Anda di halaman 1dari 29

7

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif,
keberhasilan rencana perawat manager klinis, yang mempunyai teori atau
sistematik dari prinsip dan metode yang berkaitan pada institusi yang besar
dan organisasi keperawatan didalamnya, termasuk setiap unit. Teori ini
meliputi pengetahuan tentang misi dan tujuan devisi keperawatan dari
pernyataan pengertian yang jelas dan realistis untuk pelayanan keperawatan
(swanburg, 2000).
Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus
dilaksanakan

oleh

pengelola

keperawatan

untuk

merencanakan,

mengorganisasi, mengarahkan serta mengawasi sumber sumber yang ada


baik sumber daya manusia, alat maupun dana, sehingga dapat memberikan
pelayanan keperawatan yang efektif, baik kepada pasien, keluarga dan
masyarakat. (Suyanto, 2008: 5)
Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan
integrasi sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen
untuk mencapai tujuan dan obyektifitas asuhan keperawatan dan pelayanan
keperawatan (Huber, 2000).
Manajemen keperawatan adalah proses kerja setiap perawat untuk
memberikan pengobatan dan kenyamanan terhadap pasien. Tugas manager
keperawatan adalah merencanakan, mengatur, mengarahkan dan mengawasi
keuangan yang ada, peralatan dan sumber daya manusia untuk memberikan
pengobatan yang efektif dan ekonomis kepada pasien (Gillies, 2000).

B. Definisi Fungsi Fungsi Manajemen Keperawatan


Manajemen memerlukan peran orang yang terlibat di dalamnya untuk
menyikapi posisi masing-masing sehingga diperlukan fungsi-fungsi yang
jelas mengenai manajemen (Suarli dan Bahtiar, 2009). Oleh karena itu,
diperlukan adanya fungsi-fungsi yang jelas mengenai managemen pada
fungsi manajemen keperawatan terdapat beberapa bagian utama yaitu
Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan, Pengawasan, Evaluasi.
1. Fungsi Perencanaan
Perencanaan merupakan fungsi dasar dari manajemen. Perencanaan
adalah koordinasi dan integrasi sumber daya keperawatan dengan
menerapkan proses manajemen untuk mencapai asuhan keperawatan dan
tujuan layanan keperawatan (Huber, 2000). Perencanaan adalah usaha
sadar dan pengambilan keputusan yang diperhitungkan secara matang
tentang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa yang akan datang oleh suatu
organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1992).
Suarli dan Bahtiar (2009) menyatakan bahwa perencanaan adalah suatu
keputusan dimasa yang akan datang tentang apa, siapa, kapan, dimana,
berapa, dan bagaimana yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan
tertentu yang dapat ditinjau dari proses, fungsi dan keputusan.
Perencanaan memberikan informasi untuk mengkoordinasikan pekerjaan
secara akurat dan efektif (Swanburg, 2000).
Perencanaan yang adekuat dan efektif akan mendorong pengelolaan
sumber yang ada dimana kepala ruangan harus mengidentifikasi tujuan
jangka panjang dan tujuan jangka pendek serta melakukan perubahan
(Marquis dan Huston, 2010). Suarli dan bahtiar (2009) menyatakan bahwa
perencanaan sangat penting karena mengurangi ketidakpastian dimasa
yang akan datang, memusatkan perhatian pada setiap unit yang terlibat,
membuat kegiatan yang lebih ekonomis, memungkinkan dilakukannya
pengawasan.

Fungsi perencanaan pelayanan dan asuhan keperawatan dilaksanakan


oleh kepala ruang. Swanburg (2000) menyatakan bahwa dalam
keperawatan, perencanaan membantu untuk menjamin bahwa klien akan
menerima pelayanan keperawatan yang mereka inginkan. Perencanaan
kegiatan keperawatan di ruang rawat inap akan memberi petunjuk dan
mempermudah pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan
pelayanan dan asuhan keperawatan kepada klien. Perencanaan di ruang
rawat inap melibatkan seluruh personil mulai dari perawat pelaksana,
ketua tim dan kepala ruang. Tanpa perencanaan yang adekuat, proses
manajemen pelayanan kesehatan akan gagal (Marquis dan Huston, 2010).
2. Fungsi Pengorganisasian
Pengorganisasian dilakukan setelah perencanaan. Pengorganisasian
adalah langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan mengatur berbagai
macam kegiatan, menetapkan tugas pokok dan wewenang serta
pendelegasian wewenang oleh pimpinan kepada staf dalam rangka
mencapai tujuan (Muninjaya, 2004). Huber (2000) menyatakan bahwa
pengorganisasian adalah memobilisasi sumber daya manusia dan material
dari lembaga untuk mencapai tujuan organisasi, dapat juga untuk
mengidentifikasi antara hubungan yang satu dengan yang lain.
Pengorganisasian dapat dilihat secara statis dan dinamis. Secara statis
merupakan wadah kegiatan sekelompok orang untuk mencapai tujuan,
sedangkan secara dinamis merupakan suatu aktivitas dari tata hubungan
kerja yang teratur dan sistematis untuk mencapai tujuan tertentu (Suarli
dan Bahtiar, 2009).
Manfaat pengorganisasian untuk penjabaran secara terinci semua
pekerjaan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan, pembagian beban
kerja sesuai dengan kemampuan perorangan/kelompok, dan mengatur
mekanisme kerja antar masing-masing anggota kelompok untuk hubungan
dan koordinasi (Huber, 2000). Marquis dan Huston (2010) menyatakan

