PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan
organik. Tanah memiliki peran sangat penting bagi kehidupan di bumi karena
tanah mendukung kehidupan bagi tumbuhan dengan menyediakan unsure hara
dan air yang sekaligus sebagai penopang akar. Struktur tanah yang berpori-pori
juga menjadi tempat yang baik bagi akar untuk bernafas dan pertumbuhan. Tanah
juga menjadi habitat hidup berbagai organisme yang sebagian besar hewan darat
yang menjadikan tanah sebagai lahan untuk hidup dan bergerak. Proses
pembentukan tanah dikenal sebagai pedogenesis. Setiap lapisan tanah
mendeskripsikan mengenai proses-proses fisika, kimia, danbiologi yang telah
dilalui tubuh tanah tersebut.
Tanah yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh berkembangnya
tanaman dengan persediaan kebutuhan air dan udara, secara kimiawi berfungsi
sebagai gudang unsur hara atau nutrisi yang terdiri dari senyawa organik dan
anorganik serta unsur esensial seperti N, P, K, Ca, Mg, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl dan
lain-lain. Dan secara biologis berfungsi sebagai habitat organisme yang
berpartisipasi aktif dalam penyedia unsur hara tersebut. Dari ketiga fungsi tersebut
secara keseluruhan mampu menunjang produktivitas tanaman baik dari segi
tanaman pangan, obat-obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan.
Tanah tersusun dari beberapa lapisan seperti lapisan batu, kerikil, tanah
lempung dan lain-lain. Tanah selain berfungsi biologis dan kimiawi tanah juga
berfungsi sebagai tempat berpijak, tempat berdirinya bangunan dan sebagai jalan
raya. Tanah juga berfungsi untuk kepentingan sipil, tanah asli suatu daerah dengan
daerah lain mempunyai ciri khas yang berbeda. Ada tanah lembek, keras, berbatu
keras, berbatu koral, kering dan banyak keadaan lainnya.
Untuk menggunakan tanah sebagai fungsi sipil, seperti mendirikan
bangunan, jembatan, jalan raya ataupun rumah tinggal tentunya harus mempunya
kriteria yang sesuai. Tanah tidak boleh lembek, berlempung, berbatu keras
ataupun terlalu keras. Untuk mendapatkan tanah yang sesuia dengan kriteria yang
diinginkan, tanah harus diolah dahulu. Pengolahan tanah pun memerlukan
serangkaian percobaan untuk mengetahui sifat tanah asli mana saja yang harus
diperbaiki bahkan diganti. Percobaan pengolahan tanah yang sering antara lain
sampling, kadar air, berat isi, berat jenis, LLPL, hidrometer, ayakan, pemadatan,
CBR, DCP dan sandcone.
Percobaan untuk menjadikan tanah sesuai kriteria yang diinginkan dapat
dilakukan di lapangan seperti sampling, sandcone dan uji kepadatan lapangan.
Untuk percobaan yang hanya bisa dilakukan di laboratorium seperti kadar air,
berat jenis, berat isi, LLPL, analisa hidrometer, analisa ayakan dan CBR
laboratorium.
Berdasarkan masalah diatas, kami melakukan beberapa percobaan yang
dilaporkan dalam laporan berikut ini.
1.2 Tujuan
1.2.1 Mengetahui kadar air dari tanah sampling
1.2.2 Mengetahui berat isi dari tanah sampling
1.2.3 Mengetahui berat jenis dari tanah sampling
1.2.4 Mengetahui prosentase LL/PL/SL dari tanah sampling
1.2.5 Mengetahui prosentase analisa ayakan dari tanah sampling
1.2.6 Mengetahui prosentase analisa hidrometer dari tanah sampling
1.2.7 Mengetahui derajat kepadatan dari tanah sampling
1.2.8 Mengetahui prosentase CBR dari tanah sampling
1.2.9 Mengetahui prosentase DCP dari tanah sampling
1.2.10 Mengetahui prosentase sandcone dari tanah sampling
1.3 Jenis Pengujian
1.3.1 Laboratorium
1.3.1.1 Pengujian kadar air
1.3.1.2 Pengujian berat isi
1.3.1.2 Pengujian berat jenis
1.3.1.2 Pengujian LL/PL/SL
1.3.1.2 Pengujian analisa ayakan
1.3.1.2 Pengujian analisa hidrometer
1.3.1.2 Pengujian CBR laboratorium
1.3.1.2 Pengujian Pemadatan tanah
1.3.2 Lapangan
1.3.2.1 Pengujian DCP
1.3.2.2 Pengujian Sandcone
1.4 Lokasi Pengujian
1.4.1 Pengujian Laboratorium Mekanika Tanah Politeknik Negeri Malang
1.4.2 Pengujian Lapangan
1.4.2.1 Area gedung Teknik Sipil Politeknik Negeri Malang
1.4.2.2 Jalan
BAB II
HASIL PENGUJIAN
2.1.
