Anda di halaman 1dari 65

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan
organik. Tanah memiliki peran sangat penting bagi kehidupan di bumi karena
tanah mendukung kehidupan bagi tumbuhan dengan menyediakan unsure hara
dan air yang sekaligus sebagai penopang akar. Struktur tanah yang berpori-pori
juga menjadi tempat yang baik bagi akar untuk bernafas dan pertumbuhan. Tanah
juga menjadi habitat hidup berbagai organisme yang sebagian besar hewan darat
yang menjadikan tanah sebagai lahan untuk hidup dan bergerak. Proses
pembentukan tanah dikenal sebagai pedogenesis. Setiap lapisan tanah
mendeskripsikan mengenai proses-proses fisika, kimia, danbiologi yang telah
dilalui tubuh tanah tersebut.
Tanah yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh berkembangnya
tanaman dengan persediaan kebutuhan air dan udara, secara kimiawi berfungsi
sebagai gudang unsur hara atau nutrisi yang terdiri dari senyawa organik dan
anorganik serta unsur esensial seperti N, P, K, Ca, Mg, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl dan
lain-lain. Dan secara biologis berfungsi sebagai habitat organisme yang
berpartisipasi aktif dalam penyedia unsur hara tersebut. Dari ketiga fungsi tersebut
secara keseluruhan mampu menunjang produktivitas tanaman baik dari segi
tanaman pangan, obat-obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan.
Tanah tersusun dari beberapa lapisan seperti lapisan batu, kerikil, tanah
lempung dan lain-lain. Tanah selain berfungsi biologis dan kimiawi tanah juga
berfungsi sebagai tempat berpijak, tempat berdirinya bangunan dan sebagai jalan
raya. Tanah juga berfungsi untuk kepentingan sipil, tanah asli suatu daerah dengan
daerah lain mempunyai ciri khas yang berbeda. Ada tanah lembek, keras, berbatu
keras, berbatu koral, kering dan banyak keadaan lainnya.
Untuk menggunakan tanah sebagai fungsi sipil, seperti mendirikan
bangunan, jembatan, jalan raya ataupun rumah tinggal tentunya harus mempunya
kriteria yang sesuai. Tanah tidak boleh lembek, berlempung, berbatu keras
ataupun terlalu keras. Untuk mendapatkan tanah yang sesuia dengan kriteria yang
diinginkan, tanah harus diolah dahulu. Pengolahan tanah pun memerlukan
serangkaian percobaan untuk mengetahui sifat tanah asli mana saja yang harus

diperbaiki bahkan diganti. Percobaan pengolahan tanah yang sering antara lain
sampling, kadar air, berat isi, berat jenis, LLPL, hidrometer, ayakan, pemadatan,
CBR, DCP dan sandcone.
Percobaan untuk menjadikan tanah sesuai kriteria yang diinginkan dapat
dilakukan di lapangan seperti sampling, sandcone dan uji kepadatan lapangan.
Untuk percobaan yang hanya bisa dilakukan di laboratorium seperti kadar air,
berat jenis, berat isi, LLPL, analisa hidrometer, analisa ayakan dan CBR
laboratorium.
Berdasarkan masalah diatas, kami melakukan beberapa percobaan yang
dilaporkan dalam laporan berikut ini.
1.2 Tujuan
1.2.1 Mengetahui kadar air dari tanah sampling
1.2.2 Mengetahui berat isi dari tanah sampling
1.2.3 Mengetahui berat jenis dari tanah sampling
1.2.4 Mengetahui prosentase LL/PL/SL dari tanah sampling
1.2.5 Mengetahui prosentase analisa ayakan dari tanah sampling
1.2.6 Mengetahui prosentase analisa hidrometer dari tanah sampling
1.2.7 Mengetahui derajat kepadatan dari tanah sampling
1.2.8 Mengetahui prosentase CBR dari tanah sampling
1.2.9 Mengetahui prosentase DCP dari tanah sampling
1.2.10 Mengetahui prosentase sandcone dari tanah sampling
1.3 Jenis Pengujian
1.3.1 Laboratorium
1.3.1.1 Pengujian kadar air
1.3.1.2 Pengujian berat isi
1.3.1.2 Pengujian berat jenis
1.3.1.2 Pengujian LL/PL/SL
1.3.1.2 Pengujian analisa ayakan
1.3.1.2 Pengujian analisa hidrometer
1.3.1.2 Pengujian CBR laboratorium
1.3.1.2 Pengujian Pemadatan tanah
1.3.2 Lapangan
1.3.2.1 Pengujian DCP
1.3.2.2 Pengujian Sandcone
1.4 Lokasi Pengujian
1.4.1 Pengujian Laboratorium Mekanika Tanah Politeknik Negeri Malang
1.4.2 Pengujian Lapangan
1.4.2.1 Area gedung Teknik Sipil Politeknik Negeri Malang
1.4.2.2 Jalan

BAB II
HASIL PENGUJIAN
2.1.

PIT LOG

2.1.1

Tata Cara
Pada pengambilan soil sampling ini langkah-langkah pengujiannya
sebagai berikut: pertama, tentukan lokasi serta bersihkan area tersebut.
Kedua, buat lubang ukuran yang telah ditentukan. Ketiga, ambil tanah
dengan cara menekan ring pada tanah. Keempat, pisahkan tanah yang
disturbed dan undisturbed lalu bungkus dengan alumunium foil dan beri
pelabelan. Kelima, ambil tan ah 1kg dan 0,5 kg lalu bungkus dengan
alumunium foil dang beri pelabelan. Keenam, ambil tanah 45kg kedalam
karung. Ketujuh, masukkan sampel tanah yang telah dibungkus dengan
alumunium foil kedalam kotak box.

2.1.1.1 Sumur Uji (Test Pit)


a. Menentukan lokasi yang akan diambil sampel tanah serta bersihkan
per-mukaannya dari rerumputan atau benda-benda lainnya
b. Membuat lubang dengan ukuran (100x100x100)cm atau dengan
ukuran lain sesuai petunjuk instruktur
c. Menyisakan tanah berbentuk kubus dengan ukuran (20x20x20) cmpada
dasar galian mulai dikedalaman 100cm, atau mengambil sampel tanah
asli dengan menggunakan tabung sampel tanah,tiap kelompokminimal 3
(tiga) tabung sampel tanah
d. Membungkus tanah asli tersebut dengan aluminium foil atau plastik,
bila pengambilannya dengan tabung sampel tanah maka tabung
sampel tanah dapat ditutup dengan plastik atau menggunakan
malam/parafin,serta mengambil sampel tanah setiap kedalaman 50cm
atau setiap terdapat perubahan lapisan tanah untuk mengetahui kadar
airnya
e. Memberi label identifikasi agar tidak tertukar bila sampel tanah lebih
dari satu sertamenyimpan sampel tanah tersebut ditempat yang teduh
2.1.2

Peralatan
a. Peralatan untuk menggali (cangkul, sekop, ganco, linggis, dll.)
b. Sendok spesi, spatula besar dan alat-alat yang sejenis
c. Rol meter, palu 5kg dan balok kayu berukuran (4x6x60)cm
d. Tabung sampeltanah dengan tutup
e. Cawan (container) untuk penentuan kadar air
f. Tempat untuk sampel tanah terganggu (karung/tas plastik)
g. Kotak yang tebuat dari kayu berukuran (20x20x20)cm serta lembaran
plastik secukupnya untuk pengambilan sampel tanah asli.

2.1.3

Data Pengujian
1. Tanggal Kegiatan :
29 Maret 2015 (Hari Minggu)
2. Tempat Pengujian :
Desa Sejati, kec. Jatirejo, kab. Mojokerto
3. Keadaan cuaca pada saat pelaksanaan :
Diawali mendung dan diakiri dengan hujan.

2.1.4

Hasil Pengujian

Sesuai dengan keadaan geografis tanah yang kita ambil di Desa Sejati,
kec. Jatirejo, kab. Mojokerto, Dimana posisi Mojokerto daerah
pegunungan dan tanahnya banyak mengandung pasir dan batuan. Jadi saat
kita meakukuan pit log pada daerah tersebut secara garis besar dari
kedalaman 50 cm tanah gembur atau gampang pecah tidak gampang
menyatu dan banyak mengandung unsure pasirnya. Pada kedalaman 100
cm kita melakukan penggalian semakin banyak kita mendapatkan butiran
butiran batu dan pasir yang bercampur dengan tanah dan saat kita mencoba
untuk mengambil tanah dengan membuat persegi empat tetapi tanah tetap
gembur dan gampang hancur. Dan untuk warna dalam tanah tersebut pada
kedalaman 50 cm kita mendapatkan warna coklat kemerahan, sampai
dalam 100 cm warna tanah mengalami sedikit oerubahan jadi coklat agak
merah kekuningan. Dan pada intinya tanah didaerah pengujian kita banyak
mengandung pasir halus.

