestasi dengan lewatnya batas waktu tersebut. Dan apabila
tidak ditentukan mengenai batas waktunya maka untuk menyatakan seseorang debitur
melakukan wanprestasi, diperlukan surat peringatan tertulis dari kreditur yang diberikan
kepada debitur. Surat peringatan tersebut disebut dengan somasi. Somasi adalah
pemberitahuan atau pernyataan dari kreditur kepada debitur yang berisi ketentuan bahwa
kreditur menghendaki pemenuhan prestasi seketika atau dalam jangka waktu seperti yang
ditentukan dalam pemberitahuan itu. Menurut pasal 1238 KUH Perdata yang menyakan
bahwa: Si berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan sebuah akta
sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatan sendiri, ialah jika ini menetapkan
bahwa si berutang harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan. Dari
ketentuan pasal tersebut dapat dikatakan bahwa debitur dinyatakan wanprestasi apabila sudah
ada somasi (in gebreke stelling).
dikeluarkan oleh satu pihak. Contoh nya jika seorang sutradara mengadakan suatu
perjanjian dengan pemain sandiwara untuk mengadakan suatu pertunjukan dan pemain
tersebut tidak datang sehingga pertunjukan terpaksa dibatalkan, maka yang termasuk biaya
adalah ongkos cetak iklan, sewa gedung, sewa kursi dan lain-lain.
b.
Rugi adalah kerugian karena kerusakan barang-barang kepunyaan kreditur yang
diakibatkan oleh kelalaian si debitur. Misalnya rumah yang baru diserahkan oleh
pemborong ambruk karena salah konstruksinya, hingga merusak perabot rumah.
c.
Bunga adalah kerugian yang berupa kehilangan keuntungan yang sudah dibayangkan
atau dihitung oleh kreditur. Misalnya, dalam hal jual beli barang, jika barang tersebut sudah
mendapat tawaran yang lebih tinggi dari harga pembeliannya.
Code Civil memperinci ganti rugi itu dalam dua unsur, yaitu dommages et interests.
Dommages meliputi biaya dan rugi seperti dimaksudkan di atas, sedangkan interest adalah
sama dengan bunga dalam arti kehilangan keuntungan.
Dalam soal penuntutan ganti rugi, oleh undang-undang diberikan ketentuan-ketentuan
yang merupakan pembatasan dari apa yang boleh dituntut sebagai ganti rugi.
bersifat declaratoir tetapi constitutif, secara aktif membatalkan perjanjian itu. Putusan hakim
tidak berbunyi Menyatakan batalnya perjanjian antara penggugat dan tergugat melainkan,
Membatalkan perjanjian.
Hakim harus mempunyai kekuasaan discretionair, artinya : kekuasaan untuk menilai
besar kecilnya kelalaian debitur dibandingkan dengan beratnya akibat pembatalan perjanjian
yang mungkin menimpa si debitur itu. Kalau hakim menimbang kelalaian debitur itu terlalu
kecil, sedangkan pembatalan perjanjian akan membawa kerugian yang terlalu besar bagi
debitur, maka permohonan untuk membatalkan perjanjian akan ditolak oleh hakim. Menurut
pasal 1266 hakim dapat memberikan jangka waktu kepada debitur untuk masih memenuhi
kewajibannya. Jangka waktu ini terkenal dengan nama terme de grace.
3.
Peralihan resiko;
Sebagai sanksi ketiga atas kelalaian seorang debitur disebutkan dalam pasal 1237
KUHPer. Yang dimaksudkan dengan resiko adalah kewajiban untuk memikul kerugian jika
terjadi suatu peristiwa di luar kesalahan salah satu pihak, yang menimpa barang yang menjadi
objek perjanjian.
Peralihan resiko dapat digambarkan demikian :
Menurut pasal 1460 KUHPer, maka resiko dalam jual beli barang tertentu dipikulkan kepada
si pembeli, meskipun barangnya belum diserahkan. Kalau si penjual itu terlambat
menyerahkan barangnya, maka kelalaian ini diancam dengan mengalihkan resiko tadi dari si
pembeli kepada si penjual. Jadi dengan lalainya sipenjual, resiko itu beralih kepada dia.
4.
debitur yang lalai adalah tersimpul dalam suatu peraturan Hukum Acara, bahwa pihak yang
dikalahkan diwajibkan membayar biaya perkara.
Menurut pasal 1267 KUHPer, pihak kreditur dapat menuntut si debitur yang lalai untuk
melakukan :
1.
pemenuhan perjanjian;
2.
3.
4.
Studi kasus : Wanprestasi, Recapital Digugat KZI Singapore US$ 4,6 Juta
Recapital ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada Rabu, 3 Juni 2015 dengan nomor
pendaftaran gugatan No. 339/Pdt.G/2015/PN.JKT.Sel.
"Kami menuntut Asuransi Recapital memberi komitmen untuk melakukan pembayaran US$
4,6 juta sesuai perjanjian. Bonds itu terdiri dari advance payment bond US$ 1 juta dan
performance bonds US$ 3,6 juta," kata Andi Y. Kadir.