PIT LOG
2.1.1
Tata Cara
Pada pengambilan soil sampling ini langkah-langkah pengujiannya
sebagai berikut: pertama, tentukan lokasi serta bersihkan area tersebut.
Kedua, buat lubang ukuran yang telah ditentukan. Ketiga, ambil tanah
dengan cara menekan ring pada tanah. Keempat, pisahkan tanah yang
disturbed dan undisturbed lalu bungkus dengan alumunium foil dan beri
pelabelan. Kelima, ambil tan ah 1kg dan 0,5 kg lalu bungkus dengan
alumunium foil dang beri pelabelan. Keenam, ambil tanah 45kg kedalam
karung. Ketujuh, masukkan sampel tanah yang telah dibungkus dengan
alumunium foil kedalam kotak box.
Peralatan
a. Peralatan untuk menggali (cangkul, sekop, ganco, linggis, dll.)
b. Sendok spesi, spatula besar dan alat-alat yang sejenis
c. Rol meter, palu 5kg dan balok kayu berukuran (4x6x60)cm
d. Tabung sampeltanah dengan tutup
e. Cawan (container) untuk penentuan kadar air
f. Tempat untuk sampel tanah terganggu (karung/tas plastik)
g. Kotak yang tebuat dari kayu berukuran (20x20x20)cm serta lembaran
plastik secukupnya untuk pengambilan sampel tanah asli.
2.1.3
Data Pengujian
1. Tanggal Kegiatan :
29 Maret 2015 (Hari Minggu)
2. Tempat Pengujian :
Desa Sejati, kec. Jatirejo, kab. Mojokerto
3. Keadaan cuaca pada saat pelaksanaan :
Diawali mendung dan diakiri dengan hujan.
2.1.4
Hasil Pengujian
Sesuai dengan keadaan geografis tanah yang kita ambil di Desa Sejati,
kec. Jatirejo, kab. Mojokerto, Dimana posisi Mojokerto daerah
pegunungan dan tanahnya banyak mengandung pasir dan batuan. Jadi saat
kita meakukuan pit log pada daerah tersebut secara garis besar dari
kedalaman 50 cm tanah gembur atau gampang pecah tidak gampang
menyatu dan banyak mengandung unsure pasirnya. Pada kedalaman 100
cm kita melakukan penggalian semakin banyak kita mendapatkan butiran
butiran batu dan pasir yang bercampur dengan tanah dan saat kita mencoba
untuk mengambil tanah dengan membuat persegi empat tetapi tanah tetap
gembur dan gampang hancur. Dan untuk warna dalam tanah tersebut pada
kedalaman 50 cm kita mendapatkan warna coklat kemerahan, sampai
dalam 100 cm warna tanah mengalami sedikit oerubahan jadi coklat agak
merah kekuningan. Dan pada intinya tanah didaerah pengujian kita banyak
mengandung pasir halus.
2.2.
2.2.1
KADAR AIR
Tata Cara
Pada pengujian Kadar Air Tanah (Water Content) ini pengujian
salah satu paramteer tanah yang terpenting untuk menentukan korelasi antara
perilaku tanah dengan sifat-sifat fisiknya, oleh karenanya jenis pengujian ini
merupakan salah satu pengujian yang dilakukan secara rutin dalam
pelaksanaan kegiatan di laboratorium. Pertama, persiapkan semua peralatan
yang akan digunakan. Kedua,ambil tanah yang telah berada di dalam box
sterofoam. Ketiga,ambil beberapa sesuai keperluan yang dibutuhkan pada
pengujian. Keempat,timbang cawan kosong, dan benda uji ditambah cawan.
Kelima, letakkan cawan tersebut kedalam oven suhu (1105)oC minimum 16
jam. Keenam, keluarkan cawan dari oven lalu timbang berat tanah kering dan
cawan.
2.2.2
Peralatan
a. Oven yang dilengkapi dengan pengukur suhu untuk memanasi benda
uji sampai (1105 )C
b. Cawan dengan penutup
dan
tak
berkarat
(terbuat
gelas/alumunium).
c. Timbangan dengan ketelitian 0,01;0,1;1 gram (lihat Tabel 2.1)
d. Desikator, berisi selica gel
e. Penjepit (Crubicle tongs)
dari
2.2.3
Data
Jumlah benda uji yang dibutuhkan untuk pengujiankadar air
tergantung pada ukuran butir maksimum dari sampeltanah yang diperiksa
dengan ketelitian seperti dibawah ini.