2.2.
2.2.1

KADAR AIR
Tata Cara
Pada pengujian Kadar Air Tanah (Water Content) ini pengujian

salah satu paramteer tanah yang terpenting untuk menentukan korelasi antara
perilaku tanah dengan sifat-sifat fisiknya, oleh karenanya jenis pengujian ini
merupakan salah satu pengujian yang dilakukan secara rutin dalam
pelaksanaan kegiatan di laboratorium. Pertama, persiapkan semua peralatan
yang akan digunakan. Kedua,ambil tanah yang telah berada di dalam box
sterofoam. Ketiga,ambil beberapa sesuai keperluan yang dibutuhkan pada
pengujian. Keempat,timbang cawan kosong, dan benda uji ditambah cawan.
Kelima, letakkan cawan tersebut kedalam oven suhu (1105)oC minimum 16
jam. Keenam, keluarkan cawan dari oven lalu timbang berat tanah kering dan
cawan.

2.2.2

Peralatan
a. Oven yang dilengkapi dengan pengukur suhu untuk memanasi benda
uji sampai (1105 )C
b. Cawan dengan penutup

dan

tak

berkarat

(terbuat

gelas/alumunium).
c. Timbangan dengan ketelitian 0,01;0,1;1 gram (lihat Tabel 2.1)
d. Desikator, berisi selica gel
e. Penjepit (Crubicle tongs)

dari

2.2.3

Data
Jumlah benda uji yang dibutuhkan untuk pengujiankadar air
tergantung pada ukuran butir maksimum dari sampeltanah yang diperiksa
dengan ketelitian seperti dibawah ini.

Tabel 2.2.1 Saran penggunaan timbangan berdasarkan ukuran


butiran

2.2.4

Contoh Perhitungan
Kadar air dihitung dengan rumus sebagai berikut :

dengan :
Berat cawan + tanah basah
Berat cawan + tanah kering
Berat cawan
Berat air
(Ww)
Berat tanah kering
(Ws)
Contoh perhitungan :
W1 = 34,12 gram
W2 = 27,91 gram
W3 = 10,01 gram

=
=
=
=
=

W1 gram
W2 gram
W3 gram
(W1 W2) gram
(W2 W3) gram
Ww = 6,21 gram
Ws = 17,90 gram

Pada Benda Uji 1


Jadi, BU1 (w) kadar air = 34,69 %

2.2.5

Hasil Pengujian
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kadar air merupakan sebuah nilai
yang menyatakan kandungan air dalam suatu tanah, pada contoh tanah
yang kami ambil dari Desa Sejati, kec. Jatirejo, kab. Mojokerto memiliki
kandungan air sebesar 34,02 % pada kedalamam 50 cm dan 33,70% pada
kedalaman 100 cm.

2.3.
2.3.1

BERAT ISI TANAH


Tata Cara
Pada pengujian ini berat isi tanah adapun prosedur pengujian nya
sebagai berikut: Pertama, ambil ring yang diberi oleh teknisi kemudian

ukur volume dan beratnya. Kedua, letakkan bagian yang tajam permukaan
tanah dan tekan hingga tanah masuk seluruhnya ke dalam cincin. Ketiga,
ratakan permukaan menggunakan spatula bila ada lubang tambal dengan
tanah yang sama. Keempat, bersihkan sisa sisa tanah yang menempel
pada pada ring lalu timbang ring yang berisi tanah. Kelima, hitung volume
tanah dengan mengukur ukuran dalam cincin dengan ketelitian 0,01 cm

2.3.2

2.3.3

Peralatan
a. Cincin (ring) besar/kecil
b. Jangka sorong
c. Pisau/spatula
d. Timbangan dengan ketelitian 0,01gram
Data
Tabel 2.3.1 Berat isi tanah
Tabel 2.3.2 Diameter dan Ring untuk pemgujian

2.3.4

Contoh Perhitungan

Berat isi tanah dapat dihitung sebagai berikut :


dengan :
Berat Ring

= W1

gram

Berat Ring + Tanah

= W2

gram

Volume Ring

=V

cm

Kadar air

=w

Contoh perhitungan :
Pada benda uji 1:
W1

= 36,83gram

= phi.D2.t.1/4 = 27,02 cm

W2

= 76,95 gram

= Wt V

D
Wt
T

= 3,163 cm
= 40,12 gram
= 1,957 cm

dry
w

= t (1 + w) = 1,65 gram/cm
= 34,02 %

2.3.5

Hasil Pengujian
Jadi, dapat disimpulkan bahwa berat isi tanah adalah perbandingan

= 2,206 gram/cm

antara berat total tanah terhadap isi/volume total tanah, pada contoh tanah
ke-1 yang kami ambil dari Desa Sejati, kec. Jatirejo, kab. Mojokerto
memiliki berat isi tanah sebesar 2,28 gram/cm pada kedalamam 50 cm
dan 3,04 gram/cm pada kedalaman 100 cm.

2.4.
2.4.1

BERAT JENIS TANAH


Tata Cara
Pada pengujian berat jenis tanah ini dimaksudkan menentukan
berat jenis tanah untuk ukuran butiran tanah yang lolos ayakan No.4
(4.75mm), dengan menggunakan piknometer. Adapun langkah pengujian
sebagai berikut: pertama, ambillah contoh tanah beratnya antara 50-100
gram, kemudian keringkan dalam oven dengan temperatur (11051) o C.
Kedua,setelah kering, contoh tanah di keluarkan dan di dinginkan dalam
desikator. Ketiga, contoh tanah diayak melalui ayakan No.4 (4.75 mm) dan
atau No.10 (200mm).Keempat, Kemudian siapkan benda uji sebanyak
10gram, Apabila menggunakan piknometer 50ml, atau menggunakan
piknometer 50ml, atau 25gram apabila digunakan piknometer 100 ml,
masing-masing sebanyak tiga buah. Keenam,ambil tiga buah piknometer
kapasitas 50ml, cuci dengan air bersih kemudian keringkan dalam oven,
setelah itu keluarkan dan timbang beratnya dan tutup piknometer. Ketujuh,
masukkan contoh tanah yang sudah disiapkakan 10-25gram untuk tiaptiap piknometer. Kedelapan, timbang berat piknometer yang berisi benda
uji dan tutup piknometernya. Kesembilan, tambahkan air suling sampai
contoh tanah terendam, kemudian panaskan diatas hotplate, lalu kocok
piknometer dengan hati-hati untuk menghilangkan udara yang terdapat
dalam tanah. Kesepuluh, ambil piknometer dari hotplate bila gelembung
udara sudah tidak nampak lagi. Kesebelas, isikan air suling sampai penuh

kemudian tempatkan pada bak pengatur suhu (constant temperature


constant bath) setelah suhu konstan, tambahkan air suling sampai penuh,
dan tutuplah piknometer tersebut. Keringkan bagian luar dan timbang
beratnya. Keduabelas, bersihkan piknometer, kemudian isi dengan air
suling sampai penuh dan masukkan pada bak pengatur suhu, setelah suhu
konstan, keringkan bagian luar piknometer dan timbang beratnya dan
tutupnya.

2.4.2

Peralatan
a. Piknometer dengan kapasitas 50ml dan 100ml
b. Timbangan dengan ketelitian 0,001 dan 0,01gram
c. Desikator
d. Oven dengan pengatur suhu (1105)C
e. Thermometer ukuran 0 50C dengan ketelitian pembacaan1C
f. Ayakan nomor saringan #4, #10, 40#
g. Tungku listrik (hot plate)
h. Bak rendaman dengan pengatur suhu (constant temperature bath)
i. Air suling.