1
0

bahwa pada pengorganisasian hubungan ditetapkan, prosedur diuraikan,


perlengkapan disiapkan, dan tugas diberikan.
3. Fungsi Ketenagaan
Pengaturan staf dan penjadwalan adalah komponen utama dalam
manajemen keperawatan. Swanburg (2000) menyatakan bahwa pengaturan
staf keperawatan merupakan proses yang teratur, sistematis, rasional
diterapkan untuk menentukan jumlah dan jenis personel keperawatan yang
dibutuhkan untuk memberikan asuhan keperawatan pada standar yang
ditetapkan sebelumnya. Manajer bertanggung jawab dalam mengatur
sistem kepegawaian secara keseluruhan (Gillies, 2000). Ketenagaan adalah
kegiatan manajer keperawatan untuk merekrut, memimpin, memberikan
orientasi, dan meningkatkan perkembangan individu untuk mencapai
tujuan organisasi (Marquis dan Huston, 2010). Ketenagaan juga
memastikan cukup atau tidaknya tenaga keperawatan yang terdiri dari
perawat yang profesional, terampil, dan kompeten. Kebutuhan ketenagaan
dimasa yang akan datang harus dapat diprediksi dan suatu rencana harus
disusun secara proaktif untuk memenuhi kebutuhan.
Manager harus merencanakan ketenagaan yang memadai untuk
memenuhi kebutuhan asupan pasien. Upaya harus dilakukan untuk
menghindari kekurangan dan kelebihan personalia saat ada fluktuasi
jumlah dan akuitas pasien. Kebijakan prosedur ketenagaan dan
penjadwalan harus tertulis dan dikomunikasikan kepada semua staf.
Kebijakan dan penjadwalan tidak boleh melanggar undang-undang
ketenagakerjaan atau kontrak pekerja. Kebijakan ketenagaan harus yang
ada harus diteliti secara berkala untuk menentukan apakah memenuhi
kebutuhan staf dan organisasi. Upaya harus terus dilakukan agar dapat
menggunakan metode ketenagaan dengan inovatif dan kreatif (Marquis
dan Huston, 2010).

1
1

4. Fungsi Pengarahan
Pengarahan adalah fase kerja manajemen, dimana manajer berusaha
memotivasi, membina komunikasi, menangani konflik, kerja sama, dan
negosiasi (Marquis dan Huston, 2010). Pengarahan adalah fungsi
manajemen yang memantau dan menyesuaikan perencanaan, proses, dan
sumber yang efektif dan efisien mencapai tujuan (Huber, 2000).
Pengarahan yang efektif akan meningkatkan dukungan perawat untuk
mencapai tujuan manajemen keperawatan dan tujuan asuhan keperawatan
(Swanburg, 2000). Motivasi sering disertakan dengan kegiatan orang lain
mengarahkan, bersamaan dengan komunikasi dan kepemimpinan (Huber,
2006).
5. Fungsi Pengendalian
Pengendalian adalah fungsi yang terus menerus dari manajemen
keperawatan

yang

terjadi

ketenagaan,

pengarahan

selama

(Swanburg,

perencanaan,
2000).

pengorganisasian,

Pengendalian

adalah

pemantauan dan penyesuaian rencana, proses, dan sumber daya yang


secara efektif mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Huber, 2006).
Selama fase pengendalian, kinerja diukur menggunakan standar yang telah
ditentukan dan tindakan diambil untuk mengoreksi ketidakcocokan antara
standar dan kinerja (Marquis dan Huston, 2010).
Fungsi pengawasan bertujuan agar penggunaan sunber daya lebih
efisien dan staf dapat lebih efektif untuk mencapai tujuan program
(Muninjaya, 2004).
Prinsip pengawasan yang harus diperhatikan manager keperawatan
dalam menjalankan fungsi pengendalian (Muninjaya, 2004) adalah:
1. Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan hasilnya
mudah diukur
2. Pengawasan merupakan kegiatan penting dalam upaya mencapai
tujuan organisasi
3. Standar untuk kerja harus dijelaskan kepada semua staf.
C. Prinsip-Prinsip Manajemen Keperawatan

1
2

Menurut Suyanto (2008) Prinsip yang mendasari manajemen keperawatan


yaitu:
1. Manajemen keperawatan seyogyanya berlandaskan perencanaan, karena
melalui fungsi perencanaan pimpinan dapat menurunkan resiko kesalahan,
memudahkan pemecahan masalah.
2. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang
efektif. Manajer keperawatan yang menghargai waktu akan menyusun
perencanaan yang terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan
sesuai waktu yang telah ditentukan.
3. Manajemen keperawatan melibatkan para pengambilan keputusan.
Berbagai situasi maupun permasalahan yang terjadi saat mengelola
kegiatan keperawatan memerlukan keterlibatan pengambil keputusan
diberbagai tingkatan manajerial.
4. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus
perhatian manajer keperawatan dengan mempertimbangkan apa yang
pasien lihat, fikir, yakini dan ingini. Kepuasan pasien merupakan point
utama dari seluruh tujuan keperawatan.
5. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang
meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian
pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan.
6. Devisi keperawatan yang baik dapat memotivasi perawat untuk
memperlihatkan penampilan kerja yang terbaik.
7. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif.
8. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan
perawat pelaksana menduduki posisi yang lebih tinggi atau untuk
peningkatan pengetahuan dan ketrampilan perawat.
9. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi:
penilaian pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi,
menetapkan standar dan membandingkannya dengan penampilan serta
memperbaiki kekurangan yang terjadi.
Proses manajemen keperawatan menurut Nursalam (2007) yaitu:
1. Pengkajian- pengumpulan data

1
3

Pada tahap ini seseorang manajer dituntut tidak hanya mengumpulkan


informasi tentang keadaan pasien, melainkan juga mengenai institusi
(rumah saki atau puskesmas): tenaga keperawatan, administrasi, dan
bagian keuangan yang akan mempengaruhi fungsi organisasi keperawatn
secara keseluruhan. Manajer perawat yang efektif harus mampu
memanfaatkan proses manajemen dalam mencapai suatu tujuan melalui
usaha orang lain.
2. Perencanaan
Menyusun suatu perencanaan yang strategis dalam mencapai suatu
tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Perencanaan disini dimaksud
untuk menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua
pasien,

menehgakkan

tujuan,

mengalokasikan

anggaran

belanja,

menetapkan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan.