2.2.4
Contoh Perhitungan
Kadar air dihitung dengan rumus sebagai berikut :
dengan :
Berat cawan + tanah basah
Berat cawan + tanah kering
Berat cawan
Berat air
(Ww)
Berat tanah kering
(Ws)
Contoh perhitungan :
W1 = 34,12 gram
W2 = 27,91 gram
W3 = 10,01 gram
=
=
=
=
=
W1 gram
W2 gram
W3 gram
(W1 W2) gram
(W2 W3) gram
Ww = 6,21 gram
Ws = 17,90 gram
2.2.5
Hasil Pengujian
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kadar air merupakan sebuah nilai
yang menyatakan kandungan air dalam suatu tanah, pada contoh tanah
yang kami ambil dari Desa Sejati, kec. Jatirejo, kab. Mojokerto memiliki
kandungan air sebesar 34,02 % pada kedalamam 50 cm dan 33,70% pada
kedalaman 100 cm.
2.3.
2.3.1
ukur volume dan beratnya. Kedua, letakkan bagian yang tajam permukaan
tanah dan tekan hingga tanah masuk seluruhnya ke dalam cincin. Ketiga,
ratakan permukaan menggunakan spatula bila ada lubang tambal dengan
tanah yang sama. Keempat, bersihkan sisa sisa tanah yang menempel
pada pada ring lalu timbang ring yang berisi tanah. Kelima, hitung volume
tanah dengan mengukur ukuran dalam cincin dengan ketelitian 0,01 cm
2.3.2
2.3.3
Peralatan
a. Cincin (ring) besar/kecil
b. Jangka sorong
c. Pisau/spatula
d. Timbangan dengan ketelitian 0,01gram
Data
Tabel 2.3.1 Berat isi tanah
Tabel 2.3.2 Diameter dan Ring untuk pemgujian
2.3.4
Contoh Perhitungan
= W1
gram
= W2
gram
Volume Ring
=V
cm
Kadar air
=w
Contoh perhitungan :
Pada benda uji 1:
W1
= 36,83gram
= phi.D2.t.1/4 = 27,02 cm
W2
= 76,95 gram
= Wt V
D
Wt
T
= 3,163 cm
= 40,12 gram
= 1,957 cm
dry
w
= t (1 + w) = 1,65 gram/cm
= 34,02 %
2.3.5
Hasil Pengujian
Jadi, dapat disimpulkan bahwa berat isi tanah adalah perbandingan
= 2,206 gram/cm
antara berat total tanah terhadap isi/volume total tanah, pada contoh tanah
ke-1 yang kami ambil dari Desa Sejati, kec. Jatirejo, kab. Mojokerto
memiliki berat isi tanah sebesar 2,28 gram/cm pada kedalamam 50 cm
dan 3,04 gram/cm pada kedalaman 100 cm.
2.4.
2.4.1
2.4.2
Peralatan
a. Piknometer dengan kapasitas 50ml dan 100ml
b. Timbangan dengan ketelitian 0,001 dan 0,01gram
c. Desikator
d. Oven dengan pengatur suhu (1105)C
e. Thermometer ukuran 0 50C dengan ketelitian pembacaan1C
f. Ayakan nomor saringan #4, #10, 40#
g. Tungku listrik (hot plate)
h. Bak rendaman dengan pengatur suhu (constant temperature bath)
i. Air suling.
2.4.3
Benda Uji
a. Sampel tanah diambil antara 50 100gram, kemudian dikeringkan
dalam oven dengan temperatur (1105)C
b. Setelah kering, sampel tanah dikeluarkan dan dinginkan dalam
desikator
c. Sampel tanah diayak melalui ayakan No.4 (4,75mm) dan atau No.10
(200mm), kemudian menyiapkan benda uji sebanyak 10gram apabila
menggunakan piknometer 50ml atau 25 gram apabila menggunakan
piknometer 100ml, masing-masing sebanyak 3 sampel.
2.4.4
2.4.5
Data
Tabel 2.4.1 Berat Jenis tanah
Contoh Perhitungan
2.4.5.1 Kalibrasi Piknometer
a. Membersihkan,
mengeringkan,
menimbang
dan
mencatat
Faktor
koreksi K
T (Suhu)
Faktor
koreksi K
18
1,0016
25
1,0000
19
1,0014
26
0,9997
20
1,0012
27
0,9995
21
1,0010
28
0,9992
22
1,0007
29
0,9989
23
1,0005
30
0,9986
24
1,0003
31
0,9983
= 34,20 gram
W4
= 89,12 gram
W2
= 44,20 gram
= 0,9986
Wt
Co
= 25 Co
W3
= 94,67 gram
W5
= 89,08 gram
2.4.6
Hasil Pengujian
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Berat jenis tanah (Gs) adalah
perbandingan antara berat butir tanah (Ws) denganberatair (Ww) yang
mempunyai volume (V) sama pada temperatur tertentu, pada contoh tanah
ke-1 yang kami ambil dari Desa Sejati, kec. Jatirejo, kab. Mojokerto
memiliki berat jenis tanah sebesar 2,45 gram/cm3.
2.5.