Dia menyatakan pihak KZIS sudah mengajukan klaim sejak September 2013. Namun, setelah
dua tahun berjalan tak ada niat baik dari Recapital untuk membayar sehingga KZIS terpaksa
menempuh jalur hukum.
"Sudah berkali-kali berdiskusi dengan Recapital tetapi tanggapan mereka selalu negatif.
Kami menilai mereka tidak mau bayar dan tidak ada itikad baik," ungkap Andi.
Anehnya, lanjut Andi, pengacara Recapital dalam suratnya mengatakan bahwa bonds tersebut
cacat hukum sehingga tidak bisa dicairkan. Padahal, Recapital adalah penerbit bonds,
sedangkan pengajuan klaim oleh pihak KZIS sudah dilakukan sejak 2013, sebelum bonds
tersebut jatuh tempo.
Rinciannya klaim advance bonds dilakukan pada 4 September 2013, sedangkan jatuh tempo 8
September 2013. Performance bonds diklaim pada 17 September 2013, sementara jatuh
tempo 31 Oktober 2013. Sementara itu, Putra Samudra dalam kasus ini menjadi turut tergugat
meskipun sudah diputuskan pailit.
Sekadar informasi, Asuransi Recapital merupakan unit usaha dari Grup Recapital,
konglomerasi bentukan Rosan Roeslani, Sandiaga Uno, dan Elvin Ramli pada 1997.
Awalnya, Recapital merupakan perusahaan penasihat keuangan.
Grup Recapital memiliki sejumlah usaha di bidang finansial termasuk broker saham, manajer
investasi dan asuransi. Di bidang non finansial, grup ini merambah bidang properti,
infrastruktur menara, telekomunikasi dan pertambangan. PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU)
juga tercatat pernah terafiliasi langsung dengan Recapital.
Rosan, sebagai salah satu pemilik Recapital, sebelumnya pernah tersangkut skandal ketika
masih menjabat presiden direktur di Berau Coal. Dia dituntut harus membayar US$ 173 juta
yang hilang dari perusahaan, yang saat ini dikendalikan oleh Asia Resource Minerals
(ARMS) berbasis di Inggris.
Karena keterlambatan Rosan membayar uang tersebut, ARMS juga sempat menyita aset-aset
pribadi Rosan di luar negeri termasuk dua puri mewah (chateaux) di Perancis dan sebuah golf
resort di Spanyol.
Untuk diketahui, Berau Coal kini tengah menghadapi kesulitan dalam membayar utang
senilai US$ 450 juta melalui anak usahanya. Grup Sinar Mas telah menawarkan suntikan
dana hingga US$ 150 juta untuk mengatasi hal tersebut melalui skema akusisi saham ARMS
Analisis Kasus :
Pada mulanya perusahaan KZIS (KZI Singapore Pte Ltd) membangun
kerjasama dengan PT Putra Samudra pada 23 Februari 2011 dengan Asuransi
Recapital bertindak sebagai penjamin keberhasilan proyek PT Putra Samudra. Pada
saat menjalankan proyek tersebut PT Putra Samudra tidak mampu memenuhi
kewajibannya sesuai dengan perjanjian kontrak mereka. Dalam hal ini PT Putra
Samudra telah melakukan Wanprestasi terhadap KZIS. Pada 16 februari 2015 PT
Putra Samudra dinyatakan Pailit oleh Pengadilan Niaga. Sebagai penjamin , Asuransi
Recapital tidak menjalankan kewajibannya setelah PT Putra Samudra mengalami
Wanprestasi. Asuransi Recapital juga dituding melakukan Wanprestasi karena tidak
melaksanakan kewajibannya sebagai penjamin proyek dalam tertera dalam perjanjian.
Dalam Perjanjiannya Asuransi Recapital seharusnya memberi komitmen untuk
melakukan pembayaran US$ 4,6 juta. Bonds itu terdiri dari advance payment bond
US$ 1 juta dan performance bonds US$ 3,6 juta. KZIZ akhirnya menempuh jalur
hukum pada 6 Juni 2015 ke Pengadilan Negeri Jakarta. Sementara itu, Putra Samudra
dalam kasus ini menjadi turut tergugat meskipun sudah diputuskan pailit.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Wanprestasi merupakan suatu peristiwa di mana seorang berjanji kepada seorang lain, atau di
mana dua orang saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu. perjanjian-perjanjian itu dibagi
dalam tiga macam, yaitu:
1. Perjanjian untuk memberikan/menyerahkan suatu barang
2. Perjanjian untuk berbuat sesuatu
3. Perjanjian untuk tidak berbuat sesuatu
Adapun bentuk-bentuk dari wanprestasi yaitu:
1. Tidak memenuhi prestasi sama sekali
2. Memenuhi prestasi tetapi tidak tepat waktunya
3. Memenuhi prestasi tetapi tidak sesuai atau keliru
Sanksi yang dapat dikenakan atas debitur yang lalai atau alpa ada empat macam, yaitu :
1. Membayar kerugian yang diderita oleh kreditur atau dengan singkat dinamakan ganti-rugi.
2. Pembatalan perjanjian atau juga dinamakan pemecahan perjanjian
3. Peralihan resiko
4. Membayar biaya perkara, kalau sampai diperkarakan di depan hakim.