3. Pelaksanaan
Manajemen keperawatan yang memerlukan kerja melalui orang lain,
maka tahap implementasi dalam proses manajemen terdiri atas bagaimana
manajer memimpin orang lain untuk menjalankan tindakan yang telah
direncanakan.
4. Evaluasi
Tahap akhir manajerial adalah mengevaluasi seluruh kegiatan yang
telah dilaksanakan. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai seberapa jauh
staf mampu melaksanakan perannya sesuai dengan organisasi yang telah
ditetapkan serta mengidentifikasi faktor faktor yang menghambat dan
mendukung dalam pelaksanaan.

D. Bentuk Bentuk Pengorganisasian Pelayanan Keperawataan Di Ruang


Perawatan.
Metode penugasan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
klien dapat menggunakan beberapa metode, yaitu:

1
4

1. Metode Tim

Yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh sekelompok


perawat. Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang berijazah dan
berpengalaman serta memiliki pengetahuan dalam bidangnya.
Pembagian tugas di dalam kelompok dilakukan oleh pemimpin
kelompok, selain itu pemimpin kelompok bertanggung jawab dalam
mengarahkan anggota tim sebelum tugas dan menerima laporan
kemajuan pelayanan keperawatan klien serta membantu anggota tim
dalam menyelesaikan tugas apabila mengalami kesulitan. Selanjutnya
pemimpin tim yang melaporkan kepada kepala ruangan tentang
kemajuan pelayanan atau asuhan keperawatan klien.
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan askep terhadap sekelompok pasien.
Ketenagaan dari tim ini terdiri dari :
a.

Ketua tim

b.

Pelakasana perawatan

c.

Pembantu perawatan
Adapun tujuan dari perawatan tim adalah memberikan asuhan

yang lebih baik dengan menggunakan tenaga yang tersedia.


Kelebihan metode tim :
1) Saling memberi pengalaman antar sesama tim.
2) Pasien dilayani secara komprehesif
3) Terciptanya kaderisasi kepemimpinan
4) Tercipta kerja sama yang baik .
5) Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal
6) Memungkinkan menyatukan anggota tim yang berbeda- beda dengan

aman dan efektif.


Kekurangan metode tim:
1) Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan menjadi

tanggung jawabnya.
2) Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim

1
5

ditiadakan atau terburu-buru sehingga dapat mengakibatkan komunikasi


dan koordinasi antar anggota tim terganggu sehingga kelancaran tugas
terhambat.
3) Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung

atau berlindung kepada anggota tim yang mampu atau ketua tim.
4) Akuntabilitas dalam tim kabur.

a. Peran Kepala Ruang dalam tahap:


1) Pengkajian : Mengidentifikasi masalah terkait fungsi manajamen
2) Perencanaan :
a) Fungsi perencanaan dan fungsi ketenagaan

Menunjuk Ka Tim

Mengikuti serah terima klien

Mengidentifikasi tingkat ketergantungan

Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan


aktifitas dan kebutuhan klien

Merencanakan strategi pelaksanaan keeperawatan

Merencanakan logistik ruangan / fasilitas ruangan

Melakukan pendokumentasian

3) Implementasi :

a) Fungsi pengorganisasian :
Merumuskan sistem penugasan
Menjelaskan rincian tugas Ketua Tim
Menjelaskan rentang kendali di ruang rawat
Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan diruang

rawat
Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan/fasilitas

ruangan
Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktik
Mendelegasikan tugas kepada ketua Tim
b) Fungsi pengarahan:
Memberikan pengarahan kepada ketua Tim
Memberikan motivasi dalam meningkatkan pengetahuan,

1
6

keterampilan dan sikap anggota Tim


Memberi pujian kepada anggota Tim yang melaksanakan
tugas dengan baik

Membimbing bawahan
Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim
Melakukan supervise
Memberikan informasi tentang hal-hal yang berhubungan

dengan pelayanan keperawatan di ruangan


Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
4) Evaluasi
a) Fungsi pengendalian:

Mengevaluasi kinerja Ka Tim


Memberikan umpan balik pada kinerja Ka Tim
Mengatasi masalah di ruang rawat dan menetapkan tidak lanjut
Memperhatikan aspek legal dan etik keperawatan
Melakukan pelaporan dan pendokumentasian

b. Peran Ketua Tim dalam tahap


1) Pengkajian : mengumpukan
2) Perencanaan :

data kesehatan klien

a) Fungsi perencanaan dan ketenagaan :


Bersama Karu melaksanakan serah terima tugas
Bersama Karu melaksanakan pembagian tugas
Menyusun rencana asuhan keperawatan
Menyiapkan keperluan untuk melaksanakan asuhan keperawatan

Melakukan ronde keperawatan bersama kepala ruangan

Mengorientasikan klien baru pada lingkungan

Melakukan pelaporan dan pendokumantasian

3) Implementasi

a) Fungsi pengorganisasian :
Menjelaskan tujuan pengorganisasian tim
Membagi pekerjaan sesuai tingkat ketergantungan pasien
Membuat rincian tugas anggota tim dalam keperawatan
Mampu mengkoordinir pekerjaan yang harus dilakukan bersama
tim kesehatan lain

1
7

Mengatur waktu istirahat anggota tim


Mendelegasikan proses asuhan keperawatan pada anggota tim
Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
b) Fungsi pengarahan :
Memberikan pengarahan kepada anggota tim
Memberikan bimbingan pada anggota tim
Memberikan infromasi yang berhubungan dengan askep
Mengawasi proses pemberian askep
Melibatkan anggota tim sampai awal dan akhir kegiatan
Memberikan pujian/motivasi kepada anggota tim
Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
4) Evaluasi:
a) Fungsi pengendalian :

Mengevaluasi asuhan keperawatan


Memberikan umpan balik pada pelaksana
Memperhatikan aspek legal dan etik
Melakukan pelaporan dan pendokumantasian
c. Peran pelaksana dalam tahap :
1) Pengkajian : mengkaji kesiapan klien dan diri sendiri untuk melaksanakan
asuhan keperawatan.
2) Perencanaan:
a) Fungsi perencanaan dan ketenagaan :