2.5.1
BATAS-BATAS ATTERBERG
Tata Cara
tersebut. Ketujuh, Mengulangi pekerjaan (3) sampai (6) paling kurang 2 kali
sampai diperoleh jumlah pukulan yang sama, dimaksudkanagar campuran
tersebut sudah betul-betul merata kadar airnya. Bila telah diperoleh jumlah
pukulan yang sama, maka mengambil sedikit tanah pada bagian yang berimpit
untuk dicari kadar airnya.Mengembalikan sisa benda uji kelempeng kaca dan
berbentuk batang dengan diameter 3mm. Bila ternyata benda uji belum
mencapai diameter 3mm sudah retak-retak maka satukan lagi benda uji
tersebut dan menambahkan lagi sedikit air suling serta mengaduknya lagi
hingga homogen. Jika ternyata hasil memilin mempunyai diameter lebih
kecil dari 3 mm maka benda uji biarkan beberapa saat agar kadar airnya
sedikit berkurang. Keempat, Mengadukan dan memilin diulangi terus
sampai retakan-retakan itu terjadi tepat pada saat hasil pemilinan
mempunyai diameter 3mm serta panjang minimum 2,5 mm. Kelima,
Buatlah batang-batang pengujian sebanyak 5gram, kemudian
memeriksa kadar airnya.
2.5.2
a.
b.
c.
d.
Peralatan
Alat batas cair standar (casagrande)
Oven yang dilengkapi dengan alat pengatur suhu
Alat pembuat alur (grooving tool)
Spatula
e.
f.
g.
h.
2.5.3
Benda Uji
a) Bila sampel tanah diperkirakan mempunyai butiran yang lebih kecil dari
saringan No.40 (0,425mm), maka sampel tanah dapat digunakan
langsung dalam pengujian
b) Bila sampel tanah mempunyai butiran lebih besar dari saringan No.40
(0,425mm), maka sampel tanah dikeringkanterlebih dahulu setelah
itudisaringan dan diambil benda uji yang lolos saringan N0.40
(0,425mm) sebanyak 200gram.
2.5.4
Data
Tabel 2.5.1 Penentuan Batas Cair
2.5.5
Contoh Perhitungan
d. Jadi saat ditarik garis tersebut pada grafik dibawah menunjukkan angka
43,67 %
w=
Ww
Ws
x 100%
W1
= 11,70 gram
Ww
= 0,60 gram
W2
= 11,10 gram
= 0,9986
W3
= 10,10 gram
W5
= 89,08 gram
Ww
= W1 W2
= 11,70 11,10
0,60 gr
Ws
= W2 W3
= 11,10 10,10
= 1,00 gr
Ww
Ws
x 100%
0,60
= 1,00
x 100%
=60%
= 55,50 gr
= 13,46 gr
= 2,04 cm
= 37,90 gr
= 13,00 gr
= 1,50cm
= 17,60 gr
= 0,46 gr
= 0,50 cm
2.5.6
Hasil Pengujian
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Batas cair adalah nilai kadar air
tanah dalam kondisi tanah antara cair dan plastis. Batas plastis adalah nilai
kadar air tanah dalam kondisi antara plastis dan semi padat. Batas
susut/kerut adalah nilai kadar air tanah dalam kondisi antara semi padat
dan padat., pada contoh tanah yang kami ambil dari Desa Sejati, kec.
Jatirejo, kab. Mojokerto memiliki LL = 43,67%, PL = 40,00 %, IP = 3,67
%
2.6.
2.6.1
2.6.2
Peralatan
a. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2 % dari benda uji
b. Satu set saringan dengan ukuran : 3/8; No 4; No 10; No 20; No. 40;
c.
d.
e.
f.
No.100; No.200
Oven dengan pengatur suhu sampai 110C
Mesin penggetar saringan
Talam
Kuas, sikat kuningan, sendok dan alat-alat lainnya.
2.6.3
Data
Tabel 2.6.1 Hasil Uji Analisa Ayak
2.6.4
Perhitungan
a. Menghitung jumlah berat tertahan untuk masing-masing ukuran
saringan secara kumulatif.
b. Menghitung jumlah prosentase berat benda uji tertahan dihitung
terhadap berat total secara komulatif.
c. Menghitung jumlah prosentase berat benda uji yang melalui masingmasing saringan dihitung.
Pengklasifikasian USCS
1. Tanah lolos saringan no. 200 sebanyak 10,60%, sehingga termasuk
tanah berbutir kasar dengan ketentuan kurang dari 50% lolos saringan
no. 200
2. Tanah lolos no. 4 sebanyak 100%, sehingga termasuk tanah berbutir
kasar (pasir) dengan ketentuan lebih dari 50 % lolos saringan no. 4
3. Lolos saringan no 200 = 10,60 % jadi tergolong pada pasir sesuai
dengan criteria bila masuk dalam rentang 5%-12% maka memiliki
symbol dobel.
4. Symbol pertama ialah SM dikarenakan batas-batas Atterberg di bawah
garis A atau PI > 4
Symbol kedua dicari dengan cara berikut.
a. Menentukan nilai D60, D30, D 10.