2.4.3

Benda Uji
a. Sampel tanah diambil antara 50 100gram, kemudian dikeringkan
dalam oven dengan temperatur (1105)C
b. Setelah kering, sampel tanah dikeluarkan dan dinginkan dalam
desikator
c. Sampel tanah diayak melalui ayakan No.4 (4,75mm) dan atau No.10
(200mm), kemudian menyiapkan benda uji sebanyak 10gram apabila
menggunakan piknometer 50ml atau 25 gram apabila menggunakan
piknometer 100ml, masing-masing sebanyak 3 sampel.

2.4.4
2.4.5

Data
Tabel 2.4.1 Berat Jenis tanah
Contoh Perhitungan
2.4.5.1 Kalibrasi Piknometer

a. Membersihkan,

mengeringkan,

menimbang

dan

mencatat

piknometer beserta tutupnya (W1)


b. Mengisi piknometer dengan air suling dan memasukkannya
kedalam bak pengatur suhu (constant temperatur bath) 25C.
Memasang tutup piknometer setelah isi piknometer sudah
mencapai suhu 25, kemudian mengeringkan bagian luar
piknometer sertamenimbang piknometer beserta isinya dan
tutupnya (W25)
c. Menyusun tabel nilai W5 untuk urutan suhu antara 18C sampai
31C dari nilai W25 yang ditentukan
Harga W5dihitung sebagai berikut :
W5
=W25 X k
dengan :
W5
= Berat piknometer + air + tutup setelah dikoreksi
W25
= Berat piknometer + air + tutup pada suhu25C.
K
= Faktor koreksi terhadap suhu (Tabel 4.1)
Tabel 2.4.2Faktor koreksi terhadap suhu
T (Suhu)

Faktor
koreksi K

T (Suhu)

Faktor
koreksi K

18

1,0016

25

1,0000

19

1,0014

26

0,9997

20

1,0012

27

0,9995

21

1,0010

28

0,9992

22

1,0007

29

0,9989

23

1,0005

30

0,9986

24

1,0003

31

0,9983

2.4.5.2 PerhitunganBerat Jenis Tanah


Berikut rumus untuk perhitungan berat jenis tanah :
dengan :
Gs = Berat jenis tanah
GL = Berat jenis cairan yang dipakai
W1 = Berat piknometer + tutup
W2 = Berat piknometer + sampel tanah + tutup
W3 = Berat piknometer + sampel tanah + air + tutup
W5 = Berat piknometer + air + tutup setelah dikoreksi
Contoh Perhitungan :
Pada benda uji 1 :
W1

= 34,20 gram

W4

= 89,12 gram

W2

= 44,20 gram

= 0,9986

Wt

= W2-W1 = 10,00 gram

Co

= 25 Co

W3

= 94,67 gram

W5

= 89,08 gram

Berikut rumus untuk perhitungan berat jenis tanah :


Gs

= (W2 - W1) / {( W5 - W1)-( W3 W2)}


= (44,20 34,20) / {(89,08 34,20)-(94,67 44,20)}
= 78,20 / (54,88 50,47)
= 2,45 gr

2.4.5.3 Pengambilan Hasil Rata-Rata Berat Jenis Tanah


Mengambil harga rata-rata dari hasil ketiga pengujian tersebut
dalam 2 (dua) angka dibelakang koma.
Gs rata-rata

= (Gs1 + Gs2 + Gs3) / 3


=( 2,27 + 3,58 + 2,50 ) gr / 3
= 2,78333333 = 2,78 gr

2.4.6

Hasil Pengujian
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Berat jenis tanah (Gs) adalah
perbandingan antara berat butir tanah (Ws) denganberatair (Ww) yang
mempunyai volume (V) sama pada temperatur tertentu, pada contoh tanah
ke-1 yang kami ambil dari Desa Sejati, kec. Jatirejo, kab. Mojokerto
memiliki berat jenis tanah sebesar 2,45 gram/cm3.

2.5.
2.5.1

BATAS-BATAS ATTERBERG
Tata Cara

2.5.1.1 Penentuan Batas Cair


Pertama, Mengambil benda uji sebanyak 100gram yang sudah
disiapkan dan meletakkannya pada lempeng kaca. Kedua, Memberi air suling
pada benda uji tersebut sedikit demi sedikit, serta mengaduknya sampai
merata/homogen. Ketiga, Setelah campuran homogen, mengambilbenda uji
tesebut secukupnyadan meletakkan pada mangkok alat uji, kemudian
meratakan permukaannyasedemikian rupa sehingga sejajar dengan dasar alat
uji, dengan ketebalan maksimum 1cm. Keempat, Membuat alur dengan
membagi dua benda uji dalam mangkok dengan menggunakan alat pembuat
alur (grooving tool) melalui garis tengah mangkok secara simetris. Kelima,
Pada waktu membuat alur posisi alat pembuat alur harus tegak lurus
permukaan mangkok. Keenam,

Memutar engkol alat uji sehingga mangkok

naik/jatuh setinggi 1cm dengankecepatan 2 putaran perdetik. Permutaran ini


dilakukan terus dengan kecepatan tetap sampai dasar alur benda uji berimpit
sepanjang

1,27cm dan mencatat jumlah pukulan pada waktu berimpit

tersebut. Ketujuh, Mengulangi pekerjaan (3) sampai (6) paling kurang 2 kali
sampai diperoleh jumlah pukulan yang sama, dimaksudkanagar campuran
tersebut sudah betul-betul merata kadar airnya. Bila telah diperoleh jumlah
pukulan yang sama, maka mengambil sedikit tanah pada bagian yang berimpit
untuk dicari kadar airnya.Mengembalikan sisa benda uji kelempeng kaca dan

Kedelapan, yang berbeda sehingga diperoleh perbedaan jumlah pukulan


sebesar 810 pukulan.Kesembilann, Melakukan pengujian tersebut diatas
dengan kadar air yang bervariasi sehingga didapat pukulan antara 1050.

2.5.1.2 Penentuan Batas Plastis


Pertama, Benda uji sama dengan yang dipakai batas cair dan
meletakkannya diatas pelat kaca kemudian menambahkan air suling serta
mengaduknya hingga merata. Kedua,Setelah kadar air merata buatlah
bola-bola tanah dengan diameter 1cm seberat 8gram, kemudian memilin
bola-bola tanah diatas plat kaca dengan telapak tangan berkecepatan 80
90 pilinan/menit.Ketiga,

Melakukan pemilinan sampai benda uji

berbentuk batang dengan diameter 3mm. Bila ternyata benda uji belum
mencapai diameter 3mm sudah retak-retak maka satukan lagi benda uji
tersebut dan menambahkan lagi sedikit air suling serta mengaduknya lagi
hingga homogen. Jika ternyata hasil memilin mempunyai diameter lebih
kecil dari 3 mm maka benda uji biarkan beberapa saat agar kadar airnya
sedikit berkurang. Keempat, Mengadukan dan memilin diulangi terus
sampai retakan-retakan itu terjadi tepat pada saat hasil pemilinan
mempunyai diameter 3mm serta panjang minimum 2,5 mm. Kelima,
Buatlah batang-batang pengujian sebanyak 5gram, kemudian
memeriksa kadar airnya.

2.5.2
a.
b.
c.
d.

Peralatan
Alat batas cair standar (casagrande)
Oven yang dilengkapi dengan alat pengatur suhu
Alat pembuat alur (grooving tool)
Spatula

e.
f.
g.
h.

2.5.3

Cawan untuk penentuan kadar air


Air suling
Timbangan dengan ketelitian 0,01gram
Lempeng kaca ukuran 60 x 60 x 1cm

Benda Uji
a) Bila sampel tanah diperkirakan mempunyai butiran yang lebih kecil dari
saringan No.40 (0,425mm), maka sampel tanah dapat digunakan
langsung dalam pengujian
b) Bila sampel tanah mempunyai butiran lebih besar dari saringan No.40
(0,425mm), maka sampel tanah dikeringkanterlebih dahulu setelah
itudisaringan dan diambil benda uji yang lolos saringan N0.40
(0,425mm) sebanyak 200gram.