Bersama Karu mengadakan serah terima tugas

Menerima pembagian tugas dari katim

Bersama katim menyiapkan keperluan untuk melaksanakan asuhan


keperawatan

Mengikuti ronde keperawatan

Menerima klien baru

3) Implementasi

a) Fungsi pengorganisasian :

Menerima penjelasan tujuan pengorganisasian tim

Menerima pembagian tugas

Melaksanakan tugas yang diberikan oleh katim

Melaksanakan program kolaborasi dengan tim kesehatan lain

Menyesuaikan waktu istirahat dengan anggota tim lainnya

1
8

Melaksanakan asuhan keperawatan

Menunjang pelaporan, mencatat tindakan keperawatan yang dilaksanakan


b) Fungsi pengarahan :

Menerima pengarahan dan bimbingan dari katim

Menerima informasi yang berkaitan dengan askep dan melaksanakan


askep dengan etik dan legal

Memahami pemahaman yang telah dicapai

Menunjang pelaporan dan pendokumentasian

4) Evaluasi

a) Fungsi pengendalian :
Menyiapkan menunjukkan bahan yang diperlukan untuk proses
evaluasi serta ikut mengevaluasi kondisi pasien.
2. Metode Primary Team

Yaitu pemberian askep yang ditandai dengan keterikatan kuat dan


terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan dan mengkoordinasikan askep selama pasien
dirawat.
a. Tugas perawat primer adalah :
1)
2)
3)
4)
5)
6)

Menerima pasien
Mengkaji kebutuhan
Membuat tujuan, rencana, pelaksanaan dan evaluasi
Mengkoordinasi pelayanan
Menerima dan menyesuaikan rencana
Menyiapkan penyuluhan pulanh

b. Konsep dasar :
1) Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
2) Ada otonomi.
3) Ada keterlibatan pasien dan keluarganya

c. Ketenagaan :
1) Setiap perawat primer adalah perawat bed. side.
2) Beban kasus pasien maksimal 6 pasien untuk 1 perawat
3) Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal.
4) Perawat profesional sebagai primer dan

perawat non

1
9

5) profesional sebagai asisten.


d. Kepala bangsal :
1) Sebagai konsultan dan pengendali mutu perawat primer
2) Orientasi dan merencanaka karyawan baru.
3) Menyusun jadwal dinas
4) Memberi penugasan pada perawat asisten.

e. Kelebihan dari metode perawat primer:


1)
2)
3)
4)
5)

Mendorong kemandirian perawat.


Ada keterikatan pasien dan perawat selama dirawat
Berkomunikasi langsung dengan Dokter
Perawatan adalah perawatan komprehensif
Model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau
diterapkan.

6) Memberikan kepuasan kerja bagi perawat


7) Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima

asuhan keperawatan.
f. Kelemahan dari metode perawat primer:
1) Perlu kualitas dan kuantitas tenaga perawat
2) Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional.
3) Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain.

g. Peran Kepala Ruang :


1) Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawatan primer
2) Orientasi dan merencanakan karyawan baru
3) Menyusun jadwal dinas
4) Memberi penugasan pada perawat asisten/asosiat (PA)
5) Evaluasi kerja
6) Merencanakan / menyelenggarakan pengembangan staf

h. Peran Perawat Primer :


1) Menerima pasien
2) Mengkaji kebutuhan pasien untuk asuhan
3) Membuat tujuan
4) Membuat rencana keperawatan
5) Melakukan konferens untuk menjelaskan rencana asuhan

2
0

kepada PA yang menjadi anggota timnya.


6) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama dinas bersama

PA yang menjadi anggota timnya.


7) Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.

8) Memantau

PA

dalam

melaksanakan

rencana

asuhan

keperawatan.
9) Mengkoordinasi pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain
maupun perawat lain
10) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
11) Menerima dan menyesuaikan rencana
12) Menyiapkan penyuluhan untuk pulang
13) Melakukan pendokumentasian (catatan perkembangan, catatan
tindakan keperawatan)
i. Perawat asosiat
1) Mengikuti konferens untuk menerima penjelasan tentang
asuhan yang direncanakan oleh PP.
2) Melaksanakan asuhan keperawatan yang telah dibuat oleh PP
3) Memberi informasi/masukan yang diperlukan kepada PP
tentang

klien

untuk

keperluan

asuahan

keperawatan

selanjutnya.
4) Mencatat tindakan keperawatan yang telah dilakukan dalam
catatan tindakan keperawatan.
3. Metode Fungsional

Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan


asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia
kedua. Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan
perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1 - 2 jenis intervensi
keperawatan kepada semua pasien di bangsal. Model ini berdasarkan
orientasi tugas dari filosofi keperawatan, perawat melaksanakan tugas (
tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada (Nursalam,
2002).

2
1

a. Kerugian metode fungsional:


1) Pasien mendapat banyak perawat.
2) Kebutuhan pasien secara individu sering terabaikan
3) Pelayanan pasien secara individu sering terabaikan.
4) Pelayanan terputus-putus
5) Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai

b. Kelebihan dari metode fungsional :


1) Sederhana
2) Efisien.
3) Perawat terampil untuk tugas atau pekerjaan tertentu.
4) Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat

setelah selesai tugas.


5) Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga

yang kurang berpengalaman untuk satu tugas yang


sederhana.
6) Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staff

atau peserta didik yang praktek untuk ketrampilan


tertentu.
4. Metode Kasus

Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan


pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda
untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat
oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus
biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya
dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus
seperti isolasi, intensive care. Metode ini berdasarkan pendekatan
holistik dari filosofi keperawatan. Perawat bertanggung jawab terhadap
asuhan dan observasi pada pasien tertentu (Nursalam, 2002).
a.