84,460
x (0,850,425)
D60
= 0,85-{ 84,447,20
}
= 0,572
D30
47,2030
x (0,4250,15)
= 0,425-{ 47,2020,30
}
= 0,25
D10
20,3010
x (0,150,075)
= 0,15-{ 20,300
}
= 0,07
b. Setelah dapat nilai dari point a, tentukan nilai Cu dan Cc.
D 60
Cu
= D 10
0,572
0,07
= 8,171
2
Cc
D 30
D 60 x D 10
0,252
0,572 x 0,07
= 1,561
Simbol kedua ialah SW karena dalam perhitungan Cu memenuhi
syarat diatas 6 yaitu 8,171 dan Cc juga memenuhi syarat antara 1-3
yaitu 1,561
Pengklasifikasian AASHTO
1. Tanah tertahan saringan no. 200 sebanyak 89,40%, batas cair
sebanyak 40%, indeks plstisitas sebesar 3,67%
2. Menentukan nilai Group Index
GI = (F-35){0,2 + 0,05 (LL-40)}+0,01(F-15) x (PI-10)
= (10,60-35){0,2 + 0,05 (40-40)}+0,01(10,60-15) x (3,67- 10)
= -24,2 + 0,27852
= - 23,92148
Dikarenakan nilai GI adalah negatif maka di dapatkan bahwa GI = 0
3. Dari data tersebut dapat ditentukan jenis tanah, sehingga tanah
yang diuji masuk kedalam kelompok A-2-5 (Kerikil dan pasir
berlanau atau berlempung)
2.6.5
Hasil Pengujian
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pada analisis ayakan contoh tanah
yang kami ambil dari Desa Sejati, kec. Jatirejo, kab. Mojokerto memiliki
presentasi butiran halus lolos saringan no. 200 sama dengan 10,60 % maka
memiliki 2 simbol atau symbol dobel, yaitu SW dan SP, dan memiliki
symbol A-2-5 pada sistem klasifikasi AASHTO. Yang secara umum
dinyaakan bahwa tanah yang diuji ialah kerikil berlanau atau berlempung
dan pasir.
2.7.
2.7.1
ANALISA HIDROMETER
Tata Cara
Pada pengujian analisa hidrometer ini untuk menentukan
pembagian ukuran butir dari tanah yang lewat saringan no.200. Analisa
hidrometer didasarkan pada prinsip sedimentasi (pengendapan) butir-butir
tanah dalam air. Adapun langkah pengujian antara lain: pertama, pada
jenis tanah yang mengandung batu dan butiran yang hampir sama dan
lebih halus dari saringan # 10 (2mm). Kedua, dalam hal ini benda uji tidak
perlu dikeringkan dan diayak pada ayakan # 10 tetapi periksa kadar airnya.
Ketiga, pada jenis tanah yang banyak mengandung butiran yang lebih
besar dari saringan #10 (2mm), maka keringkan dan ditumbuk kemudian
diayak menggunakan saringan #10. Keempat, buat campuran antara
sodium Hexametaphosat dengan air suling dengan komposisi 40 gram : 1
liter dipakai sebagai bahan difloculatingagent. Kelima, ambil contoh tanah
yang akan diuji baik kering maupun tidak, kemudian jadikan satu dengan
larutan dalam glass beaker dan aduk sebentar serta simpan 24 jam.
Keenam, setelah direndam pindahkan semua campuran ke dalam mangkok
mixer serta tambahkan air suling dari hasil pencucian glass beaker, dan
aduk selama 5 menit. Ketujuh, tutup gelas ukur dan kocoklah berulangulang 1 menit. Perhatikan sewaktu mengocok jangan sampai ada
campuran yang tumpah
Peralatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
2.7.3
Ayakan # 10 (2mm)
Hidrometer
Termometer 0 50 C
Mixer
Sodium hexamethaphosphat
Oven
Evaporating dish
Benda Uji
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Stop watch
Timbangan
Gelas ukur 1000 ml
Air suling
Glass/string rod
Glass beaker
a. Pada jenis tanah yang mengandung batu dan butirannya hampir sama
atau lebih halus dari saringan # 10 (2,0 mm). Dalam hal ini, benda uji
tidak perlu dikeringkan dan diayak pada ayakan # 10 tetapi periksalah
kadar airnya
b. Pada jenis tanah yang banyak mengandung butiran yang lebih besar dari
saringan # 10 (2,0 mm),maka keringkan dan ditumbuk kemudian diayak
menggunakan saringan # 10
c. Buatlah campuran antara sodium hexametaphosphat dengan air suling,
komposisi 40gram 1liter dipakai sebagai bahan difloculating agent
d. Mengambil sampel tanah yang akan diuji baik kering maupun tidak,
kemudian jadikan satu dengan larutan (3) dalam glass beaker dan
mengaduk sebentar serta menyimpannya selama 24 jam.