2.5.4

Data
Tabel 2.5.1 Penentuan Batas Cair

Tabel 2.5.1 Penentuan Batas Plastis

Tabel 2.5.1 Penentuan Shrinkage Limit

2.5.5

Contoh Perhitungan

2.5.5.1 Penentuan Batas Cair


a. Hasil yang diperoleh berupa jumlah pukulan dan kadar air yang
selanjutnya digambar dalam grafik.Jumlah pukulan digambarkan pada
sumbu mendatar dengan skala logaritmis dan kadar air sebagai sumbu
tegak dengan skala normal
b. Membuat garis lurus melalui titik-titik itu, jika ternyata titik-titik yang
diperoleh tidak terletak satu garis, maka buatlah garis lurus melalui titik
berat dari titik-titik tersebut
c. Menarik garis vertikal pada jumlah pukulan 25 x sampai memotong garis
grafik, kemudian menarik garis mendatar dari titik potong tersebut hingga
memotong sumbu vertikal (sumbu kadar air). Nilai yang diperoleh tersebut
merupakan nilai batas cair (Liquid Limit, LL) dari jenis tanah yang diuji.

d. Jadi saat ditarik garis tersebut pada grafik dibawah menunjukkan angka
43,67 %

Grafik 2.5.1 Penentuan LL PL

2.5.5.2 Penentuan Batas Plastis


a. Menentukan kadar air rata-ratanya pada kadar air tersebut (pada prosedur
penentuan batas plastis) merupakan harga batas plastis (Plastic Limit, PL).
Rumus untuk mencari kadar air ialah :

w=

Ww
Ws

x 100%

W1

= 11,70 gram

Ww

= 0,60 gram

W2

= 11,10 gram

= 0,9986

W3

= 10,10 gram

W5

= 89,08 gram

Ww

= W1 W2
= 11,70 11,10
0,60 gr

Ws

= W2 W3
= 11,10 10,10
= 1,00 gr

Ww
Ws

x 100%

0,60
= 1,00

x 100%

=60%

2.5.5.3 Penentuan Shrinkage Limit


a. Setelah mengikuti beberapa prosedur tersebut kita mendapatkan data-data
unutk mnegetahui nilai Shrinkage Limit yaitu mengetahui perubahan dari
tanah tersebut yaitu panjang dan atau diameter benda uji tersebut
Benda uji Tanah Basah sebe;um di oven

= 55,50 gr

Panjang Benda Uji Sebelum di oven

= 13,46 gr

Diameter Benda Uji Sebelum di Oven

= 2,04 cm

Setelah dilakukan pengovenan atau kering oven


Benda uji Tanah Basah Sesudah di oven

= 37,90 gr

Panjang Benda Uji Sesudah di oven

= 13,00 gr

Diameter Benda Uji Sesudah di Oven

= 1,50cm

Besar Perubahan yang Terjadi


Perubahan Berat Benda uji Tanah

= 17,60 gr

Perubahan Panjang Benda Uji

= 0,46 gr

Perubahan Diameter Benda Uji

= 0,50 cm

2.5.6

Hasil Pengujian
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Batas cair adalah nilai kadar air
tanah dalam kondisi tanah antara cair dan plastis. Batas plastis adalah nilai
kadar air tanah dalam kondisi antara plastis dan semi padat. Batas
susut/kerut adalah nilai kadar air tanah dalam kondisi antara semi padat
dan padat., pada contoh tanah yang kami ambil dari Desa Sejati, kec.
Jatirejo, kab. Mojokerto memiliki LL = 43,67%, PL = 40,00 %, IP = 3,67
%

2.6.
2.6.1

ANALISA UKURAN BUTIRAN


Tata Cara
Pada pengujian analisa ayak kali ini untuk menentukan pembagian
ukuran butir suatu contoh tanah. Aadapun langkah pengujian antara lain :
Pertama, benda uji dikeringkan dalam oven. Kedua, saring benda uji lewat
susunan saringan dengan ukuran saringan palingan besar ditempatkan diatas.
Ketiga, susunan saringan digetarkan 15 menit di vibrator ayak. Keempat,
timbang benda uji yang bertahan pada masing-masing saringan.

2.6.2

Peralatan
a. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2 % dari benda uji
b. Satu set saringan dengan ukuran : 3/8; No 4; No 10; No 20; No. 40;
c.
d.
e.
f.

No.100; No.200
Oven dengan pengatur suhu sampai 110C
Mesin penggetar saringan
Talam
Kuas, sikat kuningan, sendok dan alat-alat lainnya.

2.6.3

Data
Tabel 2.6.1 Hasil Uji Analisa Ayak

2.6.4

Perhitungan
a. Menghitung jumlah berat tertahan untuk masing-masing ukuran
saringan secara kumulatif.
b. Menghitung jumlah prosentase berat benda uji tertahan dihitung
terhadap berat total secara komulatif.
c. Menghitung jumlah prosentase berat benda uji yang melalui masingmasing saringan dihitung.

Pengklasifikasian USCS
1. Tanah lolos saringan no. 200 sebanyak 10,60%, sehingga termasuk
tanah berbutir kasar dengan ketentuan kurang dari 50% lolos saringan
no. 200
2. Tanah lolos no. 4 sebanyak 100%, sehingga termasuk tanah berbutir
kasar (pasir) dengan ketentuan lebih dari 50 % lolos saringan no. 4
3. Lolos saringan no 200 = 10,60 % jadi tergolong pada pasir sesuai
dengan criteria bila masuk dalam rentang 5%-12% maka memiliki
symbol dobel.
4. Symbol pertama ialah SM dikarenakan batas-batas Atterberg di bawah
garis A atau PI > 4
Symbol kedua dicari dengan cara berikut.
a. Menentukan nilai D60, D30, D 10.
84,460
x (0,850,425)
D60
= 0,85-{ 84,447,20
}
= 0,572
D30

47,2030
x (0,4250,15)
= 0,425-{ 47,2020,30
}
= 0,25

D10

20,3010
x (0,150,075)
= 0,15-{ 20,300
}

= 0,07
b. Setelah dapat nilai dari point a, tentukan nilai Cu dan Cc.
D 60
Cu
= D 10

0,572
0,07

= 8,171
2

Cc

D 30
D 60 x D 10

0,252
0,572 x 0,07

= 1,561
Simbol kedua ialah SW karena dalam perhitungan Cu memenuhi
syarat diatas 6 yaitu 8,171 dan Cc juga memenuhi syarat antara 1-3
yaitu 1,561
Pengklasifikasian AASHTO
1. Tanah tertahan saringan no. 200 sebanyak 89,40%, batas cair
sebanyak 40%, indeks plstisitas sebesar 3,67%
2. Menentukan nilai Group Index
GI = (F-35){0,2 + 0,05 (LL-40)}+0,01(F-15) x (PI-10)
= (10,60-35){0,2 + 0,05 (40-40)}+0,01(10,60-15) x (3,67- 10)
= -24,2 + 0,27852
= - 23,92148
Dikarenakan nilai GI adalah negatif maka di dapatkan bahwa GI = 0
3. Dari data tersebut dapat ditentukan jenis tanah, sehingga tanah
yang diuji masuk kedalam kelompok A-2-5 (Kerikil dan pasir
berlanau atau berlempung)
2.6.5

Hasil Pengujian
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pada analisis ayakan contoh tanah
yang kami ambil dari Desa Sejati, kec. Jatirejo, kab. Mojokerto memiliki
presentasi butiran halus lolos saringan no. 200 sama dengan 10,60 % maka
memiliki 2 simbol atau symbol dobel, yaitu SW dan SP, dan memiliki
symbol A-2-5 pada sistem klasifikasi AASHTO. Yang secara umum
dinyaakan bahwa tanah yang diuji ialah kerikil berlanau atau berlempung
dan pasir.

2.7.
2.7.1

ANALISA HIDROMETER
Tata Cara
Pada pengujian analisa hidrometer ini untuk menentukan
pembagian ukuran butir dari tanah yang lewat saringan no.200. Analisa
hidrometer didasarkan pada prinsip sedimentasi (pengendapan) butir-butir
tanah dalam air. Adapun langkah pengujian antara lain: pertama, pada
jenis tanah yang mengandung batu dan butiran yang hampir sama dan
lebih halus dari saringan # 10 (2mm). Kedua, dalam hal ini benda uji tidak
perlu dikeringkan dan diayak pada ayakan # 10 tetapi periksa kadar airnya.
Ketiga, pada jenis tanah yang banyak mengandung butiran yang lebih
besar dari saringan #10 (2mm), maka keringkan dan ditumbuk kemudian
diayak menggunakan saringan #10. Keempat, buat campuran antara
sodium Hexametaphosat dengan air suling dengan komposisi 40 gram : 1
liter dipakai sebagai bahan difloculatingagent. Kelima, ambil contoh tanah
yang akan diuji baik kering maupun tidak, kemudian jadikan satu dengan
larutan dalam glass beaker dan aduk sebentar serta simpan 24 jam.
Keenam, setelah direndam pindahkan semua campuran ke dalam mangkok
mixer serta tambahkan air suling dari hasil pencucian glass beaker, dan
aduk selama 5 menit. Ketujuh, tutup gelas ukur dan kocoklah berulangulang 1 menit. Perhatikan sewaktu mengocok jangan sampai ada
campuran yang tumpah

atau melekat pada dasar tabung. Kedelapan,

letakkan diatas meja serta masukkan hidrometer


2.7.2

Peralatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

2.7.3

Ayakan # 10 (2mm)
Hidrometer
Termometer 0 50 C
Mixer
Sodium hexamethaphosphat
Oven
Evaporating dish

Benda Uji

8.
9.
10.
11.
12.
13.