Kekurangan metode kasus :

2
2

1) Kemampuan tenga perawat pelaksana dan siswa perawat yang

terbatas sehingga tidak mampu memberikan asuhan secara


menyeluruh
2) Membutuhkan banyak tenaga.
3) Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga

tugas rutin yang sederhana terlewatkan.


4) Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat

penaggung jawab klien bertugas.


b. Kelebihan metode kasus:
1) Kebutuhan pasien terpenuhi.
2) Pasien merasa puas.
3) Masalah pasien dapat dipahami oleh perawat.
4) Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai.

5. Metode Modul / Distrik

Yaitu metode gabungan antara Metode penugasan tim dengan


Metode perawatan primer. Metode ini menugaskan sekelompok perawat
merawat pasien dari datang sampai pulang.
Keuntungan dan kerugian sama dengan gabungan antara metode
tim dan metode perawat primer.
6. Metode Model Praktei Keperawatan Profesional (MPKP)

Suatu sistem (Struktur, Proses dan nilai-nilai profesional) yang


memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan
keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat menopang pemberian
asuhan tersebut (Hoffart&Woods, 1996 dalam Sitorus,2005).
a. Definisi Model Praktik Keperawatan Profesional (Mpkp)
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) adalah
suatu system (Struktur, proses dan nilai nilai professional) yang
memungkinkan perawat professional mengatur pemberian asuhan
keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat menopang

2
3

pemberian asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 1996). Sebagai


suatu model berarti ruang rawat tersebut menjadi contoh teladan
dalam praktik keperawatan professional. Pengembangan MPKP
merupakan

upaya

banyak

Negara

untuk

memberdayakan

keperawatan dalam layanan kesehatan, terutama pada saat


meningkatnya kebutuhan disertai biaya tinggi dalam layanan
kesehatan. Beberapa diantaranya pengembangan Professional
Practice Model, IOWA Veteran Home pada tahun 1967.
Professional Practice Model di Beth Israel Hospital pada tahun
1973 (Clifforth & Horvarth, 1990). Kemudain pada tahun 1991,
the professional transitions workshop merupakan suatu program
yang dilakukan Medical Collegeof Virginia Hospitals and
Physisians di Eropa dan Australia.
Berdasarkan MPKP yang sudah dikembangkan di berbagai
rumah sakit, Hoffart & Woods (1996) menyimpulkan bahwa
MPKP terdiri dari lima komponen yaitu, nilai-nilai professional
yang merupakan inti dari MPKP, hubungan antar professional,
metode pemberian asuhan keperawatan, pendekatan manajemen
terutama dalam perubahan pengambilan keputusan serta system
kompensasi dan penghargaan.
b. Peran Kepala Ruangan, Clinical Care Manager, Perawat Primer,
Perawat Associate
Pada Pendekatan Model Praktik Keperawatan Profesional
(MPKP)
1. Kepala Ruangan
Pada ruang rawat dengan MPKP pemula, kepala ruang rawat
adalah perawat dengan kemampuan DIII kepererawatan yang
berpengalaman dan pada MPKP tingkat I adalah perawat
dengan kemampuan SKp/Ners yang berpengalaman. Kepala
ruang rawat bertugas sesuai jam kerja yaitu dinas pagi.
Tugas dan tanggung jawab Kepala Ruangan :
a) Mengatur pembagian tugas jaga perawat (jadwal dinas)

2
4

b) Mengatur dan mengendalikan kebersihan dan ketertiban


ruangan
c) Mengadakan diskusi dengan staff untuk memecahkan
masalah di ruangan
d) Membimbing
mahasiswa
pembimbing

klinik)

(bekerjasama

dalam

dengan

pemberian

asuhan

keperawatan di ruangan, dengan mengikuti sistem MPKP


yang sudah ada
e) Melakukan kegiatan administrasi dan surat menyurat
f) Mengorientasikan pegawai baru, residen, mahasiswa
kedokteran, dan mahasiswa keperawatan yang akan
melakukan praktik di ruangan (disepakati dengan CCM)
g) Menciptakan dan memelihara hubungan kerja yang
harmonis dengan klien/ keluarga dan tim kesehatan lain,
antara lain kepala ruang rawat mengingatkan kembali
klien/

keluarga

tentang

perawat

atau

tim

yang

bertanggung jawab terhadap mereka di ruangan yang


bersangkutan.
h) Memeriksa kelengkapan persediaan status keperawatan
minimal 5 set setiap hari
i) Melaksakan pembinaan terhadap PP dan PA dalam hal
implementasi MPKP termasuk sikap dan tingkah laku
profesional
j) Bila PP cuti, tugas dan tanggung jawab PP dapat
didelegasikan kepada PA senior (wakil PP pemula yang
ditunjuk) tetapi tetap dibawah pengawasan kepala ruang
rawat dan CCM.
k) Merencanakan dan memfasilitasi ketersediaan fasilitas
yang dibutuhkan di ruangan
l) Memantau dan mengevaluasi penampilan kerja semua
tenaga yang ada di ruangan, membuat DP3, dan usulan
kenaikan pangkat.
m) Melakukan pertemuan rutin dengan semua perawat
setiap bulan untuk membahas kebutuhan di ruangan.

2
5

n) Merencanakan dan melaksanakan evaluasi mutu asuhan


keperawatan (bersama dengan CCM)
o) Membuat peta risiko di ruang rawat.
2. Clinical Care Manajer (CCM)
Pada ruang rawat dengan MPKP pemula, clinical care
manager( CCM ) adalah Skp/Ners dengan pengalaman dan
pada MPKP tingkat I adalah seorang ners spesialis. Pada
MPKP tingkat II, jumlah ners spesialis lebih dari satu orang
tetapi disesuaikan dengan kekhususan ( majoring ) kasus
yang ada. CCM bertugas sesuai jam kerja yaitu dinas pagi
dan sebaiknya CCM sudah mempelajari pengalaman sebagai
PP minimal 6 bulan.
Tugas dan tanggung jawab Clinical Care Manajer :
a) Membimbing PP pada implementasi MPKP. Kegiatan
yang dilakukan adalah sbb :
1) Bersama dengan PP memvalidasi setiap diagnosis
keperawatan yang sudah ditetapkan PPP, CCM,
menganalisis data klien berdasarkan dokumentasi,
bila perlu CCM melakukan pemeriksaan langsung
kepada klien atau bertemu dengan keluarga klien.
Beberapa pertanyaan yang perlu dipikirkan :
Apakah diagnosis sudah sesuai dengan