2.7.4
Data
Tabel 2.7.1 Analisa Hidrometer
2.7.5
Perhitungan
Rumus-rumus yang digunakan :
a. Rc = Ra Zc + Ct
dengan :
Rc
Ra
Zc
Ct
Rc = Ra Zc + Ct
= 17 (-2,5) +1,30
= 20,80
b. % lolos =
Rc x a
x 100
Ws
dengan :
Rc
Ws
% lolos =
= 43,37 %
c. R = Ra + 1
dengan :
R
Ra
= Ra + 1
= 17 + 1
=18
d. v =
L
t
dengan :
v
= Diameter butiran
= waktu pengamatan
L
t
13,30
0,5
= 26,60
Tabel 2.7.2 Koreksi Ct terhadap temperatur Tabel 2.7.3Koreksi (a) terhadap (Gs)
Temperatur(C)
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Ct
-1,10
-0,90
-0,70
-0,50
-0,30
0,00
0,20
0,40
0,70
1,00
1,30
1,65
2,00
2,50
3,05
3,80
Faktor koreksi
(a)
0,96
0,97
0,98
0,99
1,00
1,01
1,02
1,04
Tabel 2.7.5
Temp.
C
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
2,50
0,0151
0,0149
0,0148
0,0145
0,0143
0,0141
0,0140
0,0138
0,0137
0,0135
0,0133
0,0132
0,0130
0,0129
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
11
12
13
14
15
16
17
18
19
30
16,3
16,1
16,0
15,8
15,6
15,5
15,3
15,2
15,0
14,8
14,7
14,5
14,3
14,2
14,0
13,8
13,7
13,5
13,3
13,2
13,0
12,9
12,7
12,5
12,4
12,2
12,0
11,9
11,7
11,5
11,4
Lanjutan........
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
11,2
11,1
10,9
10,7
10,5
10,4
10,2
10,1
9,9
9,7
9,6
9,4
9,2
9,1
8,9
8,8
8,6
8,4
8,3
8,1
7,9
7,8
7,6
7,4
7,3
7,1
7,0
6,8
6,6
6,5
2,60
0,0146
0,0144
0,0142
0,0140
0,0139
0,0137
0,0135
0,0134
0,0132
0,0131
0,0129
0,0128
0,0126
0,0125
K
2,65
2,70
0,0144 0,0141
0,0142 0,0140
0,0140 0,0138
0,0138 0,0136
0,0137 0,0134
0,0135 0,0133
0,0133 0,0131
0,0132 0,0130
0,0130 0,0128
0,0129 0,0127
0,0127 0,0125
0,0126 0,0124
0,0124 0,0123
0,0123 0,0121
2,75
0,0139
0,0138
0,0136
0,0134
0,0133
0,0131
0,0129
0,0128
0,0126
0,0125
0,0124
0,0122
0,0121
0,0120
2,80
0,0137
0,0136
0,0134
0,0132
0,0131
0,0129
0,0128
0,0126
0,0125
0,0123
0,0122
0,0120
0,0119
0,0118
2,85
0,0136
0,0134
0,0132
0,0131
0,0129
0,0127
0,0126
0,0124
0,0123
0,0122
0,0120
0,0119
0,0117
0,0116
30
Pengklasifikasian USCS
1. Tanah lolos saringan no. 200 sebanyak 55,32%, sehingga termasuk
tanah berbutir halus dengan ketentuan lebih dari 50% lolos saringan
no. 200
2. Batas cair sebesar 43,67%, sehingga masuk kedalam kategori lanau
dan lempung batas cair 50 % atau kurang.
3. Memiliki nilai batas cair 43,67%, indeks plastisitas 3,67%, dengan
Diagram Plastisitas (ASTM, Casagrande) dapat disimpulkan tanah
tersebut termasuk ML atau OL.
2.7.6
Hasil Pengujian
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pada analisis ayakan contoh tanah
yang kami ambil dari Desa Sejati, kec. Jatirejo, kab. Mojokerto bersimbol
ML atau OL dalam sistem klasifikasi USCS, dan memiliki symbol A-5
pada sistem klasifikasi AASHTO.
2.8.
2.8.1
PEMADATAN TANAH
Tata Cara
Pertama, Menimbang cetakan dalam keadaan bersih dengan/tanpa
alas W1[gram] dan mengukur tinggi dan diameter cetakan serta menghitung
volumenya V [cm]. Kedua, Memberi oli secukupnya pada cetakan, alas dan
leher penyambung di bagian dalamnya untuk memudahkan proses
pengeluaran sampel tanah. Ketiga, Mengambil salah satu bendauji,
memasukkan sebagian kedalam cetakan yang diletakkan diatas landasan yang
kokoh, kemudian menumbuknya sebanyak 25 atau 56 kali.Hasil tumbukan
mendapatkan tinggi 1/3 atau 1/5 tinggi cetakan. Keempat, Memberi toleransi
ketebalan untuk masing-masing lapisan 0,5cm, terkecuali untuk lapisan yang
terakhir dengan toleransi +0,5 cm. Kelima, Sebelum menambahkan tanah
untuk pemadatan lapis berikutnya, muka tanah hasil pemadatan sebelumnya
harus dikasarkan dengan pisau/spatula. Keenam, Melepas leher penyambung
dan memotong kelebihan tanah dengan pisau perata (straight edge.) Ketujuh,
Membersihkan bagian luar dan timbang dengan/tanpa alas (W2) [gram].