Stop watch
Timbangan
Gelas ukur 1000 ml
Air suling
Glass/string rod
Glass beaker

a. Pada jenis tanah yang mengandung batu dan butirannya hampir sama
atau lebih halus dari saringan # 10 (2,0 mm). Dalam hal ini, benda uji
tidak perlu dikeringkan dan diayak pada ayakan # 10 tetapi periksalah
kadar airnya
b. Pada jenis tanah yang banyak mengandung butiran yang lebih besar dari
saringan # 10 (2,0 mm),maka keringkan dan ditumbuk kemudian diayak
menggunakan saringan # 10
c. Buatlah campuran antara sodium hexametaphosphat dengan air suling,
komposisi 40gram 1liter dipakai sebagai bahan difloculating agent
d. Mengambil sampel tanah yang akan diuji baik kering maupun tidak,
kemudian jadikan satu dengan larutan (3) dalam glass beaker dan
mengaduk sebentar serta menyimpannya selama 24 jam.

2.7.4

Data
Tabel 2.7.1 Analisa Hidrometer

Grafik 2.7.1 Grafik semilog

2.7.5

Perhitungan
Rumus-rumus yang digunakan :
a. Rc = Ra Zc + Ct
dengan :
Rc

= Bacaan hidrometer terkoreksi

Ra

= Bacaan hidrometer saat pengujian

Zc

= Koreksi terhadap nol hidrometer

Ct

= Koreksi terhadap temperatur (lihat Tabel 6.1)


Sampel perhitungan pada bacaan pertama, selang waktu 0,5 s,

temperature 25oC , bacaan hydrometer sama dengan 17.

Rc = Ra Zc + Ct
= 17 (-2,5) +1,30
= 20,80

b. % lolos =

Rc x a
x 100
Ws

dengan :
Rc

= Bacaan hidrometer terkoreksi

= koreksi terhadap Gs = 2,65 (lihat Tabel 2.7.2)

Ws

= Berat benda uji kering


Rc x a
x 100
Ws

% lolos =

20,80 x {( (0,2167 ) x 2,45+1,5758 ) }


x 100
50

= 43,37 %
c. R = Ra + 1
dengan :
R

= Bacaan hidrometer hanya terkoreksi oleh meniskus

Ra

= Bacaan hidrometer saat pengujian

= Ra + 1
= 17 + 1
=18

d. v =

L
t

dengan :
v

= Kecepatan butiran mengendap

= Diameter butiran

= Jarak yang ditempuh butiran (lihat Tabel 2.7.3)

= waktu pengamatan

= koreksi terhadap temperatur dan Gs (lihat Tabel 2.7.4)

L
t

13,30
0,5

= 26,60

Tabel 2.7.2 Koreksi Ct terhadap temperatur Tabel 2.7.3Koreksi (a) terhadap (Gs)

Temperatur(C)
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Ct
-1,10
-0,90
-0,70
-0,50
-0,30
0,00
0,20
0,40
0,70
1,00
1,30
1,65
2,00
2,50
3,05
3,80

Berat Jenis Tanah


(Gs)
2,85
2,80
2,75
2,70
2,65
2,60
2,55
2,50

Faktor koreksi
(a)
0,96
0,97
0,98
0,99
1,00
1,01
1,02
1,04

Tabel 2.7.4 Perbandingan bacaan hidrometer terkoreksi oleh meniskus (R)


dengan jara yang ditempuh oleh butiran (L, effective depth)

Tabel 2.7.5
Temp.
C
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29

2,50
0,0151
0,0149
0,0148
0,0145
0,0143
0,0141
0,0140
0,0138
0,0137
0,0135
0,0133
0,0132
0,0130
0,0129

0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
11
12
13
14
15
16
17
18
19
30

16,3
16,1
16,0
15,8
15,6
15,5
15,3
15,2
15,0
14,8
14,7
14,5
14,3
14,2
14,0
13,8
13,7
13,5
13,3
13,2
13,0
12,9
12,7
12,5
12,4
12,2
12,0
11,9
11,7
11,5
11,4

Lanjutan........
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60

11,2
11,1
10,9
10,7
10,5
10,4
10,2
10,1
9,9
9,7
9,6
9,4
9,2
9,1
8,9
8,8
8,6
8,4
8,3
8,1
7,9
7,8
7,6
7,4
7,3
7,1
7,0
6,8
6,6
6,5

Nilai koreksi (K) terhadap temperatur dan Gs


2,55
0,0148
0,0146
0,0144
0,0143
0,0141
0,0139
0,0137
0,0136
0,0134
0,0133
0,0131
0,0130
0,0128
0,0127

2,60
0,0146
0,0144
0,0142
0,0140
0,0139
0,0137
0,0135
0,0134
0,0132
0,0131
0,0129
0,0128
0,0126
0,0125

K
2,65
2,70
0,0144 0,0141
0,0142 0,0140
0,0140 0,0138
0,0138 0,0136
0,0137 0,0134
0,0135 0,0133
0,0133 0,0131
0,0132 0,0130
0,0130 0,0128
0,0129 0,0127
0,0127 0,0125
0,0126 0,0124
0,0124 0,0123
0,0123 0,0121

2,75
0,0139
0,0138
0,0136
0,0134
0,0133
0,0131
0,0129
0,0128
0,0126
0,0125
0,0124
0,0122
0,0121
0,0120

2,80
0,0137
0,0136
0,0134
0,0132
0,0131
0,0129
0,0128
0,0126
0,0125
0,0123
0,0122
0,0120
0,0119
0,0118

2,85
0,0136
0,0134
0,0132
0,0131
0,0129
0,0127
0,0126
0,0124
0,0123
0,0122
0,0120
0,0119
0,0117
0,0116

30

0,0128 0,0126 0,0124 0,0122 0,0120 0,0118 0,0117 0,0115

Pengklasifikasian USCS
1. Tanah lolos saringan no. 200 sebanyak 55,32%, sehingga termasuk
tanah berbutir halus dengan ketentuan lebih dari 50% lolos saringan
no. 200
2. Batas cair sebesar 43,67%, sehingga masuk kedalam kategori lanau
dan lempung batas cair 50 % atau kurang.
3. Memiliki nilai batas cair 43,67%, indeks plastisitas 3,67%, dengan
Diagram Plastisitas (ASTM, Casagrande) dapat disimpulkan tanah
tersebut termasuk ML atau OL.

Jadi disimpulkan symbol tanah tersebut ialah ML atau OL.


Pengklasifikasian AASHTO
1. Tanah lolos saringan no. 200 sebanyak 55,32%, batas cair
sebanyak 43,67%, indeks plstisitas sebesar 3,67%, sehingga masuk
kedalam kelompok A-5 (Tanah berlanau).

2.7.6

Hasil Pengujian
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pada analisis ayakan contoh tanah
yang kami ambil dari Desa Sejati, kec. Jatirejo, kab. Mojokerto bersimbol
ML atau OL dalam sistem klasifikasi USCS, dan memiliki symbol A-5
pada sistem klasifikasi AASHTO.