kondidi klien?
Apakah ada diagnosis

diidentifikasi?
Apakah tindakan

yang

keperawatan

belum
yang

diidentifikasi PP sudah tepat? Baca setiap


tindakan yang ada pada renpra terkait
diagnosis tersebut?
2) Apakah ada tindakan keperawatan tambahan?
Hasil penelitian?
3) Berdasarkan validasi, berikan masukan kepada PP,
termasuk pemberian penguatan misalnya, pujian.
4) Bila pada dokumentasi klien, belum ada renpra yang
sudah dievaluasi PP, maka bersama-sama PP

2
6

menetapkan diagnosis keperawatan yang sesuai


kondisi klien, dengan menggunakan standar renpra
yang telah disepakati.
5) Membahas dengan PP, tentang pembagian tugas bagi
PA. Apakah

penetapan

sudah

sesuai

dengan

panduan? Bila belum, beri masukan!


6) Mengobservasi dan memberi masukan kepada PP
terkait dengan bimbingan yang diberikan PP kepada
PA. Apakah sudah baik? Beri masukan.
Memberi masukan pada diskusi kasus

yang dilakukan PP dan PA.


Mempresentasikan isu-isu baru terkait

dengan asuhan keperawatan.


Mengidentifikasi fakta dan temuan yang

memerlukan pembuktian.
Mengidentifikasi masalah

penelitian,

merancang

melakukan

usulan

dan

penelitian.
Menerapkan hasil-hasil , penelitian dalam

memberi asuhan keperawatan.


7) Bekerja sama dengan kepala ruangan dalam hal :
melakukan

evaluasi

tentang

mutu

asuhan

keperawatan, mengoordinasi, mengarahkan dan


mengevaluasi mahasiswa praktik, serta membahas
dan mengevaluasi tentang implementasi MPKP.
8) Mengevaluasi pendidikan kesehatan yang dilakukan
PP dan memberi masukan untuk perbaikan.
9) Merancang pertemuan ilmiah untuk membahas hasil
evaluasi/penelitian tentang asuhan keperawatan
10) Mengevaluasi
implementasi
MPKP
dengan
menggunakan instrumen evaluasi implementasi
MPKP oleh CCM.
3. Perawat Primer (PP)
Pada ruang rawat dengan MPKP pemula,perawat primer
(PP)pemula adalah perawat lulusan DIII keperawatan dengan

2
7

pengalaman minimal 4 tahun dan pada MPKP tingkat 1


adalah perawat S KP/Ners dengan pengalaman minimal 1
tahun.PP dapat bertugas pada pagi,sore atau malam hari
,namun sebaiknya PP bertugas pada pagi atau sore saja
karena bila bertuga pada malam hari,PP akan libur beberapa
hari sehingga sulit menilai perkembangan klien .Bila PP
bertugas pada sore hari PP harus didampingi oleh minimal 1
satu orang PA dari timnya. Hal ini bertujuan agar pada sore
hari PP mempunyai waktu untuk menilai perkembangan
semua klienya. Di samping itu, bila PP bertugas pada sore
hari,ia akan menjadi penanggung jawab pada shift tersebut.
Tugas dan tanggung jawab Perawat Primer :
a) Melakukan kontrak dengan klien/keluarga pada awal
masuk

ruangan

(lampiran

12)

sehingga

tercipta

hubungan terapeutik . Hubungan ini di bina secara terus


-menerus pada saat melakukan pengkajian/tindakan
kepada klien/keluarga. Panduan orientasi ini sebaiknya
dilaminating dan digantung dikamar klien sehingga
setiap saat klien/ keluarga dapat membaca kembali.
b) Melakukan pengkajian terhadap klien baru atau
melengkapi pengkajian yang sudah dilakukan PP pada
sore ,malam,atau haari libur.
c) Menetapkan rencana asuhan keperawatan berdasarkan
analisis standar renpra sesuai dengan hasil pengkajian.
d) Menjelaskan renpra yang sudah ditetapkan kepada PA
dibawah tanggung jawabnya sesuai klien yang dirawat (
Preconfrence )
e) Menetapkan PA yang bertanggung jawab pada setiap
klien , setiap kali giliran jaga (shift).pembagian klien
didasarkan pada jumlah klien ,tingkat ketergantungan
klien ,dan tempat tidur yang berdekatan.Bila pada satu
tugas jaga ( shift ) PP didampingi oleh dua orang PA,

2
8

maka semua klien dibagi

pada kedua PA sebagai

penanggung jawabnya.PP

akan membimbing dan

membantu dalam memberikan asuhan keperawatan. Bila


PP hanya didampingi oleh satu orang PA pada satu tugas
jaga maka jumlah klien yang menjadi tanggung jawab PP
adalah sebanyak 20 % dan klien tersebut termasuk klien
dengan tingkat ketergantungan minimal serta klien lainya
menjadi tanggung jawab PA. Penetapan ini maksudkan
agar PP memiliki waktu untuk membimbing dan
membantu PA dibawah tanggung jawabnya dalam
memberikan asuhan keperawatan.
f) Melakukan bimbingan dan evaluasi ( mengecek ) PA
dalam melakukan tindakan keperawatan,apakah sesuai
dengan SOP
g) Memonitor dokumentasi yang dilakukan PA
h) Membantu dan memfasilitasi terlaksananya kegiatan PA
i) Melakukan tindakan keperawatan yang bersifat terapi
keperawatan dan tindakan keperawatan yang tidak dapat
dilakukan oleh PA.
j) Mengatur pelaksanaan

konsul

dan

pemeriksaan

laboratorium
k) Melakukan kegiatan serah terima klien di bawah
tanggung jawabnya bersama dengan PA
l) Mendampingi dokter visite klien dibawah tanggung
jawabnya.Bila PP tidak ada,visite didampingi oleh PA
sesuai timnya
m) Melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan membuat
catatan perkembangan klien setiap hari
n) Melakukan pertemuan dengan klien/minimal setiap 2
hari untuk membahas kondisi keperawatan klien
( bergantung pada kondisi klien )
o) Bila PP cuti/libur ,tugas-tugas PP didelegasikan kepada
PA yang telah ditunjuk (wakil PP ) dengan bimbingan
kepala ruang rawat CCM
p) Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien/keluarga