Kedelapan, Mengeluarkan tanah yang ada didalam cetakan dengan alat
pengeluar sampel tanah (extruder). Kesembilan, Membelah benda uji
lalumengambil tanah secukupnya pada tiga bagian (atas, tengah dan bawah)
untuk mencari kadar airnya. Kesepuluh, Mengulangi tahap (3) s/d (9) untuk
keseluruhan benda uji yang disiapkan.
2.8.2
Peralatan
a. Cetakan (mould) dengan diameter 102mm dan 152mm
b. Alat penumbuk (hammer) dengan berat 2,5kg dan 4,54kg
c. Ayakan No.4 (# 4,75 mm) atau 3/4" (# 19mm)
d. Timbangan dengan ketelitian 1,0gram
e. Jangka sorong (caliper)
f.
Extruder (alat pengeluar sampel tanah)
g. Oven dengan pengatur suhu dan peralatan penentuan kadar air
h. Alat perata (straight edge), talam, mistar, palu karet dan tempat
sampel
2.8.3
Benda Uji
a. Bila sampel tanah dari lapangan masih dalam keadaan lembab, maka
perlu proses pengeringan dengan cara dianginkan (kering udara) atau
dioven dengan suhu maksimum 60C. Kemudian memisahkan
gumpalan-gumpalan tanah dengan cara menumbuk dengan palu karet
b. Mengayak tanah
hasil
tumbukan (1) dengan ayakan No.4
(#4,75mm) atau 3/4" (# 19 mm)
c. Menimbang hasil ayakan masing-masing sebanyak 2,5kg atau 5kg,
masing-masing sejumlah 6 buah atau sesuai petunjuk instruktur
Data
Tabel 2.8.1 Pemadatan Tanah
2.8.5
Perhitungan
2.
dengan :
wet
dry
w
W
W1
=
=
=
=
=
=
Contoh Perhitungan
Pada benda uji 1 :
W1
= 41,83 gram
W2
= 37,58 gram
Ww
WS
W3
= Ww/Ws x 100%
= 9,88
gram
=15,34
= 15,38 %
WA
= 4841 gram
WB
= 3585 gram
Wt
= WA WB
= 1256 gram
wet
W 2W 1
=
V
1256
= 947,47
= 1,325
wet
= 1+ w
1,325
1+(15,38/100)
=1,148
3.
Menggambarkan grafik hubungan antara berat isi kering tanah (dry) dan
kadar air (w) kemudian mendapatkan nilai berat isi kering tanah
maksimum (MDD, dry maks) dan kadar air optimum (OMC, wopt) dari
grafik tersebut
Grafik 2.8.1 Pemadatan Tanah
2.8.6
Hasil Pengujian
2.9.
2.9.1
bahwa
permukaan
piston/torak
benar-benar
menyentuh
permukaan benda uji. Kemudian mengatur arloji beban dan penetrasi pada
posisi nol. Keempat, Memberi beban dengan menggunakan engkol
teratur
sehingga
kecepatan
penetrasi
mendekati
1,27mm
(0,05
pembacaan,bila
beban
Setelah
selesai
melakukan
pengujian
dilanjutkan
mengeluarkan benda uji dari cetakan dan mengambil sampel tanah pada 3
(tiga) tempat yang mewakili untuk dicari kadar airnya
2.9.2
Peralatan
a. Mesin beban (load frame) yang dilengkapi dengan cincin beban (load
ring) dan arloji pengukur deformasi (dial gauge)
b. Cetakan dengan diameter 15,2cm dan tinggi 12,6cm termasuk leher
c.
d.
e.
f.
g.
h.
2.9.3
Benda Uji
a. Mengambil sampel tanah seberat 5kg kering udara kemudian
tambahkan air sehingga mendekati kadar air optimum (w opt, OMC)
atau kadar air yang dikehendaki
b. Merangkai cetakan, keping alas, leher penyambung dan memasukkan
piringan pemisah sertamemberi kertas saring diatasnya
dan selesainya
f.7 Membersihkan
cetakan
dari
air
yang
tersisa,
kemudian
2.9.4
Data
Tabel 2.9.1 CBR Laboratorium Tanpa Perendaman
2.9.5
Perhitungan
2.9.6
Hasil Pengujian
Jadi, dapat disimpulkan bahwa CBR (California Bearing Ratio)
merupakan perbandingan antara beban penetrasi dari bahan tertentu,
terhadap beban standar, untuk kedalaman dan kecepatan penetrasi tertentu,
pada contoh tanah yang kami ambil dari Desa Sejati, kec. Jatirejo, kab.
