Anda di halaman 1dari 4

ASPEK NONTEKNIS DAN INDIKATOR EFISIENSI SISTEM PERTANAMAN

TUMPANG SARI SAYURAN DATARAN TINGGI


Dalam rangka meningkatkan produksi tanaman per satuan luas per satuan waktu telah
banyak upaya yang dilakukan masyarakat baik melalui intensifikasi, ektensifikasi maupun
diversifikasi dengan tujuan utama adalah untuk mencukupi kebutuhan pangan masyarakat
yang semakin bertambah besar dan beragam sejalan dengan laju pertambahan jumlah
penduduk yang cepat. Kesenjangan yang terjadi antara pertambahan produksi yang rendah
dan pertumbuhan penduduk yang relatif cepat mendorong upaya peningkatan produksi
tanaman melalui pengelolaan tanaman yang tepat pada sebidang lahan melalui penerapan
Multiple Cropping dengan input teknologi dan penggunaan sarana produksi yang memadai
dengan hasil tanaman yang tinggi dan berkelanjutan. Multiple Cropping merupakan salah
satu upaya nyata dilakukan manusia untuk memanfaatkan lahan secara efektif dan efisien
dengan menggunakan berbagai jenis tanaman pada musim tertentu.

Praktek penanaman

tanaman secara Multiple Cropping telah lama dilakukan oleh masyarakat, namun sampai saat
ini belum dilakukan secara benar, sehingga masih perlu pengembangan.
Strategi ini sejalan dengan sistem pertanaman tumpangsari (termasuk tumpang gilir),
terutama berkaitan dengan multi fungsi dari sistem pertanaman tersebut, misalnya: (a)
memberikan penutup tanah sepanjang tahun, atau paling tidak dalam periode waktu yang
lebih panjang dibandingkan dengan sistem monokultur, sehingga dapat mengurangi tingkat
erosi tanah, (b) memberikan perlindungan tanaman profilastis melalui diversifikasi spesies
dan varietas, (c) meningkatkan luaran per unit area, khususnya dengan tingkat penggunaan
masukan eksternal rendah karena kombinasi spesies dapat memanfaatkan hara dan air dalam
tanah secara lebih baik, (d) mendistribusikan pangan rumah tangga tani, dan produk
pasar, sepanjang tahun secara lebih merata, serta memperkecil tingkat risiko karena
kegagalan satu jenis tanaman akan dikompensasi oleh keberhasilan panen tanaman lainnya,
dan (e) memperbaiki iklim mikro, keseimbangan air dan pendaurulangan hara internal
Pengelolaan tanaman dalam pola tumpang sari ini telah lama dipraktekkan petani di
daerah tropis sejak ribuan tahun silam dengan input produksi yang sederhana dalam berbagai
bentuk atau pola dengan jenis tanaman, produksi dan tingkat teknologi yang sangat beragam.
Semula ditujukan hanya untuk mencukupi kebutuhan keluarga, namun akhir-akhir ini
penerapan tumpang sari tidak hanya ditujukan untuk keperluan rumah tangga saja dalam
waktu terbatas, tapi pada petani di negara maju telah dikembangkan dengan mengaplikasikan

berbagai jenis tanaman yang mampu beradaptasi pada kondisi lingkungan yang bervariasi
untuk mencukupi kebutuhan pasar dengan teknologi ramah lingkungan.
Disadari penuh bahwa peningkatan produksi dapat diupayakan melalui usaha
intensifikasi dan ekstensifikasi guna memenuhi kebutuhan pangan, bahan baku industri dan
kebutuhan lainnya. Kedua usaha dimaksud telah lama digalakkan, namun peningkatan
produksi belum dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat akibat pertambahan
penduduk yang tidak seimbang dengan kenaikan produksi pertanian. Di lain pihak luas lahan
garapan juga semakin terbatas, sehingga lahirlah petani kecil yang berlahan sempit dengan
lokasi garapan yang terpencar mengakibatkan aplikasi teknologi terbatas. Petani dengan
tanah garapan yang terbatas mengusahakannya secara efisien mungkin untuk mencukupi
keperluan hidup keluarganya sehari-hari. Dengan demikian usaha mempertinggi produksi
pertanian persatuan luas sambil menjaga kesuburan tanah dan kelestarian air, tentu akan
menjadi sangat penting dan besar artinya bagi kesejahteraan petani. Telah diketahui bahwa
peningkatan produktivitas satuan luas lahan dapat dilakukan dengan perbaikan kinetika
tanaman, peningkatan pemakaian pupuk, teknik pengendalian hama penyakit yang baik,
pengelolaan dan pengolahan tanah yang baik serta pengelolaan dan pemanfaatan air irigasi.
Dalam usaha meningkatkan produksi pertanian per satuan luas persatuan waktu maka
daya guna tanah, air, sinar matahari dan waktu perlu ditingkatkan. Melalui upaya ini kita
dapat memperpendek saat kosong (bera) sebidang lahan. Dengan kata lain mengusahakan
sejauh mungkin adanya pertanaman pada sebidang lahan sepanjang tahun. Upaya seperti
tersebut sebenarnya telah dilakukan oleh petani yang memiliki tanah garapan sempit
meskipun belum diusahakan secara intensif.
Pembangunan pertanian dalam arti luas perlu terus dikembangkan dengan tujuan
meningkatkan produksi dan memperluas penganekaragaman hasil pertanian guna memenuhi
kebutuhan pangan dan industri dalam negeri serta memperbesar ekspor, meningkatkan
pendapatan dan taraf hidup petani, mendorong perluasan dan pemerataan kesempatan
berusaha dan lapangan kerja serta mendukung pembangunan daerah.
Dalam setiap pembicaraan tentang pembangunan pertanian, sumberdaya alam dan
lingkungan tidak boleh diabaikan. Hal ini penting mengingat aktivitas pertanian adalah
aktivitas yang memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan seperti air, tanah dan
organisme yang telah diketahui manfaatnya, yang pada dasarnya memanfaatkan proses
biologi dengan ragam teknologi yang dikuasai masyarakat.
Sejak ratusan tahun silam, pertanian merupakan suatu kegiatan ekonomi yang sangat
esensial bagi kehidupan dan kesejahteraan umat manusia. Sektor ini juga merupakan sektor