2
9

q) Membuat perencaan pulang


r) Bekerja sama dengan Clinical Care Manager ( CCM )
dalam

mengidentifikasi

isu

yang

memerlukan

pembuktian sehingga tercipta evidence based practice


( EBP )
4. Perawat Associate (PA)
Perawat associate (PA) pada MPKP pemula atau MPKP
tingkat I, sebaiknya adalah perawat dengan kemapuan DIII
keperawatan. Namun, pada beberapa kondisi bila belum
semua tenaga mendapat pendidikan tambahan, beberapa
MPKP, PA adalah perawat dengan pendididkan SPK tetapi
mempunyai pengalaman yang sudah cukup lama di rumah
sakit tersebut.
Tugas dan tanggung jawab perawat associate :
a) Membaca renpra yang telah ditetapkan PP
b) Membina hubungan terapiutik dengan kalien/keluarga,
sebagai lanjutan kontrak yang sudah dilakukan PP
c) Menerima klien baru (kontrak) dan memberikan
informasi berdasarkan format orientasi klien/keluarga
jika PP tidak ada di tempat
d) Melakukan tindakan keperawatan

pada

kliennya

berdasarkan renpra
e) Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah
dilakukan dan mendokumentasikannya pada format yang
tersedia
f) Mengikuti visite dokter bila PP tidak ada di tempat
g) Memeriksa kerapian dan kelengkapan status keperawatan
h) Membuat laporan pergantian dinas dan setelah selesai
diparaf
i) Mengomunikasikan kepada PP/PJ dinas bila menemukan
masalah yang perlu diselesaikan
j) Menyiapkan klien untuk pemeriksaan

diagnostik,

laboratorium, pengobatan dan tindakan


k) Berperan serta dalam memberikan pendidikan kesehatan
pada klien atau keluarga yang dilakukan oleh PP

3
0

l) Melakukan inventarisasi fasilitas yang terkait dengan tim


nya
m) Membantu tim lain yang membutuhkan
n) Memberikan resep dan menerima obat dari keluarga
klien

yang

menjadi

tanggung

jawabnya

dan

berkoordinasi dengan PP.

E. Teori analisis SWOT


Analisis SWOT adalah instrumen yang digunakan untuk melakukan
analisis strategis. Menurut Drs. Robert Simbolon, MPA (1999), analisis
SWOT merupakan suatu alat yang efektif dalam membantu menstrukturkan
masalah, terutama dengan melakukan analisis atas lingkungan strategis, yang
lazim disebut sebagai lingkungan internal dan eksternal ini pada dasarnya
terdapat empat unsur yang selalu dimiliki dan dihadapi, yaitu secara internal
memiliki sejumlah kekuatan-kekuatan (strenghts) dan kelemahan-kelemahan
(weakness) dan secara eksternal dan berhadapan dengan berbagai peluangpeluang (opportunities) dan ancaman-ancaman (threats).

Kegiatan yang

paling penting dalam proses analisis SWOT adalah memahami seluruh


informasi dalam suatu kasus, menganalisis situasi untuk mengetahui isu apa
yang sedang terjadi dan memutuskan tindakan apa yang harus segera
dilakukan untuk memecahkan masalah ( Freddy Rangkuti, 2001:14).
SWOT merupakan singkatan dari strengths (kekuatan-kekuatan),
weakness (kelemahan-kelemahan), opportunities (kesempatan-kesempatan),
dan threats (ancaman-ancaman). Pengertian-pengertian kekuatan, kelemahan,
kesempatan dan ancaman dalam analisis SWOT adalah sebagai beikut :
1. Kekuatan ( Strengths)

3
1

Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan atau keunggulan lain


relatif terhadap pesaing dan kebutuhan dari pasar suatu perusahaan
(Amin W.T, 1994:75)
2. Kelemahan ( Weaknesses )
Kelemahan adalah keterbatasan/kekurangan dalam sumber daya
alam,

keterampilan

dan

kemampuan

yang

secara

serius

menghalangi kinerja efektif suatu perusahaan (Amin.W.T, 1994:75)


3. Peluang ( Opportunities )
Peluang adalah situasi/kecenderungan utama yang menguntungkan
dalam lingkungan perusahaan (Amin. W.T, 1994:74)
4. Ancaman ( Threats )
Ancaman adalah situasi/kecenderungan
menguntungkan

dalam

lingkungan

utama

yang

perusahaan

tidak

(Amin.W.T,

1994:74)
Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan
kekuatan dan peluang, namun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan

dan

ancaman.

Proses

pengambilan

keputusan

harus

menganalisis faktor-faktor strategis dalam kondisi ini. Hal ini disebut


dengan analisis situasi, model yang paling populer disebut analisis SWOT.
Petunjuk umum yang sering diberikan untuk perumusan adalah :
1. Memanfaatkan kesempatan dan kekuatan ( O dan S ). Analisis ini
diharapkan membuahkan rencana jangka panjang
2. Atasi atau kurangi ancaman dan kelemahan ( T dan W ). Analisis
ini lebih condong menghasilkan rencana jangka pendek, yaitu
rencana perbaikan (short-term improvement plan).
Tahap awal proses penetapan strategi adalah menaksir kekuatan,
kelemahan, kesempatan dan ancaman yang dimiliki organisasi. Analisa
SWOT

memungkinkan

organisasi

memformulasikan

dan

mengimplementasikan strategi utama sebagai tahap lanjut pelaksanaan dan


tujuan organisasi, dalam analisa SWOT informasi dikumpulkan dan
dianalisa. Hasil analisa dapat menyebabkan dilakukan perubahan pada
misi, tujuan, kebijaksanaan, atau strategi yang sedang berjalan.