2.8.
2.8.1

PEMADATAN TANAH
Tata Cara
Pertama, Menimbang cetakan dalam keadaan bersih dengan/tanpa

alas W1[gram] dan mengukur tinggi dan diameter cetakan serta menghitung
volumenya V [cm]. Kedua, Memberi oli secukupnya pada cetakan, alas dan
leher penyambung di bagian dalamnya untuk memudahkan proses
pengeluaran sampel tanah. Ketiga, Mengambil salah satu bendauji,
memasukkan sebagian kedalam cetakan yang diletakkan diatas landasan yang
kokoh, kemudian menumbuknya sebanyak 25 atau 56 kali.Hasil tumbukan

mendapatkan tinggi 1/3 atau 1/5 tinggi cetakan. Keempat, Memberi toleransi
ketebalan untuk masing-masing lapisan 0,5cm, terkecuali untuk lapisan yang
terakhir dengan toleransi +0,5 cm. Kelima, Sebelum menambahkan tanah
untuk pemadatan lapis berikutnya, muka tanah hasil pemadatan sebelumnya
harus dikasarkan dengan pisau/spatula. Keenam, Melepas leher penyambung
dan memotong kelebihan tanah dengan pisau perata (straight edge.) Ketujuh,
Membersihkan bagian luar dan timbang dengan/tanpa alas (W2) [gram].
Kedelapan, Mengeluarkan tanah yang ada didalam cetakan dengan alat
pengeluar sampel tanah (extruder). Kesembilan, Membelah benda uji
lalumengambil tanah secukupnya pada tiga bagian (atas, tengah dan bawah)
untuk mencari kadar airnya. Kesepuluh, Mengulangi tahap (3) s/d (9) untuk
keseluruhan benda uji yang disiapkan.

2.8.2

Peralatan
a. Cetakan (mould) dengan diameter 102mm dan 152mm
b. Alat penumbuk (hammer) dengan berat 2,5kg dan 4,54kg
c. Ayakan No.4 (# 4,75 mm) atau 3/4" (# 19mm)
d. Timbangan dengan ketelitian 1,0gram
e. Jangka sorong (caliper)
f.
Extruder (alat pengeluar sampel tanah)
g. Oven dengan pengatur suhu dan peralatan penentuan kadar air
h. Alat perata (straight edge), talam, mistar, palu karet dan tempat
sampel

2.8.3

Benda Uji
a. Bila sampel tanah dari lapangan masih dalam keadaan lembab, maka
perlu proses pengeringan dengan cara dianginkan (kering udara) atau
dioven dengan suhu maksimum 60C. Kemudian memisahkan
gumpalan-gumpalan tanah dengan cara menumbuk dengan palu karet
b. Mengayak tanah
hasil
tumbukan (1) dengan ayakan No.4
(#4,75mm) atau 3/4" (# 19 mm)
c. Menimbang hasil ayakan masing-masing sebanyak 2,5kg atau 5kg,
masing-masing sejumlah 6 buah atau sesuai petunjuk instruktur

d. Mencampur tanah hasil timbangan(3) dengan airsedikit demi sedikit,


kemudian mengaduknya sampai merata lalu diperam/disimpan selama
24jam dalam ember yang telah diberi label.
e. Penambahan air diusahakan agar didapatkan kadar air:
- 3 benda uji dengan kadar air dibawah kadar air optimum
- 3 benda uji dengan kadar air diatas kadar air optimum.
2.8.4

Data
Tabel 2.8.1 Pemadatan Tanah

2.8.5

Perhitungan

Rumus-rumus yang digunakan :


1.

Berat isi tanah basah :


W 2W 1
wet =
V

2.

Berat isi tanah kering :


wet
dry = 1+ w

dengan :
wet

berat isi basah

dry
w
W
W1

=
=
=
=

berat isi kering


Gs
berat isi air
V
kadar air benda uji
berat cetakan dengan/tanpa alas

=
=

berat jenis tanah


volume cetakan

Contoh Perhitungan
Pada benda uji 1 :
W1
= 41,83 gram
W2
= 37,58 gram

Ww
WS

= W1 - W2= 4,25 gram


= W2 - W3= 27,7 gram

W3

= Ww/Ws x 100%

= 9,88

gram

=15,34

Berat isi tanah basah


Wavg

= 15,38 %

WA

= 4841 gram

WB

= 3585 gram

Wt

= WA WB
= 1256 gram

wet

W 2W 1
=
V
1256
= 947,47
= 1,325

Berat isi tanah kering :


dry

wet
= 1+ w

1,325
1+(15,38/100)

=1,148
3.

Menggambarkan grafik hubungan antara berat isi kering tanah (dry) dan
kadar air (w) kemudian mendapatkan nilai berat isi kering tanah

maksimum (MDD, dry maks) dan kadar air optimum (OMC, wopt) dari
grafik tersebut
Grafik 2.8.1 Pemadatan Tanah

2.8.6

Hasil Pengujian

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pemadatan adalah proses merapatkan


butiran tanah secara mekanisyang menyebabkan keluarnya udara dari ruang
pori sehingga meningkatkan kepadatan tanah, pada contoh tanah yang kami
ambil dari Desa Sejati, kec. Jatirejo, kab. Mojokerto memiliki nilai kadar air
optimum sebesar 30,8 % dan memiliki kepadatan kering maksimum sebesar
1,365 gr/cm3

2.9.
2.9.1

CALIFORNIA BEARING RATIO (CBR)


Tata Cara
Pertama, Meletakkan keping beban seberat 4,0kg atau sesuai
dengan perkiraan beban perkerasan diatas benda uji. Kedua, Untuk benda
uji yang direndam (soaked) beban harus sama dengan beban yang dipakai
pada saat perendaman. Mengatur piston/torak penetrasi agar menyentuh
permukaan benda uji. Ketiga, Memberi beban awal sebesar 4,0 kg untuk
menjamin

bahwa

permukaan

piston/torak

benar-benar

menyentuh

permukaan benda uji. Kemudian mengatur arloji beban dan penetrasi pada
posisi nol. Keempat, Memberi beban dengan menggunakan engkol
teratur

sehingga

kecepatan

penetrasi

mendekati

1,27mm

(0,05

inch)/menit. Mencatatan bacaan dial beban pada penetrasi sebesar: 0,5mm;


1,0mm; 1,5mm;2,0mm; 2,5mm; 3,0mm; 3,5mm; 4,0mm; 4,5mm; 5,0mm;
7,5 mm; 10,0mm; 12,5mm. Kelima, Mencatat

pembacaan,bila

beban

maksimum (kapasitas cincin beban) telah tercapai sebelum penetrasi


12,5mm. Keenam,

Melepaskan benda uji dari mesin beban, kemudian

memasang piringan pemisahpada permukaan benda uji dan menutup


dengan alas cetakannya. Ketujuh, Membalikkan benda uji, kemudian
lakukan pengujian langkah (1) sampai dengan (5) untuk sisi yang lainnya.
Kedelapan,

Setelah

selesai

melakukan

pengujian

dilanjutkan

mengeluarkan benda uji dari cetakan dan mengambil sampel tanah pada 3
(tiga) tempat yang mewakili untuk dicari kadar airnya

2.9.2

Peralatan
a. Mesin beban (load frame) yang dilengkapi dengan cincin beban (load
ring) dan arloji pengukur deformasi (dial gauge)
b. Cetakan dengan diameter 15,2cm dan tinggi 12,6cm termasuk leher
c.
d.
e.
f.
g.
h.

2.9.3

penyambung dan keping alas serta piringan pemisah


Alat penumbuk seberat 4,54kg dengan tinggi jatuh 45,7cm
Piston/torak penetrasi dengan diameter 4,49cm
Keping beban seberat 4,0 kg
Timbangan dengan ketelitian 1gram
Alat perata (straight edge), talam dan lain-lain
Peralatan untuk penentuan kadar air.