Mojokerto memiliki nilai CBR2,5mm sebesar 4,89, dan CBR5,0mm sebesar 5,75
pada keadaaan tanpa perendaman. CBR2,5mm sebesar 5,73 , dan CBR5,0mm
sebesar 5,20 pada keadaan rendaman.
2.10.
mengukur
pengujian
Menghentikan
c. Kerucut (konus) terbuat dari baja keras dengan sudut puncak 30, serta
diameter terbesarnya adalah 2cm (luas = 1,61cm).
d. Alat ukur (penggaris/rol meter), panjang 100cm dengan skala 0,50cm
e. Peralatan pengukuran kadar air, jika diperlukan.
2.10.3 Data
Tabel 2.10.1 Penestrasi Kerucut Dinamis
2.10.4 Perhitungan
Rumus-rumus yang digunakan :
Log CBR =1,352 1,125 log (D) (sudut puncak kerucut 30)
Log CBR =1,635 1,290 log (D) (sudut puncak kerucut 60)
dengan :
Catatan:
h1
hn
Contoh perhitungan
1. Selisih Penurunan
D
= h1 h2
D = 97cm 92cm
= 5cm
2. D
= D x n
D
= 4cm x 2
= 2cm
3. Nilai CBR
Sudutpuncak
kerucut
60
0
Log CBR
CBR
CBR
CBR
4. Nilai D CBR033
D CBR033
=D x CBR1/3
033
D CBR
= 4 x 10,311/3
033
D CBR
= 13,75 kN
5. Nilai CBRavg
CBRavg
=[
CBRavg
= 1,95 kN
h 1+ h2+ hn
]3
Menyiapkan silinder yang telah berisi pasir uji sebanyak 2/3 tingginya,
kemudian menimbangnya (W8). Keenam, Meletakkan
diatas lubang, kemudian membuka keran. Ketujuh,
di tanah dan kerucut penuh dengan pasir uji, menutup keran kemudian
mengangkat dan menimbangnya (W9). Kedelapan,Mengembalikan pasir uji
yang terisi dalam lubang ketempat semula.
2.11.2 Peralatan
a. Peralatan utama terdiri dari:
b. Tabung kalibrasi pasir uji
c. Silinder tempat pasir uji
d. Kerucut yang dilengkapi dengan keran
e. Pelat dasar yang berlubang
f. Sekop kecil, linggis, palu, perata, dll.
g. Timbangan dengan ketelitian 1,0gram (dibawa kelapangan)
h. Pasir uji (Ottawa sand)
i. Kantung plastik, cawan untuk penentuan kadar air
2.11.3 Data
Tabel 2.11.1 Sand Cone
2.11.4 Perhitungan
2.11.4.1 Data Dari Laboratorium Pada Proses Kalibrasi :
1. Berat isi pasir uji
sand = (W2W1)/((W3W1)
sand = (3090 gram2009 gram)/((3176 gram 2009 gram)
sand = 1,44 gram/cm3
2. Berat pasir dalam kerucut
(W6) = (W4W5)
(W6) = (5783 gram5415 gram)
(W6) = 368 gram
= 18,66 %
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Nama Percobaan
Kadar air
Berat isi
Berat Jenis
Batas cair dan batas plastis
Analisis ayak
Analisis hidrometer
Pemadatan
DPC
Sandcone
CBR
Hasil
H 0,5m : 34,02%
H 1m : 33,70%
H 0,5m : 2,28%
H 1m : 3,04%
2,45%
LL : 43,67%
PL : 40,00%
PI : 3,67%
Angka kehalusan : 3,38%
Lolos ayakan no 200 : 68,38%
MDD : 1,365%
OMC : 30,8%
CBRavrg : 1,95%
Derajat kepadatan di lapangan : 1,282%
CBR2,5mm = 4,89, dan CBR5,0mm = 5,75
(unsoaked)
CBR2,5mm = 5,73 , dan CBR5,0mm = 5,20 (soaked)
Jadi, Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa Tanah yang kami ambil
dari Desa Sejati, kec. Jatirejo, kab. Mojokerto bersimbol ML atau OL dalam
sistem klasifikasi USCS, dan memiliki symbol A-5 pada sistem klasifikasi
AASHTO. Dan memiliki nilai CBR lapangan sebesar 1,95 kN
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang didapat, maka aran untuk percobaan
selanjutnya antara lain :
a. Sebaiknya lokasi sampling tiap kelompok dibedakan, agar lebih
mengetahui jenis dan kharasteristik tanah tiap daerah berbeda.
b.
c.
d.
3.3 Lampiran
3.3.1 Dokumentasi
Gambar 8. Tanah yang sudah terendam air untuk uji berat jenis
Gambar 33. Pengambilan sampel tanah untuk uji kadar air penumbukan