ekonomi yang mempengaruhi dan sangat tergantung pada faktor lingkungan (FAO, 1991). Di
wilayah Asia dan Pasifik mempunyai kurang lebih 23% dari total luas areal dunia dan sekitar
30% dari areal dunia yang dapat dikelola, tetapi 56% dari total penduduk dunia yang bermata
pencaharian pertanian (FAO, 1991).
Penduduk dunia terus bertambah sehingga pertanian terus dipacu untuk memenuhi
kebutuhan

esensial

umat

manusia

serta

unutk

meningkatkan

pendapatan

dan

kesejahteraannya. Netherlands Conference on Agriculture and the Environment (FAO, 1991)


disebutkan bahwa lebih dari 500 juta umat manusia adalah kesulitan dalam pendapatan dan
kekurangan akan bahan makanan. Oleh karena itu, tantangan para pakar agronomi dunia
termasuk Indonesia yang utama bukanlah industrialisasi pertanian tetapi untuk jaminan
kecukupan pangan bagi umat manusia. Dengan demikian tugas kita khususnya yang punya
disiplin ilmu dan punya kepedulian di bidang pertanian adalah memberikan pangan dan
kesejahteraan bagi seluruh dunia termasuk Asia Pasifik dan Indonesia. Tingginya permintaan
sebagai hasil pertumbuhan penduduk dan urbanisasi serta kurangnya alternatif pekerjaan di
lingkungan sekitarnya sehingga mendorong bidang pertanian untuk meningkatkan produksi
dan disinyalir telah menimbulkan degradasi sumberdaya alam dan lingkungan. Seperti halnya
pertanian di negara sedang berkembang yang mempunyai ciri-ciri antara lain lahan umumnya
sempit dan mulai diperhadapkan dengan degradasi sumberdaya alam. Kerusakan lingkungan
dan sumberdaya alam seperti penebangan hutan, kerusakan lahan, penyalagunaan
penggunaan pestisida dan bahan kimia serta berkurangnya keragaman genetik. Penggunaan
pestisida yag cukup berat seperti insektisida, herbisida dan fungisida adalah menyebabkan
meningkatnya resistensi terhadap hama penyakit dan mengurangi musuh-musuh alami.
Pengurangan areal hutan dan bertambahnya areal ang dapat dikelola yang diakibatkan oleh
peningkatan kebutuhan areal pertanian khususnya di tingkat petani miskin dan berlahan
sempit. Kerusakan hutan menyebabkan meningkatnya penggunaan pestisida, kadar garam
dan kehilangan plasma nutfah (sumber keragaman genetik). Petani kadang mempunyai
masalah dalam mengelola lahannya, panen dengan produksi rendah yang membuat mereka
hidup di bawah garis kemiskinan dan kurangnya ksempatan untuk memperbaiki kualitas
hidupnya. Sehingga pada saat ini maupun pada masa datang diupayakan peningkatan
produksi dengan berbagai terobosan rekayasa teknologi namun dengan pemakaian akan
bahan kimia seminimal mungkin, konservasi dan efisiensi penggunaan lahan pertanian dalam
mempertahankan keragaman biologis (biodiversity).
Teknologi budidaya yang ditawarkan kepada petani haruslah memenuhi minimal tiga
syarat yaitu ekonomi, sosial budaya dan ekologi. Dengan demikian menyongsong masa

depan dengan konsep pertanian atau penyediaan bahan makanan yang berkelanjutan perlu
ditekankan teknologi yang dapat menghasilkan komoditi pertanian yang menguntungkan dan
tidak berbahaya bagi lingkungan. Demikian pula dengan teknologi dimaksud akan
ditransformasi di lingkungan masyarakat tani haruslah meningkatkan nilai tambah dan
kesejahteraan masyarakat dan pada tahap selanjutnya pembangunan pertanian haruslah
menekankan guna terpenuhi kebutuhan sendiri, kwalitas produksi dan ekspor serta tingginya
nilai tambah yang diperoleh dari komoditi pertanian dan aman bagi lingkungan.
Untuk produksi tanaman yang berkelanjutan antara lain dapat dicapai dengan
memperkenalkan dan menerapkan tanaman campuran, rotasi tanaman dan segala untuk
perwujudan multiple cropping pada berbagai agroekosistem ketimbang pertanian dengan
sistem pertanian monokultur. Dengan konsep pendekatan sistem Multiple cropping di
samping terwujudnya upaya peningkatan produktivitas lahan dan pendapatan, maka juga
diharapkan akan merupakan upaya tetap menjaga kelestarian sumberdaya alam dan
lingkungan. Di samping itu penggunaan legum dalam konsep dimaksud akan meningkatkan
kesuburan tanah yang pada gilirannya akan tetap menyediakan kebutuhan unsur hara tanaman
sehingga mengurangi ketergantungan pada pupuk kimiawi.

Anda mungkin juga menyukai