Benda Uji
a. Mengambil sampel tanah seberat 5kg kering udara kemudian
tambahkan air sehingga mendekati kadar air optimum (w opt, OMC)
atau kadar air yang dikehendaki
b. Merangkai cetakan, keping alas, leher penyambung dan memasukkan
piringan pemisah sertamemberi kertas saring diatasnya

c. Memadatkan tanah benda benda uji tersebut dengan cara yang


disesuaikan dengan cara yang digunankan pada pengujian pemadatan
tanah. Bila benda uji akan direndam, carilah dulu kadar airnya
sebelum dipadatkan, bila tidak direndam, kadar airnya dapat dicari
setelah benda uji tersebut dikeluarkan dari cetakannya
d. Membuka leher penyambung, meratakan permukaan dengan alat
perata, jika terdapat lubang-lubang dapat menambalnya dengan bahan
yang halus lalumenimbangnya
e. Melepaskan alas cetakan dan mengeluarkan piringan pemisah,
memasang alas cetakan pada sisi lainnya, kemudian membalik benda
uji yang masih terdapat dalam cetakan, memberi kertas saring lalu
memasang keping beban
f. Untuk CBR yang tanpa rendaman (unsoaked), benda uji telah siap
untuk ditekan pada mesin beban.
Bila yang dilakukan adalah CBR rendaman (soaked), ikuti
langkah-langkah berikut ini:
f.1 Mengganti alas cetakan yang dipakai pada langkah (5) diatas
dengan alas cetakan yang berlubang, jangan lupa untuk
memasang kertas saring
f.2 Memasang alas pengembangan lubang diatas permukaan benda
uji, serta memberi keping beban seberat 4,00kg atau sesuai
keadaan beban perkerasan
f.3 Memasang tripod serta arloji untuk mengukur pengembangan dan
atur pembacaannya pada posisi nol
f.4 Merendam benda uji dengan permukaan air berada 2,5cm diatas
permukaan benda uji. Lama perendaman benda uji disesuaikan
dengan jenis tanah, untuk tanah yang berbutir lebih halus
diperlukan waktuyang lebih lama. Sebagai pedoman perendaman
dapat dihenti-kan apabila pembacaan pengembangan sudah relatif
sangat kecil
f.5 Mencatat tgl/bln/thn dan waktu memulai

dan selesainya

perendam-an serta membaca besarnya pengembangan


f.6 Melepaskan tripod beserta arloji pengembangan, mengeluarkan
benda uji kemudian mentiriskan dengan cara memiringkan benda
uji selama 15menit

f.7 Membersihkan

cetakan

dari

air

yang

tersisa,

kemudian

menimbangnya, lalu benda uji telah siap untuk ditekan pada


mesin beban.

2.9.4

Data
Tabel 2.9.1 CBR Laboratorium Tanpa Perendaman

Tabel 2.9.2 CBR Laboratorium dengan Perendaman

2.9.5

Perhitungan

a. Untuk benda uji yang direndam (soaked), menghitung besarnya nilai


pengembangan (swelling). Swellingadalah perbandingan antara perubahan
tinggi selama perendaman terhadap tinggi benda uji semula yang dinyatakan
dalam prosen (%).
b. Mengkonversi bacaan beban dari bacaan divisi kedalam satuan gaya dan
menggambarkan grafik hubungan beban terhadap penetrasi (lihat Gambar
8.1). Melakukan koreksi pembacaan nol terhadap kurva yang berbentuk
cekung pada pembacaan-pembacaan awal akibat ketidak aturan permukaan
dan atau sebab-sebab lain
c. Dengan menggunakan grafik yang telah dikoreksi dapat ditentukan besar nilai
CBR Laboratorium untuk penetrasi tertentu. Nilai CBR Laboratorium benda
uji adalah nilai CBR untuk penetrasi 2,50mm, bila nilai CBR pada penetrasi
5,00 mm lebih besar dari nilai CBR pada penetrai 2,50mm,maka pengujian
harus diulangi. Apabila pada pengujian ulangan, nilai CBR pada penetrasi
5,00mm lebih besar dari nilai CBR pada penetrasi 2,50mm maka yang
diambil sebagai nilai CBR Laboratorium adalah nilai CBR pada penetrasi
5,00mm.
d. Bila beban maksimum terjadi sebelum 5,00 mm maka nilai CBR didapat dari
perbandingan beban maksimum tersebut terhadap beban standar yang sesuai.

2.9.6

Hasil Pengujian
Jadi, dapat disimpulkan bahwa CBR (California Bearing Ratio)
merupakan perbandingan antara beban penetrasi dari bahan tertentu,
terhadap beban standar, untuk kedalaman dan kecepatan penetrasi tertentu,

pada contoh tanah yang kami ambil dari Desa Sejati, kec. Jatirejo, kab.
Mojokerto memiliki nilai CBR2,5mm sebesar 4,89, dan CBR5,0mm sebesar 5,75
pada keadaaan tanpa perendaman. CBR2,5mm sebesar 5,73 , dan CBR5,0mm
sebesar 5,20 pada keadaan rendaman.

2.10.

PENESTRASI KERUCUT DINAMIS

2.10.1 Tata Cara


Pertama, Menggali permukaan tanah pada lokasi pengujian, sampai
pada kedalaman dimana pengukuran awal nilai CBR akan dievaluasi.

Kedua, Menyingkirkan semua bahan perkerasan yang adajika pengujian


dilakukan pada badan jalan dengan perkerasan. Ketiga, Meletakkan alat
DCP secara vertikal, memberikan tumbukan awal secukupnya (seating
blows) untuk menanamkan ujung kerucut sampai garis tengahnya yang
terbesar terletak pada permukaan tanah yang akan diuji. Keempat,
Selanjutnya memasang alat ukur (penggaris/meteran) dalam posisi vertikal,
bersebelahan dengan batang penetrasi dipermukaan tanahnya dengan
menggunakan batas landasan pemukul sebagai datum pengukuran. Kelima,
Melakukan penumbukan dengan palu yang dijatuhkan bebas, mengukur dan
mencatat kedalaman penetrasi untuk setiap tumbukan. Pekerjaan ini harus
dilakukan minimal oleh 2 (dua) orang. Keenam, Memberikan serangkaian
tumbukan (5 atau 10 kali), apabila jenis tanah yang diuji sangat keras
(penetrasi kurang dari kira-kira 0,2cm/tumbukan), lalu

mengukur

kedalaman penetrasi yang terjadi. Ketujuh,.

pengujian

Menghentikan

apabila telah tercapai keadaan berikut ini:


- Tidak terdapat penurunan yang berarti untuk 10 tumbukan terakhir
berturut-turut
- Kedalaman penetrasi telah mencapai kedalaman/ketebalan lapisan
yang hendak dievaluai
- Batang penetrometer telah masuk seluruhnya kedalam tanah.
Kedelapan, Mengeluarkan alat dari dalam tanah dengan jalan memukulkan
palu dengan arah keatas pada baut pembatas tinggi jatuh (stop nut).
Kesembilan, Akibat dari langkah (8) yang dilakukan secara berulang-ulang,
dapat menyebabkan pemanjangan yang nyata dari batang peluncur,
sehingga diperlukan pengecekan setiap kali akan melakukan pengujian,
dengan mengatur baut pembatas tinggi jatuh pada posisi yang tepat.
2.10.2 Peralatan
Peralatan utama terdiri atas:
a. Penumbuk seberat 9,07kg (20lb) yang dapat dijatuhkan bebas setinggi
50,8cm (20 inch) melalui sebuah batang peluncur bergaris tengah
16mm (5/8 inch), dilengkapi dengan landasan pemukul (anvil)
b. Batang penetrasi terdiri dari besi/baja bulat bergaris tengah 16mm (5/8
inch) sepanjang 90cm, dilengkapi kerucut pada ujungnya

c. Kerucut (konus) terbuat dari baja keras dengan sudut puncak 30, serta
diameter terbesarnya adalah 2cm (luas = 1,61cm).
d. Alat ukur (penggaris/rol meter), panjang 100cm dengan skala 0,50cm
e. Peralatan pengukuran kadar air, jika diperlukan.
2.10.3 Data
Tabel 2.10.1 Penestrasi Kerucut Dinamis

2.10.4 Perhitungan
Rumus-rumus yang digunakan :

Nilai CBR untuk tiap lapisan dengan rumus :

Log CBR =1,352 1,125 log (D) (sudut puncak kerucut 30)
Log CBR =1,635 1,290 log (D) (sudut puncak kerucut 60)

Hitung nilai CBRrata-rata untuk keseluruhan tebal lapisan dengan


rumus :

dengan :

Catatan:

kedalaman penetrasi untuk 1 (satu) tumbukan

h1

ketebalan lapisan tanah ke-1 = D1

hn

ketebalan lapisan tanah ke-n = Dn

Rumus (diatas) dapat disesuaikan/dirubah, sesuai dengan informasi


dari hasil-hasil penelitian selanjutnya/terbaru.
Tabel 2.10.2 Tabel hasil pengujian penetrasi kerucut (DCP)

Contoh perhitungan
1. Selisih Penurunan
D
= h1 h2
D = 97cm 92cm
= 5cm
2. D
= D x n
D
= 4cm x 2
= 2cm
3. Nilai CBR
Sudutpuncak
kerucut

60
0
Log CBR
CBR
CBR
CBR

= 1,635 1,29 x Log D


= 10 (1,635 1,29 x Log D)
= 10 (1,635 1,29 x Log 2)
= 10,31 kN

4. Nilai D CBR033
D CBR033
=D x CBR1/3
033
D CBR
= 4 x 10,311/3
033
D CBR
= 13,75 kN
5. Nilai CBRavg

h1 CBR 1+ CBR2+ . CBRn ..