3
2

Dalam penyusunan suatu rencana yang baik, perlu diketahui daya


dan dana yang dimiliki pada saat akan memulai usaha, mengetahui segala
unsur kekuatan yang dimiliki, maupun segala kelemahan yang ada. Data
yang terkumpul mengenai faktor-faktor internal tersebut merupakan
potensi di dalam melaksanakan usaha yang direncanakan. Dilain pihak
perlu diperhatikan faktor-faktor eksternal yang akan dihadapi yaitu
peluang-peluang atau kesempatan yang ada atau yang diperhatikan akan
timbul dan ancaman atau hambatan yang diperkirakan akan muncul dan
mempengaruhi usaha yang dilakukan.
Dapat disimpulkan bahwa analisis SWOT adalah perkembangan
hubungan atau interaksi antar unsur-unsur internal, yaitu kekuatan dan
kelemahan terhadap unsur-unsur eksternal yaitu peluang dan ancaman.
Didalam penelitian analisis SWOT kita ingin memperoleh hasil berupa
kesimpulan-kesimpulan berdasarkan ke-4 faktor dimuka yang sebelumnya
telah dianalisa, yaitu :
1. Strategi Kekuatan-Kesempatan ( S dan O atau Maxi-maxi).
Strategi

yang

dihasilkan

pada

kombinasi

ini

adalah

memanfaatkan kekuatan atas peluang yang telah diidentifikasi.


Misalnya bila kekuatan perusahaan adalah pada keunggulan
teknologinya, maka keunggulan ini dapat dimanfaatkan untuk
mengisi segmen pasar yang membutuhkan tingkat teknologi
dan kualitas yang lebih maju, yang keberadaannya dan
kebutuhannya telah diidentifikasi pada analisis kesempatan.
2. Strategi Kelemahan-Kesempatan ( W dan O atau Mini-maxi).
Kesempatan

yang

dapat

diidentifikasi

tidak

mungkin

dimanfaatkan karena kelemahan perusahaan. Misalnya jaringan


distribusi ke pasar tersebut tidak dipunyai oleh perusahaan.
Salah satu strategi yang dapat ditempuh adalah bekerjasama
dengan perusahaan yang mempunyai kemampuan menggarap
pasar tersebut. Pilihan strategi lain adalah mengatasi kelemahan
agar dapat memanfaatkan kesempatan.

3
3

3. Strategi Kekuatan-Ancaman ( S dan T atau Maxi-mini ). Dalam


analisa ancaman ditemukan kebutuhan untuk mengatasinya.
Strategi ini mencoba ancaman kekuatan yang dimiliki
perusahaan yang dapat mengurangi atau menangkal ancaman
tersebut. Misalnya ancaman perang harga.
4. Strategi Kelemahan-Ancaman ( W dan T atau Mini-mini ).
Dalam situasi ini manghadapi ancaman dan sekaligus
kelemahan intern, strategi yang umumnya dilakukan adalah
keluar dari situasi yang terjepit tersebut. Keputusan yang
diambil adalah mencairkan sumber daya yang terikat pada
situasi yang mengancam tersebut, dan mengalihkannya pada
usaha lain yang lebi cerah. Siasat lainnya adalah mengadakan
kerjasama dengan satu perusahaan yang lebih kuat, dengan
harapan ancaman di suatu saat akan hilan. Dengan mengetahui
situasi yang akan dihadapi, anak perusahaan dapat mengambil
langkah-langkah yang perlu dan bertindak dengan mengambil
kebijakan-kebijakan yang terarah dan mantap, dengan kata lain
perusahaan dapat menerapkan strategi yang tepat.
F. Sarana Manajemen ( 5 M )
Menurut Harrington Emerson dalam Phiffner John F. dan Presthus
Robert V (1960) manajemen mempunyai lima unsur ( 5M ), yaitu :
1. Man
Man merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh
organisasi. Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang
paling menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan
manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan.
Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya
manusia adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen
timbul karena adanya orang-orang yang bekerja sama untuk
mencapai tujuan.
2. Money

3
4

Money atau uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat
diabaikan. Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai.
Besar kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang
yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu uang
merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan
karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal
ini akan berhubungan dengan berapa uang yang harus
disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang
dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan
dicapai dari suatu organisasi.
3. Materials
Material terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan
bahan jadi. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih
baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus
dapat menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu
cara. Sebab materi dan manusia tidak dapat dipisahkan, tanpa
materi tidak aan tercapai hasil yang dikehendaki.
4. Market
Market atau pasar adalah tempat dimana
menyebarluaskan

(memasarkan)

produknya.

organisasi

Memasarkan

produk sudah barang tentu sangat penting sebab bila barang


yang diproduksi tidak laku, maka proses produksi barang akan
berhenti. Artinya, proses kerja tidak akan berlangsung. Oleh
sebab itu, penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil
produksi merupakan faktor menentukan dalam perusahaan.
Agar pasar dapat dikuasai maka kualitas dan harga barang
harus sesuaai dengan selera konsumen dan daya beli
(kemampuan) konsumen.
5. Methods
Metode adalah suatu tata cara kerja yang memperlancar
jalannya pekerjaan manajer. Sebuah metode dapat dinyatakan
sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan
memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada

3
5

sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan wajtu


serta uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat, meskipun metode
baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti
atau tidak mempunyai pengalaman, maka hasilnya tidak akan
memuaskan.

Dengan

demikian,

manajemen tetap manusianya.

peranan

utama

dalam

Anda mungkin juga menyukai