3

CBRavg

=[

CBRavg

= 1,95 kN

h 1+ h2+ hn

]3

2.10.5 Hasil Pengujian


Jadi, dapat disimpulkan bahwa Penetrasi Kerucut Dinamis (DCP)
merupakan salah satu jenis pengujian yang dilakukan dilapangan, yang
secara tidak langsung dapat menentukan nilai CBR lapangan, pada contoh
tanah yang kami ambil dari Desa Sejati, kec. Jatirejo, kab. Mojokerto
memiliki nilai CBR lapangan sebesar 1,95 kN

2.11. KERUCUT PASIR


2.11.1 Tata Cara
Pertama, Membersihkan lokasi pengujian selebar pelat dasar.
Kedua, Meratakan permukan tanah kemudianmeletakkan pelat dasar
diatasnya. Ketiga, Membuat lubang dengan diameter sebesar lubang pada
pelat dasar dengan kedalaman kurang lebih sama dengan diameter lubang.
Keempat, Mengumpulkan tanah hasil galian danmemasukkan kedalam
kantungplastik kemudian menimbangnya (W7) serta menggunakan sebagian
tanah tersebut untuk mencari

kadar airnya dilaboratorium. Kelima,

Menyiapkan silinder yang telah berisi pasir uji sebanyak 2/3 tingginya,
kemudian menimbangnya (W8). Keenam, Meletakkan
diatas lubang, kemudian membuka keran. Ketujuh,

silinder (5) tepat

Setelah lubang galian

di tanah dan kerucut penuh dengan pasir uji, menutup keran kemudian
mengangkat dan menimbangnya (W9). Kedelapan,Mengembalikan pasir uji
yang terisi dalam lubang ketempat semula.

2.11.2 Peralatan
a. Peralatan utama terdiri dari:
b. Tabung kalibrasi pasir uji
c. Silinder tempat pasir uji
d. Kerucut yang dilengkapi dengan keran
e. Pelat dasar yang berlubang
f. Sekop kecil, linggis, palu, perata, dll.
g. Timbangan dengan ketelitian 1,0gram (dibawa kelapangan)
h. Pasir uji (Ottawa sand)
i. Kantung plastik, cawan untuk penentuan kadar air

2.11.3 Data
Tabel 2.11.1 Sand Cone

Tabel 2.11.2 Penentuan Kadar Air

Tabel 2.11.3 Kalibrasi Pasir Uji dan Alat

2.11.4 Perhitungan
2.11.4.1 Data Dari Laboratorium Pada Proses Kalibrasi :
1. Berat isi pasir uji
sand = (W2W1)/((W3W1)
sand = (3090 gram2009 gram)/((3176 gram 2009 gram)
sand = 1,44 gram/cm3
2. Berat pasir dalam kerucut
(W6) = (W4W5)
(W6) = (5783 gram5415 gram)
(W6) = 368 gram

2.11.4.2 Data Dari Lapangan:


1 Berat tanah hasil galian
(W7) = 1228 gram
2. Berat botol/silinder + pasir uji sebelum pengujian
(W8) = 5783 gram
3. Berat botol/silinder + pasir uji setelah pengujian
(W9) = 4376 gram
4. Kadar air tanah hasil galian melalui pengujian di laboratorium
(w)

= 18,66 %

2.11.4.3 Pengolahan Data :


1. Berat pasir dalam lubang dan kerucut
(W10) = (W8W9)
(W10) = (5783 gram 4376 gram)
(W10) = 1407 gram

2. Berat pasir dalam lubang


(W11) = (W10W6)
(W11) = (1407 gram 368 gram)
(W11) = 954 gram
3. Volume lubang
Vh = (W11)/sand
Vh = 662,3 cm3
4. Berat isi tanah basah
wet = W7/Vh
wet = 1,83 gram/cm3
5. Berat isi tanah kering
dry = wet /(1+w)
dry = 1,56 grm/cm3
6. Derajat kepadatan di lapangan
D = dry lab. / dry lap. X 100%
D = 1,43/1,56 x 100%
= 91,515 %

2.11.5 Hasil Pengujian

Jadi, dapat disimpulkan bahwa kerucut pasir merupakan salah satu


jebis pengujian yang dilakukan dilapangan, untuk menentukan berat isi
kering (kepadatan) tanah asli maupun hasil asli suatu pekerjaan
pemadatan, pada contoh tanah yang kami ambil dari Desa Sejati, kec.
Jatirejo, kab. Mojokerto memiliki berat isi kering lapangan sebesar 1,56
gram/cm3 sehingga nilai derajat kepadatannya sebesar 91,515 %.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Nama Percobaan
Kadar air
Berat isi
Berat Jenis
Batas cair dan batas plastis
Analisis ayak
Analisis hidrometer
Pemadatan
DPC
Sandcone
CBR

Hasil
H 0,5m : 34,02%
H 1m : 33,70%
H 0,5m : 2,28%
H 1m : 3,04%
2,45%
LL : 43,67%
PL : 40,00%
PI : 3,67%
Angka kehalusan : 3,38%
Lolos ayakan no 200 : 68,38%
MDD : 1,365%
OMC : 30,8%
CBRavrg : 1,95%
Derajat kepadatan di lapangan : 1,282%
CBR2,5mm = 4,89, dan CBR5,0mm = 5,75
(unsoaked)
CBR2,5mm = 5,73 , dan CBR5,0mm = 5,20 (soaked)

Jadi, Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa Tanah yang kami ambil
dari Desa Sejati, kec. Jatirejo, kab. Mojokerto bersimbol ML atau OL dalam
sistem klasifikasi USCS, dan memiliki symbol A-5 pada sistem klasifikasi
AASHTO. Dan memiliki nilai CBR lapangan sebesar 1,95 kN

3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang didapat, maka aran untuk percobaan
selanjutnya antara lain :
a. Sebaiknya lokasi sampling tiap kelompok dibedakan, agar lebih
mengetahui jenis dan kharasteristik tanah tiap daerah berbeda.
b.
c.
d.

3.3 Lampiran
3.3.1 Dokumentasi

Gambar 1. Penghalusan tanah

Gambar 2. Pengayakan tanah

Gambar 3. Menimbang sampel tanah

Gambar 4. Tanah kering

Gambar 5. Pengujian berat jenis tanah

Gambar 6. Pengujian berat jenis tanah, memasukkan


Tanah ke piknometer

Gambar 7.Sampel pengujian tanah untuk uji berat jenis

Gambar 8. Tanah yang sudah terendam air untuk uji berat jenis

Gambar 9. Pemanasan benda uji berat jenis

Gambar 10. Hasil pemanasan

Gambar 11. Proses pemanasan

Gambar 12. Pengemixan tanah untuk uji hidrometer

Gambar 13. Penamnangan air untuk mix tanah uji hidrometer

Gambar 14. Proses pemixeran

Gambar 15. Penambahan air

Gambar 16. Pengisian tabung dengan air murni

Gambar 17. Penuangan hasil mixer ke tabung uji hidrometer

Gambar 18. Penentuan nilai koreksi hidrometer

Gambar 19. Pengocokan benda uji

Gambar 20.Perngecekan nilai terbaca

Gambar 21. Proses survey tanah


Gambar 22. Proses pengukuran kedalaman 1

Gambar 23. Proses pengukuran 2

Gambar 24. Proses penggalian tanah

Gambar 25. Proses penumbukkan lapis 1

Gambar 26. Setelah penumbukkan lapis 2

Gambar 27. Pengukuran serta pesiapan menumbuk lapis 3

Gambar 28. Memasukkan tanah untuk penumbukkan lapis 3

Gambar 29. Proses penumbukkan lapis 3

Gambar 30. Meratakan setelah ditumbuk

Gambar 31. Penimbangan tanah hasil penumbukan

Gambar 32. Hasil penumbukan dari mould

Gambar 33. Pengambilan sampel tanah untuk uji kadar air penumbukan

Anda mungkin juga menyukai